Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS

Disusun Oleh :
IMAM AGEL SETIYAWAN
P27220020203

PROGRAM SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN
2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air didalam tubuh karena hilagnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat atau kombinasi keduanya (Mentes dan
Kang, 2013). Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang
disebabkan pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah
air dalam tubuh berkurang (Prescilla, 2009). Dehidrasi adalah kehilangan cairan dan
elektrolit karena kehilangan air atau output lebih banyak daripada asupan/input (Anik
Maryunani, 2010). Jadi, menurut saya dehidrasi adalah gangguan karena kehilangan
cairan tbuh yang disertai gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena
sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh
berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. Asupan air
yang kurang akan menimbulkan masalah kesehatan bagi tubuh (Hardinsyah, 2012).
Meskipun fungsi air sangat penting, tetapi sering terabaikan dalam kebiasaan pola makan
dan minum keseharian. Tidak semua orang dapat mencukupi untuk kebutuhan cairan
tubuhnya (Briawan, 2011). Departemen Kesehatan Indonesia (2005) merekomendasikan
cairan, terutama air minum, yang harus dikonsumsi untuk orang dewasa adalah 2 liter atau
setara 8 gelas setiap hari dimana anjuran ini tidak jauh berbeda dari pernyataan Shinya
(2008), pakar enzim dan guru besar kedokteran di Albert Einsten College Of Medicine
USA. Selain itu, kebutuhan cairan saat remaja akan meningkat dan direkomendasikan
sedikitnya 2,3 sampai 3 liter air per hari menurut Dietary Reference Intake (DRI). Data
Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) juga menunjukkan bahwa
rata-rata asupan total air dari makanan dan minuman pada remaja laki-laki adalah 3,4
L/hari dan remaja perempuan adalah 2,5 L/hari (Briawan, 2011).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada pasien Dehidrasi di ruang Trimurti Rumah
Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta?

C. Tujuan

a. Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Ny.S pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
b. Tujuan Khusus
Melakukan pengkajian Keperawatan Pada pasien Dehidrasi di ruang Trimurti
Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
1. Melaksanakan pengkajian pada pasien Diabetes mellitus dengan ulkus di
Ruang Sakura 3B Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong.
2. Menetapkan diagnosa Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
3. Menyusun perencanaan Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
4. Melaksanakan tindakan Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
5. Melakukan evaluasi asuhan Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta
6. Mendokumentasikan asuhan Keperawatan pada pasien Dehidrasi di ruang
Trimurti Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Surakarta

D. Manfaat
a. Teoritis
Diharapkan hasil asuhan keperawatan ini dapat memberikan wawasan
sekaligus sebagai pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan anak
yang dapat diaplikasikan dikalangan institusi terutama dalam pemberian
Asuhan Keperawatan pada pasien Dehidrasi.
b. Praktis
1. Bagi Keluarga Klien
Meningkatkan pengetahuan bagi keluarga klien tentang perawatan pada
pasien Dehidrasi.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dengan ini bisa sebagai masukan khususnya penatalaksanaan
Keperawatan pada pasien Dehidrasi.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam melakukan Asuhan
Keperawatan Pada pasien Dehidrasi.
4. Bagi Penulis
Sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan asuhan keperawatan
pada pasien dehidrasi dalam hal pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air didalam tubuh karena hilagnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat atau kombinasi keduanya (Mentes dan
Kang, 2013). Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang
disebabkan pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah
air dalam tubuh berkurang (Prescilla, 2009). Dehidrasi adalah kehilangan cairan dan
elektrolit karena kehilangan air atau output lebih banyak daripada asupan/input (Anik
Maryunani, 2010). Jadi, menurut saya dehidrasi adalah gangguan karena kehilangan
cairan tbuh yang disertai gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.

B. Etiologi

Faktor-faktor penyebab dehidrasi dapat dijabarkan sebagai berikut (Syaifuddin, 2011),


yaitu:

a. Berkeringat terlalu banyak.

b. Muntah hebat.

c. Diare hebat.

d. Diuresis (jumlah air kemih berlebihan)

C. Klasifikasi
Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut (Hidayat & Uliyah,
2019:34).
a. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut
.1) Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
2) Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
3) Hipotensi.
4) Turgor kulit buruk.
5) Oliguria.
6) Nadi dan pernapasan meningkat.
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
. b. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
2) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
3) Mata cekung. c. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai
5% BB atau 1,5- 2 liter.
D. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan atau dehidrasi adalah keadaan yang umum terjadi pada
berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan
cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume
cairan yang juda sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka
bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non
ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkap dan tidak dapat dipakai
oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti
beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi volume sirkulasi darah efektif.
Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-
70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi
kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika
asupannya tidak mencukupi.
Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar
dirawat dengan metode terbuka. Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya
penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang
berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis
osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama
glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada
kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk
urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik. Apapun penyebab dari
kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu curah jantung dengan
mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung.
Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan curah
jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor
pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang
kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer,
peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah
jantung dan perfusi jarignan yang normal.
E. Manifestasi Klinis
Berikut ini tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkatannya:
a. Dehidrasi Ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
1) Haus, gelisah
2) Denyut nadi 90-110 x /menit, napas normal
3) Turgor kulit normal
4) Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
5) Kesadaran baik
6) Denyut jantung meningkat
b. Dehidrasi Sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula )
1) Haus meningkat
2) Nadi cepat dan lemah
3) Kulit kering, membran mukosa kering
4) Pengeluaran urine berkurang
5) Suhu tubuh meningkat
c. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
1) Penurunan kesadaran
2) Lemah, lesu
4) Mata cekung
5) Pengeluaran urine tidak ada
6) Hipotensi
7) Nadi cepat dan halus
8) Ekstremitas dingin
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Urine
a. Osmolalilas kemih > 450 m osmol / kg
b. Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal)
c. Natirum urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal)
d. OJ urine meningkat
e. Jumlah urine menurun (30-50 cc / jam)
2) Darah
a. Ht meningkat
b. Kadar protein serum meningkat
c. Na+ seruim normal
d. Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1)
e. Glukosa serum : normal / meningkat
f. Hb menurun.
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapi Intravena Pemberian cairan intravena diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi
kebutuhan cairan ekstrasel secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intravena adalah
untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengonsumsi cairan
oral, menambah asupan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menyediakan
glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolism, memenuhi kebutuhan vitamin
larut air, serta menjadi media untuk vemberian obat melalui vena. Lebih khusus,terapi
intravena diberikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi berat, pasien pra dan
pascabedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
b. Cairan Intravena Jenis cairan intravena yang biasa digunakan meliputi :
1). Larutan nutrient Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (mis. Dekstrosa dan
glukosa) dan air. Larutan nutrient yang umum digunakan adalah 5%dekstrosa dalam air
(D5W); 3,3% glukosa dalam 0,3%NaCl; dan 5% glukosa alam 0,45% NaCl. Setiap 1 liter
cairan Dextrose 5% mengandung 170-200 kalori ; mengandung asam amino (Amigen,
Anunosol, Travamin) atau lemak (Lipomul dan Lyposyn).
2) Larutan Elektrolit Larutan ini meliputi larutan saline baik isotonik, hipotonik, maupun
hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang paling banyak digunakan adalah normal salin
(isotonic), yaitu NaCl 0,9%. Contoh larutan elektrolit lainnya adalah laktat Ringer (Na+ ,
K+ , Cl- , Ca2+) dan cairan Butler (Na+ , K + , Mg2+,Cl- ,HCO3- ).
3) Cairan asam-basa Jenis cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat
dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan sejenis garam yang dapat mengikat ion H+ dari
cairan sehingga mengurangi keasaman lingkungan.
4) Volume ekspander Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah
atau plasma, misalnya pada kasus hemoragi atau kombustio berat. Volume ekspander
yang umum digunakan antara lain dekstran, plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya
adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik darah.
c. Infus Intravena
1) Area Pemasangan Infus Secara umum, penginfusan dapat dilakukan pada vena lengan
(vena sefalika, basilika, dan mediana kubiti), vena tungkai (vena safena), atau vena di
daerah kepala (vena temporalis frontalis).Pada individu dewasa, infus biasanya dipasang
di daerah lengan atas, tangan dan kaki. Sedangkan pada bayi, infus dipasang pada daerah
kepala. Untuk penginfusan jangka panjang, pembuluh darah yang sebaiknya digunakan
pertama kali adalah pembuluh darah distal. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan
saat melakukan penusukan vena. Jika pembuluh darah distal rusak akibat penusukan
pertama, pembuluh darah proksimal dapat digunakan untuk penusukan berikutnya. Akan
tetapi, jika pembuluh darah proksimal telah rusak, penusukan tidak bisa dialihkan ke
pembuluh darah distal.
2) Prosedur Pemasangan Infus Saat melakukan pemasangan infus, perawat harus selalu
memerhatikan prinsip steril. Hal ini penting mengingat prosedur tersebut berkaitan
langsung dengan cairan tubuh. Sebelum memulai infus, beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain jenis dan jumlah cairan yang akan diinfuskan, dosis obat yang
akan ditambahkan ke dalam larutan yang kompatibel, dan kecepatan infus atau waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan infus

H. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat muncul akibat dehidrasi yang tidak ditangani, yaitu:

a. Kejang

b. Permasalaha pada ginjal dan saluran kemih


c. Cidera akibat suhu tinggi (heat injury)
d. Syok hipovolemik

H. Pathways

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Data diri pasien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, No. register, diagnosa medis penanggung
jawab
b. Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab pasien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang terdapat pada pasien Diabetes Melitus
b. Riwayat kesehatan sekarang
Hal yang berhubungan dengan keluhan utama, munculnya keluhan, tanggal
munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba),
perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat Penyakit yang dialami sejak dulu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit menular atau keturunan atau
tidak
e. Riwayat psikososial
Riwayat klien dengan berat badan yang semakin meningkat atau menurun dan
membuat harga diri rendah
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan dan minum sehari-hari, makanan yang dikonsumsi, jenis, jumlah
dan masalah yang dirasakan.
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien, apakah berpengaruh terhadap perubahan sistem
tubuhnya yang disebabkan oleh penyakit yang diderita.
c. Kebersihan diri
Upaya menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB dan BAK.
d. Pola Aktivitas
Dilihat dari gerakan aktif dan keadaan anak, apakah lemas dan sering tertidur atau
beraktivitas dengan baik
e. Pola tidur
Dilihat dari pola tidur klien, apakah sering merasa kesakitan atau ada keluahan
sehingga tidak bisa tidur selama sakit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum yang terdapat pada pasien Diabetes Melitus
b. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital pada klien meliputi; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, SpO2
c. Berat badan
Berat badan klien selama sebelum dan saat sakit apakah terjadi penurunan berat
badan secara bertahap maupun secara signifikan
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala , penyebaran rambut, perubahan warna rambut
Palpasi : Ada atau tidak benjolan
e. Mata
Inspeksi : Bentuk mata, konjugtiva anemis atau tidak, kondisi pupil, warna
sklera, lesi, edema
f. Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung, kebersihan, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,
perdarahan, apakah ada pembesaran polip
Palpasi : Ada tidaknya benjolan
g. Mulut :
Inspeksi : Bersih atau kotor, kelembaban, bau mulut, warna bibir, sianosis

h. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada, simetris atau tidak, ada tidaknya sesak napas, lesi,
penggunaan otot bantu pernapasan
Perkusi : Suara dada saat diperkusi terdengar suara sono ataukah suara lainnya
Palpasi : Nyeri tekan, benjolan
Auskultasi : Suara yang terdengar vesikuler ronkhi, stridor, atau mengi atau
kanpola pernapasan, bunyi napas, HR, RR, bunyi jantung

i. Jantung
Inspeksi : Denyutan ictus cordis terlihat atau tidak
Perkusi : Suara yang terdengar saat diperkusi apakah pekak atau tidak
Palpasi : Batas-batas jantung teraba pada ICS keberapa
Auskultasi : Pola pernapasan, bunyi napas, HR, RR, bunyi jantung
j. Abdomen
Inspeksi : Permukaan dinding
Auskultasi : Menilai adanya bising usus,
Perkusi : Suara abdomen saat diperkusi, terdengar bunyi gas atau tidak
Palpasi : Ada atau tidak pembesaran limfa dan hati
k. Kulit
Inspeksi : Sianosis, turgor kulit, warna kulit, terdapat lesi atau tidak
l. Genetalia
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada tidaknya gangguan pada area
genetalia
m. Anus
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada tidaknya gangguan pada area anus
n. Ekstremitas
Pemeriksaan tonus otot, CRT, dan akral
o. Aktivitas Kejang
Meliputi karakteristik kejang, lama kejang, dan frekuensi kejang

B. Diagnosa Keperawatan

C. Intervensi Keperawatan
No. DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi


berhubungan keperawatan …x24
jam - Identifikasi lokasi nyeri,
dengan agen diharapkan dapat nyeri akut karakteristik, durasi,
pencedera fisik teratasi dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
(D.0077)
2. Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun - Identifikasi respon nyeri
4. Gelisah menurun non verbal
5. Kesulitan tidur menurun
Teraupetik
6. Frekuensi nadi membaik
- Berikan teknik
nonfaarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi music)

Edukasi

- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi


ketidakstabilan keperawatan ...x24
jam 1. Monitor kadar glukosa
kadar glukosa diharapkan resiko darah
darah berhubungan ketidakstabilan kadar glukosa 2. Monitor tanda dan gejala
dengan darah dapat teratasi dengan hiperglikemia (mis.
ketidaktepatan kriteria hasil : Polyuria, polydipsia,
pemantauan 1. Mengantuk menurun polifagia)
glukosa darah atau 2. Pusing menurun 3. Monitor intake dan
hormon insulin 3. Lelah/lesu menurun output cairan
(D.0027) 4. Keluhan lapar menurun
5. Kadar glukosa dalam
Teraupetik
darah membaik
1. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi

1. Anjurkan monitor kadar


glukosa darah secara
mandiri
2. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
3. Ajarkan pengelolaan
diabetes (penggunaan
insulin)
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Kolaborasi cairan IV
3. Risiko defisit Setelah dilakukan tindakan Observasi
nutrisi keperawatan ...x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan diharapkan risiko defisit 2. Monitor asupan
dengan hormon nutrisi teratasi dengan kriteria makanan
insulin (D.0019) hasil : 3. Monitor berat badan
1. Porsi makan yang
Teraupetik
dihabiskan meningkat
2. Perasaan cepat kenyang 1. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
menurun konstipasi
3. Berat badan membaik
Edukasi
4. Indeks masa tubuh (IMT)
1. Ajarkan diet yang
membaik diprogramkan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi


integritas keperawatan ...x24 jam 1. Monitor karakteristik
kulit/jaringan diharapkan risiko gangguan luka (drainage, warna,
ukuran, bau)
berhubungan integritas kulit/jaringan dapat 2. Monitor tanda - tanda
dengan neuropati teratasi dengan kriteria hasil : infeksi
perifer. (D.0129) 1. Elastisitas meningkat Teraupetik
2. Hidrasi meningkat 1. Bersihkan dengan cairan
3. Perfusi jaringan NaCl atau pembersih
meningkat
4. Kerusakan jaringan nontoksik, sesuai
menurun kebutuhan
5. Kerusakan lapisan kulit 2. Bersihkan jaringan
menurun nekrotik
6. Nyeri menurun 3. Berikan salep yang
7. Perdarahan menurun sesuai kulit/lesi, jika
8. Kemerahan menurun perlu
4. Pasang balutan sesuai
jenis luka

Edukasi

1. Jelaskan tanda dan


gejala infeksiajarkan
prosedur perawatan luka
secara mandiri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
antibiotic

5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi


berhubungan keperawatan ...x24 jam 1. Monitor tanda dan
dengan penyakit diharapkan risiko infeksi gejala infeksi local dan
sistemik
kronis. (D.0142) dapat teratasi dengan kriteria
Teraupetik
hasil :
1. Demam menurun 1. Berikan perawatan kulit
pada area edema
2. Kemerahan menurun
Edukasi
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun 1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
5. Vesikel menurun
6. Cairan berbau busuk Kolaborasi
menurun 1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
7. Sputum berwarna hijau
menurun
8. Kadar sel darah putih
membaik
6. Resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan keperawatan ...x24 jam 1. Monitor status hidrasi
cairan berhubungan diharapkan risiko (frekuensi nadi, turgor
kulit, tekanan darah)
dengan gangguan ketidakseimbangan cairan 2. Monitor berat badan
mekanisme dapat teratasi dengan kriteria harian
regulasi. (D.0036) hasil : Teraupetik
1. Asupan cairan meningkat 1. Catat intake – output
2. Keluaran urin meningkat dan hitung balance
cairan 24 jam
3. Kelebaban membrane 2. Berikan asupan cairan,
mukosa meningkat sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena
4. Edema meningkat
Kolaborasi
5. Dehidrasi menurun
6. Turgor kulit membaik 1. Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

7. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Observasi


tidak efektif keperawatan ...x24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer
berhubungan diharapkan Perfusi perifer (mis. Nadi perifer,
edema, pengisian
dengan penurunan tidak efektif dapat teratasi kapiler, warna, suhu)
konsentrasi dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi factor resiko
gangguan sirkulasi (mis.
hemoglobin. 1. Denyut nadi perifer Diabetes, perokok,
(D.0009) meningkat orang tua, hipertensi,
dan kadar kolesterol
2. Penyembuhan luka tinggi)
meningkat 3. Monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau
3. Warna kulit pucat bengkak pada
menurun ekstermitas
4. Edema perifer menurun Teraupetik
5. Pengisian kapiler 1. Lakukan pencegahan
membaik infeksi
2. Lakukan perawatan kaki
6. Akral membaik dan kuku
7. Turgor kulit membaik 3. Lakukan hidrasi
Edukasi

1. Anjurkan berolahraga
rutin
2. Anjurkan menggunakan
obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
3. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
Melembabkan kulit
kering pada kaki)

8. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Observasi


tidur berhubungan keperawatan ...x24
jam 1. Identifikasi pola
dengan kurang diharapkan gangguan pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor
kontrol tidur. tidur dapat teratasi dengan pengganggu tidur (fisik
(D.0055) kriteria hasil : dana tau psikologis)
3. Identifikasi makanan
1. Keluhan sulit tidur dan minuman yang
meningkat mengganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga Teraupetik
meningkat 1. Modifikasi lingkungan
3. Keluhan tiadak puas tidur (mis. Pencahayaan,
kebisingan, suhu,
meningkat matras, dan tempat
4. Keluhan pola tidur tidur)
2. Fasilitasi
berubah meningkat menghilangkan stress
5. Keluhan istirahat tidak sebelum tidur
3. Tetapkan jadwal tidur
cukup meningkat rutin
4. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
Edukasi

1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menghindari
makanan dan/ minuman
yang mengganggu tidur
3. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan
perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :

 Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
 Evaluasi sumatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Sholikan, Muhammad. 2020. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES


MELITUS DENGAN MASALAH GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DI RUMAH
SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG”. (online),
http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/448/2/STIKESPW_Muhammad
%20Sholikan_fulltext.pdf, diakses 6 Desember 2021).
Ferawati,dkk. 2020. Hubungan Antara Kejadian Komplikasi Dengan Kualitas Hidup
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Pasien Prolanis Di Wilayah Kerja Puskesmas
Dander. Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya. No 274.
www.journal.stikeshangtuah-sby.ac.id, diakses 6 Desember 2021).

Fitriyanyi, Febriawati,dkk. 2019. Jurnal Ilmiah Pengalaman Penderita Diabetes Mellitus


Dalam Pencegahan Ulkus Diabetik, Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu
Volume 07, Nomor 02, https://media.neliti.com/media/publications/291108-
pengalaman-penderita-diabetes-mellitus, diakses 6 Desember 2021).

Maryani. 2020. Chapter II, Klasifikasi dan Komplikasi Diabetes Melitus. No 24-28.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2364/6/Chapter2.pdf

Putra. 2017. BAB II Tinjauan Pustaka, Patofisiologi Diabetes Melitus.


http://repository.unimus.ac.id, diakses 6 Desember 2021).

Rahmasari, dkk. 2019. Efektivitas Memordoca Carantia (Pare) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. No 59-60.
https://ojs.udb.ac.id/index.php/infokes/article/download, diakses 6 Desember 2021).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN ULKUS DM REGIO THORAX POSTERIOR
DI RUANG ELANG RSUD SIMO BOYOLALI
Disusun Oleh

IMAM AGEL SETIYAWAN

P27220020203

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A

DENGAN ULKUS DM REGIO THORAX POSTERIOR

DI RUANG ELANG RSUD SIMO

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2022 pada Tn. A dengan ulkus DM diruang
elang RSUD Simo. Data diperoleh dari pasien, keluarga pasien, observasi, dan rekam
medis pasien.

No. Register : 22041xxxxx


Ruang : Elang
Tanggal/Jam MRS : 3 April 2022/Jam 10.00
Tanggal Pengkajian : 3 April 2022/Jam 10.30
Diagnosa Medis : Ulkus Diabetes Melitus Regio Thorax Posterior
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Penturan sambi
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Hubungan : Anak

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan ada benjolan di punggung dan terasa nyeri

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pada tanggal 3 April 2022, Tn. A datang dari IGD RSUD Simo ke bangsal Elang
pukul 10.00 WIB, dengan keluhan ada benjolan di punggung dan terasa nyeri.
Pada tanggal 3 April 2022 jam 10.30 WIB, dilakukan pengkajian pada pasien
Tn.A pasien mengatakan bingung kenapa pada punggung kiri ada benjolan terasa
panas dan nyeri, tampak bengkak dan kemerahan dijadwalkan operasi pada
tanggal 4 April 2022.

kemudian dilakukan TTV diperoleh data sebagai berikut:


TD : 147/94 mmHg
N : 118 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 ⁰ C
SpO2 : 95%
GDS : 133 mg/dL

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Diabetus Melitus sejak tahun 2014
yang lalu. Beliau rutin konsultasi obat dan cek gula darah.

b. Kesehatan Keluarga
1) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang menderita diabetes
mellitus

2) Genogram

□ : Kakek (meninggal) ○ : Nenek (meninggal)


: Saudari pasien : Istri pasien
■ : anak pasien x : Pasien (Tn.A)

3. Pola Aktivitas Sehari-hari


a. Pola persepsi kesehatan
Kesehatan menurut pasien adalah hal yang harus dijaga karena kebutuhan paling
penting dan mahal harganya, dan pasien berharap agar lekas sembuh dengan adanya
tindakan keperawatan atau medis dan operasi yang akan dilakukan.

