Disusun Oleh :
IMAM AGEL SETIYAWAN
P27220020203
A. Latar Belakang
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air didalam tubuh karena hilagnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat atau kombinasi keduanya (Mentes dan
Kang, 2013). Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang
disebabkan pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah
air dalam tubuh berkurang (Prescilla, 2009). Dehidrasi adalah kehilangan cairan dan
elektrolit karena kehilangan air atau output lebih banyak daripada asupan/input (Anik
Maryunani, 2010). Jadi, menurut saya dehidrasi adalah gangguan karena kehilangan
cairan tbuh yang disertai gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena
sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh
berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. Asupan air
yang kurang akan menimbulkan masalah kesehatan bagi tubuh (Hardinsyah, 2012).
Meskipun fungsi air sangat penting, tetapi sering terabaikan dalam kebiasaan pola makan
dan minum keseharian. Tidak semua orang dapat mencukupi untuk kebutuhan cairan
tubuhnya (Briawan, 2011). Departemen Kesehatan Indonesia (2005) merekomendasikan
cairan, terutama air minum, yang harus dikonsumsi untuk orang dewasa adalah 2 liter atau
setara 8 gelas setiap hari dimana anjuran ini tidak jauh berbeda dari pernyataan Shinya
(2008), pakar enzim dan guru besar kedokteran di Albert Einsten College Of Medicine
USA. Selain itu, kebutuhan cairan saat remaja akan meningkat dan direkomendasikan
sedikitnya 2,3 sampai 3 liter air per hari menurut Dietary Reference Intake (DRI). Data
Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) juga menunjukkan bahwa
rata-rata asupan total air dari makanan dan minuman pada remaja laki-laki adalah 3,4
L/hari dan remaja perempuan adalah 2,5 L/hari (Briawan, 2011).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada pasien Dehidrasi di ruang Trimurti Rumah
Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Ny.S pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
b. Tujuan Khusus
Melakukan pengkajian Keperawatan Pada pasien Dehidrasi di ruang Trimurti
Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
1. Melaksanakan pengkajian pada pasien Diabetes mellitus dengan ulkus di
Ruang Sakura 3B Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong.
2. Menetapkan diagnosa Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
3. Menyusun perencanaan Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
4. Melaksanakan tindakan Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
5. Melakukan evaluasi asuhan Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
6. Mendokumentasikan asuhan Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
D. Manfaat
a. Teoritis
Diharapkan hasil asuhan keperawatan ini dapat memberikan wawasan
sekaligus sebagai pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan anak
yang dapat diaplikasikan dikalangan institusi terutama dalam pemberian
Asuhan Keperawatan pada pasien Dehidrasi.
b. Praktis
1. Bagi Keluarga Klien
Meningkatkan pengetahuan bagi keluarga klien tentang perawatan pada
pasien Dehidrasi.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dengan ini bisa sebagai masukan khususnya penatalaksanaan
Keperawatan pada pasien Dehidrasi.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam melakukan Asuhan
Keperawatan Pada pasien Dehidrasi.
4. Bagi Penulis
Sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan asuhan keperawatan
pada pasien dehidrasi dalam hal pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air didalam tubuh karena hilagnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat atau kombinasi keduanya (Mentes dan
Kang, 2013). Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang
disebabkan pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah
air dalam tubuh berkurang (Prescilla, 2009). Dehidrasi adalah kehilangan cairan dan
elektrolit karena kehilangan air atau output lebih banyak daripada asupan/input (Anik
Maryunani, 2010). Jadi, menurut saya dehidrasi adalah gangguan karena kehilangan
cairan tbuh yang disertai gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
B. Etiologi
b. Muntah hebat.
c. Diare hebat.
C. Klasifikasi
Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut (Hidayat & Uliyah,
2019:34).
a. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut
.1) Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
2) Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
3) Hipotensi.
4) Turgor kulit buruk.
5) Oliguria.
6) Nadi dan pernapasan meningkat.
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
. b. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
2) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
3) Mata cekung. c. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai
5% BB atau 1,5- 2 liter.
D. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan atau dehidrasi adalah keadaan yang umum terjadi pada
berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan
cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume
cairan yang juda sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka
bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non
ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkap dan tidak dapat dipakai
oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti
beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi volume sirkulasi darah efektif.
Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-
70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi
kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika
asupannya tidak mencukupi.
Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar
dirawat dengan metode terbuka. Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya
penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang
berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis
osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama
glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada
kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk
urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik. Apapun penyebab dari
kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu curah jantung dengan
mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung.
Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan curah
jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor
pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang
kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer,
peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah
jantung dan perfusi jarignan yang normal.
E. Manifestasi Klinis
Berikut ini tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkatannya:
a. Dehidrasi Ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
1) Haus, gelisah
2) Denyut nadi 90-110 x /menit, napas normal
3) Turgor kulit normal
4) Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
5) Kesadaran baik
6) Denyut jantung meningkat
b. Dehidrasi Sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula )
1) Haus meningkat
2) Nadi cepat dan lemah
3) Kulit kering, membran mukosa kering
4) Pengeluaran urine berkurang
5) Suhu tubuh meningkat
c. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
1) Penurunan kesadaran
2) Lemah, lesu
4) Mata cekung
5) Pengeluaran urine tidak ada
6) Hipotensi
7) Nadi cepat dan halus
8) Ekstremitas dingin
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Urine
a. Osmolalilas kemih > 450 m osmol / kg
b. Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal)
c. Natirum urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal)
d. OJ urine meningkat
e. Jumlah urine menurun (30-50 cc / jam)
2) Darah
a. Ht meningkat
b. Kadar protein serum meningkat
c. Na+ seruim normal
d. Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1)
e. Glukosa serum : normal / meningkat
f. Hb menurun.
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapi Intravena Pemberian cairan intravena diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi
kebutuhan cairan ekstrasel secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intravena adalah
untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengonsumsi cairan
oral, menambah asupan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menyediakan
glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolism, memenuhi kebutuhan vitamin
larut air, serta menjadi media untuk vemberian obat melalui vena. Lebih khusus,terapi
intravena diberikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi berat, pasien pra dan
pascabedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
b. Cairan Intravena Jenis cairan intravena yang biasa digunakan meliputi :
1). Larutan nutrient Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (mis. Dekstrosa dan
glukosa) dan air. Larutan nutrient yang umum digunakan adalah 5%dekstrosa dalam air
(D5W); 3,3% glukosa dalam 0,3%NaCl; dan 5% glukosa alam 0,45% NaCl. Setiap 1 liter
cairan Dextrose 5% mengandung 170-200 kalori ; mengandung asam amino (Amigen,
Anunosol, Travamin) atau lemak (Lipomul dan Lyposyn).
2) Larutan Elektrolit Larutan ini meliputi larutan saline baik isotonik, hipotonik, maupun
hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang paling banyak digunakan adalah normal salin
(isotonic), yaitu NaCl 0,9%. Contoh larutan elektrolit lainnya adalah laktat Ringer (Na+ ,
K+ , Cl- , Ca2+) dan cairan Butler (Na+ , K + , Mg2+,Cl- ,HCO3- ).
3) Cairan asam-basa Jenis cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat
dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan sejenis garam yang dapat mengikat ion H+ dari
cairan sehingga mengurangi keasaman lingkungan.
4) Volume ekspander Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah
atau plasma, misalnya pada kasus hemoragi atau kombustio berat. Volume ekspander
yang umum digunakan antara lain dekstran, plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya
adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik darah.
c. Infus Intravena
1) Area Pemasangan Infus Secara umum, penginfusan dapat dilakukan pada vena lengan
(vena sefalika, basilika, dan mediana kubiti), vena tungkai (vena safena), atau vena di
daerah kepala (vena temporalis frontalis).Pada individu dewasa, infus biasanya dipasang
di daerah lengan atas, tangan dan kaki. Sedangkan pada bayi, infus dipasang pada daerah
kepala. Untuk penginfusan jangka panjang, pembuluh darah yang sebaiknya digunakan
pertama kali adalah pembuluh darah distal. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan
saat melakukan penusukan vena. Jika pembuluh darah distal rusak akibat penusukan
pertama, pembuluh darah proksimal dapat digunakan untuk penusukan berikutnya. Akan
tetapi, jika pembuluh darah proksimal telah rusak, penusukan tidak bisa dialihkan ke
pembuluh darah distal.
