Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PCI


DENGAN MASALAH RESIKO PENURUNAN ALIRAN
DARAH KE MIOKARD DIRUANG ICCU RSUD dr. M.
SOEWANDHIE SURABAYA

Makalah ini Diajukan Dalam rangka Memenuhi Persyaratan Akreditasi


Untuk Kenaikan pangkat Pegwai Negeri Sipil
Dari golongan III/a ke golongan III/b


Oleh :

NETTI HERAWATI,S.Kep.,Ns

NIP.19770915 200902 2002

DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA

RSUD Dr. MOHAMMAD SOEWANDHIE

2017

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah disahkan pada tanggal …………………

Mengesahkan

Atasan Langsung Penulis

Dr. Samuel Sudanawidjaja, SpJP (K) FIHA Netti Herawati.S.Kep.Ns


NIP. 19650805 199103 1 016 NIP. 19770915 200902 2002

Surabaya, ……………………

TIM AKREDITASI

1. Dr. Migit S, M.Kes ..............................................................

2. Nur Laila, S.Kep.Ns.M.Kes ..............................................................

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat mnyelesaikan makalah

dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien post pci dengan

masalah resiko penurunan aliran darah ke miokard diruang ICCU RSUD Dr.

M. Soewandhie surabaya”.

Ucapan terimkasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan danbantuan kepada npenulis untuk menyelesaikan

makalah ini, diantaranya yaitu.

1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

2. Direktur Dr. Mohammad Soewandhie Surabaya.

3. Kepala bidang Pelayanan keperawatan RSUD Dr. Soewandhie

Surabaya.

4. Staf bagian Akreditasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

5. Staf Bagian Perpustakaan Dinas Kesehatan Kota Surabaya

6. Rekan- rekan yang telah memberi semangat dan masukan dalam

penulisan makalah ini.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapt luput dari

kesalahan dan dari kesempurnaan sehingga dan kritik yang bersifat membabgun

sangat penulis harapkan. Penulis berharap makalah ini bisa mamfaat bagi semua

pembaca.

Penulis
iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan................................................................................... i


Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................... 3
1.4 Sistematika penulisan...................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep PCI .................................................................................. 5
2.1.1 Definisi PCI........................................................................ 5
2.1.2 Indikasi dilakukan PCI........................................................ 5
2.1.3 Kontra indikasi.................................................................... 6
2.1.4 Intervensi PCI...................................................................... 6
2.1.5 Komplikasi.......................................................................... 7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada PCI....................................... 8
2.3 Peran perawat dalam PCI ............................................................. 11
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian..................................................................................... 15
3.2 Analisa Masalah............................................................................ 20
3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................. 22
3.4 Implementasi................................................................................. 25
3.5 Evaluasi.......................................................................................... 28
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 29

iv
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan......................................................................................... 31
5.2 Saran............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
BAB 1

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Dewasa ini baik di negara-negara barat maupun Indonesia, aterosklerosis

dan khususnya penyakit arteri koroner merupakan penyebab utama tingkat

kematian dan kesakitan (Juwana, 2013). Pada tahun 2014 yang paling sering

menyebabkan kematian di Indonesia adalah penyakit jantung iskemi (Ischemia

heart diseases) (Death and DALY estimates by cause, 2002). Penyakit jantung

iskemi atau sekarang lebih dikenal dengan sindrom koronari akut merupakan

penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koroner,

penyempitan tersebut dapat disebabkan karena aterosklerosis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mario Castillo dari Unioledo

Uversitas Toledo di amerika serikat tahun 2010 menunjukkan 1250 pasien, 900

pasien (72%) yang menjalani kateterisasi jantung dan 350 (28%) dilakukan

tindakan PCI. Data statistik di Indonesia, khusus rumah sakit cipto

mangunkusumo Jakarta tahun 2011 telah melakukan cateterisasi jantug 550 pasien

dan 250 pasien dilakukan PCI, Rumah sakit jantung dan pembuluh darah Harapan

Kita Jakarta pasien yang dilakukan tindakan cateterisasi jantung jantung mulai

bulan agustus sampai bulan oktober 2011 terdapat 700 pasien, 53 % dilakukan

tindakan DCA dan 47% dilakukan tindakan PCI. Data rekam medis RSUD Dr

Mohammad Soewandhie dari Januari sampai Maret 2016 didapatkan jumlah

pasien yang dirawat di ICCU sebanyak 200 pasien dan terdapat 90 pasien post

PCI.

1
1

Aterosklerosis pada dasarnya merupakan suatu kelainan yang terdiri atas

pembentukan fibrolipid dalam bentuk plak-plak yang menebal atau menonjol

yang disebut ateroma yang terdapat didalam tunika intima dan pada bagian dalam

tunika media. Komplikasi yang paling berbahaya dari aterosklerosis arteri koroner

adalah miokard infark dengan segmen ST-elevasi (STEMI). STEMI pada

sebagian besar disebabkan oleh rupturnya plak aterosklerosis yang menutup arteri

koroner besar di apek jantung dan jika tidak tertangani maka resiko kematian akan

lebih tinggi. Penatalaksanaan STEMI adalah dengan cara reperfusi pada daerah

yang terkena infark, dengan cara memberi aliran darah pada jaringan miokard.

