Oleh:
Siska Nurhasanah 2350321001 Syafitri Widyasari 2350321006
Siti Aisah 2350321002 Nurhania Afifah 2 350321007
Cynthia Putri I 2350321003 Iqbal Sanjaya 2350321008
Fina Meliani 2350321004 Emil Nur W 2350321009
Ajeng Dianti 2350321005 Puspita Ayu 2350321010
M. Rizki Maulana 2350321011
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan
Seminar Keperawatan Medikal Bedah dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada Bapak Hikmat Rudyana, S. Kp.,
M. Kep selaku dosen kordinator Stase Keperawatan Medikal Bedah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sekaligus dosen pembimbing kelompok 1.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami penerapan Range Of Motion (ROM) pada pasien
dengan stroke. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan sarannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
B. Saran .............................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf
otak (Nurarif, 2015). Menurut (Nurarif, 2015) ada beberapa faktor riisko yang
menyebabkan seseorang terkena stroke antara lain, hipertensi, kolestrol
tinggi, penyakit jantung, gaya hidup, umur, jenis kelamin, stress dan faktor
keturunan. Menurut American Heart Asso-ciation (2010, dalam (Rahmadani
& Rustandi, 2019)) stroke menyumbang sekitar satu dari setiap 18 kematian
di Amerika Serikat. Stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi
hamper seluruh dunia. Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah
penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan
tertinggi di dunia. Menurut American Heart Association (AHA) dalam
(Rahmadani & Rustandi, 2019), di Amerika setiap tahunnya adalah 50-100
dari 100.000 orang penderita.
Menurut WHO (2010, dalam (Rahmadani & Rustandi, 2019)) dalam
jurnal jumlah pendrita stroke di Indonesia berdasarkan sensus kependudukan
dan demografi Indonesia (SKDI) tahun 2010 sebanyak 3.600.000 setiap tahun
dengan prevalensi 8,3 per 1.000 penduduk. Tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta
orang akan meninggal karena Stroke. Pada penderita Stroke 60,7%
disebabkan oleh stroke non hemoragik, sedangkan 36,6% disebabkan oleh
stroke hemoragik. Setiap tahunnya diperkirakan 500 ribu penduduk di
Indonesia terkena serangan stroke. Di Indonesia, stroke merupakan penyebab
kematian utama pada semua umur (15,4%). Diperkirakan 500.000 penduduk
terkena stroke setiap tahunnya, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal,
dan sisanya cacat ringan hampir setiap hari, atau minimal rerata tiap hari ada
seorang penduduk Indonesia, baik tua maupun muda meninggal dunia karena
serangan stroke (Rahmadani & Rustandi, 2019).
1
2
Tanda atau gejala yang dialami oleh seseorang yang terkena stroke salah
satunya yaitu tidak bisa menggerakan bagian anggota tubuh baik itu sebelah
kanan ataupun sebelah kiri. Hal ini tentunya akan menggangu aktivitas sehari-
hari orang tersebut. Sehingga masalah keperawatan yang sering diangkat
adalah gangguan mobilitas fisik. Menurut (SDKI, 2017) gangguna mobilitas
fisik adalah keterbatasan dalam gerakaan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
Penatalaksanaan gejala dari stroke dapat dilakukan secara farmakologi
yaitu menggunakan obat seperti antikoagulan, sedangkan intervensi non
farmakologi dengan latihan fisik dan kognitif salah satunya seperti latihan
pergerakan sendi Kozier, et al, (2010, dalam (Deva et al., 2022). Salah satu
bentuk latihan rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah
terjadinya kecacatan pada pasien stroke adalah latihan Range of motion
(ROM). Latihan Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk
latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ROM
merupakan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang
bertujuan untuk meningkatkan fleksibelitas dan kekuatan otot Potter & Perry,
(2010, dalam (Rahmadani & Rustandi, 2019)).
