Oleh :
NETTI HERAWATI,S.Kep.,Ns
2017
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
Surabaya, ……………………
TIM AKREDITASI
ii
KATA PENGANTAR
masalah resiko penurunan aliran darah ke miokard diruang ICCU RSUD Dr.
M. Soewandhie surabaya”.
Surabaya.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapt luput dari
kesalahan dan dari kesempurnaan sehingga dan kritik yang bersifat membabgun
sangat penulis harapkan. Penulis berharap makalah ini bisa mamfaat bagi semua
pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan......................................................................................... 31
5.2 Saran............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
BAB 1
PENDAHULUAN
kematian dan kesakitan (Juwana, 2013). Pada tahun 2014 yang paling sering
heart diseases) (Death and DALY estimates by cause, 2002). Penyakit jantung
iskemi atau sekarang lebih dikenal dengan sindrom koronari akut merupakan
Uversitas Toledo di amerika serikat tahun 2010 menunjukkan 1250 pasien, 900
pasien (72%) yang menjalani kateterisasi jantung dan 350 (28%) dilakukan
mangunkusumo Jakarta tahun 2011 telah melakukan cateterisasi jantug 550 pasien
dan 250 pasien dilakukan PCI, Rumah sakit jantung dan pembuluh darah Harapan
Kita Jakarta pasien yang dilakukan tindakan cateterisasi jantung jantung mulai
bulan agustus sampai bulan oktober 2011 terdapat 700 pasien, 53 % dilakukan
tindakan DCA dan 47% dilakukan tindakan PCI. Data rekam medis RSUD Dr
pasien yang dirawat di ICCU sebanyak 200 pasien dan terdapat 90 pasien post
PCI.
1
1
yang disebut ateroma yang terdapat didalam tunika intima dan pada bagian dalam
tunika media. Komplikasi yang paling berbahaya dari aterosklerosis arteri koroner
sebagian besar disebabkan oleh rupturnya plak aterosklerosis yang menutup arteri
koroner besar di apek jantung dan jika tidak tertangani maka resiko kematian akan
lebih tinggi. Penatalaksanaan STEMI adalah dengan cara reperfusi pada daerah
yang terkena infark, dengan cara memberi aliran darah pada jaringan miokard.
tujuan membuka arteri (arteri koroner) yang mengalami penyempitan agar aliran
darah dapat kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Metha, Sadiq, et all (2010), menyatakan bahwa PCI dapat
menurunkan angka kematian, resiko reinfark, resiko terjadi kardiogenik syok, dan
menurunkan resiko stroke pada lansia. Tindakan PCI dibagi menjadi dua, yaitu
2.3 Tujuan
2
Intervention (PCI).
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang dan tujuan, BAB II Tinjauan Teori
nichiband, dan prosedur pelepasan TR-band. BAB III Tinjauan Kasus yang terdiri
3
implementasi, dan evaluasi. BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Percutaneous yang artinya melalui kulit, Coronary adalah pada arteri koroner, dan
arteri (arteri koroner) yang mengalami penyempitan agar aliran darah dapat
kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011). Prosedur tersebut bertujuan untuk
membuka lumen arteri koroner yang tersumbat agar tidak terjadi infark pada akut
miokard infark dengan elevasi segmen ST. Elektif PCI adalah tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien dan mengurangi gejala dari
penyakit arteri koroner pada penderita yang sudah stabil atau tidak muncul gejala
(Anonim, 2008)
2.1.2 Indikasi dilakukan Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
Indikasi untuk dilakukan PCI menurut Doni (2010) adalah:
1. Pada penderita miokard infark dengan
segmen ST-elevasi dalam waktu 12 jam setelah timbul nyeri dada dan gejala
yang lain.