b. Pola nutrisi dan metabolik


Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa makan teratur 3 kali sehari dan
minum 3 liter dalam sehari.
Selama sakit : Pasien mengatakan nafsu makan sedikit menurun dan minum
hanya habis 1 liter dalam sehari
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 2 sampai 3 hari sekali dengan
konsistensi lembek dan tidak bercampur darah, BAK lancar 4-5
kali sehari berwarna kuning jernih
Selama sakit : Pasien mengatakan BAB 2 kali dalam 5 hari, BAK lancar 10
kali sehari berwarna kuning jernih

d. Pola aktivitas dan latihan


Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
bantuan orang lain/keluarga
Selama sakit : Pasien mengatakan bisa melakukan kegiatan ringan seperti
bangun dari tempat tidur, makan dan minum dengan mandiri,
dan pergi ke kamar mandi sendiri
e. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur selama 7-8 jam perhari
Selama sakit : Pasien mengatakan tidak puas tidur karena hanya 5 jam per
hari. Pasien juga mengatakan pola tidurnya berubah ketika
sakit
f. Persepsi kognitif
Sebelum sakit : Pasien dapat berbicara dengan baik dan benar, pasien juga
mengatakan dapat melihat dan membaca dengan baik. Pasien
juga mengerti akan penyakitnya sekarang.
Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit hanya berbicara seperlunya
saja. Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
perawat/tim medis lainnya, serta pasien juga dapat diajak
bekerja sama dengan perawat selama masa
perawatan/pengobatan di rumah sakit.
g. Persepsi dan konsep diri
Citra diri : Pasien mengatakan bersyukur masih bisa merasakan sakit
Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bertemu dengan
keluarga di rumah
Harga diri : Pasien mengatakan tidak malu dengan keaadannya
Peran : Pasien mengatakan bahwa ia sebagai ayah dan kakek
h. Peran dan hubungan
Sebelum sakit : Pasien sebagai ayah dan kakek
Selama sakit : Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan bertemu dengan
keluarga di rumah
i. Seksualitas
Pasien sudah menikah
j. Koping toleransi
Pasien mengatakan akan menjalaninya dengan ikhlas dan sabar. Pasien sekarang
berharap segera bisa sembuh, kembali ke rumah, dan tidak merepotkan banyak orang
untuk menunggunya di rumah sakit.
k. Pola nilai dan keyakinan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan melakukan ibadah secara rutin dengan
berdiri
Selama sakit : Pasien mengatakan melakukan ibadah dengan duduk di kursi

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien lemah, dan meringis nyeri
b. Kesadaran
CM (Composmentis) ; Eye – Verbal - Motorik (4-5-6)
c. Tanda-tanda vital
- TD : 147/94 mmHg
- N : 118 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6 ⁰ C
- SpO2 : 95%
- GDS : 133 mg/dL
Pemeriksaan P, Q, R, S, T
P (Provokator) : Ada benjolan
Q (Quality) : Terasa panas
R (Region) : punggung kiri
S (Severly) : skala 5
T (Time) : Terus menerus
d. Pemeriksaan Kulit
Warna kulit pasien sawo matang, turgor kulit baik, terdapat benjolan kemerahan dan
bengkak di punggung kiri
e. Pemeriksaan Kepala, Leher, dan Tengkuk
Kepala : bentuk kepala simetris, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih
dan tidak ada lesi, pasien mengatakan kepala nya pusing
Mata : bentuk mata simetris dan tidak menggunakan alat bantu
pengelihatan, konjungtiva tidak anemis
Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip
Mulut : mukosa bibir lembab, warna bibir normal, mulut dan gigi bersih
Telinga : bentuk simestris, bersih, tidak mengeluarkan cairan, dan tidak
menggunakan alat bantu pendengaran
Leher : bentuk simetris, tidak terdapat benjolan, dan tidak ada nyeri ketika
menelan
Tengkuk : tidak ada benjolan

f. Pemeriksaan Dada (Thorak)


Inspeksi : bentuk dada simetris kanan dan kiri, ada retraksi otot dada
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara nafas normal
g. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 4 dan ICS 5
Perkusi : suara jantung pekak
Auskultasi : suara jantung normal (1,2), tisak ada mur-mur, dan tidak ada bruit
h. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bersih, simetris, dan tidak ada luka
Auskultasi : bising usus 14 kali/menit
Perkusi : terdengar timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Inspeksi : tidak terpasang kondom kateter
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
j. Pemeriksaan Ekstremitas

Atas kanan : Tidak ada edema


Atas kiri : Tidak ada edema
Bawah kanan : Tidak ada edema
Bawah kiri : Tidak ada edema

Kekuatan Otot

Atas kanan Atas kiri


3 3

Bawah kanan Bawah kiri


3 3

Keterangan kekuatan otot:


0 : Lumpuh total/ tidak ada gerakan otot
1 : Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau
dilihat
2 : Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan
3 : Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 : Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 : Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan
maksimal.