Peran perawat dalam pentalaksanaan gangguan mobilitas fisik di rumah
sakit salah satunya dengan memberikan latihan range of motion (ROM),
karena ROM efektif untuk membantu meningkatkan kekuatan otot, hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmadani & Rustandi, 2019)
mengenai “Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik
Dengan Hemiparese Melalui Latihan range Of Motion (Rom) Pasif” dengan
hasil uji statistik (p = 0,008) pada kelompok intervensi dan (p = 0,5) pada
kelompok kontrol. Simpulan, ada pengaruh latihan range of motion terhadap
kekuatan otot pasien stroke non-hemoragik di Rumah Sakit Umum Curup
ICU pada tahun 2019.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk
mengambil dan Menyusun laporan seminar mengenai penerapan range of
3
motion (ROM) dalam mengatasi gangguan mobilitas fisik pada pasien dengan
susp.stroke infark”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, bagaimana asuhan
keperawatan dengan pemberian range of motion (ROM) dalam mengatasi
gangguan mobilitas fisik pada pasien susp.stroke infark ?
C. Tujuan
Menganalisis dan menggambarkan penerapan range of motion (ROM)
dalam mengatasi masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien
susp.stroke infark.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Hasil laporan mengenai penerapan range of motion (ROM) dalam
mengatasi gangguan mobilitas fisik dapat membuktikan secara ilmiah
tentang manfaat range of motion (ROM).
2. Manfaat Praktis
Laporan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Bagi Pasien Susp.Strok
Diharapkan pasien serta keluarga dapat memahami akan manfaat dari
range of motion (ROM) untuk meningkatkan/melatih kekuatan otot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stroke
1. Definsi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak. Stroke non hemoragik adalah tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti
(A. Nurarif, 2015).
Stroke infark/iskemik/non hemoragik adalah stroke yang timbul akibat
thrombosis atau embolisasi yang terjadi pada satu atau lebih pembuluh
darah otak dan menyebabkan obstruksi aliran darah ke otak. Stroke iskemik
akut adalah gejala klinis defisit serebri fokal dengan onset yang cepat dan
berlangsung lebih dari 24 jam serta cenderung menyebabkan kematian.
Dua penyebab utama infark serebri yaitu thrombosis dan emboli (A, 2021).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan
kondisi yang timbul akibat thrombosis atau adanya sumbatan pada
peredaran darah yang menyebabkan obstruksi aliran darah ke otak
2. Etiologi
Menurut (A. Nurarif, 2015) berikut beberapa faktor risiko yang
menyebabkan stroke infark:
a. Hipertensi
Dapat meningkatkan tekanan darah perifer sehingga menyebabkan
penebalan pembuluh darah.
b. Penyakit jantung Embolus biasanya terbentuk di jantung akibat adanya
kelainan di katup jantung, irama jantung yang tidak teratur, atau setelah
serangan jantung
c. Kolestrol Tinggi
Kadar lemak darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko aterosklerosis
dan penyakit jantung coroner.
4
5
d. Gaya hidup yang tidak sehat Pola makan yang berlebih (obesitas),
merokok, kurang berolahraga serta penyalahgunaan obat.
e. Diabetes melitus
Diabetes melitus dapat menimbulkan perubahan pada sistem vasculer
(pembuluh darah dan jantung) serta mendorong terjadinya ateroklerosis
f. Stress emosional Pada jangka panjang dapat meningkatkan tekanan
darah dan kadar kolestrol.
g. Umur
Semakin tinggi usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke, pada
peneletian yang dilakukan oleh (Selvirawati, Wahab, and Rizarullah
2020) usia tersering yang mengalami stroke yaitu 55-64 tahun. Pasien
stroke iskemik didominasi oleh kelompok umur 56-60 tahun sebanyak
18 orang (78,3%). Sedangkan pasien dengan kelompok usia 50-56 tahun
sebanyak 9 orang (75,0%) mendominsasi angka kejadian stroke
hemoragik
h. Jenis Kelamin
Pada kebanyakan kasus didapatkan pria lebih sering mengalami stroke
dibandiingkan dengan wanita, sesuai dengan penelitian oleh
(Selvirawati, Wahab, and Rizarullah 2020) jumlah pasien stroke lebih
banyak lakilaki yaitu sebanyak 33 orang (58,9%) sedangkan perempuan
sebanyak 23 (41,1%). Hal ini diakibatkan oleh faktor pencetus lain
seperti merokok, minum alkohol yang dominan oleh laki laki.
