Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Lansia Ny.

D (80 tahun

Dengan Gangguan Hidrasi

Disusun Oleh :

KELOMPOK :

1. Siska Rahayu (241911006)


2. Sopiah (241911007)
3. Wita Yulianti Barges (241911009)

MAYAPADA NURSING ACADEMY

JAKARTA, 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya saya seabagai penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “ Asuhan Keperawatan Lansia dengan Dehidrasi “dengan
baik. Saya juga berterima kasih kepada Ibu., selaku Dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang telah memberikan penugasan dan bimbingan
kepada saya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi pencapaian
pemahaman kelompok mengenai salah satu topik bahasan mata kuliah
Keperawatan Gerontik yakni konsep keperawatan tentang “Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Dehidrasi”.
Saya juga berharap makalah ini dapat berguna serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita “Asuhan Keperawatan Lansia dengan
Dehidrasi” Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna.
Oleh karena itu, saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritikan atau
masukan yang membangun guna keutuhan informasi topik bahasan makalah
ini

Jakarta, 15 oktober 2021

Penulis
BAB I
TINJAUAN LITERATUR

1.1 Pengertian Dehidrasi


Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh.
Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan
(melalui minum). Dehidrasi lebih mudah terjadi pada anak-anak dan wanita
karena di dalam tubuhnya banyak mengandung lemak yang hanya
mengandung 20% air. Pada manula juga sering terjadi dehidrasi karena kadar
air dalam tubuhnya menurun akibat penuaan organ-organ tubuh. Selain faktor
kondisi tubuh, dehidrasi umumnya lebih mudah terjadi pada orang yang
memiliki banyakdisadari di saat melakukan aktivitas dan juga karena cuaca
panas (D’anci et al.,2009). Dehidrasi juga dapat terjadi karena kurangnya
konsumsi cairan dan konsumsi obat diuretik (Schwabe et al., 2007).

Dehidrasi adalah kehilangan cairan dari keseluruhan kompartemen


tubuh. Dehidrasi disebabkan karena kebutuha cairan lebih banyak dari asupan
yang mengakibatkan volume cairan dalam darah berkurang. (Guyton, 2012)

1.2 Klasifikasi Dehidrasi


Dehidrasi bisa dibagi menjadi 3 kategori, yaitu dehidrasi ringan
(dehidrasi pendek), dehidrasi sedang dan dehidrasi panjang. AFIC (1999)
dalam Kit dan Teng (2008) menjelaskan bahwa tiap tingkatan dehidrasi
memiliki tanda-tanda dehidrasi yang bervariasi sebagai berikut :

a. Dehidrasi ringan (dehidrasi jangka pendek) Kehilangan cairan 2% sampai


5% dari berat badan semula. Tanda-tanda dehidrasi ringan adalah haus,
lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5% sampai 8 % dari berat badan semula. Tandatanda
dehidrasi sedang adalah detak jantung makin cepat, pusing, tekanan darah
rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat dan volumenya berkurang.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan >8% dari berat badan semula. Tanda-tanda dehidrasi
berat adalah muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah bengkak),
kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah yang tidak
lancar) dan sebagainya.

1.3 Etiologi Dehidrasi


Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan
cairan sangat kurang. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi
antara lain :
1) Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan
cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak-anak meninggal
setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.
2) Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk
menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.
3) Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi lingkungan
yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh
dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama
sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam
kondisi dehidrasi.
4) Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing manis
akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui kencing
sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk
kencing.
5) Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya cairan
berlebihan pada kulit yang rusak oleh luka bakar.
6) Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu sebab rentan
untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.

1.4 Gejala dan Tanda-tanda Dehidrasi


Berikut ini Tanda dan Gejala dehidrasi berdasarkan tingkatatnnya
a. Dehidrasi Ringan ( Kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
1. Haus, gelisah
2. Denyut nadi 90-10 x/menit, nafas normal
3. Turgor kulit normal
4. Pengeluaran urine (1300ml/hari)
5. Kesadaran Baik
6. Denyut jantung meningkat
b. Dehidrasi Sedang (Kehilanagan Cairan 5% dari BB semula)
1. Haus Meningkat
2. Nadi cepat dan lemah
3. Turgor kulit kering, membrane mukosa kering
4. Pengeluaran urune berkurang
5. Suhu tubuh meningkat
c. Dehidrasi Berat (Kehilangan cairan > 8% dari BB semula)
1. Penurunan kesadaran
2. Lemah, lesu
3. Takikardi
4. Mata cekung
5. Pengeluaran urine tidak ada
6. Hipotensi
7. Nadi cepat dan halus
8. Ekstremitas dingin
1.5 Cara Penanganan Dehidrasi
Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat
mudah dikenali saat awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi
maka akan semakin baik hasil yang didapatkan. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi antara lain :
1) Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal
untuk mencegah kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini
terutama untuk mengurangi gejala yang terjadi.
2) Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.
3) Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap
namun frekuensinya ditingkatkan.
Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian
cairan ini dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan
pemasukan cairan melalui infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian
cairan sedapat mungkin dari minuman. Keputusan menggunakan cairan infus
sangat terggantung dari kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan dokter.
Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat dari produksi kencing.
Penggunaan obat-obatan diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit yang
merupakan penyebab dari dehidrasi seperti diare, muntah dan lain-lain.

1.6 Pencegahan Dehidrasi


Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :
1. Lingkungan
Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk
dilakukan pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau
aktifitas fisik yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan
aktifitas berlebihan pada siang hari.
2. Olah raga
Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus minum
lebih banyak cairan
3. Umur
Umur muda dan tua sama beresikonya untuk mengalami dehidrasi.
Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan
tertangani dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Dehidrasi kerap kali menyebabkan kulit jadi tipis dan lebih cepat
kelihatan berkerut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
dehidrasi pada kulit, yaitu dengan minum banyak cairan, normalnya
disarankan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari,
minum minuman berenergi dapat mendorong orang-orang aktif, lebih
banyak minum cairan karena kandungan rasa dan sodium tinggi di
dalamnya, hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol,
keduanya sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi, hindari minuman
yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan
penggelembungan atau perasaan penuh dan mencegah pemenuhan
konsumsi cairan, terlindungi dari matahari dan lindungi kulit dengan
sunblock kapan saja selebihnya, menyadari dan mempersiapkan adalah
cara termudah untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

1.7 Teori Asuhan Keperawatan


1.7.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut
Lyer et al (1996, dalam Setiadi, 2012). Pengkajian adalah pendekatan
sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya (Manurung, 2011).
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut
Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012).
1. Pemeriksaan fisik
Sistem Kardiovaskuler Pengkajian pada sistem ini meliputi pengukuran
distensi vena jugularis, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, bunyi jantung,
distritmia, dan lain-lain.
1) Sistem pernafasaan Pengkajian pada sistem ini antara lain frekuensi
pernafasan, gangguan pernafasan seperti dispnea, rales, dan bronki.
2) Sistem persyarafan Pengkajian pada sistem ini antara lain perubahan
tingkat kesadaran, gelisah atau kekacauan mental, refleks-refleks
abnormal, perubahaan neuromuskular misalnya berupa kesemutan,
parestesia, fatigue, dan lain-lain.
3) Sistem gastrointestinal Pengkajian pada sistem ini antar lain meliputi
riwayat anoreksia, kram abdomen, abdomen cekung, abdomen
distensi, muntah, diare, hiperperistaltik, dan lain-lain.
4) Sistem perkemihan Pengkajian pada sistem perkemihan antar lain
perlu dikaji adakah oliguria atau anuria, berat jenis urine.
5) Sistem muskuloskeletal Pengkajian pada sistem perkemihan antara lain
adakah kram otot, kesemutan, tremor, hipotonisitas atau hipertonisitas,
refleks tendon, dan lain-lain.
6) Sistem integumen Pengkajian pada sistem ini antara lain suhu tubuh,
turgor kulit, kelembaban pada bibir, adanya edema, dan lain-lain.
Terkait dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada
beberapa aspek yang perlu dikaji oleh perawat, antara lain:
2. Aspek psikologis
Pada aspek psikologis ini, perlu dikaji adanya masalah-masalah perilaku
atau emosional yang dapat meningkatkan risiko gangguan cairan dan
elektrolit
3. Aspek sosiokultural
Pada aspek ini, perlu dikaji adanya faktor sosial, budaya, finansial, atau
pendidikan yang memengaruhi terhadap terjadinya gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan elektrolit
4. Aspek spritual
Perlu dikaji apakah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat
memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit. Misalnya, apakah klien
mempunyai pantangan untuk tidak menerima transfusi darah orang lain
5. Aspek laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memperoleh data objektif
lanjutan tentang pemeriksaan cairan, elektrolit dan asam basah.
Pemeriksaan ini meliputi kadarserum elektrolit, hitungan darah lengkap,
kadar blood urea nitrogen (BUN), kadar kreatinin darah, berat jenis urine
dan analisa gas darah arteri. Kadar elektrolit serum diukur untuk
menentukan status hidrasi, konsentrasi elektrolit pada plasma darah.
Elektrolit yang sering di ukur dalam darah vena mencakup, ion-ion
natrium, kalium, dan bikarbonat serta daya gabung karbon dioksida.
Hitungan darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe sel darah
putih dan sel darah merah permilimeter kubik darah. Penghitungan darah
lengkap khususnya hematokrit, terjadi sebagai
6. Aspek biologis
1) Usia Usia memengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Oleh karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung
adanya perubahan cairan yang berhubungan dengan proses penuaan
dan perkembangan
2) Jenis kelamin. Persentase cairan tubuh pada laki-laki berbeda dengan
wanita di mana wanita lebih sedikit persentase cairan tubuhnya
dibandingkan laki-laki.
3) Berat badan Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat
badan saat sakit. Pengkajian ini diperlukan untuk mengukur
persentase penurunan berat badan dalam menentukan derajat
dehidrasi.
4) Riwayat kesehatan Hal yang perlu dikaji antara lain riwayat penyakit
atau kelainan yang dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis
cairan dan elektrolit, misalnya kolitus ulseratif dan diabetes melitus.
Dikaji juga mengenai terapi penyakit yang dijalani klien, seperti
mengonsumsi obat-obatan kemoterapi antikanker.
5) Tanda vital Meliputi suhu, respirasi, nadi, dan tekanan darah.
Peningkatan suhu dapat menimbulkan kehilangan cairan dan
elektrolit karena peningkatan insensible water loss (IWL) Sebaliknya,
penurunan suhu tubuh akan mengakibatkan penurunan IWL.

1.7.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari
analisa data (Carpenito, 2009). keperawatan adalah penilaian klinik tentang
respon individu keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensia. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar untuk pemilhan intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil yang merupakan tanggung jawab perawat menurut North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Allen, 1998).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan yaitu Actual menjelaskan
masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan, Resiko
menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan
intervensi, Kemungkinan menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan, Wellness keputusan
klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari
tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi, Syndrom
diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko
tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
1) Kerusakan integritas kulit b/d proses penuaan
2) Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
3) Deficit perawatan diri b/d kelemahan

1.7.3 Perencanaan Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).
Fase ketiga dari proses keperawatan adalah Perencanaan. Selama fase
ini, diagnosis diprioritaskan, tujuan dan kriteria hasil disusun, intervensi
diindentifikasi, dan sebuah rencana asuhan tertulis dikembangkan.Perawat
membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang bermasalah
kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko. Perawat
merencanakn terapi sesuai dengan derajat resiko klien dan perencanaan
bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan dan gaya
hidup (Arianti et al., 2020)
Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat
mengembangkan rencana keperawatan. Rencana asuhan keperawatan bersifat
individu, bergantung pada ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa yang dialami klien, kronik atau akut. Rencana asuhan keperawatan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan klien yang aktual atau yang
potensial. Tujuan rencana tersebut meliputi satu yang lebih tujuan berikut:
1) Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi.
2) Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan
untuk mengembalikan status keseimbangan.
3) Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa yang
normal.
1.7.3.1 Gangguan integritas kulit
Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
ligamen) adalah gangguan integritas kulit (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
Sedangkan, risiko gangguan integritas kulit adalah dimana keadaan seseorang
baru berisiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis pada lapisan
kulit belum terjadi perubahan (Carpenito, 2012).
Adapun faktor risiko gangguan integritas kulit menurut Tim Pokja DPP PPNI
tahun 2017, yaitu :
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kekurangan atau kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem Faktor mekanis (misalnya penekanan pada
tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi
listrik bertegangan tinggi)
7. Terapi radiasi
8. Kelembaban
9. Proses penuaan
10. Neuropati perifer
11. Perubahan pigmentasi
12. Perubahan hormonal
13. Penekanan pada tonjolan tulang
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas jaringan.
Intervensi SIKI
1. Pemberian Obat Kulit
2. Perawatan Integritas Kulit

1.7.3.2 Gangguan rasa nyaman


Definisi : Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional (SDKI
PPNI, 2016).
Adapun factor risiko gangguan rasa nyaman menurut Tim Pokja DPP PPNI tahun
2017, yaitu:
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi)
Intervensi
1. Teknik distraksi
2. Teknik relaksasi

1.7.3.2 Deficit perawatan diri


Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri (SDKI PPNI, 2016).
Adapun factor risiko Deficit perawatan diri menurut Tim Pokja DPP PPNI
tahun 2017, yaitu:
1. Gangguan musculoskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/psikotik
5. Penurunan motivitas/minat
Intervensi :
1. Dukungan perawatan diri
2. Edukasi perawatan diri
BAB II

TINJAUAN KASUS

Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan hidrasi Ny. D (80 tahun) mengalami
kekeringan pada kulit dan rasa tidak nyaman pada kulitnya. Ia menggunakan alat
bantu walker untuk berjalan dan membutuhkan bantuan menyiapkan makanan,
pengobatan dan personal hygiene. Ia senang melakukan kegiatan outdoors juga
menggunakan Air condition di dalam ruangan tertutup. Ia tidak menggunakan
sunscreen saat di luar rumah dengan alasan terlalu berminyak. Dari inspeksi nampak
kulit Ny D kering dan berkeriput terutama bagian lengan dan wajah.

ANALISA DATA

Analisa data Etiologi Masalah


Ds :
Ds :
Do :
-

DIAGNOSA KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan
O
1 Gangguan integritas kulit b/d proses penuaan (D.0129)
2 Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit (D.0074)
3 Deficit perawatan diri b/d kelemahan (D.0109)
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan Kriteria hasil intervensi


Gangguan integritas kulit
b/d proses penuaan
(D.0129)
Gangguan rasa nyaman
b/d gejala penyakit
(D.0074)
Deficit perawatan diri b/d
kelemahan (D.0109)
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyebab dehidrasi yang lebih sering terjadi karena disebabkan oleh
hilangnya Natrium dan air dari daerah yang terdapat tekanan osmotik yang rendah
dan penggeseran air ke dalam sel, apabila larutan NaCL isotonik banyak terbuang,
volume ekstraseliuler dan Intraseluler kecil, darah menjadi pekat dan hampir tidak
dapat mengalir. Sel tubuh akan di genangi oleh cairan yang mengandung oksigen dan
bahan makanan yang tidak mencukupi pada dehidrasi yang murni akibat kehilangan
air, pengobatannya ialah minum air atau Infus glukosa 5%, Intravena secukupnya,
glukosa 5% atau air leding biasa akan juga di serap dari rektrum. Pada dehidrasi yang
primer sebagai akibat kehilangan Natrium, perlu di berikan air garam fisrologik
secukupnya, kalau terjadi serebal yang berat, larutan NaCL hepertonik perlu di
berikan.
3.2 Saran
Mungkin akan lebih baik lagi jika adanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini, namun sebagai
manusia biasa penulis hanya bisa berharap semoga bisa bermanfaat dan mudah-
mudahan memenuhi fungsi sebagaimana mestinya. Amiin...
Kami mengaharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada
kesalahan atau kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar memberikan saran dan
kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arianti, A., Mayna, N. P., & Hidayat, Y. (2020). Mobilisasi Dini Terhadap
Pemulihan Peristaltik Usus Dan Skala Nyeri Pasien Post Pembedahan. Journal of
Holistic Nursing Science, 7(1), 21–31. https://doi.org/10.31603/nursing.v7i1.2987

Carpenito, L. J. (1995). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Edisi 6,


Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Dr. Pengambean Marulam M. dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Renika Cipta

http://fauziethenurse.wordpress.com

file:///C:/Users/hp/Downloads/Tugas%20jurnal%20kdk%206.pdf

Jakarta : EGC

Nanda Diagnosis Keperawatan. 2017. Definisi & klasifikasi. Edisi 10. Indonesia

Sirait, D. H. Karya Tulis Ilmiah (senior D III 2015) Jakarta, Farmedia.

Tamsuri, Anas. 2008 . Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit.

Tim Pokja DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta :
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai