Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Manajemen Hidrasi dan Rehidrasi

Oleh :
Hani Yusri Iqomah
NIM. 23106014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa :
Kasus Laporan Pendahuluan / Asuhan Kebidanan :
Ruang Praktik :
Rumah Sakit / Lahan Praktik :

Jember, November 2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

............................................ ............................................
NIK/NIDN NIK/NIDN

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya mampu mengerjakan laporan ini yang
membahas tentang manajemen hidrasi dan rehidrasi.
Dalam rangka memenuhi target mata kuliah keterampilan dasar kebidanan
dan praktek klinik. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember.
2. Pembimbing Akademik Universitas dr.Soebandi Jember.
3. Kepala Ruangan.
4. Pembimbing Klinik.
5. Semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan atau laporan
ini.
Tentunya laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
sempurnaanya laporan ini.

Jember, November 2023

Hani Yusri Iqomah

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Hidrasi dan Dehidrasi
2.1.1 Pengertian Hidrasi
2.1.2 Pengetian Dehidrasi
2.2Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Dehidrasi
2.3 Macam-macam Dehidrasi Berdasarkan Derajatnya
2.4 Patofisiologi
2.5 Tanda dan Gejala Dehidrasi2.7........................................................ Diagnosa
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dehidrasi adalah kehilangan cairan dari keseluruhan komponen tubuh.
Dehidrasi disebabkan karena kebutuhan cairan lebih banyak dari asupan yang
mengakibatkan volume cairan dalam darah berkurang (Bahrudin & Nafara, 2019).
Jika tubuh kehilangan banyak cairan, maka tubuh akan mengalami dehidrasi.
Bahaya dehidrasi diantaranya adalah penurunan kemampuan kognitif karena sulit
berkonsentrasi, resiko infeksi saluran kemih, dan terbentuknya batu ginjal.
Konsumsi cairan dalam jumlah yang cukup dan tidak menahan air kemih adalah
cara yang paling efektif untuk mencega infeksi saluran kemih, serta menurunnya
stamina dan produktivitas kerja melalui gangguan sakit kepala, lesu, kejang
hinggah pingsan. Kehilangan cairan lebih dari 15% akan berakibat fatal (Sari &
Nindya, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian hidrasi ?
B. Apa pengertian dehidrasi?
C. Apa penyebab terjadinya dehidrasi ?
D. Ada berapa macam tingkat dehidrasi?
E. Apa saja tanda dan gejala dehidrasi?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian hidrasi.
B. Untuk mengetahui pengertian dehidrasi.
C. Untuk mengetahui penyebab terjadinya dehidrasi.
D. Untuk mengetahui macam-macam tingkatan dehidrasi.
E. Untuk mengetahui tanda dan gejala dehidrasi.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan pengumpulan data dari berbagai sumber aplikasi yang
berkaitan dengan cara mencari, membaca dan mempelajari.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidrasi dan Dehidrasi
2.1.1 Pengertian Hidrasi
Menurut Murray,B. (2007) hidrasi diartikan sebagai keseimbangan cairan
dalam tubuh dan merupakan syarat penting untuk menjamin fungsi metabolisme
sel tubuh.
2.1.2 Pengertian Dehidrasi
Sementara dehidrasi Menurut Murray,B. (2007) berarti kurangnya cairan
di dalam tubuh karena jumlah yang keluar lebih besar dari jumlah yang masuk.
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air didalam tubuh karena hilagnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat atau kombinasi keduanya
(Mentes dan Kang, 2013).
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang
disebabkan pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga
jumlah air dalam tubuh berkurang (Prescilla, 2009). Dehidrasi adalah kehilangan
cairan dan elektrolit karena kehilangan air atau output lebih banyak daripada
asupan/input (Anik Maryunani, 2010).
Jadi, menurut saya dehidrasi adalah gangguan karena kehilangan cairan
tubuh yang disertai gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
2.2 Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Dehidrasi
Faktor-faktor penyebab dehidrasi dapat dijabarkan sebagai berikut
(Syaifuddin, 2011), yaitu:
a. Berkeringat terlalu banyak.
b. Muntah hebat.
c. Diare hebat.
d. Diuresis (jumlah air kemih berlebihan).
2.3 Macam-macam Dehidrasi Berdasarkan Derajatnya
Macam-macam dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut
(Hidayat & Uliyah, 2015:34).
a. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.

6
1) Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
2) Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
3) Hipotensi.
4) Turgor kulit buruk.
5) Oliguria.
6) Nadi dan pernapasan meningkat.
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
b. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
2) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
3) Mata cekung.
c. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau
1,5-2 liter.
2.4 Patofisiologi
Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada
berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan
kehilangan cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering
kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah tersimpannya cairan
pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna.
Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya
cairan menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan
volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari
volume ECF sehingga dapta mengurangi volume sirkulasi darah efektif.
Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari
ari, Na (30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang
panas, bisa terjadi kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan
kekurangan volume jika asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapat
hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar dirawat dengan metode
terbuka.
Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi
pada 3 keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan,

7
terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik
obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama
glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik
pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral
dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen
osmotik.
Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume
ECF menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung
sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata
= curah x tahanan perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan
hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan
arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian
menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan
denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung
dan perfusi jarignan yang normal.
2.5 Tanda dan Gejala Dehidrasi Berdasarkan Tingkatnya
Berikut ini tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkatannya:
a. Dehidrasi Ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
1) Haus, gelisah
2) Denyut nadi 90-110 x /menit, napas normal
3) Turgor kulit normal
4) Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
5) Kesadaran baik
6) Denyut jantung meningkat
b. Dehidrasi Sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula )
1) Haus meningkat
2) Nadi cepat dan lemah
3) Turgor kulit kering, membran mukosa kering
4) Pengeluaran urine berkurang
5) Suhu tubuh meningkat