i. Faktor Turunan
3. Tanda dan Gejala
Menurut (Budianto, P., Prabaningtyas, (dkk), 2021)manifestasi klinis dari
stroke, antara lain:
a. Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
b. Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
c. Menurunnya tonus otot abnormal
d. Kehilangan komunikasi Fungsi otak yang mempengaruhi bahasa dan
komunikasi, misalnya:
6
CVA Infark
Gangguan
Komunikasi Verbal Kekuatan Otot
(D.0119) Menurun
Kemampuan
Defisit Perawatan
merawat diri
Diri (D.0109)
menurun
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Hernata, 2013) pemeriksaan penunjang pada pasien stroke
antara lain:
a. Laboratorium
1) Hitung darah lengkap
2) Kimia klinik
3) Masa prothrombin
4) Urinalisis
b. Diagnostik
1) Computerized Tomographic Scanner (CT-Scan) kepala
Membedakan stroke iskemik atau stroke perdarahan dan dapat menilai
letak, besar, luas dari area infark (setelah 24 jam).
2) Angiografi cerebral
Mampu mendeteksi kelainan pembuluh darah intrakranial, misalnya:
aneurisma, angioma.
3) Doppler
Melihat progesi penyempitan atau vasospasme arteri penyuplai darah
ke otak, intra maupun ekstrakranial.
4) Photon Emission Tomography (PET)
Mengukur dan membedakan daerah iskemik yang masih reversibel
dan yang sudah irreversibel.
5) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Mendeteksi kelainan otak dan memperlihatkan area iskemik dalam
waktu 6 jam.
6) Electro Cardiography (ECG).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien stroke menurut (Hernata, 2013) adalah:
a. Tindaka Umum
1) Letakkan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala dan dada pada
satu bidang, ubah posisis tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai
bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
9
7. Tindakan Khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dan antikoagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA
(recombinant tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen
neuroproteksi yaitu citicolin atau piracetam (jika didapatkan afasia)
Suplai O2 menurun
Perfusi jaringan ke
otak menurun
bagian
kanan/kiri Penyumbatan
DO: pembuluh darah
1. Kekuatan otot
menurun Vaspopasme
2. ROM menurun pembuluh darah
3. Gerakan terbatas
CVA Infark
Suplai O2 menurun
Perfusi jaringan ke
otak menurun
Defisit neurologis
Hemiparesis
Kelemahan fisik
3 DS: Faktor risiko Gangguan
1. Biasanya klien (Hipertensi, Glukosa Komunikasi
kesulutan darah naik, dsb) Verbal
berbicara
DO: Ruptur pembuluh
1. Disfasia darah
2. Afasia
Penyumbatan
pembuluh darah
15
Vaspopasme
pembuluh darah
CVA Infark
Suplai O2 menurun
Perfusi jaringan ke
otak menurun
Defisit neurologis
Gangguan pusat
bicara
Gangguan bciara
Disfasia
4 DS: Faktor risiko Defisiti
1. Biasanya klien (Hipertensi, Glukosa Perawatan Diri
tidak mampu darah naik, dsb)
merawat diri
secara mandiri Ruptur pembuluh
DO: darah
1. Tampak kotor
Penyumbatan
pembuluh darah
16
Vaspopasme
pembuluh darah
CVA Infark
Suplai O2 menurun
Perfusi jaringan ke
otak menurun
Defisit neurologis
Hemiparesis
Kelemahan fisik
Kekuatan otot
menurun
Kemampuan merawat
diri menurun
3. Planning
Berdasarkan (SIKI, 2018) dan (SLKI, 2018)
Dx Keperawatan: Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan iskemik
jaringan otak, nyeri kepala (D.0017)
Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan Manajemen Peningkatan
intervensi keperawatan TIK 1.06194 TIK 1.06194
selama 3x24 jam maka Observasi: Observasi:
perfusi serebral 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
meningkat dengan peninagkatan TIK penyebab TIK
kriteria hasil: 2. Monitor tanda/gejala 2. Untuk memantau
1. Tingkat kesadaran peningkatan TIK (TD perubahan TIK
5/menurun meningkat)
2. TIK 5/menurun Terapeutik: Terapeutik:
3. Sakit kepala 1. Berikan posisi semi 1. Menurunkan TIK
5/menurun fowler
4. TD Sistolik Kolaborasi: Kolaborasi
5/membaik 1. Pemberian manitol 1. Mengurangi tekanan di
5. TD Diastolik otak
5/membaik
Dx Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot dibuktikan dengan kekuatan otot menurun (D.0054)
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 05 November 2023
Jam Pengkajian : 15.00-selesai
Ruangan : Dahlia
No.Rekam Medis : 00742308
Tanggal Masuk RS : 04 November 2023
I. Identitas
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn.T
b. Umur : 40 Tahun 7 Bulan, 3 Hari
c. Alamat : Kp. Cibogo RT 02/07 Leuwigajah Cimahi
Selatan
d. Jenis Kelamin : Laki-Laki
e. Pendidikan : SMA
f. Agama : Islam
g. Suku Bangsa : Sunda, Indonesia
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny.P
b. Umur : 38 Tahun 2 bulan, 1 hari
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Hub. Dengan Pasien : Istri
3. Keluhan Utama
a. Saat Masuk RS :
Klien mengeluh lemah badan bagian kanan
b. Saat Pengkajian :
Klien mengeluh lemah badan bagian kanan
21
22
4. Diagnosa Medis :
Hemiparese Dextra EC Susp. Stroke Infark
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh lemah badan bagian kanan, disertai sakit kepala,
keluarga klien mengatakan keluhan dirasakan mendadak setelah
bangun tidur, tidak ada Riwayat stroke dan terjatuh sebelumnya,
setelah dilakukan Tindakan di IGD Dustira, klien dipindahkan ke
ruangan Dahlia untuk dilakukan perawatan lebih lanjut.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Klien tidak pernah dirawat dengan keluhan yang sama, tidak ada
riwayat penyakit stroke, terjatuh dan klien tidak pernah di operasi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang
sama
6. Riwayat Keperawatan Klien
1. Pola Aktivitas Sehari-hari
No ADL Di Rumah Di RS
1 Intake Nutrisi
a. Frekuensi 2-3x/hari 3x/hari
b. Jenis Nasi, lauk,sayur Menu RS
c. Porsi 1 porsi ½ porsi
d. Pantangan - -
e. Keluhan - -
2 Intake Cairan
a. Frekuensi 2 Liter 1,5 Liter
b. Jenis Air putih Air Putih
c. Pantangan - -
d. Keluhan - -
23
3 Eliminasi Fecal
a. Frekuensi 1-2 x/hari -
b. Konsistensi Padat -
c. Keluhan - -
4 Eliminasi Urin
a. Frekuensi 4-6 x/hari 3-4x/hari
b. Warna Kuning bening Kuning Pekat
c. Keluhan - -
5 Istirahat dan Tidur
a. Kuantitas
Tidur Siang 1-2 jam 2 jam
Tidur Malam 5-8 jam 6 jam
b. Kualitas Nyenyak Nyenyak
c. Keluhan - -
6 Personal Hygiene
a. Mandi 2-3x/hari 1x/hari
b. Gosok gigi 2-3x/hari -
c. Keramas 2-3x/minggu -
d. Kebersihan - -
kuku
2. Riwayat Psikologis
a. Status Emosi
Emosi klien tamapk stabil dan klien tidak marah terhadap
penyakitnya
b. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien terlihat tenang dan sabar dalam menghadapi
penyakitnya
2) Harga diri
Klien tidak merasa harga dirinya rendah
24
3) Ideal diri
Klien merasa dirinya kurang ideal karena anggota tubuh
kananya lemah
4) Identitas diri
Klien merasa bahwa identitasnya jelas
5) Peran diri
Klien masih berperan sangat baik di rumah dan di
masyarakat
3. Riwayat Sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik,
terlihat klien mencoba berbincang akrab dengan keluarga, serta
komunikasi klien dengan perawat dan dokter baik.
4. Riwayat Spiritual
Kebutuhan untuk beribadah kurang terpenuhi, karena klien sulit ke
kamar mandi untuk berwudhu, upaya mengatasi hal tersebut perawat
membantu menganjurkan tayamum dan beribadah di tempat tidur.
7. Pemeriksan Fisik
1. Keadaan Umum
Klien tampak lemah, kesadaran compos mentis (GCS: E(4), V(5),
M(6)), status orientasi baik, klien dapat mengetahui waktu,
mengenali keluarga dan petugas kesehatan serta mengetahui dan
beribadah di tempat tidur.
2. Tanda-tanda Vital
TD : 110/90 mmHg
N :70x/menit
S : 36,7oC
R : 20x/menit
Spo2 : 98%
TB : 168 cm
BB : 59 kg
25
3. Pemeriksaan wajah
a. Mata
Simetris, edeme (-), peradangan (-), konjungtiva normal, ikter
(-), reflek pupil terhadap cahaya (+).
b. Hidung
Peradangan (-), sputum (-), perdarahan (-), polip (-), nyeri tekan
(-)
c. Mulut
Mukosa bibir kering, mulut bersih, lesi (-), caries (-), lidah
bersih, perdarahan (-)
d. Telinga
Lesi (-), nyeri tekan (-), lesi (-), peradangan (-), serumen (-)
4. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala
Bentuk normal, simetris, lesi (-), perdarahan (-), nyeri tekan (-)
b. Leher
Pembesaran kelenjar limfa (-), pembesaran vena jugularis (-),
pembesaran masa (-), lesi (-), nyeri tekean (-)
5. Pemeriksan thorak
a. Paru-paru
Inspeksi : Normal chest, frekuensi nafas
Palpasi : Taktil fremitus (normal), nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Area paru sonor
Auskultasi : Vesikuler, bunyi nafas tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis (-), pembesaran jantung (-)
Palpasi : Pulpasi dinding thorak teraba
Perkusi : Batas jantung dan paru normal (ICS 4-5)
Auskultasi : BJ I : LUB, BJ II: DUB, BJ Tambahan (-)
6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Luka bekas operasi (-), distensi abdomen (-), lesi
26
9. Terapi Medis
1. Obat-obatan dan Cairan
Nama Cara
No Dosis Tujuan
Obat/Cairan Pemberian
Untuk mengtasi
1 Omeprazole 20 mg/12 jam IV
asam lambung
Untuk mengatasai
2 Citicolin 1 gr/24 jam IV gangguan
memori/perilaku
Untuk mengtasi
kekurangan
3 Mersibion 5000 mg/24 jam IV
defisiensi B1, B6,
B12
28
Untuk mencegah
penyakit
4 Atorvastatin 20 mg/12 jam PO kardiovaskuler
pada orang
beresiko tinggi
Untuk
5 RL 20 TPM IV mempertahankan
hidrasi
Untuk
mengembalikan
6 NaCl 20 TPM IV
keseimbangan
beresiko tinggi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 Klien beresiko Faktor risiko Risiko perfusi serebral
mengalami (Hipertensi, tidak efektif
perfusi serebral Kolestrol tinggi, dsb)
tidak efektif.
Ditunjang dengan Ruftur pembuluh
data: darah
DS:
1. Mengeluh Penyumbatan
sakit kepala pembuluh darah
2. Mengeluh
sakit dibagian Vasopasmepembuluh
tengkuk darah
CVA Infark
29
DO:
1. TD: 110/90 Suplai O2 menurun
mmHg
2. N: 70x/menit Perfusi jaringan ke
3. R: 20x/menit otak menurun
Iskemik jaringan
2 DS : Faktor risiko Gangguan mobilitas
1. Mengatakan (Hipertensi, fisik
lemah pada Kolestrol tinggi, dsb)
bagian tubuh
bagian kanan Ruftur pembuluh
DO: darah
1. Gerakan
terbatas Penyumbatan
2. TD: 110/90 pembuluh darah
mmHg
Vasopasmepembuluh
darah
CVA Infark
Suplai O2 menurun
Perfusi jaringan ke
otak menurun
Iskemik jaringan
Defisit neurologis
30
Hemiparesis
Kelemahan fisik
A. Diganosa Keperawatan:
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan klien mengalami
stroke
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular ditandai dengan kekuatan otot menurun
B. Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan: Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan iskemik
jaringan otak, nyeri kepala (D.0017)
Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan Manajemen Peningkatan
intervensi keperawatan TIK 1.06194 TIK 1.06194
selama 3x24 jam maka Observasi: Observasi:
perfusi serebral 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
meningkat dengan peningkatan TIK penyebab TIK
kriteria hasil: 2. Monitor tanda/gejala 2. Untuk memantau
6. Tingkat kesadaran peningkatan TIK (TD perubahan TIK
5/menurun meningkat)
7. TIK 5/menurun Terapeutik: Terapeutik:
8. Sakit kepala 1. Berikan posisi semi 1. Menurunkan TIK
5/menurun fowler
9. TD Sistolik Kolaborasi: Kolaborasi
5/membaik 1. Pemberian manitol 1. Mengurangi tekanan di
10. TD Diastolik otak
5/membaik
31
C. Implementasi
Dx
No Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawtan
1 Risiko perfusi 5/11/23 1. Memonitor S:Klien mengatakan
serebral tidak (15.15) peningkatan TD nyeri kepala
efektif 2. Memonitor tekanan berkurang
dibuktikan perfusi serebral O:
dengan iskemik (15.20) 3. Mendokumentasikan TD: 110/90mmHg
jaringan otak, pemantauan N: 80x/menit
nyeri kepala A : Risiko perfusi
(D.0017) serebral tidak efektif
belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan:
1. Memonitor
peningkatan TD
2. Memonitor
tekanan perfusi
serebral
menurun 1.
P: Intervensi
(D.0054) dilanjutkan :
1. Identifikasi
adanya nyeri atau
keluhan fisik
lainnya
2. Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
pergerakan
3. Latihan Range OF
Motion (ROM)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak. Stroke non hemoragik adalah tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti
(A. Nurarif, 2015). Penatalaksanaan gejala dari stroke dapat dilakukan
secara farmakologi yaitu menggunakan obat seperti antikoagulan,
sedangkan intervensi non farmakologi dengan latihan fisik dan kognitif
salah satunya seperti latihan pergerakan sendi yaitu range of motion
(ROM). Latihan Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk
latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Potter & Perry,
(2010, dalam (Rahmadani & Rustandi, 2019)).
Sama halnya dengan kasus yang di alami pleh Tn.T mengalami stroke
dan gejaal yang dirasakan adalah hemiparese kanan, masalah keperawatan
yang di angkata adalah risiko perfusi serebral tidak efektif dan gangguan
mobilitas fisik. Intervensi penerapan EBN yang diterapkan adalah range of
motion (ROM).
B. Saran
Berdasarkan hasil laporan yang telah Tulisa, maka saran yang dapat
disampaikan sebagai berikut:
1. Bagi Perawat Rumah Sakit
Diharapkan sebagai pertimbangan dalam pemberian asuhan
keperawatan terapeutik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penerapan EBN ini diharapkan dijadikan sebagai informasi tambahan
dan sebagai bahan referensi untuk penelitian keperawatan medikal
34
35
36