2. Gagal dilakukan fibrinolitik
4
5
PCI adalah:
1) Diseksi aorta
2) Memiliki riwayat stroke hemoragik
3) Riwayat perdarahan GI
4) Memiliki riwayat bleeding disorder
2.1.4 Intervensi PCI
1. Puncture area
Menurut Merriweather & Hoke (2012), area penusukan pada tindakan PCI
terdiri atas:
a. Arteri femoralis
b. Arteri brachialis
c. Arteri radialis
2. Tim PCI
a. Operator (dokter)
b. Perawat (scrubing, monitoring, on lop)
c. Radiografer
3. Prosedur (California Pacific Medical Center, 2008)
a. Perawat/teknisi membawa klien ke ruang kateterisasi (cath lab.)
b. Perawat memberikan obat melalui IV line untuk membantu klien rileks dan
atau lipat paha klien (Tergantung daerah yang akan digunakan). Daerah
Digunakan anestesi lokal karena klien harus tetap sadar selama pemeriksaan
f. Sheat kateter akan dimasukkan melalui guide wire, kemudian sheat kateter
pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf dalam pembuluh darah, maka
ray. Klien mungkin akan merasakan sensasi panas saat kontras diinjeksikan.
Rumus pemberian kontras : 4-6 cc zat kontras x BB klien
kreatinin klien
h. Pantau keluhan/laporan klien tentang adanya nyeri dada atau perasaan tidak
3. Akut disritmia
4. Cardiac arest
5. Tamponade jantung
6. Hipotensi
8. Hematoma
9. Pseudoaneurisma
1. Pengkajian
c. Tanda-tanda vital klien selama pre, intra, dan post prosedur PCI (tekanan
2. Masalah keperawatan
a. Ansietas b.d rasa takut, kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan PCI.
Hasil yang diharapkan :
1) Tingkat kecemasan klien menurun.
2) Klien dapat mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab,
3) Berikan
hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan klien sebelum, selama, dan setelah
prosedur PCI.
5) Ajarkan
berpikiran positif).
6) Kolaborasi
0,5-1 cc/jam/kgBB
9
2) Fungsi renal
tindakan)
4) Berikan rehidrasi sebelum dan sesudah prosedur PCI, terutama bila terjadi
dilakukan insersi
d. Risiko perdarahan b.d efek sekunder pemakaian heparin
1. Akral hangat
2. Pulsasi kuat
3. Tekanan darah tidak turun
Intervensi:
1. Kaji keluhan klien
2. Observasi dan catat TTV
3. Observasi dan catat adanya perdarahan dan hematoma pada luka penusukan
4. Observasi dan catat adanya perubahan warna kulit
5. Cek akral klien
6. Observasi dan catat adanya perdarahan, co: hematuri, epitaksis, gusi
berdarah, dll
7. Monitor dan catat hasil lab (ACT)
8. Anjurkan klien untuk mengistirahatkan area insersi
1. Sebelum tindakan
10
a. Anjurkan klien untuk puasa 4-6 jam sebelum tindakan (elektif PCI)
c. Pemeriksaan penunjang
2) Rontgen thorax
femoralis
6) Pada klien dengan nilai creatinin diatas 1,25 mg/dl (nilai normal
8) Inform consent
2. Selama tindakan
c. Memantau hemodinamik
3. Setelah tindakan
penusukan
aff dan dilakukan penekanan selama kurang lebih 10-15 menit sampai
reflek vagal
12
saturasi oksigen), pulsasi arteri perifer, dan keluhan klien selama aff
sheath
5. Bila darah sudah tidak keluar, luka pungsi ditutup dengan kasa steril dan
perdarahan
3. Kempiskan ballon TR-Band dengan spuit khusus TR-Band dengan
insisi/penusukan
4. Bila masih terdapat perdarahan kembangkan lagi ballon TR-Band dan
tutup dengan kassa steril diatas luka insisi dan tekan dengan kuat
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. H
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 02 April 2017
Tanggal Pengkajian : 03 April 2017 jam 09:50 WIB Pengkajian di
ruang ICCU
Diagnosa Medis : Acute STEMI Inferior, Post PCI di RCA
Alamat : x Surabaya
No. MR : 201634
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama :
Klien mengatakan saat ini badan masih terasa lemas
2. Riwayat penyakit sekarang :
Klien dilakukan PCI tanggal 03 April 2017 pukul 07.10 WIB di ruang
kateterisasi. Pada saat tindakan PCI dilakukan insersi di arteri radialis
kanan. Klien mendapatkan kontras (Omnipaque 130 cc), selama proses
pemberian zat kontras, muntah 1 kali. Terapi yang diberikan selama PCI
adalah heparin 6000 ui IV.