5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 3 April 2022 pukul 10.45 WIB

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN

HEMATOLOGI

DARAH RUTIN

-Hemoglobin 14.9 g/dL

-Leukosit 15.22 10^3ul

-Trombosit 449 10^3ul

-Eritrosit 5.34 10^6ul


-Hematokrit 41.4 %

Index Eritrosit

-MCV 77.5 fl

-MCH 27.9 pg

-MCHC 36.0 %

-RDW-CV 12.3 %

-RDW-SD 34.8 fL

HITUNG JENIS

-Esinofil 2.7 %

-Basofil 0.4 %

-Neutrofil 79.9 %

-Lymfosit% 10.2 %

-Monosit 6.8 %

-Neutrofit# 12.15 ribu/ul

-Lymfosit# 1.56 ribu/ul

-Monosit# 1.04 ribu/ul

-Esinofil# 0.41 ribu/ul

-Basofil# 0.06 ribu/ul

INDEKS TROMBOSIT

Fungsi Hati

-PDW 10.8 dL
-MPV 9.7 fL

-PCT 0.43 /

-PT 14.3 Detik

-APTT 34.4 Detik

KIMIA

-Ureum 48.6 mg/dL

-Creatin 1.30 mg/dL

-HBsAg Negatif

-Anti HIV ½ (RAPID) Non Reaktif

6. Program Terapi
 Infus Ringer laktat 20 tpm
 Injeksi Cefotaxime 2 gr/12 jam
 Injeksi Antrain 2 ml/12 jam
 Cek GDS
7. Analisis Data

Data Fokus Problem Etiologi

DS :
1) Pasien mengatakan ada benjolan Defisit kurang terpapar
dipunggung kiri pengetahuan informasi
2) Pasien mengeluh nyeri dan panas pada
daerah benjolan
3) Pasien mengatakan bingung bisa ada
benjolan dipunggungnya
DO :

 Terdapat benjolan bengkak dan kemerahan


di punggung kiri
 Pemeriksaan P, Q, R, S, T
P (Provokator) : benjolan
Q (Quality) : panas dan nyeri
R (Region) : Punggung kiri
S (Severly) :5

T (Time) : Terus menerus

DS : Resiko resistensi insulin


ketidakstabilan
1) Pasien mengatakan kepala nya terasa
kadar glukosa
pusing
dalam darah
2) Pasien mengatakan badan nya lemas
DO :

3) Pasien tampak lemas


4) Skala nyeri : 5
5) Tanda-tanda vital
- TD : 147/94 mmHg
- N : 118 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6 ⁰ C
- SpO2 : 95%
- GDS : 133 mg/dL

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. (D.0111)
2. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah dibuktikan dengan resistensi insulin.
(D.0027)

C. Intervensi Keperawatan

NO DX Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


1 Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama 1x24
(D.0111) - Identifikasi kesiapan dan
jam, diharapkan tingkat
kemampuan menerima
pengetahuan meningkat
informasi
dengan kriteria hasil:
- Identifikasi faktor-faktor yang
- Perilaku sesuai anjuran
dapat meningkatkan dan
meningkat
menurunkan motivasi perilaku
- Kemampuan menjelaskan
hidup bersih dan sehat
pengetahuan tentang suatu
Teraupetik:
topik meningkat
- Perilaku sesuai dengan - Jadwalkan pendidikan

pengetahuan meningkat kesehatan sesuai kesepakatan

- Pertanyaan tentang - Berikan kesempatan untuk

masalah yang dihadapi bertanya

menurun Edukasi:

- Jelaskan faktor resiko yang


dapat mempengaruhi kesehatan

2 Setelah diberikan tindakan Observasi:


keperawatan selama 1x24 jam - Monitor TTV
(D.0027)
diharapkan kestabilan kadar - Identifikasi kemungkinan
glukosa darah meningkat penyebab hiperglikemia
dengan kriteria hasil : - Identifikasi yang menyebabkan
- Pusing menurun kebutuhan insulin meningkat
- Lelah/lesu menurun - Monitor kadar glukosa darah
- Kadar glukosa dalam darah Teraupetik:
membaik
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
- Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. Penggunaan insulin, obat
oral)
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu

D. Implementasi Keperawatan

NO. Hari, Jam DX Implementasi Respon TTD

Tanggal

1 2 Memonitor TTV S:
Minggu, 3 10.30  Pasien mengatakan
(D.0027)
April 2022 WIB bersedia dilakukan
pengukuran TTV
O:
 Tanda - tanda vital
TD : 120/79 mmHg
S : 36,5 ⁰ C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO₂ : 95%

10.35 2 Monitor kadar S :