2) Prosedur Pemasangan Infus Saat melakukan pemasangan infus, perawat harus selalu
memerhatikan prinsip steril. Hal ini penting mengingat prosedur tersebut berkaitan
langsung dengan cairan tubuh. Sebelum memulai infus, beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain jenis dan jumlah cairan yang akan diinfuskan, dosis obat yang
akan ditambahkan ke dalam larutan yang kompatibel, dan kecepatan infus atau waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan infus
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat muncul akibat dehidrasi yang tidak ditangani, yaitu:
a. Kejang
H. Pathways
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Data diri pasien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, No. register, diagnosa medis penanggung
jawab
b. Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab pasien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang terdapat pada pasien Diabetes Melitus
b. Riwayat kesehatan sekarang
Hal yang berhubungan dengan keluhan utama, munculnya keluhan, tanggal
munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba),
perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat Penyakit yang dialami sejak dulu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit menular atau keturunan atau
tidak
e. Riwayat psikososial
Riwayat klien dengan berat badan yang semakin meningkat atau menurun dan
membuat harga diri rendah
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan dan minum sehari-hari, makanan yang dikonsumsi, jenis, jumlah
dan masalah yang dirasakan.
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien, apakah berpengaruh terhadap perubahan sistem
tubuhnya yang disebabkan oleh penyakit yang diderita.
c. Kebersihan diri
Upaya menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB dan BAK.
d. Pola Aktivitas
Dilihat dari gerakan aktif dan keadaan anak, apakah lemas dan sering tertidur atau
beraktivitas dengan baik
e. Pola tidur
Dilihat dari pola tidur klien, apakah sering merasa kesakitan atau ada keluahan
sehingga tidak bisa tidur selama sakit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum yang terdapat pada pasien Diabetes Melitus
b. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital pada klien meliputi; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, SpO2
c. Berat badan
Berat badan klien selama sebelum dan saat sakit apakah terjadi penurunan berat
badan secara bertahap maupun secara signifikan
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala , penyebaran rambut, perubahan warna rambut
Palpasi : Ada atau tidak benjolan
e. Mata
Inspeksi : Bentuk mata, konjugtiva anemis atau tidak, kondisi pupil, warna
sklera, lesi, edema
f. Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung, kebersihan, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,
perdarahan, apakah ada pembesaran polip
Palpasi : Ada tidaknya benjolan
g. Mulut :
Inspeksi : Bersih atau kotor, kelembaban, bau mulut, warna bibir, sianosis
h. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada, simetris atau tidak, ada tidaknya sesak napas, lesi,
penggunaan otot bantu pernapasan
Perkusi : Suara dada saat diperkusi terdengar suara sono ataukah suara lainnya
Palpasi : Nyeri tekan, benjolan
Auskultasi : Suara yang terdengar vesikuler ronkhi, stridor, atau mengi atau
kanpola pernapasan, bunyi napas, HR, RR, bunyi jantung
i. Jantung
Inspeksi : Denyutan ictus cordis terlihat atau tidak
Perkusi : Suara yang terdengar saat diperkusi apakah pekak atau tidak
Palpasi : Batas-batas jantung teraba pada ICS keberapa
Auskultasi : Pola pernapasan, bunyi napas, HR, RR, bunyi jantung
j. Abdomen
Inspeksi : Permukaan dinding
Auskultasi : Menilai adanya bising usus,
Perkusi : Suara abdomen saat diperkusi, terdengar bunyi gas atau tidak
Palpasi : Ada atau tidak pembesaran limfa dan hati
k. Kulit
Inspeksi : Sianosis, turgor kulit, warna kulit, terdapat lesi atau tidak
l. Genetalia
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada tidaknya gangguan pada area
genetalia
m. Anus
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada tidaknya gangguan pada area anus
n. Ekstremitas
Pemeriksaan tonus otot, CRT, dan akral
o. Aktivitas Kejang
Meliputi karakteristik kejang, lama kejang, dan frekuensi kejang
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
No. DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Edukasi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Kolaborasi cairan IV
3. Risiko defisit Setelah dilakukan tindakan Observasi
nutrisi keperawatan ...x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan diharapkan risiko defisit 2. Monitor asupan
dengan hormon nutrisi teratasi dengan kriteria makanan
insulin (D.0019) hasil : 3. Monitor berat badan
1. Porsi makan yang
Teraupetik
dihabiskan meningkat
2. Perasaan cepat kenyang 1. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
menurun konstipasi
3. Berat badan membaik
Edukasi
4. Indeks masa tubuh (IMT)
1. Ajarkan diet yang
membaik diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antibiotic
1. Anjurkan berolahraga
rutin
2. Anjurkan menggunakan
obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
3. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
Melembabkan kulit
kering pada kaki)
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menghindari
makanan dan/ minuman
yang mengganggu tidur
3. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan
perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan (Nursallam, 2011).
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
Evaluasi sumatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Maryani. 2020. Chapter II, Klasifikasi dan Komplikasi Diabetes Melitus. No 24-28.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2364/6/Chapter2.pdf
Rahmasari, dkk. 2019. Efektivitas Memordoca Carantia (Pare) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. No 59-60.
https://ojs.udb.ac.id/index.php/infokes/article/download, diakses 6 Desember 2021).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN ULKUS DM REGIO THORAX POSTERIOR
DI RUANG ELANG RSUD SIMO BOYOLALI
Disusun Oleh
P27220020203
2022
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2022 pada Tn. A dengan ulkus DM diruang
elang RSUD Simo. Data diperoleh dari pasien, keluarga pasien, observasi, dan rekam
medis pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan ada benjolan di punggung dan terasa nyeri
b. Kesehatan Keluarga
1) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang menderita diabetes
mellitus
2) Genogram
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien lemah, dan meringis nyeri
b. Kesadaran
CM (Composmentis) ; Eye – Verbal - Motorik (4-5-6)
c. Tanda-tanda vital
- TD : 147/94 mmHg
- N : 118 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6 ⁰ C
- SpO2 : 95%
- GDS : 133 mg/dL
Pemeriksaan P, Q, R, S, T
P (Provokator) : Ada benjolan
Q (Quality) : Terasa panas
R (Region) : punggung kiri
S (Severly) : skala 5
T (Time) : Terus menerus
d. Pemeriksaan Kulit
Warna kulit pasien sawo matang, turgor kulit baik, terdapat benjolan kemerahan dan
bengkak di punggung kiri
e. Pemeriksaan Kepala, Leher, dan Tengkuk
Kepala : bentuk kepala simetris, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih
dan tidak ada lesi, pasien mengatakan kepala nya pusing
Mata : bentuk mata simetris dan tidak menggunakan alat bantu
pengelihatan, konjungtiva tidak anemis
Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip
Mulut : mukosa bibir lembab, warna bibir normal, mulut dan gigi bersih
Telinga : bentuk simestris, bersih, tidak mengeluarkan cairan, dan tidak
menggunakan alat bantu pendengaran
Leher : bentuk simetris, tidak terdapat benjolan, dan tidak ada nyeri ketika
menelan
Tengkuk : tidak ada benjolan
Kekuatan Otot
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 3 April 2022 pukul 10.45 WIB
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
Index Eritrosit
-MCV 77.5 fl
-MCH 27.9 pg
-MCHC 36.0 %
-RDW-CV 12.3 %
-RDW-SD 34.8 fL
HITUNG JENIS
-Esinofil 2.7 %
-Basofil 0.4 %
-Neutrofil 79.9 %
-Lymfosit% 10.2 %
-Monosit 6.8 %
INDEKS TROMBOSIT
Fungsi Hati
-PDW 10.8 dL
-MPV 9.7 fL
-PCT 0.43 /
KIMIA
-HBsAg Negatif
6. Program Terapi
Infus Ringer laktat 20 tpm
Injeksi Cefotaxime 2 gr/12 jam
Injeksi Antrain 2 ml/12 jam
Cek GDS
7. Analisis Data
DS :
1) Pasien mengatakan ada benjolan Defisit kurang terpapar
dipunggung kiri pengetahuan informasi
2) Pasien mengeluh nyeri dan panas pada
daerah benjolan
3) Pasien mengatakan bingung bisa ada
benjolan dipunggungnya
DO :
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. (D.0111)
2. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah dibuktikan dengan resistensi insulin.
(D.0027)
C. Intervensi Keperawatan
menurun Edukasi:
D. Implementasi Keperawatan
Tanggal
1 2 Memonitor TTV S:
Minggu, 3 10.30 Pasien mengatakan
(D.0027)
April 2022 WIB bersedia dilakukan
pengukuran TTV
O:
Tanda - tanda vital
TD : 120/79 mmHg
S : 36,5 ⁰ C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO₂ : 95%
E. Evaluasi Keperawatan
DX
1 S:
(D.0111) Minggu, 3 April - Pasien mengatakan ada benjolan dipunggung
2022 kiri
2
- Pasien mengeluh nyeri dan panas pada daerah
(D.0027)
benjolan
- Pasien mengatakan sudah paham dengan
penyakitnya
- Pasien mengatakan pusing nya sudah berkurang
- Pasien mengatakan badan nya masih lemas
O:
N : 118 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 ⁰ C
SpO2 : 95%
- Pemeriksaan P, Q, R, S, T
P (Provokator) : benjolan
Q (Quality) : panas dan nyeri
R (Region) : Punggung kiri
S (Severly) :5
A:
P:
Intervensi dilanjutkan