Anda di halaman 1dari 22

Makalah Keperawatan Gerontik

Asuhan Keperawatan Lansia pada Tn. S (73 Tahun)


Dengan Gangguan Pergerakan
(Imobilisasi)

Nama Kelompok :

1. Puja Wirdana (241911005)

2. Wilda (241911010)

MAYAPADA NURSING ACADEMY


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan nama Tuhan YME Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnta atas rahmat, nikmat,
kebahagiaan serta seluruh anugrah yang telah dilimpahkan kepada seluruh hamba-
Nya. Dengan segala rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Lansia pada Tn. S (72 Tahun) Dengan Gangguan
Pergerakan (Imobilisasi)”.
Dengan selesainya makalah ini Kelompok kami ingin mengucapkan
trimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Dengan kesempatan ini penulis menyampaikan trimakasih kepada :

1. Tuhan TME yang telah melancarkan pembuatan makalah ini


2. Ibu Ns. Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, S.Kep., MNS selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Gerontik
3. Orang tua yang telah memberi semangat, nasehat dan dukungan baik
berupa moral maupun materi.
4. Teman-teman Angkatan 24.

Penulis sebagai manusia biasa, menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan


makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk dapat lebih baik lagi kedepan nya.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 16 Oktober 2021

Kelompok

Mayapada Nursing Academy ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Pengertian ................................................................................................. 1
1.2 Klasifikasi ................................................................................................. 1
1.3 Etiologi ..................................................................................................... 2
1.4 Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik ........................................... 2
1.4.1 Gejala dan tanda Mayor .................................................................... 2
1.4.2 Gejala dan Tanda Minor.................................................................... 2
1.5 Teori Asuhan Keperawatan ...................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................. 15
TINJAUAN KASUS ............................................................................................ 15
2.1 ANALISA DATA .................................................................................. 15
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................ 16
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN ......................................................... 16
BAB III ................................................................................................................. 18
KESIMPULAN.................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

Mayapada Nursing Academy iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,


mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya
guna mempertahankan kesehatannya (Alimul & Aziz, 2006). Gangguan
mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas, dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas.
Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak
tingkatan imobilitas parsial diantaranya, beberapa klien mengalami
kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-
imbobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak
dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Potter & Perry, 2015).

1.2 Klasifikasi

Mobilitas terbagi menjadi dua jenis yaitu mobilitas penuh dan mobilitas
sebagian.Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari- hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf sensorik dan motorik pada area tubuhnya.
Hal ini dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan
traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada
ekstermitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.

Mobilitas sebagian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu mobilitas


sebagian temporer dan mobilitas permanen. Mobilitas sebagian temporer,
merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang

Mayapada Nursing Academy 1


sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma revesibel pada
sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya diskolasi sendi dan tulang.

Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak


dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang revesibel, contohnya terjadi hemiplegia karena
stroke, paraplegi karena cedera pada tulang belakang, polimitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

1.3 Etiologi

Penyebab dari gangguan mobilitas fisik yaitu, penurunan kekuatan otot,


kekakuan sendi, gangguan musculoskeletal, nyeri dan salah satu yang terkait
dengan gangguan mobilitas fisik yaitu osteoarthritis yang merupakan
peradangan pada sendi yang menyebabkan nyeri pada sendi (Bruno, 2019).

1.4 Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik

Menurut (PPNI, 2016) gejala dan tanda dari gangguan mobilitas fisik terdiri
dari dua yaitu :

1.4.1 Gejala dan tanda Mayor

Gejala dan tanda mayor secara subjektif yaitu mengeluh sulit


menggerakan ekstremitas dan secara objektif yaitu kekuatan otot
menurun

1.4.2 Gejala dan Tanda Minor

Gejala dan tanda minor secara subjektif yaitu nyeri saat bergerak,
enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak dan
secara objektif yaitu sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan
terbatas dan fisik lemah

Mayapada Nursing Academy 2


1.5 Teori Asuhan Keperawatan

1.5.1 Pengkajian

Pengkajiaan adalah tindakan mengumpulkan informasi


mengenai klien, mengorganisasikan informasi, dan menentukan
signifikasinya. Ini merupakan fase pertama dalam proses
keperawatan, walaupun sebenarnya pengkajian terus berlangsung
disemua fase dalam proses keperawatan. Eksekusi pengkajian yang
efektif menitikberatkan pada hadirnya dasar pengetahuan yang luas
dan keterampilan kritis yang baik.
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase
proses keperawatan ini mencakup dua langkah: pengumpulan data
dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan), dan analisa data sebagai dasar diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menempatkan data dasar tentang
kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik
kesehatan, tujuan, nilai, dangaya hidupyang dilakukan klien (Potter
& Perry, 2015)
Menurut (Arianti et al., 2020) pengkajian yang dilakukan
pada Gangguan Mobilisasi adalah :
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien dengangangguan mobilisasi
saat ini meliputi alisan yang menyebabkan terjadinya keluhan
atau gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya
nyeri, kelelahan, kelemahan otot, tingkat mobilitas dan
imobilitas, dan terjadinya gangguan mobilitas.

b. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita


Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat
penyakit sistem neurologi, riwayat penyakit sistem
kardiovaskuler, riwayat penyakit sistem muskuloskeletal.

Mayapada Nursing Academy 3


c. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan
dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya
kelemahan, kekakuan, atauspatis.

d. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan
tujuan untuk menilai kemampuan gerak posisi miring, duduk,
berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktifitas adalah sebagai
berikut (Wirawan et al., 2013) :

Tingkat Aktifitas Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri


secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan


alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau


pengawasan oranglain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan,


pengawasan orang lain dan
peralatan

Tingkat 4 Sangat bergantung dan tidak


dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam
perawatan

Mayapada Nursing Academy 4


e. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (range of motion – ROM) dilakukan
pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki
(Hendriana & Pranatha, 2020)

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal

Bahu

Aduksi : Gerakan lengan ke 180


lateral dari posisi samping keatas
kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling
jauh
Siku

Fleksi : angkat tangan bawah 150


kearah depan dan kearah atas
menuju bahu
Pergelangan Tangan

Fleksi : tekuk jari-jari tangan 80-90


kearah bagian dalam lengan
Bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan 70-90
tangan dan posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari-jari 0-20
tangan 12 kearah belakang sejauh
mungkin.
Abduksi : tekuk pergelangan 0-30
tangan kesisi ibu jari Ketika
telapak tangan menghadap keatas

Mayapada Nursing Academy 5


Adduksi : tekuk pergelangan 20
tangan kearah kelingking,
telapak tangan menghadap keatas
Tangan dan Jari

Fleksi : buat kepalan tangan 20

Hiperektensi : tekuk jari-jari 20


tangan kebelakang sejauh
mungkin
Abduksi : kembangkan jari 20
tangan
Adduksi : rapatkan jari tangan 20
dari posisi adduksi

f. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara
biralteral atau tidak.Derajat kekuatan otot dapat ditentukan
dengan (Harahap, 2014)

Skala Presentase Kekuatan Karakteristik


Normal
0 0 Paralisis Sempurna

1 10 Tidak ada Gerakan,


kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh


melawan gravitasi dengan
topangan

Mayapada Nursing Academy 6


3 50 Gerakan yang normal
melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang


normal melawan gravitasi
dan melawan tahanan

5 100 Kekuatan mormal,


Gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi
dan tahan penuh

g. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh
adanya gangguan mobilisasi dan imobilitas antara lain perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan
lain-lain.
Observasi khusus yang harus dilakukan perawat mengenai
kapasitas mobilisasi:
1) Kelengkungan tubuh ( sklerosis, kifosis, dan lordosis)
2) Gaya berjalan
3) Rentang gerak (aktif atau pasif )
4) Kelainan sendi dan penyimpangan muskoloskeletal
(perubahan artitik, kesehatan otot)
5) Kelainan neurologis
6) Tanda-tanda ketidaknyamanan dan intoleransi aktivitas
(tandatanda nonverbal dan juga laporan lisan)
7) Resiko jatuh
8) Hasil test diagnostic
9) Intervensi dan medikasi terapeutik saat ini yang mungkin
mempengaruhi mobilitas
10) Tanda-tanda komplikasi (missal kerusakan kulit,
pneumomia, depresi, isolasi social) (Harahap, 2014)

Mayapada Nursing Academy 7


1.5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai


individu, keluarga, komunitas yang merespon terhadap masalah
Kesehatan aktual dan potensial atau proses kehidupan (Norht
American Nursing Diagnosis Association [NANDA], 2008).
Diangnosa Keperawatan mengklarifikasi lingkup tindakan
keperawatan dan menginzinkan perawat untuk mempunyai bahasa
yang umum untuk mengkomunikasikan kebutuhan klien.
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang
perawat memiliki izin dan kompeten untuk mengatasinya.Respon
actual atau potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu,
dan konsultasi dengan profesi lain, yang semuanya dikumpulkan
selama pengkajian.Hal terakhir adalah respon aktual dan potensial
klien yang dibutuhkan intervensi domain praktik keperawatan.
Diagnosa keperawatan dapat juga bertujuan untuk memelihara pola
fungsional saat ini. Beberapa diagnosis keperawatan yang sesuai
untuk menunjukkan mobilitas pasien diantaranya (Sabrina, 2020) :

a. Mobilitas fisik cacat


b. Intoleransi aktivitas
c. Resiko jatuh
d. Perawtan diri kurang
e. Integritas diri kurang
f. Interaksi social rusak

Mayapada Nursing Academy 8


1.5.3 Perencanaan Keperawatan

Fase ketiga dari proses keperawatan adalah Perencanaan.


Selama fase ini, diagnosis diprioritaskan, tujuan dan kriteria hasil
disusun, intervensi diindentifikasi, dan sebuah rencana asuhan
tertulis dikembangkan.Perawat membuat perencanaan intervensi
terapeutik terhadap klien yang bermasalah kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual maupun beresiko. Perawat merencanakn
terapi sesuai dengan derajat resiko klien dan perencanaan bersifat
individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan dan
gaya hidup (Arianti et al., 2020)
Perencanaan meliputi identifikasi hasil yang diharapkan dan
saran atau intervensi untuk memastikan hasil tersebut tercapai.Pada
titik ini, perawat juga harus mempertimbangkan bagaimanadapat
mengimplementasikan rencana asuhan dengan aman.Perencanaan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan, dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut.Rencana asuhan keperawatan bersifat individual,
bergantung pada keadaan yang dialami klien. Menjaga mobilitas
dengan aman sebagian terletak pada penggunaan gerak tubuh yang
bagus. Gerak tubuh dapat dideskripsikan sebagai caraseseorang
menggunakan tulang, otot, sendi untuk menghasilkan gerakan.
Penggunaan gerak tubuh yang tepat dapat mencegah luka pada
sistem muskuloskeletal.Untuk memperoleh gerak tubuh yang tepat,
seseorang harus memelihara kelengkupan dan keseimbangan yang
tepat selama bergerak.Berikut rencana asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah gangguan mobilitas berdasarkan Intervensi
Nort America Nursing Association International (NANDA).

Mayapada Nursing Academy 9


1.5.3.1 Hambatan Mobilitas Fisik

Defenisi : Keterbatasan dalam pergerakan fisik


tubuh satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan
terarah, dimana individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik. Keterbatasan
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
rentang gerak (Range of Motion) keterbatasan
kemampuan melakukan keterampilan motorik halus,
motorik kasar, dan melambatnya pergerakan.
Faktor yang berhubungan dengan Ambulasi:
kemampuan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu. Hal ini
ditandai dengan penurunan kekuatan, kendali dan massa
otot, ketidaknyamanan, intoleransi aktivitas atau
penurunan kekuatan dan ketahanan nyeri, dan kerusakan
neuromaskular. Imobilitas adalah salah satu kondisi
relatif, dimana individu tidak hanya kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga kehilangan
penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya (Safa’ah,
2013).
Kemungkinan yang berhubungan dengan :
a. Intoleransi aktivitas
b. Perubahan metabolism seluler
c. Ansietas
d. Gangguan kognitif
e. Kontraktur
f. Kaku sendi
g. Penurunan kendali otot
h. Penurunan kekuatan otot
i. Ketidaknyamanan
j. Kerusakan integritas struktur tulang

Mayapada Nursing Academy 10


Kemungkinan data yang ditemukan :

a. Penurunan waktu reaksi


b. Kesulitan membolak balik posisi
c. Dyspnea setelah beraktivitas
d. Pergerakan lambat
e. Pergerakan tidak terkordinasi
f. Ketidakstabilan postur
g. Perubahan cara berjalan

Intervensi NIC :

a. Promosi Mekanika Tubuh


b. Promosi Latihan Fisik ; Latihan Kekuatan
c. Terapi Latihan Fisik : Ambulasi
d. Terapi Latihan Fisik : Keseimbangan
e. Terapi Latihan Fisik : Mobolitas Sendi
f. Terapi Latihan Fisik : Pengendalian Otot
g. Pengaturan Posisi
h. Pengaturan Posisi : Kursi Roda
i. Bantuan Perawatan Diri : Berpindah

1.5.3.2 Nyeri

Definisi: Pengalaman sensori dan emosi yang tidak


menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi
dan berlangsung kurang dari enam bulan.Intensitas nyeri
menggambarkan seberapa parah nyeri yang dirasakan
individu.
Pengkuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang
sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang

Mayapada Nursing Academy 11


berbeda, pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri (Potter & Perry,
2015).
Nyeri dapat diklasifikasi menjadi dua macam yaitu
nyeri akut dan nyeri kronik.Nyeri akut biasanya
awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan
cedera spesifik.Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik
perhatian pada kenyataan bahwa nyeri itu benar terjadi
dan mengajarkan kepada kita untuk mengindikasikan
situasi yang serupa secara potensial menimbulkan
nyeri.Jika kerusakan lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadinya penyembuhan.
Nyeri kronik adalah nyeri konstant atau intermiten
yang menetap sepanjang suatu periode waktu.Nyeri ini
berlangsung diluar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cedera spesifik.Nyeri kronik mempunyai
awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering untuk
diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberi respon
terhadap pengobatan yang diarahakan pada penyebabnya.

Kemungkinan berhubungan dengan :

a. Perubahan selera Makan


b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Peruabahn frekuensi pernafasan
e. Diaforsensi
f. Perilaku distraksi
g. Gangguan tidur

Mayapada Nursing Academy 12


h. Dilatasi pupil
i. Hambatan Mobilitas Fisik
Intervensi NIC :
a. Pemberian Analgesik
b. Manajemen Medikasi
c. Manajemen Nyeri
d. Manajemen Sedasi

1.5.3.3 Gangguan Citra Diri

Definisi:Konfunsi pada gambaran mental fisik diri


seseorang atau perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur,
fungsi keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak
dengan tubuh. Gangguan citra diri biasanya melibatkan
distrosi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik
mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial yang pada akhirnya reaksi negatif
ini dapat menggangu rehabilitasi dan berkontribusi untuk
meningkatkan isolasi sosial (Lestari, 2018).
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Biofisik
b. Kultural dan spiritual
c. Peruabahn perkembangan
d. Penyakit
e. Perseptual
f. Psikososial
g. Trauma atau cedera
h. Penanganan (misalnya pembedahan,
kemoterapi dan radiasi)
i. Kognitif / persepsi

Mayapada Nursing Academy 13


Intervensi NIC :

a. Bimbingan Antisipasi
b. Peningkatan Citra Tubuh
c. Peningkatan Koping
d. Peningkatan Harga Diri
e. Identifikasi Resiko
f. Peningkatan Perkembangan Remaja
g. Peningkatan Perkembangan Anak

Mayapada Nursing Academy 14


BAB II
TINJAUAN KASUS

Seorang lansia Tn. S (73 tahun) tinggal di panti werdha. Ia mengeluhkan


sehabis bangun tidur kedua sendi kakinya selalu sakit dan nyeri. Nyeri juga timbul
saat berganti posisi , atau sedang berjalan. Kedua sendi kakinya nyeri dengan skala
nyeri 5-6, namun nyeri tersebut tidak berlangsung lama (tidak lebih dari 1 jam), dan
akan pulih pada saat istirahat. Beberapa waktu lalu sendi kakinya pernah terjadi
peradangan atau berwarna kemerahan. Setiap harinya minum obat Pyroxicam 2x1
sehabis makan. Hasil observasi menunjukan klien memijat-mijat kakinya.
Wajahnya tampak meringis.

ANALISA DATA

Analisa Data Etiologi Masalah

Ds : Peradangan sendi Nyeri akut


- pasien mengeluh
nyeri pada sendi kaki
- pasien mengeluh
nyerinya timbul saat
berganti posisi dan
berjalan
- pasien mengatakan
nyerinya berlangsung
tidak lebih dari 1 jam
Do :
- pasien tampak
meringis
- pasien tampak
memijat-mijat bagian
yang nyeri
- skala nyeri 5-6

Mayapada Nursing Academy 15


Ds : Kekakuan sendi Gangguan mobilitas
- pasien mengeluh fisik
nyeri di sendi kaki saat
pindah posisi dan
berjalan

Do :
- rentang gerak pasien
menurun
-gerakan pasien
terbatas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnose Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi (D.0077)

2. Gangguan mobolitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi


(D.0054)

2.1 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose Criteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas, dan
peradangan tingkat nyeri
intesitas nyeri
sendi pasien menurun
(D.0077) dengan criteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil: 3. Identidikasi respon nyeri non
1. Keluhan nyeri
verbal
pasien
4. Identifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik

Mayapada Nursing Academy 16


2. Keluhan 1. Berikan teknik nonfarmakologis
meringis pasien untuk mengurangi rasa nyeri
menurun (misalnya terapi pijat, kompres
3. Skala nyeri hangat/dingin, relaksasi napas
menurun 1-2 dalam)
atau teratasi 2. Control lingkungan yang
(L.08066) memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
(I.08238)

Gangguan Setelah dilakukan Observasi


mobolitas tindakan 1. Identifikasi adanya keluhan nyeri
fisik keperawatan atau keluhan fisik lainnya
berhubungan mobilitas fisik
2. Identifikasi toleransi fisik
dengan pasien meningkat
kekakuan dengan criteria melakukan pergerakan
sendi hasil: Terapeutik
(D.0054) 1. Keluhan nyeri 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
pasien dengan alat bantu
menurun 2. Bantu pasien melakukan latihan
2. Rentang gerak rentang gerak pasif atau aktif
pasien Edukasi
meningkat 1. Ajarkan latihan rentang gerak
(L.05042) pasif dan aktif
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam mengembangkan program
latihan fisik
(I.05173 & I.05185)

Mayapada Nursing Academy 17


BAB III
KESIMPULAN

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,


teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna
mempertahankan kesehatannya (Alimul & Aziz, 2006).Gangguan mobilisasi
mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, dan imobilisasi
mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Dalam kasus yang kami bahas diatas Tn. A dengan keluhan nyeri pada sendi
kaki dengan skala nyeri 5-6 yang timbul saat kakinya digerakan. Kami mengangkat
dua diagnose keperawatan yaitu Nyeri Akut dan Gangguan Mobilitas Fisik, dengan
intervensi manajemen nyeri dan melakukan latihan retang gerak aktif dan pasif.
Kami dapat menyimpulkan bahwa sebagai seorang perawat dalam merawat
lansia dengan gangguan mobilisasi kita harus memahami terlebih dahulu apa
penyebab gangguan mobilisasi yag dialami oleh lansia tersebut. Lalu perhatikan
juga seberapa kemampuan fisik pasien sebelum dilakukan latihan gerak aktif atau
pasif.

Mayapada Nursing Academy 18


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A., & Aziz, A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Arianti, A., Mayna, N. P., & Hidayat, Y. (2020). Mobilisasi Dini Terhadap
Pemulihan Peristaltik Usus Dan Skala Nyeri Pasien Post Pembedahan. Journal
of Holistic Nursing Science, 7(1), 21–31.
https://doi.org/10.31603/nursing.v7i1.2987
Bruno, L. (2019). (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9).
Harahap, T. H. (2014). Melakukan Asuhan Keperawatan. Asuhan Keperawatan.
Hendriana, Y., & Pranatha, A. (2020). Standar nursing language berbasis NANDA,
NOC, dan NIC terhadap kualitas pengisian dokumentasi keperawatan.
NURSCOPE: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 5(2), 26.
https://doi.org/10.30659/nurscope.5.2.26-31
Lestari, R. (2018). MERAWAT LANSIA DENGAN GANGGUAN MOBILISASI
MEMBENTUK NILAI SPIRITUAL DAN KULTURAL ANGGOTA
KELUARGA DI SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN. Media
Ilmu Kesehatan, 7(2). https://doi.org/10.30989/mik.v7i2.279
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2015). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. In
Jakarta: Salemba Medika.
Sabrina, A. (2020). Diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan. Jurnal
Kesehatan, 2, 18.
Safa’ah, N. (2013). Pengaruh Latihan Range of Motion terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( Pasuruan )
Kec . Babat Kab Lamongan. Jurnal Sains Medical, 5(2), 62–65.
https://www.kopertis7.go.id/uploadjurnal/Nurus_Safaah_stikes_nu_tuban.pdf
Wirawan, E., Novitasari, D., & Wijayanti, F. (2013). Hubungan Antara Supervisi
Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ambarawa. Jurnal Manajemen Keperawatan, 1(1),
111475.

Mayapada Nursing Academy 19

Anda mungkin juga menyukai