3. Riwayat penyakit dahulu
Gastritis (-), stroke (-), asma (-), DM (-), memiliki riwayat hipertensi
tetapi klien tidak kontrol dan minum obat, klien sudah berhenti
merokok sejak 7 tahun yang lalu.
15
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti yang dialami
oleh klien.
3. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Pola Persepsi Kesehatan
Sehat merupakan sesuatu yang berharga bagi klien.
b. Pola Nutrisi
Diit selama di rumah sakit adalah DJ, infus NACL 1500 cc/24 jam.
c. Pola Eliminasi
Pada saat pengkajian Tanggal 03 April 2017 jam 09.50 WIB jumlah
urine 300 cc, BAK spontan warna kuning jernih, hematuri (-), klien
minum sebanyak 450 cc per oral. Balance cairan klien positif 150 cc.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Selama perawatan semua aktivitas dibantu oleh perawat, karena klien
dianjurkan untuk bedrest.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Selama dirawat klien mengatakan lebih banyak tidur, karena ingin
segera sembuh dan tidak memikirkan penyakitnya.
f. Pola Persepsi Kognitif
Klien mengatakan bahwa dia sakit jantung dan merupakan penyakit
yang serius.
g. Pola Persepsi dan Konsep diri
Klien merasa sudah nyaman dengan dirinya sebagai laki-laki.
h. Pola Fungsi Peran dan hubungan
Klien merupakan kepala keluarga yang harus bertanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Klien memiliki hubungan baik
dengan istri dan anaknya.
i. Pola Reproduksi dan seksual
Klien tidak merasa terganggu dengan masalah seksualnya.
j. Pola Mekanisme Koping dan Stres
Klien mengatakan keluarganya selalu memberikan dukungan penuh
untuk apa yang klien lakukan.
k. Pola Nilai dan kepercayaan
Selama ini klien selalu taat untuk beribadah dan tidak ada kepercayaan
yang bertentangan dengan pengobatan yang dijalani saat ini.
4. Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Lemah
Tingkat Kesadaran : Compos mentis, GCS: 15 (E=4, M=5, V=6)
Berat Badan : 65 Kg
Tinggi Badan : 165 cm
Tanda – tanda Vital : TD: 122/73 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 20 x/
menit, Suhu: 36.5 oC, Sat. O2: 99 %.
a. Kepala
Rambut : Rambut hitam dan mulai beruban, kulit kepala
bersih.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sklera
tidak ikterik.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung,
terpasang O2 binasal 3 lpm.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
Ekspresi wajah : Ekspresi wajah terlihat lemah.
Leher : Tidak terlihat peningkatan JVP.
b. Toraks
Inspeksi : Bentuk paru simetris, integritas kulit utuh,tidak ada
haematom, tidak ada otot bantu nafas, terdapat
elektroda untuk monitor EKG. Epitaksis (-).
Palpasi : Focal premitus normal, RR 20 x/mnt
Perkusi : Bunyi paru sonor
Auskultasi : Suara nafas vasikuler. Tidak ada wheezing, ronchi,
maupun rales.
c. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba ictus cordis di intercosta 5, midcalvicula kiri
Perkusi : Bunyi redup di area jantung
Ausukultasi :BJ 1 dan 2 normal, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan
d. Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, tidak terlihat distensi
Palpasi : Nyeri tekan dan ascites tidak ada, kandung kemih
teraba belum terisi penuh
Auskultasi : Bising usus 15 x/mnt
Perkusi : Bunyi timpani
e. Genital
Terlihat cukup bersih
f. Ekstremitas
Kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri normal (5), akral hangat,
capillary refill 2 detik, tidak ada edema, dan pulsasi perifer kuat: +/+.
Terpasang IV line di tangan kiri. Terlihat luka bekas penusukan di
brakhialis kanan, kemerahan (+), hematom (-), tanda-tanda infeksi (-).
g. Kulit
Warna kulit sawo matang, lembab, dan turgor kulit elastis.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hasil
ACT 143
Leukosit 11840
Hematokrit 44
CKMB 33 60
hs Trop T 1980
Creatinin 1,41
BUN 13
di ruang kateterisasi.
kontras
3) Risiko perdarahan b.d efek sekunder pemakaian heparin
3.4 Intervensi
2.4 Implementasi
Dx.
TANGGAL PARAF
Kep IMPLEMENTASI
JAM
03/04/17
10.15 1,2,3 - Memonitor & mencatat tanda-tanda vital
dan irama EKG
TD:130/78mmHg, HR:98x/m, RR:20x/m,
T:36,6oC, Sat O2: 99%, EKG monitor (lead
II): SR, gel. P normal, QRS normal, ST
elevasi 1 mV di lead II,III, dan AVF.
- Membantu klien BAK
Klien BAK dengan alat bantu urinal, jumlah
urin keluar 300 cc warna kuning jernih
- Mengikuti visite dokter
Klien direncanakan pindah IW
11.05 1,2,3 - Melihat daerah bekas insersi/tusukan sheath
di arteri brachialis kanan
Tidak terlihat ada keluar darah, luka terlihat
hanya seperti bekas tusukan jarum,
haematom (-), rembes (-)
- Membantu klien makan dan minum
Klien makan ¾ pori dan minum air putih
250 cc
- Mencatat hasil lab.
ACT Jam 09:59 adalah 98 detik
13.10 1,2,3 - Memantau dan mencatat TTV dan EKG
TD: 122/69 mmHg, HR: 74 x/m, RR: 27
x/m, T: 36,7 oC, EKG monitor (lead II): SR,
gel.P normal. QRS normal. ST elevasi 1 mV
di lead II,III, dan AVF.
- Meraba kedua ekstermitas bawah dan atas:
Akral hangat, pulsasi ektremitas kuat: +/+,
capillary refill 2 detik, turgor kulit elastis.
Mukosa bibir terlihat lembab.
03/04/17
07.00 1,2
- Mengkaji keluhan klien
Klien mengatakan saat ini badan sudah
terasa lebih enak di banding sebelumnya
- Meraba kedua ekstermitas bawah dan atas
Akral hangat dan pulsasi ektremitas teraba
kuat: +/+. Mukosa bibir terlihat lembab.
- Memonitor dan mencatat TTV
TD: 119/93 mmHg, HR: 92 x/m, RR: 22
x/m, T:36,7 oC, sat O2: 99 %, EKG monitor
(lead II): SR, Gel.P normal. QRS normal,
ST elevasi 1 mV di lead II,III, dan AVF.
- Memonitor dan mencatat tanda-tanda
perdarahan
Epistakis (-), gusi berdarah (-), haematuri
(-).
10.25 1,2,3 Membantu klien minum
Klien minum 200 cc air putih
10.40 1,2,3 Membantu klien BAK
Klien BAK dengan urinal, urin keluar 300 cc
warna kuning jernih.
11.05 1,2 Observasi dan mencatat TTV dan irama EKG
TD: 130/92 mmHg, HR: 88 x/m, RR: 20 x/m,
T: 36,5 oC, sat O2 : 98%, EKG monitor (lead
II): SR, gel.P normal, QRS normal, ST elevasi
masih ada di lead II, III, AVF 1 mV.
13.15 1,2 - Membantu klien makan dan minum
Klien makan habis 1 porsi dan minum 200
cc, dan mendokumentasikan.
- Memonitor adanya tanda-tanda perdarahan
Tidak telihat tanda-tanda perdarahan.
Epitaksis (-) hematuri (-), gusi berdarah (-)
3.5 Evaluasi
Tindakan PCI pada Tn. H dilakukan dari hasil pengkajian klien dan
kardiogenik ec ACS.
Berdasarkan data tersebut dilakukan tindakan PCI pada Tn. H, dengan
harapan aliran darah ke koroner kembali baik dan perfusi ke jaringan kembali
laboratorium, EKG, ECHO, dan loading obat anti koagulan. Tindakan dilakukan
sesuai dengan prosedur sesuai dengan teori yang telah kelompok bahas di asuhan
kontras yang masuk ke dalam tubuh klien. Intake yang masuk 1500 cc dengan
urine yang keluar 1842 cc, dan balance cairan negatif 442 cc. Hasil pemeriksaan
1.41mg/dl.
Pada kasus ini saya mengangkat 3 diagnosa keperawatan post PCI pada Tn.
H dengan alasan:
1. Resiko penurunan aliran darah ke miokard b.d oklusi di arteri koroner. Alasan
29
30
objektif yang ditemukan saat pengkajian klien terlihat lelah, hasil kateterisasi
tanggal 3 april 2017: terpasang stent 3 di RCA (sukses PCI dengan stenting
di RCA), LAD stenosis 50%-60% di mild LAD, LCx kecil tidak berkembang.
TTV: TD: 122/73 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 26 x/menit, Suhu: 36.5 oC,
sat. O2: 99 %, terpasang O2 nasal 3 lpm dan gambaran EKG (tgl 03/03/2013):
Sinus tachikardi, rate 107 x/mnt, axis normal, P wave normal, PR interval
0,12 detik, QRS durasi 0,10 detik. Q patologis 1,5 mV di lead II, III, aVF. ST
elevasi 2 mV di lead II, III, aVF, dan T inverted di V9. Berdasarkan data
pada saat tindakan PCI diberikan zat kontras (omipague 130 cc), hasil
laboratorium tanggal 3 april 2017 nilai kreatinin dari klien adalah 1,41 mg/dl.
Zat kontras yang diberikan pada saat tindakan PCI dapat memicu terjadinya
mungkin terjadi akibat pemberian heparin pada saat tindakan PCI, dimana
dengan cara mencegah protombin menjadi trombin dan waktu paruh dari
2009)
31
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Percutaneous coronary intervention (PCI) merupakan tindakan
angioplasthy (Dengan atau tanpa stent) dalam waktu 12 jam pada lumen koroner
obat lain yang dapat melarutkan bekuan darah. Tindakan PCI dilakukan dengan
tujuan untuk membuka lumen arteri koroner yang tersumbat agar tidak terjadi
infark pada akut miokard infark dengan elevasi segmen ST (STEMI). Komplikasi
yang terjadi saat tindakan PCI diantaranya diseksi arteri koroner maupun aorta,
membuka kembali lumen pembuluh darah arteri (Arteri koroner) yang mengalami
perawat mampu memahami konsep dan melakukan asuhan perawatan pre, intra,
PCI, mengobservasi klinis klien saat tindakan PCI dan mengobservasi keluhan
31
DAFTAR PUSTAKA
Silber at al, 2005. Guidelines for percutaneous coronary interventions: the task
force for percutaneous coronary interventions of the european society of
cardiology. http://eurheartj.oxfordjournals.org/content/26/8/804.long
Yuniadi & Ningrum. 2008. Risk factors and incidence of contras induced
nephrophaty following coronary intervention. http://mji.ui.ac.id/v2/?
page=journal.download_process&id=24