8
c. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
1) Penurunan kesadaran
2) Lemah, lesu
3) Takikardi
4) Mata cekung
5) Pengeluaran urine tidak ada
6) Hipotensi
7) Nadi cepat dan halus
8) Ekstremitas dingin
2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Urine
1) Osmolalilas kemih > 450 m osmol / kg
2) Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal)
3) Natirum urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal)
4) OJ urine meningkat
5) Jumlah urine menurun (30-50 cc / jam)
b. Darah
1) Ht meningkat
2) Kadar protein serum meningkat
3) Na+ seruim normal
4) Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1)
5) Glukosa serum : normal / meningkat
6) Hb menurun.
2.7 Diagnosa
Adapun diagnosa yang muncul pada pasien dengan dehidrasi, yaitu:
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
(kelebihan atau kekurangan) ditandai dengan data subjektif dan data
objektif.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih ditandai dengan data subjektif dan data objektif.

9
c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan data subjektif
dan data objektif.
2.8 Penatalaksanaan Medis
A. Penatalaksanaan Terapi Intravena
Pemberian cairan intravena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan
ekstrasel secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intravena adalah untuk
memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengonsumsi cairan
oral, menambah asupan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit,
menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolism,
memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk vemberian obat
melalui vena. Lebih khusus,terapi intravena diberikan pada pasien yang
mengalami syok,intoksikasi berat, pasien pra dan pascabedah, atau pasien yang
membutuhkan pengobatan tertentu.
B. Cairan Intravena
Jenis cairan intravena yang biasa digunakan meliputi :
a. Larutan nutrient
Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (mis. Dekstrosa dan
glukosa) dan air. Larutan nutrient yang umum digunakan adalah
5%dekstrosa dalam air (D5W); 3,3% glukosa dalam 0,3%NaCl; dan 5%
glukosa alam 0,45% NaCl. Setiap 1 liter cairan Dextrose 5%
mengandung 170-200 kalori ; mengandung asam amino (Amigen,
Anunosol, Travamin) atau lemak (Lipomul dan Lyposyn).
b. Larutan Elektrolit
Larutan ini meliputi larutan saline baik isotonik, hipotonik, maupun
hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang paling banyak digunakan adalah
normal salin (isotonic), yaitu NaCl 0,9%. Contoh larutan elektrolit
lainnya adalah laktat Ringer (Na+ , K+, Cl-, Ca2+) dan cairan Butler (Na+,
K+, Mg2+,Cl-,HCO3-).
c. Cairan asam-basa

10
Jenis cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat dan
natrium bikarbonat. Laktat merupakan sejenis garam yang dapat
mengikat ion H+ dari cairan sehingga mengurangi keasaman
lingkungan.
d. Volume ekspander
Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah atau
plasma, misalnya pada kasus hemoragi atau kombustio berat. Volume
ekspander yang umum digunakan antara lain dekstran, plasma, dan
albumin serum. Cara kerjanya adalah dengan meningkatkan tekanan
osmotik darah.
C. Infus Intravena
a. Area Pemasangan Infus
Secara umum, penginfusan dapat dilakukan pada vena lengan (vena
sefalika, basilika, dan mediana kubiti), vena tungkai (vena safena), atau
vena di daerah kepala (vena temporalis frontalis).Pada individu dewasa,
infus biasanya dipasang di daerah lengan atas, tangan dan kaki.
Sedangkan pada bayi, infus dipasang pada daerah kepala. Untuk
penginfusan jangka panjang, pembuluh darah yang sebaiknya
digunakan pertama kali adalah pembuluh darah distal. Ini dilakukan
untuk mengantisipasi kegagalan saat melakukan penusukan vena. Jika
pembuluh darah distal rusak akibat penusukan pertama, pembuluh
darah proksimal dapat digunakan untuk penusukan berikutnya. Akan
tetapi, jika pembuluh darah proksimal telah rusak, penusukan tidak bisa
dialihkan ke pembuluh darah distal.
b. Prosedur Pemasangan Infus
Saat melakukan pemasangan infus, perawat harus selalu memerhatikan
prinsip steril. Hal ini penting mengingat prosedur tersebut berkaitan
langsung dengan cairan tubuh. Sebelum memulai infus, beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan antara lain jenis dan jumlah cairan yang
akan diinfuskan, dosis obat yang akan ditambahkan ke dalam larutan

11
yang kompatibel, dan kecepatan infus atau waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan infus.
c. Cara Menghitung Tetesan Infus
1) Dewasa
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan/Menit
lamanya infus ( jam ) x 3
2) Anak
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan/Menit
lamanyainfus ( jam )
2.9 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat muncul akibat dehidrasi yang tidak
ditangani, yaitu:
a. Kejang
b. Permasalaha pada ginjal dan saluran kemih
c. Cidera akibat suhu tinggi (heat injury)
d. Syok hipovolemik

12
DAFTAR PUSTAKA

Leksana, E. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. Jakarta: Salemba


Medika.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: CV Trans Info Media.
Mentes dan Kang. 2013. Hydration Management.
Prescilla. 2009. Gangguan Gastrointeritis pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifudin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Uliyah, Musrifatul, dan Azis Alimu Hidayat. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

13

Anda mungkin juga menyukai