WIB glukosa darah  Pasien mengatakan
(D.0027)
setuju untuk di cek
gula darah nya
O:
 GDS : 133
10.40 2 Identifikasi yang S :
WIB menyebabkan  Pasien mengatakan
(D.0027)
kebutuhan insulin makan nasi dan
meningkat minum teh
O:
 Pasien tampak
makan banyak
10.45 1 Identifikasi kesiapan S:
WIB dan kemampuan  Pasien mengatakan
(D.0111)
menerima informasi siap untuk diberikan
penjelasan
mengenai penyakit
yang dideritanya
O:
 Pasien tampak
masih bingung
dengan penyakitnya
10.50 2 Identifikasi S:
WIB kemungkinan  Pasien mengatakan
(D.0027)
penyebab suka makan
hiperglikemia makanan
berkarbohidrat
tinggi
O:
 Pasien makan tanpa
memperhatikan
kadar glukosa yang
dikonsumsi
11.00 1 Jadwalkan S:
WIB pendidikan  Pasien mengatakan
(D.0111)
kesehatan sesuai bersedia diberikan
kesepakatan penkes pada jam
15.30
O:
 Pasien tampak
bersedia diberikan
penkes sesuai
kontak waktu yang
dibuat
13.00 2 Kolaborasi S:
WIB pemberian insulin,  Pasien mengatakan
(D.0027)
jika perlu bersedia di injeksi
insulin
O:
 Pasien tampak
kooperatif dan
tenang ketika di
injeksi insulin
13.05 2 Ajarkan pengelolaan S :
WIB diabetes (mis.  Pasien mengatakan
(D.0027)
Penggunaan insulin, paham cara injeksi
obat oral) insulin dan aturan
konsumsi obat oral
sesuai dengan yang
dijelaskan
O:
 Pasien tampak
paham cara
menggunakan
injeksi insulin dan
aturan minum obat
oral
15.30 1 Jelaskan faktor S :
WIB resiko yang dapat  Pasien mengatakan
(D.0111)
mempengaruhi paham dirinya sakit
kesehatan karena tidak
menjaga kesehatan
dengan konsumsi
makanan sehat dan
kurang olahraga
O:
 Pasien tampak
memahami
penjelasan faktor
resiko yang
mempengaruhi
kesehatan nya
15.35 2 Anjurkan kepatuhan S :
WIB terhadap diet dan  Pasien mengatakan
(D.0027)
olahraga akan menjaga pola
makan rendah gula
dan akan rutin
berolahraga setelah
keluar dari rumah
sakit
O:
 Pasien mematuhi
anjuran diet dan
olahraga yang
diberikan
15.40 1 Berikan kesempatan S:
WIB untuk bertanya  Pasien mengatakan
(D.0111)
tidak memiliki
pertanyaan
O:
 Pasien tampak
sudah jelas dan
paham dengan
penjelasan yang
diberikan
18.30 2 Kolaborasi S:
WIB pemberian cairan IV,  Pasien mengatakan
(D.0027)
jika perlu setuju untuk
dipasang infus
ditangan kiri nya
O:
 Dipasang infus RL
20 tpm di tangan
kiri
21.00 2 Berkolaborasi S:
WIB dengan tim medis  Pasien mengatakan
(D.0027)
dalam pemberian bersedia di suntik
obat obat melalui selang
infus
- Injeksi
O:
Cefotaxime 2
- Pasien tampak
gr/12 jam
kooperatif dan
- Injeksi Antrain 2
tenang ketika obat
ml/12 jam
diinjeksikan melalui
selang infus

E. Evaluasi Keperawatan

NO. HARI/TANGGAL EVALUASI TTD

DX

1 S:
(D.0111) Minggu, 3 April - Pasien mengatakan ada benjolan dipunggung
2022 kiri
2
- Pasien mengeluh nyeri dan panas pada daerah
(D.0027)
benjolan
- Pasien mengatakan sudah paham dengan
penyakitnya
- Pasien mengatakan pusing nya sudah berkurang
- Pasien mengatakan badan nya masih lemas
O:

- Terdapat benjolan bengkak dan kemerahan di


punggung kiri
- Skala nyeri : 5
- Tanda-tanda vital
TD : 147/94 mmHg

N : 118 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,6 ⁰ C

SpO2 : 95%

GDS : 133 mg/dL

- Pemeriksaan P, Q, R, S, T
P (Provokator) : benjolan
Q (Quality) : panas dan nyeri
R (Region) : Punggung kiri
S (Severly) :5

T (Time) : Terus menerus

A:

- Defisit pengetahuan berhubungan dengan


kurang terpapar informasi teratasi
- Resiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam
darah dibuktikan dengan resistensi insulin
teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai