Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY .

A DENGAN MASALAH
UTAMA GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI
RUANG MELATI RSUD CIBINONG

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5
SYIFA FAUZIYAH 214291517032
AUDREY TALITHA SALSABILA 214291517029
DJULIA MANINGSINGSARI 214291517023
ATI ELIANIRWATI 214291517011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya
dilimpahkan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Mata
Kuliah Keperawatan Dasar dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan masalah
utama gangguan mobilitas fisik di RSUD Cibinong’’ terselesaikan tepat pada waktunya.
Asuhan Keperawatan ini tersusun atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih serta penghargaan yang sedalam-dalamnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Kami tentu menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 19 Oktober 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................3
1.3 Manfaat....................................................................................................................4
1.4 Waktu Pelaksanaan Praktik......................................................................................4
1.5 Tempat Pelaksanaan Praktik....................................................................................4
BAB II KONSEP DASAR................................................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................................5
2.2 Etiologi.....................................................................................................................5
2.3 Manifestasi Klinis....................................................................................................6
2.4 Dampak Gangguan Mobilisasi Fisik........................................................................7
2.5 Komplikasi.............................................................................................................10
2.6 Fokus Pengkajian...................................................................................................10
2.7 Asuhan Keperawatan Teoritis................................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................................19
3.1 Pengkajian..............................................................................................................19
3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................26
3.3 Intervensi................................................................................................................29
3.4 Implementasi..........................................................................................................32
3.5 Evaluasi..................................................................................................................36
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................40
BAB V PENUTUP..........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................46

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah
memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal.
Gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah, hambatan mobilitas fisik yaitu suatu suatu
keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh baik satu ataupun lebih pada ekstremitas
secara mandiri dan terarah, seperti kelemahan otot dan kerusakan fungsi ekstremitas
yang disebabkan oleh suatu penyakit, dan faktor yang berhubungan dengan hambatan
mobilitas yaitu gangguan neuromuskuler (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015).
Menurut Mubarak (2012) dampak yang ditimbulkan oleh imobilisasi meliputi
dampak psikologis, imobilisasi dapat menyebabkan penurunan motivasi, kemunduran
kemampuan dalam memecahkan masalah dan perubahan konsep diri. Selain itu kondisi
ini juga disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak
berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku menarik
diri dan apatis. Proses rehabilirasi yang dilakukan di nilai masih belum cukup efektif
untuk mencegah terjadinya kecatatan pada pasien stroke.
Dampak fisik dari imobilitas: sistem muskuloskeletal, osteoporosis tanpa adanya
aktivitas tanpa memberi beban kepada tulang, tulang akan mengalami demineralisasi.
Proses ini akan menyebabakan tulang kehilangan kakuatan dan kepadatanya sehingga
tulang menjadi keropos 16 dan mudah patah, atrofi otot, otot yang tidak dipergunakan
dalam waktu lama akan kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normal,
kontraktur, pada kodisi imobilisasi, jaringan kolagen pada sendi akan mengalami
ankilosa. Gangguan mobilitas fisik salah satu nya terjadi pada pasien stroke, stroke
adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan otak terganggu atau berkurang akibat
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, tanpa darah otak tidak akan mendapatkan
asupan oksigen dan nutrisi sehingga sel-sel pembagian area otak akan mati
(Rahmawati, dan Yurida Oliviani 2017).
Menurut hasil (Rikesdas 2018) terlihat dari kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (50,2%) dan terendah pada
usia 15 sampai 24 tahun yaitu sebesar 0,6%. Menurut penelitian Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2013 dan 2018, prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang
didiagnosis oleh tenaga kesehatan meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
Penurunan kemampuan dalam menggerakkan otot pada anggota tubuh seseorang pasien
yang mengalami stroke dikarenakan mengalami kelemahan pada satu sisi anggota
tubuh. Menurut (Chaidir & Zuardi, 2014) , Pemberian dua kali latihan ROM setiap hari
pada pasien stroke iskemik lebih meningkatkan kemampuan otot daripada satu kali
sehari. Ketergantungan ini akan berlanjut sampai pasien pulang dari rumah sakit, oleh
karena itu diperlukan manajemen yang baik agar kondisi yang dialami oleh pasien
dapat teratasi dan pasien dapat beraktivitas mandiri pasca stroke nanti. Salah satu
intervensi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah hemiparese pada ekstremitas
atas pasien stroke adalah dengan melakukan latihan ROM baik aktif maupun pasif.
Salah satu pemulihan pada pasien stroke adalah dengan cara terapai fisik yaitu latihan
Range of Motion (ROM) dengan cara menggenggam bola. penyakit (ROM) merupakan
salah satu terapi pemulihan dengan cara latihan otot untuk mempertahankan
kemampuan pasien menggerakkan persendian secara normal dan lengkap . Latihan
ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada
setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua
latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total. Latihan ROM pasif adalah Perawat memberikan motivasi,
dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai
dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot
serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan
pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh
klien sendiri secara aktif (Suratun, 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Derison Marsinova 2016 tentang
Latihan Range Of Motion terhadap rentang sendi pasien pasca stroke mengatakan
bahwa adanya pengaruh pasien stroke yang mengalami hemiparise yang tidak
mendapatkan penanganan yang tepat 20 menimbulkan komplikasi gangguan fungsional
dan gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas sehari-hari dan cacat yang tidak dapat
disembuhkan. Latihan ROM pasif rentang terhadap peningkatan rentang gerak sendi
pasien pasca stroke di kabupaten rejang lebih dari 30 pasien stroke yang mengalami
hemiparise lebih dari 6 bulan.
Pada pelaksanaan praktik ini tedapat masalah keperawatan dari diagnosa medis
Diabetes Mellitus dan Stroke Non Hemoragic (SNH) yaitu gangguan mobilitas fisik,
yang dimana gangguan mobilitas fisik merupakan gangguan atau keterbatasan dalam
gerak fisik dari salah satu atau lebih ekstremitas secara mandiri akibat gangguan
neuromuskular. (SDKI, 2017).

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
mobilitas fisik pada klien DM dan SNH di RSUD Cibinong.
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien DM dan SNH dengan
gangguan mobilitas fisik.
2) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian analisa pada klien DM dan SNH
dengan gangguan mobilitas fisik.
3) Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan yang muncul pada klien
DM dan SNH dengan gangguan mobilitas fisik.
4) Mahasiswa mampu menentukan rencana keperawatan pada klien DM dan
SNH dengan gangguan mobilitas fisik.
5) Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien DM dan SNH
dengan gangguan mobilitas fisik.
6) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien DM dan SNH
dengan gangguan mobilitas fisik.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
Praktek ini dapat menjadi edukasi/pengetahuan untuk melakukan asuhan
keperawatan bagi pada klien DM dan SNH dengan gangguan mobilitas fisik.
2. Bagi institusi dan Pelayanan Kesehatan
Praktek ini dapat menjadi sumber informasi dan acuan bagi pelayanan kesehatan
dan institusi untuk klien DM dan SNH dengan gangguan mobilitas fisik.
3. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien DM dan SNH
dengan gangguan mobilitas fisik.
2) Sebagai salah satu referensi dalam proses belajar pada stase Keperawatan
Dasar Profesi pada tingkta Pendidikan Profesi Ners

1.4 Waktu Pelaksanaan Praktik


Waktu pelaksaan praktik dilakukan pada minggu pertama untuk melakukan pengkajian
dan minggu ke 2 dalam praktik untuk melaksanakan intervensi keperawatan.

1.5 Tempat Pelaksanaan Praktik


Tempat pelaksanan praktik berada di Ruang Melati I RSUD Cibinong.
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. (Mubarak dkk,
2015:307)
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Gangguan mobilitas fisik merupakan suatu kondisi yang relatif dimana individu
tidak hanya mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya tetapi juga
kehilangan kemampuan geraknya secara total (Ernawati, 2012).

2.2 Fisiologi
Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai darah.
Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan pada
bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan metabolisme anaerobik
jika terjadi kekurangan oksigen dan glukosa. Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada jaringan otak atau infark dalam hitungan
menit. Luasnya infark bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan
kekuatan sirkulasi kolateral ke area yang disuplai. (Sari dan Retno, 2014)
Iskemik dengan cepat bisa menganggu metabolisme. Kematian sel dan perubahan
yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Aliran darah dapat terganggu
oleh masalah perfusi lokal, seperti pada stroke atau gangguan perfusi secara umum,
misalnya pada hipotensi atau henti jantung. Dalam waktu yang singkat, klien yang
sudah kehilangan kompensasi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari gangguan
neurologis. Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan di arteri
serebral atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan iskemik
pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu dan karena
adanya pembengkakan di jaringan sekelilingnya. Sel-sel dibagian tengah atau utama
pada lokasi stroke akan 35 mati dengan segera setelah kejadian stroke. Hal ini dikenal
dengan istilah cedera sel-sel saraf primer. Hemiparesis dan menurunnya kekuatan otot
pula yang menyebabkan gerakan pasien lambat. Penderita stroke mengalami kesulitan
berjalan karena gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak,
sehingga kesulitan dalam melakukan aktivitas seharihari. Latihan gerak mempercepat
penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak diotak. Pada
pasien stroke mengalami hambatan mobilisasi yang disebabkan karena adanya
gangguan pada neuromuskular. Menurut teori pada pasien stroke secara klinis gejala
yang sering muncul adalah hemiparesis, merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan hilangnya mekanisme reflek postural normal, seperti mengontrol siku
untuk bergerak, mengontrol gerak kepala untuk keseimbangan, rotasi tubuh untuk gerak
fungsional pada ektermitas (menurut Irdawati (dalam Nengsi Olga Kumala Sari,
2012)).

2.3 Manifestasi Klinis


Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik menurut Tim Pokja SDKI
DPP PPNI (2017) yaitu :
1. Tanda dan gejala mayor
Tanda dan gejala mayor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu mengeluh
sulit menggerakkan ekstremitas. Kemudian, untuk tanda dan gejala mayor
objektifnya, yaitu kekuatan otot menurun, dan rentang gerak menurun.
2. Tanda dan gejala minor
Tanda dan gejala minor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu nyeri saat
bergerak, enggan melakukan pergerakan, dan merasa cemas saat bergerak.
Kemudian, untuk tanda dan gejala minor objektifnya, yaitu sendi kaku, gerakan
tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah.
NANDA-I (2018) berpendapat bahwa tanda dan gejala dari gangguan mobilitas
fisik, antara lain gangguan sikap berjalan, penurunan keterampilan motorik halus,
penurunan keterampilan motorik kasar, penurunan rentang gerak, waktu reaksi
memanjang, kesulitan membolak-balik posisi, ketidaknyamanan, melakukan aktivitas
lain sebagai pengganti pergerakan, dispnea setelah beraktivitas, tremor akibat bergerak,
instabilitas postur, gerakan lambat, gerakan spastik, serta gerakan tidak terkoordinasi.
Respon fisiologis dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
1) Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan
abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium.
2) Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus.
3) Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas.
4) Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolik; metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan
kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).
5) Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan
dan batu ginjal.
6) Integumen seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
7) Neurosensori seperti sensori deprivation (Asmadi, 2008).

2.4 Dampak Gangguan Mobilitas Fisik


Imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan pada
metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam
kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan,
perubahan kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit,
perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku (Widuri,
2010).
1. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam
tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate
(BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh,
sehingga dapat memengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme
imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme
meningkat. Keadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme.
Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan
pengingkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang
mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan
metabolisme, di antaranya adalah pengurangan jumlah metabolisme, atropi
kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
deminetralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan
gastrointestinal.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi
protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Di
samping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisial
dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Imobilitas juga dapat menyebabkan demineralisasi tulang akibat
menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat
mengakibatkan reabsorbsi kalium.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein
dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel
menurun, di mana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan
oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini
disebabkan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan,
seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.
5. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat
imobilitas, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya
penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari
alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru
dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
6. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan
trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya
kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovaskular
akan menurun dan menyebabkan vasokontrriksi, kemudian darah terkumpul pada
vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstermitas
bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya
jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga disebabkan oleh
vena statsi yang merupakan hasil penurunan kontrasi muskular sehingga
meningkatkan arus balik vena.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Perubahan yang terjadi dalam sistem
muskuloskeletal sebagai dampak dari imobilitas adalah sebagai berkut:
1) Gangguan Muskular
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat menyebabkan
turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot
ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot
dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang
yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain
menunjukkan tanda lemah atau lesu.
2) Gangguan Skeletal
Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skletal, misalnya akan
mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan
kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang
disebabkan atropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat
menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.
8. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunannya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia
serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat
tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
9. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang.
10. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur
dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut
merupakan dampak imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan
mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain (Widuri,
2010).

2.5 Komplikasi
Menurut Garrison (dalam Bakara D.M & Warsito S, 2016) gangguan mobilitas
fisik dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abnormalitas tonus, orthostatic hypotension,
deep vein thrombosis, serta kontraktur. Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi adalah
pembekuan darah yang mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan
penimbunan cairan daan pembengkaan. Kemudian, juga menyebabkan embolisme paru
yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru.
Selanjutnya yaitu dekubitus. Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul,
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi. Atrofi
dan kekakuan sendi juga menjadi salah satu komplikasi dari gangguan mobilitas fisik.
Hal itu disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi. Komplikasi lainnya, seperti
disritmia, peningkatan tekanan intra cranial, kontraktur, gagal nafas, dan kematian
(Andra, Wijaya, Putri , 2013).

2.6 Fokus Pengkajian


1. Riwayat keperawatan sekarang, meliputi klien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan dalam mobilitas atau imobilitas seperti adanya kelemahan otot,
kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan
mobilitas.
2. Pengkajian keperawatan penyakit yang pernah diderita, berhubungan dengan
pemenuhan mobilitas, misalnya ada riwayat penyakit sistem neurologis, riwayat
penyakit kardiovaskular, riwayat penyakit sistem muskuluskletal, riwayat
penyakit sistem pernafasan, riwayat penyakit pemakaian sedatif, hipnotik,
depresan sistem saraf pusat, laksania, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik, pengkajiannya antara lain pada kanan dan kiri
untuk menilai ada tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.
4. Tingkat kemampuan aktivitas sebagai berikut : (Aziz,2009)

0 Mampu merawat diri secara penuh

1 Memerlukan penggunaan alat 2

2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain


Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
4
berpartisipasi dalam perawatan

5. Kemampuan rentang gerak (Range of Motion – ROM) dilakukan pada daerah


seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki (Hidayat, 2009)
Gerak Sendi Derajat Rentang Normal
Bahu Aduksi : Gerakan lengan ke lateral dari posisi
samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap 180
posisi yang paling jauh
Siku Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan
150
dan kearah atas menuju bahu
Pergelangan tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan kearah bagian dalam 80-90
lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dan posisi
80-90
fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 12 kearah
70-90
belakang sejauh mungkin
Abduksi : tekuk pergelangan tangan kesisi ibu jari 0-20
ketika telapak tangan menghadap keatas

Adduksi: tekuk pergelangan tangan kearah


kelingking, telapak tangan menghadap keatas 30-50

Tangan dan Jari


Fleksi : buat kepalan tangan
90
Ekstensi : luruskan jari
90
Hiperektensi : tekuk jari-jari tangan kebelakang
30
sejauh mungkin

20
Abduksi : kembangkan jari tangan
Adduksi : rapatkan jari tangan dari posisi adduksi 20
Kaki dan Jari
20-30
Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari
kaki menekuk keatas
Plantar fleksi : menggerakkan kaki sehingga jari- 40-50

jari kaki menekuk ke bawah


Fleksi : melengkungkan jari-jari ke bawah 30-60
Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki 30-60

6. Kekuatan Otot dan Gangguan Kordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot dapat
dilakukan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat dibuat dalam
enam derajat (0-5) derajat ini menunjukkan tingkat kemampuan otot yang
berbeda- beda, keenam derajat itu dapat dilihat pada tabel (Hidayat, 2009)

Kekuatan normal dimana seluruh gerakan dilakukan otot dengan


Derajat 5 tahanan maksimal dari proses yang dilakukan berulang-ulang
tanpa menimbulkan kelelahan
Derajat 4 Dapat melakukan range of motion (ROM) secara penuh dan dapat
melawan tahanan organ.
Derajat 3 Dapat melakukan range of motion (ROM) secara penuh dengan
melawan gaya berat (gravitasi), tetap tidak dapat melawan tahanan.
Derajat 2 Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan range of
motion (ROM) secara penuh.
Derajat 1 Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot bersangkutan tanpa
menimbulkan Gerakan.
Derajat 0 Tidak ada kontraksi otot sama sekali

7. Perubahan Psikologis, disebabkan karena adanya gangguan mobilitas dan


imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam
mekanisme tulang, dan lain-lain.

2.7 Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
1) Identitas
Beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien di atas usia 60
tahun. Lansia yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengalami
gangguan sistem muskuloskeletal dari pada perempuan, pekerjaan yang berat juga
akan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal.
2) Keluhan utama
Pada umumnya pasien mengalami kesulitan untuk melakukan beraktivitas, dipnea
setelah aktivitas, gangguan sikap berjalan, Gerakan lambat, kesulitan membolak-
balikan posisi, keterbatasan pada rentang gerak, dan ketidaknyamanan pada
pasien (NANDA Internasional, 2015)
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat
dibawa ke layanan kesehatan, biasanya pasien mengalami intoleransi aktivitas,
nyeri yang di akibatkan jatauh dan fraktur, gangguan musculoskeletal
penyebabnya peralatan eksternal seperti restrain atau gips. atau kondisi kronis
seperti osteoporosis, fraktur, artritis, tumor, edema (Buckwalter, 2011)
4) Riwayat penyakit dahulu
Perlu di kaji riwayat penyakit yang lalu seperti riwayat penyakit muskulokeletal,
riwayat pekerjaan yang dapat berhubungan dengan penyakit muskulokeletal.
Apakah klien mengalami penyakit serupa sebelumnya, apakah klien mengalami
menopouse dini, serta 36 penggunaan obat-obatan tertentu seperti lortikosteroid,
glukokortikosteroid, serta deuretik (Mutaqqin, 2008 dalam Afni, 2019)
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu di kaji ada tidaknya anggota keluarga yang memiliki Riwayat penyakit
keturunan keluarga atau apakah keluarga pernah menderita penyakit yang sama
karena faktor genetik. Misalnya tentang ada tidaknya riwayat alergi, stroke,
penyakit jantung, dan DM (Mutaqqin, 2008 dalam Afni, 2019)
6) Pengkajian psikososial dan spiritual
a. Psikologi : biasanya mengalami peningkatan stress
b. Sosial : cenderung menarik diri dari lingkungan
c. Spiritual : kaji agama terlebih dahulu, bagaimana cara pasien menjalankan
ibadah menurut agamanya, adakah risiko/ hambatan pasien dalam menjalankan
ibadahnya.

2) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pasien lansia (≥60 tahun) yang mengalami gangguan muskuloskeletal keadaan
umumnya lemah. Timbang berat badan klien, apakah ada gangguan penyakit
karena obesitas atau malnutrisi.
2) Kesadaran Kesadaran
klien biasanya composmentis dan apatis.
3) Tanda-tanda vital
a. Suhu meningkat (>37ᶿC) atau dalam batas normal
b. Nadi meningkat atau dalam batas normal
c. Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal
d. Pernafasan biasanya normal atau terjadi peningkat
4) Pemeriksaan head to toe
a. Pemeriksaan muka dan kepala
Pemeriksaan ini meliputi bentuk wajah, benjolan pada kepala maupun muka,
ada tidaknya lesi, penyebaran rambut, dan kerontokan rambut.
b. Mata
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan konjungtiva, sklera,
strabismus, penglihatan, peradangan, katarak, dan penggunaan kacamata.
c. Hidung
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi bentuk hidung, peradangan dan
penciuman.
d. Mulut tenggorakan, telinga
Terdapat kebersihan mukosa bibir, peradangan/stomatitis, gigi, radang gusi,
kesulitan mengunyah, pendengaran. Pada lansia biasanya terdapat penurunan
pendengaran.
e. Dada
Pemeriksaan yang dilakukan pemeriksaan bentuk dada normal, retraksi, suara
nafas vesikuler, ada tidaknya suara tambahan, ada tidaknya suara jantung
tambahan, pemeriksaan ictus cordis, dan ada tidaknya keluhan yang dirasakan.
f. Abdomen
Pemeriksaan bentuk perut, nyeri tekan, kembung, bising usus, dan massa
keluhan yang diraskan.
g. Ekstermitas
Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)
0) : Lumpuh
1) : Ada kontraksi
2) : Melawan gravitasi dengan sokongan
3) : Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4) : Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5) : Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
Biasanya pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik akan mengalami
kelemahan pada otot karena biasa terjadi akibat nyeri pada ekstermitas atau
penyakit lain seperti stroke, osteoporosis, gout arthritis, dll (Buckwalter, 2011)

3) Pengkajian Status Kesehatan Kronis, Kongnitif, Fungsional, satus Psikologis dan


Dukungan Keluarga.
1) Pengkajian Kesehatan Kronis
Pengkajian ini di lakukan untuk mengetahui seberapa kronis masalah
kesehatan pada lansia pengkajian ini di lakukan dengan menggunakan
pengkajian masalah keperawatan (Nugroho, 2010)
2) Pengkajian status kognitif
Menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) untuk
mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual, yang terdiri dari 10 hal
yang mengetes orientasi, memori dalam hubungannya dengan 39 kemampuan
perawatan diri, memori jauh, serta kemampuan matematis (Nugroho, 2010)
3) Pengkajian status fungsional
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan dan bantuan dari orang lain. Instrument yang biasa
digunakan dalam pengkajian status fungsional yaitu Indeks Katz, Bartel
Indeks, dan Sullivan Indeks Kats. Lingkup pengkajian meliputi keadekuatan
enam fungsi yaitu: mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan
makan, yang hasilnya untuk mendeteksi tingkat fungsional klien (mandiri/
dilakukan sendiri atau tergantung) (Sunaryo, dkk, 2015)
4) Pengkajian status dukungan keluarga
Status dukungan dapat diukur dengan menggunakan APGAR keluarga.
Penilaian: jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2),
kadangkadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0) (Nugroho, 2010)
5) Tingkat Depresi
Mengkaji seberapa tingkat depresi pada lansia mengetahui nilai normal dalam
tingkat depresi. Penilaian tingkat depresi dengan cara menilai seberapa besar
depresi yang terjadi pada lansia.
6) Indeks Barthell
Pengkajian ini untuk mengetahui kemandirian lansia dalam melakukan
aktivitas sehari-harinya. Dan untuk mengetahui kemandirian tersebut dapat di
lihat dari kemandirian Indeks Barthell

3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan
No. SLKI SIKI
SDKI
1. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik meningkat Dukungan mobilisasi
b/d gangguan (L.05042) Observasi
muskuloskeletal kriteria hasil:  Identifikasi adanya
DEFINISI  Pergerakan ekstremitas nyeri atau keluhan
Keterbatasan dalam gerak meningkat fisik lainnya
fisik dari satu atau lebih  Kekuatan otot meningkat  Identifikasi adanya
ekstremitas secara mandiri.  Rentang gerak (ROM) toleransi fisik saat
PENYEBAB meningkat melakukan
 Kerusakan integritas  Nyeri menurun  Monitor tekanan darah
struktur tulang  Kecemasan menurun sebelum memulai
 Perubahan metabolism  Kaku sendi menurun mobilitas
 Ketidakbugaran fisik  Gerakan tidak  Monitor keadaan
 Penurunan kendali otot terkoordinasi menurun umum selama
 Penurunan massa otot  Gerakan terbatas melakukan mobilisasi

 Penurunan kekuatan menurun


otot Terapeutik
 Kelemahan fisik
 Keterlambatan  Fasilitasi aktivitas
menurun
perkembangan mobilisasi dengan alat

 Kekakuan sendi bantu (misalnya pagar

 Kontraktur tempat tidur)

 Malnutrisi  Fasilitasi melakukan


pergerakan , jika perlu
 Gangguan  Libatkan keluarga
muskuloskeletal untuk membantu
pasien dalam
Gejala dan tanda mayor meningkatkan
Subjektif: pergerakan
 Mengeluh sulit
menggerakan Edukasi
ekstermitas  Jelaskan tujuan dan
Objektif: prosedur mobilisasi
 Kekuatan otot menurun  Anjurkan melakukan
 Rentang gerak (ROM) mobilisasi dini
menurun  Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
Gejala dan tanda minor dilakukan (misalnya
Subjektif: duduk ditempat tidur,
 Nyeri saat bergerak duduk di sisi tempat
 Enggan melakukan tidur, pindah dari
pergerakan tempat tidur ke kursi)

 Merasa cemas saat


bergerak Pengaturan posisi

Objektif : Observasi

 Sendi kaku  Monitor status

 Gerakan tidak oksigenasiTerapeutik

terkoordinasi  Motivasi melakukan

 Gerakan terbatas ROM aktif atau pasif

 Fisik lemah  Hindari gerakan


menempatkan klien
yang dapat
meningkatkan nyeri
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
I. Data Demografi
A. Biodata
 Nama (nama lengkap, nama panggilan) : Ny. A
 Usia/tanggal lahir : 53 tahun / 25 Juli 1961
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Cipayung, Bogor Tengah
 Suku/bangsa : Indonesia
 Status pernikahan : Kawin
 Agama/keyakinan : Islam
 Pekerjaan/sumber penghasilan : Tidak bekerja
 Diagnosa medik : SNH + DM
 No. Medical record : 1110332
 Tanggal masuk : 15 Oktober 2021
 Tanggal pengkajian : 16 Oktober 2021
 Therapy medik :

B. Penaggung Jawab
 Nama : Nn A
 Usia : 28 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan/sumber penghasilan : Karyawan swasta
 Hubungan dengan klien : Anak

II. Keluhan utama


Klien mengeluh sisi badan kanan terasa kebas, sulit digerakan, dan terasa panas
sejak 2 hari yang lalu. Klien juga mengeluhkan bahwa ia merasa tubuhnya lemas.

III. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 13 Oktober 2021 jam 23.00 WIB, tiba–tiba tangan dan kaki
kanan terasa kebas , sebelumnya klien pernah merasakan kebas yang sama di
kaki saja tetapi ia tidak menghiraukan dan biasanya hilang dengan sendirinya.
Tetapi sudah 2 hari ini kebasnya tidak hilang dan klien terlihat semakin lemas,
lalu pada tanggal 15 Oktober 2021 keluarga langsung membawa Ny. A ke IGD
RSUD Cibinong karena dekat rumah.
B. Riwayat kesehatan lalu
Klien mengatakan sekitar 1 tahun yang lalu ia memeriksakan gula darah nya ,
dan mendapatkan hasil 250mg/dl, tetapi klien tidak menghiraukan nasihat
dokter untuk memeriksakan kesehatannya lebih lanjut. Klien juga mengeluh
merasakan kebas beberapa kali pada kaki kanannya, tetapi tidak ia hiraukan.

C. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan terutama diabetes mellitus. Berikut bagan genogram
keluarga klien :

Keterangan:
Laki-laki Perempuan Tinggal satu rumah
Meninggal Klien

IV. Riwayat Psikososial


Klien mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan tetangganya.

V. Riwayat spiritual
Klien mengatakan ia sholat 5 waktu dan biasanya mengikuti pengajian di
mushola dekat rumahnya setiap hari selasa, tapi sekarang sudah tidak bisa ikut
pengajian karena masuk dirumah sakit

VI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan Umum Klien
 Klien compos mentis, lemah
 Ekspresi wajah nampak bingung
 TB 150 cm
 BB 69 kg
B. Tanda-tanda Vital
 Suhu : 36, 4 ℃
 Nadi : 78 x/menit
 Pernafasan : 26 x/menit
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
C. Sistem pernafasan
 Hidung : kondisi hidung normal, tidak ada sekret.
 Leher : tidak adanya pembesaran kelenjar / tumor
 Dada : Bentuk dada simetris, adanya gerakan retraksi dada normal
D. Sistem kardiovaskuler
 TD 130 / 80 mmHg
 Suara jantung normal
E. Sistem pencernaan
 bibir kering
 abdomen : tidak ada pembesaran massa dan nyeri tekan
F. Sistem Indera
1. Mata
 Conjungtiva (tidak anemis),
 Sklera tidak ikterik
2. Hidung
Bentuk hidung simetris dan tidak ada sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
 Keadaan daun telinga baik
 Tidak adanya bekas operasi telinga
 Pendengaran baik
G. Sistem Saraf
 Daya ingat cukup baik, perhatian kurang konsentrasi
 Fungsi sensorik :kebas pada tangan dan kaki kanan
 refleks ekstermitas atas dan bawah dextra: lemah
H. Sistem muskuloskletal
 Tangan dan kaki kanan sulit digerakan 5 3
 Kekuatan otot menurun 5 3
3 : Gerakan normal menentang gravitasi
I. Sistem Integumen
 Kulit rambut tidak berketombe
 Warna kulit sawo matang, tidak adanya kulit yang kering
turgor baik
 Kuku bersih
J. Sistem endokrin
Tidak ada pembekangan kelenjar tiroid
K. Sistem perkemihan
Tidak ada gangguan perkemihan
L. Sistem Reproduksi
Klien mengatakan mempunyai 2 anak dengan proses persalinan normal tidak
ada masalah pada sistem reproduksinya
M.Sistem Immun
Klien mengatakan ia tidak mengalami alergi cuaca maupun obat , tidak ada
riwayat trasnfusi darah

VII Aktivitas Sehari-hari


A. Nutrisi
 Sebelum sakit: klien mengatakan ia makan tanpa ada pantangan
 Saat sakit : Selera makan menurun, klien makan bubur TIM yang di
berikan oleh rumah sakit dengan menu diet DM.
B. Cairan
 Sebelum sakit : klien mengatakan jarang minum air putih dan ia sering
mengkonsumsi minuman manis dan dingin.
 Saat sakit :Jenis minuman yang dikonsumsi air mineral 2 botol sedang
(1200 ml)
C. Eliminasi (BAK & BAB)
 Sebelum sakit : klien mengatakan ia bisa ke kamar mandi sendiri,
meskipun sesekali harus berpegangan dengan dinding dan berjalan
perlahan. BAB rutin 1x sehari pada pagi hari. BAK klien rata-rata 8x per
hari.
 Saat sakit : Klien belum BAB sejak 3 hari yang lalu dan BAK di bantu
oleh keluarga untuk menuju kamar mandi.
D. Istirahat Tidur
 Sebelum sakit : klien mengatakan ia sering begadang
 Saat sakit : Klien tidur malam -+ 5 jam dan tidak bisa tidur siang
E. Olahraga
 Sebeum sakit : klien mengatakan ia tidak pernah berolahrga
 Saat sakit :Selama di RS klien tidak melakukan olahraga
F. Rokok/alkohol dan obat-obatan
 Sebelum sakit : klien mengatakan tidak merokok dan minum obat obatan
 Saat sakit : selama di RS klien mendapatkan obat yang di berikan perawat
G. Personal Hygiene
 Sebelum sakit : pasien biasa mandi dan cuci rambut 2 hari sekali
 Saat sakit : pasien di lap 1x dan tidak keramas
H. Aktivitas/mobilitas fisik
 Sebelum sakit : jika kebas muncul, klien mengatakan ia perlu
berpegangan dengan tembok atau dituntun oleh keluarga jika ingin
berpindah tempat karena kesulitan menggerakan kaki kanan
 Setelah sakit : klien menggunakan kursi roda ketika ingin keluar kamar
ruangan dan dibantu keluarga untuk mandi
I. Rekreasi
Klien mengatakan tidak pernah melakukan kegiatan rekreasi selama ia
dirumah.
VIII Pemeriksaan Penunjang

Hari tanggal Jenis pemeriksaan Kesan


Rabu 15 oktober Ro thorak Paru dan jantung normal
2021
Rabu 15 oktober GDS 319 mg/dl
2021
Rabu 15 oktober MSCT Head Non Infrak cerebri regio
2021 Kontras pariental dextra
1. Tampak lesi hipodens
amorf regio parinteral
dextra, tepi mengabur,
calsifieasi ( - ) perifocal
oedema ( - )
2. Sistema ventrikel tak
melebar, simestris
3. Batas cortex – medula
tegas
4. Struktur mediana tak
deviasi
5. Gyri dan sulcy tak
prominent

IX Terapi saat ini

 Infus Nacl, 20 tetes/menit


 Inj citicolin 2 X 1 gr
 Inj . ceftriaxone 1x2 gr
 Aspilet 1x80 mg
 CPG 1x75 mg
 Metformin 3x 500 m
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Data Fokus
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF
Keadaan umum klien lemah Klien mengatakan sulit berjalan karena tangan
dan kaki kanan terasa kebas, sulit digerakan, dan
Kekuatan otot : Derajat 3, gerakan normal
terasa panas
menentang gravitasi
5 3
5 3 Klien mengatakan bahwa 1 tahun yang lalu, gula
darah sewaktu klien menyentuh angka

GDS pada tanggal 15 oktober 2021 : 319 mg/dl 250mg/dl.,

Klien tampak mengelak bahwa ia menderita


Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah
diabetes mellitus.
memeriksakan kondisi kesehatannya ke dokter
Klien tampak bingung ketika ditanya mengenai
riwayat penyakit yang diderita Klien mengatakan bahwa penyakit yang ia derita

Klien bertanya tentang penyebab penyakitnya


hanya karena kecapean.

Klien dibantu ke kamar mandi oleh keluarga.


Klien mengatakan bahwa ia tidak ingin
Klien tampak menggunakan gelang rumah merepotkan orang lain untuk mengambil sesuatu
sakit berwarna kuning di meja, saat keluarga tidak ada

Klien mengatakan bahwa saat dirumah sesekali


ia berpegangan dengan tembok apabila ingin
berpindah tempat

2. Analisa Data

26
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Ds:
 Klien mengatakan sulit Gangguan mobilitas fisik Penurunan kekuatan
berjalan karena tangan dan otot
kaki kanan terasa kebas, sulit
digerakan, dan terasa panas.
 Klien mengatakan bahwa saat
dirumah sesekali ia
berpegangan dengan tembok
apabila ingin berpindah
tempat

Do:
 Keadaan umum klien lemah
 Kekuatan otot 3 :
Gerakan normal menentang
gravitasi
5 3
5 3
 Klien dibantu ke kamar mandi
oleh keluarga
2. Ds: Resiko jatuh Kekuatan otot menurun
 Klien mengatakan sulit untuk
berjalan karena kelemahan
pada eksremitas atas bawah
bagian kanan dan merasa
kebas.
 Klien mengatakan ia tidak
mau merepotkan keluarga
saat ia membutuhkan barang
di meja.

Do:
 Klien mencoba mobilisasi
tanpa pengawasan keluarga

27
maupun perawat.
 Klien tampak menggunakan
gelang rumah sakit yang
berwarna kuning
3. Ds: Defisit pengetahuan tentang Kurang terpapar
 Klien mengatakan bahwa ia manajemen penyakit (diabetes informasi
tidak pernah memeriksakan mellitus)
kondisi kesehatannya ke
dokter
 Klien mengatakan bahwa 1
tahun yang lalu, gula darah
sewaktu klien menyentuh
angka 250mg/dl.
 Klien mengatakan bahwa
penyakit yang ia derita
hanya karena kecapean.
Do:
 Klien tampak bingung ketika
ditanya mengenai penyakit yang
diderita
 Klien bertanya tentang penyebab
penyakitnya

3. Diagnosa Keperawatan
NO MASALAH/DIAGNOSA TGL. DITEMUKAN TGL TERATASI
1. Gangguan mobilisasi fisik 16 Oktober 2021 Masalah teratasi sebagian
19 Oktober 2021
2. Resiko Jatuh 16 Oktober 2021 Masalah teratasi
18 Oktober 2021
3. Defisit pengetahuan tentang 16 Oktober 2021 Masalah teratasi
manajemen penyakit kronis 17 Oktober 2021
(diabetes mellitus)

3.3 Intervensi

28
Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan dan
No
(SDKI) (SLKI) Rasional (SIKI)
1. Gangguan mobilisasi Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Mobilisasi
keperawatan selama 3x24 Observasi:
jam, diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau
fisik meningkat, dengan keluhan fisik lainnya
kriteria hasil : 2. Monitor tekanan darah sebelum
1. Pergerakan memulai mobilisasi
eksremitas meingkat 3. Monitor kondisi umum selama
2. Kekuatan otot melakukan mobilisasi
meningkat Terapeutik:
3. Rentang gerak 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
(ROM) meningkat dengan alat bantu (pagar tempat
4. Kelemahan fisik tidur)
menurun 2. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatakan pergerakan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan

Manajemen Sensasi Perifer


Observasi:
1. Identifikasi penyebab perubahan
sensasi
2. Periksa perbedaan sensasi tajam
atau tumpul
3. Periksa perbedaan sensasi panas
atau dingin
4. Periksa kemampuan

29
mengidentifikasi lokasi dan
tekstur benda
Terapeutik:
Hidari pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya (terlalu
panas atau dingin)
Edukasi:
Anjurkan memakai sepatu lembut
dan bertumit rendah
2. Resiko Jatuh Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan jatuh
keperawatan selama 1x24 Observasi:
jam, diharapkan tingkat 1. identifikasi faktor resiko jatuh
jatuhnya menurun, dengan 2. Identifikasi faktor lingkungan
kriteria hasil : yang meningkatkan resiko jatuh
1. Jatuh saat berdiri 3. Monitor kemampuan berpindah
menurun dari tempat tidur ke kursi roda dan
2. Jatuh saat berjalan sebaliknya
menurun Terapeutik
3. Jatuh saat di kamar 1. gunakan alat bantu berjalan
mandi menurun (kursi roda)
2. pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
3. pasang handrall tempat tidur
Edukasi:
1. Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
2. anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
3. anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
4. anjurkan melebarkan jarak kedua
kaki untuk meningkatkan jarak

30
kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Tindakan Edukasi Kesehatan
tentang manajemen keperawatan selama 1x24 Observasi:
penyakit kronis jam, diharapkan tingkat 1. identifikasi kesiapan dan
(diabetes mellitus) pengetahuan klien kemampuan menerima informasi
membaik, dengan kriteria 2. identifikasi faktor-faktor yang
hasil: dapat meningkatkan dan
1. perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan sehat
2. verbalisasi minat dalam Terapeutik
belajar meningkat 1. sediakan materi dan media
3. kemampuan menjelaskan Pendidikan kesehatan
pengetahuan tentang suatu 2. jadwalkan Pendidikan kesehatan
topik meningkat sesuai kesepakatan
4. perilaku sesuai dengan 3. berikan kesempatan untuk
pengetahuan meningkat bertanya
5. persepsi yang keliru Edukasi
terhadap masalah menurun 1. jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat

3.4 Implementasi
Tgl Kode
Jam Tindakan Keperawatan dan Hasil
Intervensi Diagnosa
16 D.0054 16.00 1. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Oktober Respon Klien : Klien mengatakan ia mengerti tujuan
2021 dan bagaimana cara melakukan mobilisasi
2. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
Respon Klien : klien bersedia untuk melakukan
mobilisasi dini
3. Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus

31
dilakukan
Respon Klien : Klien memahami bagaimana cara
melakukan ambulasi sederhana
17 D.0143 07.00 1. Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
Oktober Respon Klien : Klien mengetahui bahwa ia masuk
2021 kedalam kategori resiko jatuh
2. Mengdentifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh
Respon Klien : Klien mengetahui bagaimana keadaan
lingkungan yang aman
3. Memonitor kemampuan berpindah dari tempat tidur
ke kursi roda dan sebaliknya
Respon Klien : klien mencoba mencoba berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda
4. Menggunakan alat bantu berjalan (kursi roda)
Respon Klien : klien mencoba menggunakan kursi
roda sendiri
5. Memastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu
dalam kondisi terkunci
Respon Klien : klien mengetahui bagaimana cara
mengunci kursi roda
6. Memasang handrall tempat tidur
Respon Klien : klien mengetahui bagaiman cara
memasang handrall
7. Menganjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
Respon Klien : klien mengetahui bagaimana cara
memanggil perawat
8. Menganjurkan menggunakan alas kaki yang tidak
licin
Respon Klien : klien mengetahui bagaimana alas kaki
yang baik
9. Menganjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh

32
Respon Klien : klien berusaha untuk berkonsentrasi
saat melakukan
10. Menganjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
Respon Klien : klien mencoba mengikuti saran
perawat
17 D.0054 10.00 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Oktober lainnya
2021 Respon Klien : klien mengatakan tidak ada keluhan
nyeri tetapi masih lemas
2. Memonitor tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
Respon Klien : TD klien 130/80 mmHg
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Respon Klien : Klien berusaha melakukan mobilisasi
dengan baik
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(pagar tempat tidur)
Respon Klien : Klien mencoba melakukan mobilisasi
dengan berpegangan pagar tempat tidur
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatakan pergerakan
Respon Klien : Klien mengingatkan keluarganya untuk
membantu dalam melakukan peningkatan pergerakan
17 D.0111 15.00 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
Oktober menerima informasi
2021 Respon Klien : Klien terlihat lebih segar dan siap
untuk mendapatkan informasi terkait penyakitnya
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Respon Klien : Klien mengetahui apa saja yang harus

33
dilakukan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
3. Menyediakan materi dan media Pendidikan
kesehatan
Respon Klien : Klien terlihat bersemangat
4. Menjadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
Respon Klien : Klien bersedia untuk diberikan
Pendidikan kesehatan
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Respon Klien : Klien mulai aktif bertanya mengenai
penyakitnya
6. Menjelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Respon Klien : Klien mengerti hal apa yang dapat
mempengaruhi kesehatannya
7. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Respon Klien : klien mulai menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat
18 D. 0054 10.00 1. Mengidentifikasi penyebab perubahan sensasi
Oktober Respon Klien : klien mengetahui apa penyebab dari
2021 perasaan kebas pada kakinya
2. Memeriksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
Respon Klien : klien merasakan perbedaan sensasi
3. Memeriksa perbedaan sensasi panas atau dingin
Respon Klien : klien merasakan perbedaan sensasi
4. Memeriksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan
tekstur benda
Respon Klien : klien mampu mengidentifikasi lokasi
dan tekstur
5. Menghidari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)
Respon Klien : klien mengerti benda apa yang harus ia
hindari

34
6. Menganjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit
rendah
Respon Klien : klien mnegetahui jenis sepatu apa yang
aman untuk ia kenakan

35
3.5 Evaluasi
Tgl Kode
Jam Tindakan Keperawatan dan Hasil
Intervensi Diagnosa
16 D.0054 17.00 S:
Oktober Klien mengatakan ia mulai dapat menggerakan
2021 kakinya tetapi masih lemas
O:
Klien terlihat berusaha menggerakan tangan dan kaki
kanannya
Kekuatan otot klien masih di angka 3
A:
Masalah teratasi Sebagian
Kelemahan fisik klien cukup menurun
Pergerakan eksremitas cukup meningkat
Kekuatan otot sedang
Rentang gerak (ROM) sedang
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
2. Memonitor tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(pagar tempat tidur)
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatakan pergerakan
17 D.0143 08.00 S:
Oktober Klien mengatakan bahwa ia mengetahui faktor apa saja
2021 yang dapat meningkatkan resiko jatuh
Klien mengatakan bahwa ia sudah dapat menggunakan
kursi roda dan berpindah ke tempat tidur
O:

36
Klien terlihat mulai lancar menggunakan kursi roda
Keluarga klien terlihat membantu pergerakan klien
A:
Masalah teratasi
1. Jatuh saat berdiri menurun
2. Jatuh saat berjalan menurun
3. Jatuh saat di kamar mandi menurun
P:
Intervensi dihentikan.
D.0054 11.00 S:
Klien mengatakan bahwa ia tidak merasakan tanda
gejala nyeri
Klien mengatakan bahwa ia dibantu keluarga untuk
melakukan mobilisasi
O:
Tekanan darah klien masih dalam rentang normal
sesaat melakukan mobilisasi
TD : 130/60mmHg
A:
Masalah teratasi Sebagian
Kelemahan fisik klien menurun
Pergerakan eksremitas cukup meningkat
Kekuatan otot cukup meningkat
Rentang gerak (ROM) meningkat

P:
Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab perubahan sensasi
2. Memeriksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
3. Memeriksa perbedaan sensasi panas atau dingin
4. Memeriksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan
tekstur benda
5. Menghidari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)

37
6. Menganjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit
rendah
D.0111 17.00 S:
Klien mengatakan bahwa ia mengerti bagaimana
proses perjalanan penyakitnya
O:
Klien tampak lebih peduli terhadap penyakitnya,
dilihat dari bagaimana cara ia menanggapi informasi
mengenai penyakitnya
A:
Masalah teratasi
1. perilaku sesuai anjuran meningkat
2. verbalisasi minat dalam belajar meningkat
3. kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu
topik meningkat
4. perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
5. persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

P : Intervensi selesai.
18 D. 0054 11.00 S:
Oktober Klien mengatakan ia dapat merasakan sensasi yang
2021 diberikan terhadap kaki dan tangannya
O:
Klien merespon rangsangan yang diberikan dengan
mencoba menarik tangan atau kakinya menjauhi
rangsangan
Klien sudaah terlihat lebih segar
A:
Masalah teratasi sebagian :
Kelemahan fisik klien menurun
Pergerakan eksremitas cukup meningkat
Kekuatan otot cukup meningkat
Rentang gerak (ROM) meningkat
P:

38
Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
2. Memonitor tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(pagar tempat tidur)
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatakan pergerakan

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang penerapan proses keperawatan baik

39
sesaui teori ataupun kasus nyata pada Ny.A dengan diagnosa medis SNH (Stroke Non
Haemoragic) dan DM (Diabetes Melitus) di ruangan rawat Melati 1 RSUD Cibinong yang
dilakukan mulai 16 Oktober 2021. Adapun hal-hal yang akan di bahas pada bab ini yaitu :
pengkajian, diangnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2021
kepada Ny. A (53 tahun) dengan diagnosa medis SNH+DM, klien mengalami Gangguan
mobilitas fisik Ny. A bertempat Cipuyung Bogor Tengah , mengeluh sisi kanan terasa kebas,
sulit digerakan, dan terasa panas mengeluhkan bahwa ia merasa tubuhnya lemas. Sebelum
klien pernah merasakan kebas yang sama di kaki saja tetapi ia tidak menghiraukan dan akan
hilang dengan sendirinya. Tetapi sudah 2 hari ini kebasnya tidak hilang lalu keluarga
langsung membawa Ny. A ke IGD RSUD Cibinong karena dekat rumah. Keadaan Umum
Klien compos mentis, lemah, Ekspresi wajah nampak bingung. Tanda-tanda Vital : Suhu : 36,
4 ℃, Nadi : 78 x/menit, Pernafasan : 26 x/menit, Tekanan darah : 130/80 mmHg.
Dan di dapatkan pada pengkajian Sistem Saraf yaitu Daya ingat cukup baik,
perhatian kurang konsentrasi, Bicara ekspresif , Fungsi sensorik :kebas pada tangan dan kaki
kanna, refleks ekstermitas atas dan bawah dextra: lemah dan Sistem muskuloskletal tangan
dan kaki kanan sulit digerakan lalu kekuatan otot menurun 5 3

5 3

Hal diatas, seperti riwayat, manifestasi yang terdapat dan diungkapkan oleh klien
sesuai dengan teori yang ada tentang SNH dan DM meski tidak semua dialami oleh klien
namun hampir sebagian besar dari teori terdapat dan terjadi pada klien.

40
4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik yang mencangkup respon klien,


keluarga, dan komunitas terhadap suatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam
proses keperawatan (Deswani, 2013).
Menentukan prioritas masalah keperawatan adalah kegiatan untuk menentukan masalah
yang menjadi skala prioritas untuk diselesaikan atau diatasi dahulu.
Pada kasus Ny.A yaitu di dapatkan 3 diagnosa keperawatan utama yaitu Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot di buktikan dengan Klien
mengatakan sulit berjalan karena tangan dan kaki kanan terasa kebas, sulit digerakan, dan
terasa panas dan Keadaan umum klien lemah dan Kekuatan otot lemah pada sebelah
kanan dan Klien dibantu ke kamar mandi oleh keluarga.
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan
otot menurun di buktikan dengan Klien mengatakan sulit untuk berjalan dan merasa
kebas. Klien mengatakan bahwa ia tidak ingin merepotkan orang lain untuk mengambil
sesuatu di meja, saat keluarga tidak ada dan Klien nampak sedang berusaha meraih
minum di meja. Dan juga Klien mobilisasi tanpa pengawasan keluarga maupun perawat.
Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu Defisit pengetahuan tentang manajemen
penyakit (diabetes mellitus) berhubungan dengan kurang gterpapar informasi di buktikan
dengan Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah memeriksakan kondisi kesehatannya ke
dokter, Klien mengatakan bahwa 1 tahun yang lalu, gula darah sewaktu klien menyentuh
angka 250mg/dl., Klien mengatakan bahwa penyakit yang ia derita hanya karena
kecapean. Dan Klien tampak bingung ketika ditanya mengenai penyakit yang diderita,
dan juga Klien bertanya tentang penyebab penyakitnya
Hal diatas, seperti riwayat, manifestasi yang terdapat dan diungkapkan oleh klien
sesuai dengann teori yang ada tentang meski tidak semua dialami oleh klien namun
hampir sebagian besar dari teori terdapat dan terjadi pada klien.

41
4.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah intervensi atau perencanaan keperawatan adalah panduan untuk


perilaku spesifik yang diharap dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan
(Deswani, 2011).

Merumuskan rencana tidakan keperawatan adalah kegiatan spesifik untuk membantu


pasien dalam mencapai tujuan dan kriteria hasil, ada tipe rencana tindakan keperawatan yaitu
observasi, terapeutik dan nursing treatment, penyuluhan atau pendidikan kesehatan, rujukan
atau kolaborasi. Rasional adalah dasar pemikiran atau alasan ilmiah yang mendasari
ditetapkan rencana tindakan keperawatan (Rohmah, 2012).
Rencana tindakan untuk masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot yaitu Intervensi mengacu pada SIKI adalah Dukungan Ambulansi,
dukungan mobilisasi dan manajemen sensasi perifer dengat tujuan atau kriteria hasil
mengacu kepada SIKI dengan kriteria hasil : Pergerakan eksremitas meingkat, Kekuatan otot
meningkat, Rentang gerak (ROM) meningkat, Kelemahan fisik menurun
Rencana untuk masalah resiko jatuh berhubungan dengan kekutan otot menurun
dengan tujuan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuhnya
menurun, dengan kriteria hasil: Jatuh saat berdiri menurun, Jatuh saat berjalan menurun,
Jatuh saat di kamar mandi menurun.
Rencana tindakan untuk Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu Defisit pengetahuan
tentang manajemen penyakit (diabetes mellitus) berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dengat tujuan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan klien membaik, dengan kriteria hasil: perilaku sesuai anjuran meningkat,
verbalisasi minat dalam belajar meningkat, kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang
suatu topik meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat dan persepsi yang
keliru terhadap masalah menurun.

42
4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan mandiri maupun kolaborasi yang diberikan


perawat kepada klien sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan kriteria hasil yang ingin
dicapai (Wahid, 2012).

Pada tanggal 16 oktober 2021 pukul 16.00 di lakukan tindakan untuk diagnosa
pertama yaitu Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Mengidentifikasi
toleransi fisik melakukan ambulasi, Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi, Memonitor kondisi umum selama melakukan ROM, Melakukan
mobilisasi fisik dalam melakukan ROM, Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi, Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi, Menganjurkan
melakukan ambulasi dini, Mengjarkan ambulasi sederhana (mis. berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi), Melibatkan keluarga dalam aktivitas
perawatan diri pasien. Respon subjektif klien mengatakan tangan sudah bisa digerakan
namun kaki masih sedikit terasa kebas.
Pada tanggal 17 Oktober pukul 07.00 WIB dilakukan tindakan yang kedua yaitu,
Mengidentifikasi factor resiko jatuh , Mengidentifikasi factor lingkungan yang meningkatkan
resiko jatuh, Memonitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya, Memastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci,
Memasang handrall tempat tidur, Menganjurkan pasien untuk pencet bel memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan untuk berpindah atau mengambil sesuatu di meja jika tidak ada
keluarga, Menganjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin, Menganjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk meningkatkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan
saat berdiri. Respon klien mengatakan Klien mengatakan tangan sudah bisa digerakan namun
kaki masih sedikit terasa kebas.
Pada tanggal 18 Oktober 2021 pukul 13.00 WIB dilakukan tindakan yang ketiga yaitu

Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, Mengidentifikasi factor-

faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat,

Mengedukasi factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan juga Mengedukasi

ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat, respon Klien mengatakan akan rajin kontrol untuk

memeriksakan kondisi kesehatannya ke dokter supaya tidak opname di rumah sakit lagi.

43
4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah catatan mengenai perkembangan klien yang dibandingkan dengan


kriteria hasil yang telah ditentukan sebelumnya, dengan menggunakan metode SOAP (Wahid,
2012).
Evaluasi hasil dari diagnosa keperawatan Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
Penurunan kekuatan otot pada tanggal 19 Oktober 2021 jam 16.00 WIB, di dapatkan hasil
data subjektif yaitu Klien mengatakan tangan sudah bisa digerakan namun kaki masih sedikit
terasa kebas. Dan data Objektif keadaan umum kompos mentis dan kekuatan otot klien
bertambah
Evaluasi hasil dari diagnosa keperawatan kedua Diagnosa keperawatan yang kedua
yaitu Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun pada tanggal 19 Oktober
2021jam 16.00 WIB, di dapatkan hasil subyektif , Klien mengatakan tangan sudah bisa
digerakan namun kaki masih sedikit terasa kebas. Dan data obyejtif , Klien nampak berusaha
dalam latihan gerak sendi dan ingin cepat pulang , Klien mobilisasi dengan pengawasan
keluarga maupun perawat, dan Keluarga nampak selalu menemani meskipun berjaga
bergantian.
Evaluasi hasil dari diagnosa keperawatan Defisit pengetahuan tentang manajemen
penyakit (diabetes mellitus) berhubungan dengan kurang terpapar informasi pada tanggal 18
Oktober 2021 jam 13.00 WIB, di dapatkan hasil data subyektif Klien mengatakan akan rajin
kontrol untuk memeriksakan kondisi kesehatannya ke dokter supaya tidak opname di rumah
sakit lagi, dan data obyektif yaitu Klien sudah mampu memahami dan menerima bahwa
dirinya mempunyai penyakit gula, Klien dan keluarga sudah paham bahwa perlu rutin untuk
memeriksa dirinya juga control gula nya, Klien dan keluarga sudah paham apa yang harus di
makan dan makanan apa yang harus dihindari
Menurut analisis kelompok setelah melakukan ROM selama 2 kali dalam seminggu
selama 15-30 menit perhari memang sangat berpengaruh karena hasil ROM ini maka
peningkatan kekuatan otot akan bertambah.

44
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Setelah melakukan proses asuhan keperawatan kepada Ny. A dengan diagnosa
gangguan mobilitas fisik, resiko jatuh dan deficit pengetahuan maka didapatkan hasil bahwa
diagnosa resiko jatuh dan defisit pengetahuan dapat teratasi, namun dengan diagnosa
gangguan mobilitas fisik masalah teratasi sebagian dan melanjutkan intervensi. Klien juga
mulai merasakan sensasi yang diberikan terhadap kaki dan tangannya, serta klien mengalami
peningkatan dalam rentang gerak (ROM).
Asuhan keperawatan ini mengacu pada pedoman buku 3S, yaitu standar diagnose,
standar luaran dan juga standar intervensi. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
sudah menggunakan standard pedoman yang ada.

5.2 Saran
1. Bagi klien
Dapat menambah pengetahuan klien tentang melakukan teknik ROM
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi referensi informasi bagi institusi Pendidikan dan acuan asuhan
keperawatan gangguan mobilitas fisik, resiko jatuh, dan defisit pengetahuan.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dengan teknik rentang gerak
(ROM).

DAFTAR PUSTAKA

45
Ananda, Irma Putri. (2017). Pengaruh Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot
Pada Lansia Bedrest Di PSTW Budhi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.
Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. (A. Rifai. Ed.). Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, A, A, (2009). Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Jakarta: Salemba Medika
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 1,2,3. Yogyakarta:
MediAction
Maas, L.M.,Buckwalter, K.C., Hardy, L.C.M.D., Reimer, T.T., Titler, M.G., & Specht, J.P.
(2011). Asuhan keperawatan gerontik (Renata Komalasari, Ana Lusyana & Yuyun
Yuningsih, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Mubarak WI., Nurul C., Joko S. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap
dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, W. I., Indrawati, L., Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. EGC.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik dan geriatri. Jakarta : EGC
Nugroho. (2010). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC
Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4 volume 2. Jakarta:EGC
Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan. Edisi 4 volume 1. Jakart:EGC.
Sari Arum, Wulan Retno. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: PT Salemba
Emban Patria.
Sari Kumala, Nengsi Olga. (2012). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Mobilisasi Pada Tn. J Dengan Stroke Diruang Anggrek 2 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Widuri, Hesti. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia Ditatanan Klinik. Yogyakata:
Penerbit Fitramaya.

46

Anda mungkin juga menyukai