Percutaneous Coronary Intervention (PCI) merupakan salah satu intervensi medis

yang efektif untuk penatalaksanaan STEMI (Juwana, 2009).

Tindakan PCI merupakan intervensi atau tindakan non bedah dengan

tujuan membuka arteri (arteri koroner) yang mengalami penyempitan agar aliran

darah dapat kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011). Pada penelitian yang

dilakukan oleh Metha, Sadiq, et all (2010), menyatakan bahwa PCI dapat

menurunkan angka kematian, resiko reinfark, resiko terjadi kardiogenik syok, dan

menurunkan resiko stroke pada lansia. Tindakan PCI dibagi menjadi dua, yaitu

primary PCI dan elektif PCI.

Berdasarkan data diatas, kelompok tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan pada klien dengan post percutaneous coronary intervention (PCI).

2.2 Rumusan Masalah


Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Post

Percutanus Coronary Intervention (PCI)

2.3 Tujuan
2

2.3.1 Tujuan Umum


Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Post Primary

Percutanus Coronary Intervention (PCI).

2.3.2 Tujuan Khusus


1. Mampu memahami konsep teori Post Percutaneous Coronary

Intervention (PCI).

2. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Post

Percutaneous Coronary Intervention (PCI).

3. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Post

Percutaneous Coronary Intervention (PCI).

4. Mampu merumuskan perencanaan pada klien dengan Post

Percutaneous Coronary Intervention (PCI).

5. Mampu melakukan implementasi pada klien dengan Post

Percutaneous Coronary Intervention (PCI).

6. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Post Percutaneous

Coronary Intervention (PCI).

7. Mampu melakukan pendokumentasian hasil pada klien dengan

Post Primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI).

2.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I

Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang dan tujuan, BAB II Tinjauan Teori

berisi pengertian, indikasi, kontraindikasi, intervensi, komplikasi, konsep asuhan

keperawatan, peran perawat, prosedur pencabutan sheath, prosedur pelepasan

nichiband, dan prosedur pelepasan TR-band. BAB III Tinjauan Kasus yang terdiri
3

dari pengkajian, analisa masalah, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,

dan evaluasi. BAB IV Pembahasan pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi, dan evaluasi. BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep PCI


2.1.1 Pengertian
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) terdiri dari tiga kata yakni

Percutaneous yang artinya melalui kulit, Coronary adalah pada arteri koroner, dan

Intervention adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka pengobatan pada

kelainan/penyakit jantung koroner. Percutaneous coronary intervention (PCI)

adalah intervensi atau tindakan non bedah untuk membuka/dilatasi/melebarkan

arteri (arteri koroner) yang mengalami penyempitan agar aliran darah dapat

kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011). Prosedur tersebut bertujuan untuk

membuka lumen arteri koroner yang tersumbat agar tidak terjadi infark pada akut

miokard infark dengan elevasi segmen ST. Elektif PCI adalah tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien dan mengurangi gejala dari

penyakit arteri koroner pada penderita yang sudah stabil atau tidak muncul gejala

(Anonim, 2008)
2.1.2 Indikasi dilakukan Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
Indikasi untuk dilakukan PCI menurut Doni (2010) adalah:
1. Pada penderita miokard infark dengan

segmen ST-elevasi dalam waktu 12 jam setelah timbul nyeri dada dan gejala

yang lain.
2. Gagal dilakukan fibrinolitik

4
5

2.1.3 Kontraindikasi PCI


Silber et al (2005), mengemukakan bahwa yang termasuk kontraindikasi

PCI adalah:
1) Diseksi aorta
2) Memiliki riwayat stroke hemoragik
3) Riwayat perdarahan GI
4) Memiliki riwayat bleeding disorder
2.1.4 Intervensi PCI
1. Puncture area
Menurut Merriweather & Hoke (2012), area penusukan pada tindakan PCI

terdiri atas:
a. Arteri femoralis
b. Arteri brachialis
c. Arteri radialis
2. Tim PCI
a. Operator (dokter)
b. Perawat (scrubing, monitoring, on lop)
c. Radiografer
3. Prosedur (California Pacific Medical Center, 2008)
a. Perawat/teknisi membawa klien ke ruang kateterisasi (cath lab.)
b. Perawat memberikan obat melalui IV line untuk membantu klien rileks dan

nyaman selama prosedur tindakan


c. Perawat membersihkan dan mensterilkan daerah kecil di pergelangan lengan

atau lipat paha klien (Tergantung daerah yang akan digunakan). Daerah

tersebut kemudian ditutup dengan kain steril.


d. Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan klien.

Digunakan anestesi lokal karena klien harus tetap sadar selama pemeriksaan

untuk mengikuti instruksi dokter.


e. Jarum akan ditusukkan ke dalam arteri yang digunakan kemudian guide

wire akan dimasukkan melalui jarum lalu jarum dilepas.


6

f. Sheat kateter akan dimasukkan melalui guide wire, kemudian sheat kateter

dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri

koroner di jantung. Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama

pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf dalam pembuluh darah, maka

klien tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam tubuh.


g. Dokter akan menginjeksikan kontras dengan melihat melalui gambaran x-

ray. Klien mungkin akan merasakan sensasi panas saat kontras diinjeksikan.
Rumus pemberian kontras : 4-6 cc zat kontras x BB klien
kreatinin klien

h. Pantau keluhan/laporan klien tentang adanya nyeri dada atau perasaan tidak

nyaman selama posedur.


2.1.5 Komplikasi
1. Diseksi arteri koroner

2. Vasospasme arteri koroner

3. Akut disritmia

4. Cardiac arest

5. Tamponade jantung

6. Hipotensi

7. Perdarahan, biasanya terjadi pada daerah akses penusukan (area insersi)

ataupun perdarahan retroperitoneal

8. Hematoma

9. Pseudoaneurisma

10. Fistula arteriovenosus

11. Thrombosis dan embolisasi distal

12. Contrast induce nefropathi (CIN)


7

2.2 Konsep asuhan keperawatan pada PCI

Menurut Muttaqin (2009) konsep asuhan keerawatan pada PCI adalah:

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi medis maupun

non medis dari klien, yaitu:

a. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit sekarang

b. Hasil resume dari angiografi

c. Tanda-tanda vital klien selama pre, intra, dan post prosedur PCI (tekanan

darah, nadi, pulsasi perifer, tingkat kesadaran, saturasi O2, perubahan

gambaran EKG), serta keluhan nyeri klien.

d. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah lengkap, GDS, HBSAg, ureum,

kreatinin, PT, APTT, dan elektrolit.

e. Pemeriksaan radiologi berupa rontgen thora

2. Masalah keperawatan
a. Ansietas b.d rasa takut, kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan PCI.
Hasil yang diharapkan :
1) Tingkat kecemasan klien menurun.
2) Klien dapat mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab,

atau faktor yang mempengaruhinya.


3) Kooperatif terhadap tindakan.
4) Ekspresi wajah terlihat rileks.
Intervensi :
1) Kaji tingkat

kecemasan dan mekanisme koping klien


2) Bantu klien

untuk mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.


8

3) Berikan

penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan.


4) Jelaskan hal-

hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan klien sebelum, selama, dan setelah

prosedur PCI.
5) Ajarkan

teknik-teknik untuk mengurangi kecemasan (relaksasi, nafas dalam, dan

berpikiran positif).
6) Kolaborasi

dengan dokter untuk pemberian terapi penenang sesuai indikasi.


b. Resiko penurunan curah jantung b.d akibat penurunan

alirah darah ke arteri koroner


Krireria hasil yang diharapkan:
1) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dan pernapasan)

dalam batas normal


2) Akral hangat, pulsasi perifer teraba kuat
3) Volume urine 0,5-1 cc/jam/kgBB
4) Tidak menunjukan tanda-tanda disritmia
Intervensi:
1) Kaji keluhan klien
2) Monitor tanda-tanda vital (1 jam pertama setiap 15 menit, satu jam kedua

setiap 30 menit, dan satu jam selanjutnya setiap jam)


3) Monitor rekaman EKG dan pantau frekuensi jantung
4) Monitor intake dan output klien
5) Bantu aktivitas klien
6) Kolaborasi pemberian O2, pertahankan cara masuk heparin sesuai indikasi,

pantau data laboratorium enzim jantung, AGD, dan elektrolit


c. Resiko penurunan perfusi jaringan ginjal b.d efek samping

penggunaan zat kontras


Kriteria hasil yang diharapkan:
1) Urine output

0,5-1 cc/jam/kgBB
9

2) Fungsi renal

baik ditandai dengan hasil kreatinin kurang dari 1,2 mg/dl


Intervensi :
1) Kaji keluhan klien
2) Jelaskan tujuan pengukuran urine
3) Motivasi klien untuk banyak minum (kurang lebih 2 liter/12 jam setelah

tindakan)
4) Berikan rehidrasi sebelum dan sesudah prosedur PCI, terutama bila terjadi

peningkatan nilai ureum dan kreatinin (rehidrasi 1cc/kgBB/jam selama 12 jam)


5) Monitor dan ukur intake dan output klien
6) Monitor dan catat hasil laboratorium fungsi renal (ureum dan kreatinin)
7) Monitor dan catat adanya tanda-tanda perdarahan pada area insersi
8) Monitor indikator koagulasi (ACT).
9) Berikan penjelasan kepada klien untuk mengistirahatkan area ekstremitas yang

dilakukan insersi
d. Risiko perdarahan b.d efek sekunder pemakaian heparin

Kriteria hasil yang diharapkan:

1. Akral hangat
2. Pulsasi kuat
3. Tekanan darah tidak turun
Intervensi:
1. Kaji keluhan klien
2. Observasi dan catat TTV
3. Observasi dan catat adanya perdarahan dan hematoma pada luka penusukan
4. Observasi dan catat adanya perubahan warna kulit
5. Cek akral klien
6. Observasi dan catat adanya perdarahan, co: hematuri, epitaksis, gusi

berdarah, dll
7. Monitor dan catat hasil lab (ACT)
8. Anjurkan klien untuk mengistirahatkan area insersi

2.3 Peran perawat dalam PCI

1. Sebelum tindakan
10

a. Anjurkan klien untuk puasa 4-6 jam sebelum tindakan (elektif PCI)

b. Observasi dan ukur tanda-tanda vital (perubahan EKG, tekanan darah,

HR, RR, dan saturasi O2)

c. Pemeriksaan penunjang

1) Laboratorium: Cek darah lengkap, GDS, ureum, creatinin, HBSAg,

elektrolit, PT, APTT, BT, dan ACT.

2) Rontgen thorax

3) Cek pulsasi perifer (dorsalis pedis) untuk kateterisasi melalui arteri

femoralis

4) Melakukan Allen test (jika penusukan melalui arteri radialis)

5) Obat-obat dilanjutkan sesuai instruksi dokter

6) Pada klien dengan nilai creatinin diatas 1,25 mg/dl (nilai normal

0,72-1,25 mg/dl), lakukan loading cairan (1cc/kgBB/jam) diberikan

pre dan post tindakan PCI

7) Memberikan penjelasan prosedur tindakan

8) Inform consent

2. Selama tindakan

a. Kaji keluhan selama prosedur tindakan berlangsung

b. Melakukan observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit

c. Memantau hemodinamik

3. Setelah tindakan

a. Kaji keluhan setelah tindakan


11

b. Mengobservasi tanda-tanda adanya perdarahan dan hematoma pada area

penusukan

c. Mengobservasi dan mengukur tanda –tanda vital (tekanan darah, nadi,

respirasi, suhu tubuh, dan saturasi O2)

d. Pemantauan perubahan EKG 12 lead

e. Mengobservasi hasil laboratorium (peningkatan kreatinin

mengindikasikan gangguan ginjal karena zat kontras, sedangkan

peningkatan CKMB menandakan cedera otot jantung)

f. Mengobservasi efek alergi zat kontras (seperti menggigil, kemerahan,

gatal, pusing, mual, muntah, urine tidak keluar, dsb)

g. Mengobservasi gangguan sirkulasi perifer (cek pulsasi arteri dorsalis

pedis, tibialis, radialis)

h. Mengobservasi adanya tanda-tanda hipovolemi

i. Memberikan hidrasi sesuai kebutuhan

j. Memonitor adanya tanda-tanda infeksi

4. Prosedur pencabutan SHEATH

Area penusukan di arteri femoralis:


1. 4 jam post tindakan PCI, sheath boleh dicabut/aff oleh dokter jika nilai

ACT (Activating Clohting Time, nilai normal < 100 detik)


2. Dengan menggunakan sarung tangan steril dan prosedur steril, sheath di

aff dan dilakukan penekanan selama kurang lebih 10-15 menit sampai

dengan perdarahan berhenti


3. Beritahu kepada klien bahwa prosedur pencabutan sheath akan dilakukan

dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mencegah terjadinya

reflek vagal
12

4. Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,

saturasi oksigen), pulsasi arteri perifer, dan keluhan klien selama aff

sheath
5. Bila darah sudah tidak keluar, luka pungsi ditutup dengan kasa steril dan

verban elastic lalu diberi bantal steril


6. 6 jam post aff sheath klien baru diperbolehkan mobilisasi
7. Observasi daerah distal ekstremitas dan keadaan umum klien post aff

sheath (tekanan darah, nadi, irama ekg/perubahan gelombang EKG,

saturasi O2, pernapasan, nilai ureum dan kreatinin) dari adanya

komplikasi berupa perdarahan/hematoma, thrombosis, fistula

arteriovenosus, dan CIN (Contras Induce Nefropathy).

5. Posedur pelepasan TR-Band

Area puncture di arteri radialis :


1. Pelepasan dilakukan 4-6 jam setelah tindakan PCI
2. Bila klien mengeluh kebas atau baal, kempiskan 2-3 cc udara dengan

spuit khusus TR-band sampai keluhan baal berkurang, dan observasi

perdarahan
3. Kempiskan ballon TR-Band dengan spuit khusus TR-Band dengan

perlahan-lahan sambil memperhatikan aliran darah yang keluar dari luka

insisi/penusukan
4. Bila masih terdapat perdarahan kembangkan lagi ballon TR-Band dan

observasi 1 jam kemudian


5. Bila tidak terjadi perdarahan kempiskan ballon dan buka TR-band dan

tutup dengan kassa steril diatas luka insisi dan tekan dengan kuat
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. H
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 02 April 2017
Tanggal Pengkajian : 03 April 2017 jam 09:50 WIB Pengkajian di
ruang ICCU
Diagnosa Medis : Acute STEMI Inferior, Post PCI di RCA
Alamat : x Surabaya
No. MR : 201634
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama :
Klien mengatakan saat ini badan masih terasa lemas
2. Riwayat penyakit sekarang :
Klien dilakukan PCI tanggal 03 April 2017 pukul 07.10 WIB di ruang
kateterisasi. Pada saat tindakan PCI dilakukan insersi di arteri radialis
kanan. Klien mendapatkan kontras (Omnipaque 130 cc), selama proses
pemberian zat kontras, muntah 1 kali. Terapi yang diberikan selama PCI
adalah heparin 6000 ui IV.
3. Riwayat penyakit dahulu
Gastritis (-), stroke (-), asma (-), DM (-), memiliki riwayat hipertensi
tetapi klien tidak kontrol dan minum obat, klien sudah berhenti
merokok sejak 7 tahun yang lalu.

15
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti yang dialami
oleh klien.
3. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Pola Persepsi Kesehatan
Sehat merupakan sesuatu yang berharga bagi klien.
b. Pola Nutrisi
Diit selama di rumah sakit adalah DJ, infus NACL 1500 cc/24 jam.
c. Pola Eliminasi
Pada saat pengkajian Tanggal 03 April 2017 jam 09.50 WIB jumlah
urine 300 cc, BAK spontan warna kuning jernih, hematuri (-), klien
minum sebanyak 450 cc per oral. Balance cairan klien positif 150 cc.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Selama perawatan semua aktivitas dibantu oleh perawat, karena klien
dianjurkan untuk bedrest.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Selama dirawat klien mengatakan lebih banyak tidur, karena ingin
segera sembuh dan tidak memikirkan penyakitnya.
f. Pola Persepsi Kognitif
Klien mengatakan bahwa dia sakit jantung dan merupakan penyakit
yang serius.
g. Pola Persepsi dan Konsep diri
Klien merasa sudah nyaman dengan dirinya sebagai laki-laki.
h. Pola Fungsi Peran dan hubungan
Klien merupakan kepala keluarga yang harus bertanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Klien memiliki hubungan baik
dengan istri dan anaknya.
i. Pola Reproduksi dan seksual
Klien tidak merasa terganggu dengan masalah seksualnya.
j. Pola Mekanisme Koping dan Stres
Klien mengatakan keluarganya selalu memberikan dukungan penuh
untuk apa yang klien lakukan.
k. Pola Nilai dan kepercayaan
Selama ini klien selalu taat untuk beribadah dan tidak ada kepercayaan
yang bertentangan dengan pengobatan yang dijalani saat ini.
4. Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Lemah
Tingkat Kesadaran : Compos mentis, GCS: 15 (E=4, M=5, V=6)
Berat Badan : 65 Kg
Tinggi Badan : 165 cm
Tanda – tanda Vital : TD: 122/73 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 20 x/
menit, Suhu: 36.5 oC, Sat. O2: 99 %.
a. Kepala
Rambut : Rambut hitam dan mulai beruban, kulit kepala
bersih.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sklera
tidak ikterik.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung,
terpasang O2 binasal 3 lpm.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
Ekspresi wajah : Ekspresi wajah terlihat lemah.
Leher : Tidak terlihat peningkatan JVP.
b. Toraks
Inspeksi : Bentuk paru simetris, integritas kulit utuh,tidak ada
haematom, tidak ada otot bantu nafas, terdapat
elektroda untuk monitor EKG. Epitaksis (-).
Palpasi : Focal premitus normal, RR 20 x/mnt
Perkusi : Bunyi paru sonor
Auskultasi : Suara nafas vasikuler. Tidak ada wheezing, ronchi,
maupun rales.

c. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba ictus cordis di intercosta 5, midcalvicula kiri
Perkusi : Bunyi redup di area jantung
Ausukultasi :BJ 1 dan 2 normal, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan
d. Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, tidak terlihat distensi
Palpasi : Nyeri tekan dan ascites tidak ada, kandung kemih
teraba belum terisi penuh
Auskultasi : Bising usus 15 x/mnt
Perkusi : Bunyi timpani
e. Genital
Terlihat cukup bersih
f. Ekstremitas
Kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri normal (5), akral hangat,
capillary refill 2 detik, tidak ada edema, dan pulsasi perifer kuat: +/+.
Terpasang IV line di tangan kiri. Terlihat luka bekas penusukan di
brakhialis kanan, kemerahan (+), hematom (-), tanda-tanda infeksi (-).
g. Kulit
Warna kulit sawo matang, lembab, dan turgor kulit elastis.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hasil

Spesimen 02 April 2017


b.
J.14.03

ACT 143

Leukosit 11840

Hematokrit 44

Hemoglobin 14,9 14,1

CKMB 33 60

hs Trop T 1980

Creatinin 1,41

BUN 13

Elektrokardiogram (Tanggal 02 April 2017)


Sinus tachikardi, rate 107 x/mnt, axis normal, P wave normal, PR
interval 0,12 detik, QRS durasi 0,10 detik. Q patologis 1,5 mV di lead
II, III, aVF. ST elevasi 2 mV di lead II, III, aVF, dan T inverted di V9.
c. Foto Toraks (Tanggal 30 maret 2017)
CTR 53%, segmen Aorta Normal, segmen pulmonal Normal, pinggang
jantung mendatar, apex downward, ada infiltrate, tidak ada kongesti.
d. Echo (Tanggal 30 maret 2017)
EDD 55, ESD 35, EF 66%, TAPSE 1.9 cm, mPAP 25 mmhg, IVC
19/17, katup-katup baik, CO 5,7 ltr/menit, SV 52ml, SVR 1164
dyne.sec.
e. Hasil PCI (Tanggal 03 April 2017)
RCA : Adanya difus di bagian proksimal hingga bagian tengah,
dan total oklusi di bagian tengah.
LM : Normal
LAD : stenosis 50-60% di mid LAD
LCX : kecil, tidak berkembang
Kesimpulan: sukses PCI dengan stenting di RCA.
Terapi Medis (Tanggal 03 April 2017)
1) Aspilet 1x80 mg p/o
2) Plavix 1x75 mg p/o
3) Simvastatin 1x20 mg p/o
4) ISDN 3x5 mg k/p p/o
5) Captopril 3x6,25 mg p/o
6) Infus RL emergency iv
3.2 ANALISA MASALAH

Tanggal/ No Data Masalah Etiologi


Jam Dx

3/04/17 1 DS : - Resiko Oklusi di


10.10 DO :
penurunan arteri
- Klien terlihat lelah
- Hasil kateterisasi tanggal aliran darah koroner
03/04/2017: Terpasang stent ke miokard
3 di RCA (sukses PCI
dengan stenting di RCA),
LAD stenosis 50%-60% di
mild LAD, LCx kecil tidak
berkembang.
- TTV: TD: 122/73 mmHg,
HR: 98 x/menit, RR: 20
x/menit, Suhu: 36.5 oC, Sat.
O2 : 99%
- Terpasang O2 nasal 3 lpm
- EKG tanggal 02/04/2013:
Sinus tachikardi, rate
107x/m, axis normal, P wave
normal, PR interval 0,12
detik, QRS durasi 0,10 detik.
Q patologis 1,5 mV di lead
II, III, aVF. ST elevasi 2 mV
di lead II, III, aVF, dan T
inverted di V9.
03/04/17 2 DS : - Resiko Hiperosmol
10:10 DO :
penurunan aritas
- Klien mendapatkan zat
perfusi sekunder
kontras saat tindakan PCI
jaringan penggunaan
omnipaque 130 ml
- Hasil lab. Tanggal ginjal zat kontras
02/04/2017 creatinin 1,41
mg/dl
- Balance cairan/24 jam
tanggal 02/4/2017 adalah
negatif 402 cc. Dari jam
07.00–09.50 WIB,
sedangkan pada tanggal
03/04/17 adalah positif 150
cc (urine: 300 cc, minum:
450 cc).
- Selama prosedur PCI klien
muntah 1 kali.
-

03/04/17 3 DS: - Risiko Efek


10:10 DO:
perdarahan sekunder

- Klien post PCI tanggal pemakaian

03/03/2017 pukul 7.10 WIB heparin

di ruang kateterisasi.

- Pada tangan kanan Terlihat


luka bekas penusukan di
radialis kanan, kemerahan
(+), hematom (-), tanda-tanda
infeksi (-).

- Selama proses PCI klien


mendapatkan heparin 7500 ui
IV

- TD: 122/73 mmHg, HR: 98


x/menit, RR: 20 x/menit,
Suhu: 36.5 oC, Sat: 99 %

- Tidak ditemukan tanda-tanda


perdarahan: hematuri (-),
epitaksis (-).

3.3 Diagnosa Keperawatan


1) Resiko penurunan aliran darah ke miokard b.d oklusi di arteri koroner
2) Resiko penurunan perfusi jaringan ginjal b.d hiperosmolaritas sekunder zat

kontras
3) Risiko perdarahan b.d efek sekunder pemakaian heparin
3.4 Intervensi

TANGGAL TUJUAN & KRITERIA PERENCANAAN


03/04/2017 Dx 1
a. Kaji keluhan klien
Resiko penurunan aliran darah ke
b. Monitor tanda-
miokard b.d oklusi di arteri koroner
tanda vital dan catat (1 jam
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
pertama setiap 15 menit, satu
keperawatan tidak terjadi penurunan
jam kedua setiap 30 menit,
darah ke miokard.
satu jam selanjutnya setiap
Kriteria hasil :
jam).
a. Tidak ada keluhan nyeri dada c. Monitor dan catat
b. Tanda-tanda vital (tekanan darah
rekaman EKG dan pantau
= sistolik 120-140 mmHg,
frekuensi jantung.
diastolik 70-90 mmHg, nadi = d. Bantu aktivitas
60-100 x/menit, saturasi oksigen klien.
e. Kolaborasi
= 95-100%, pernapasan dalam
pemberian O2, pertahankan
=16-20 x/menit.
c. Akral hangat, pulsasi perifer cara masuk heparin sesuai
teraba kuat indikasi, pantau data
d. Tidak menunjukan tanda-tanda
laboratorium enzim jantung,
disritmia.
AGD, dan elektrolit.
03/04/2017 Dx 2
a. Kaji keluhan klien.
Resiko penurunan perfusi jaringan
b. Jelaskan tujuan pengukuran
renal b.d hiperosmolaritas sekunder
urin.
penggunaan zat kontras c. Motivasi klien untuk banyak
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan minum (kurang lebih 2 liter/12
keperawatan, penurunan perfusi jam post tindakan).
d. Berikan rehidrasi sebelum dan
jaringan renal tidak terjadi.
sesudah prosedur PCI,
Kriteria Hasil :
terutama bila terjadi
a. Urine output 0,5-1 cc/jam/kgBB
b. Hasil kreatinin kurang dari 1,2 peningkatan nilai ureum dan
mg/dl creatinin (rehidrasi
1cc/kgBB/jam selama 12 jam).
e. Monitor dan ukur intake dan
output klien.
f. Monitor dan catat hasil
laboratorium fungsi renal
( ureum dan creatinin ).
g. Monitor dan catat adanya
tanda-tanda perdarahan pada
area intervensi.
h. Monitor indikator koagulasi
(ACT).

03/04/2017 DX 3 a. Kaji keluhan klien.


b. Observasi dan catat TTV
Risiko perdarahan b.d efek sekunder
c. Observasi dan catat adanya
pemakaian heparin.
perdarahan dan hematoma
Tujuan: setelah dilakukan asuhan
pada luka penusukan
keperawatan perdarahan tidak d. Observasi dan catat adanya
terjadi. perubahan warna kuliat dan
Kiteria: cek akral
e. Observasi dan catat adanya
Akral hangat
Pulsasi perifer kuat perdarahan
ACT dan APTT dalam batas f. Monitor dan catat hasil lab.
normal
(ACT)
Tekanan darah dalam batas
g. Anjurkan klien untuk
Normal
mengistirahatkan bagian yang
dilakukan penusukan.

2.4 Implementasi

Dx.
TANGGAL PARAF
Kep IMPLEMENTASI
JAM
03/04/17
10.15 1,2,3 - Memonitor & mencatat tanda-tanda vital
dan irama EKG
TD:130/78mmHg, HR:98x/m, RR:20x/m,
T:36,6oC, Sat O2: 99%, EKG monitor (lead
II): SR, gel. P normal, QRS normal, ST
elevasi 1 mV di lead II,III, dan AVF.
- Membantu klien BAK
Klien BAK dengan alat bantu urinal, jumlah
urin keluar 300 cc warna kuning jernih
- Mengikuti visite dokter
Klien direncanakan pindah IW
11.05 1,2,3 - Melihat daerah bekas insersi/tusukan sheath
di arteri brachialis kanan
Tidak terlihat ada keluar darah, luka terlihat
hanya seperti bekas tusukan jarum,
haematom (-), rembes (-)
- Membantu klien makan dan minum
Klien makan ¾ pori dan minum air putih
250 cc
- Mencatat hasil lab.
ACT Jam 09:59 adalah 98 detik
13.10 1,2,3 - Memantau dan mencatat TTV dan EKG
TD: 122/69 mmHg, HR: 74 x/m, RR: 27
x/m, T: 36,7 oC, EKG monitor (lead II): SR,
gel.P normal. QRS normal. ST elevasi 1 mV
di lead II,III, dan AVF.
- Meraba kedua ekstermitas bawah dan atas:
Akral hangat, pulsasi ektremitas kuat: +/+,
capillary refill 2 detik, turgor kulit elastis.
Mukosa bibir terlihat lembab.
03/04/17
07.00 1,2
- Mengkaji keluhan klien
Klien mengatakan saat ini badan sudah
terasa lebih enak di banding sebelumnya
- Meraba kedua ekstermitas bawah dan atas
Akral hangat dan pulsasi ektremitas teraba
kuat: +/+. Mukosa bibir terlihat lembab.
- Memonitor dan mencatat TTV
TD: 119/93 mmHg, HR: 92 x/m, RR: 22
x/m, T:36,7 oC, sat O2: 99 %, EKG monitor
(lead II): SR, Gel.P normal. QRS normal,
ST elevasi 1 mV di lead II,III, dan AVF.
- Memonitor dan mencatat tanda-tanda
perdarahan
Epistakis (-), gusi berdarah (-), haematuri
(-).
10.25 1,2,3 Membantu klien minum
Klien minum 200 cc air putih
10.40 1,2,3 Membantu klien BAK
Klien BAK dengan urinal, urin keluar 300 cc
warna kuning jernih.
11.05 1,2 Observasi dan mencatat TTV dan irama EKG
TD: 130/92 mmHg, HR: 88 x/m, RR: 20 x/m,
T: 36,5 oC, sat O2 : 98%, EKG monitor (lead
II): SR, gel.P normal, QRS normal, ST elevasi
masih ada di lead II, III, AVF 1 mV.
13.15 1,2 - Membantu klien makan dan minum
Klien makan habis 1 porsi dan minum 200
cc, dan mendokumentasikan.
- Memonitor adanya tanda-tanda perdarahan
Tidak telihat tanda-tanda perdarahan.
Epitaksis (-) hematuri (-), gusi berdarah (-)
3.5 Evaluasi

Tanggal/ Diagnosa Evauasi TTD


jam keperawatan

03-04-17 Resiko Mengevaluasi implementasi yang telah


diberikan
penurunan
S : Klien mengatakan merasa lebih
aliran darah enak
dibanding sebelumnya
ke miokard
O : Kesadaran compos mentis. K/u:
b.d oklusi di sedang, Klien terlihat tenang,
urine output 300 cc, intake
arteri koroner
minum 400 cc (balance cairan
selama 7 jam positif 100 cc).
Akral hangat, pulsasi ektremitas
kuat: +/+, capillary refill 2 detik,
turgor kulit elastis, mukosa bibir
lembab, tanda-tanda perdarahan
tidak ada, terpasang O2 binasal 3
lpm, sat. O2 99%, TTV: 127/87
mmHg, HR: 92 x/m, RR: 20 x/m,
T: 36,5oC, EKG monitor (lead II):
SR, gel.P normal. QRS normal,
ST elevasi 1 mV di lead II,III, dan
AVF.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
03-04-2017 Resiko S : Klien mengatakan merasa lebih
07.15
segar dan mau cepat sembuh biar
penurunan
cepat pulang.
aliran darah
O : Kesadaran compos mentis, Ku:
ke miokard sedang, Klien terlihat tenang,
urine output 250 cc, intake
b.d oklusi di
minum 400 cc (balance cairan
arteri koroner
selama 7 jam positif 150 cc),
akral hangat, pulsasi ektremitas
kuat, mukosa bibir lembab,
terpasang O2 binasal 3 lpm, sat.
O2 99%, TTV: 127/87 mmHg,
HR: 92 x/m, RR: 20 x/m, T: 36,5
o
C, EKG: SR
A : Masalah teratasi
P : intervensi keperawatan dihentikan
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS

Tindakan PCI pada Tn. H dilakukan dari hasil pengkajian klien dan

perekaman EKG yang menunjukkan gambaran akut STEMI inferior, syok

kardiogenik ec ACS.
Berdasarkan data tersebut dilakukan tindakan PCI pada Tn. H, dengan

harapan aliran darah ke koroner kembali baik dan perfusi ke jaringan kembali

normal. Sebelum dilakukan tindakan PCI, maka dilakukan persiapan terlebih

dahulu, seperti penjelasan prosedur PCI, informed consent, pemeriksaan

laboratorium, EKG, ECHO, dan loading obat anti koagulan. Tindakan dilakukan

sesuai dengan prosedur sesuai dengan teori yang telah kelompok bahas di asuhan

keperawatan dengan sindrome koroner akut.


Setelah tindakan PCI, klien dirawat di ruang ICCU untuk observasi. Selama

di ruang ICCU dilakukan rehidrasi, dengan tujuan untuk mengeluarkan zat

kontras yang masuk ke dalam tubuh klien. Intake yang masuk 1500 cc dengan

urine yang keluar 1842 cc, dan balance cairan negatif 442 cc. Hasil pemeriksaan

laboratorium sebelum dilakukan tindakan PCI ureum 27mg/dl dan Kreatinin

1.41mg/dl.
Pada kasus ini saya mengangkat 3 diagnosa keperawatan post PCI pada Tn.

H dengan alasan:

1. Resiko penurunan aliran darah ke miokard b.d oklusi di arteri koroner. Alasan

kelompok mengangkat diagnosa keperawatan tersebut karena dari data

29
30

objektif yang ditemukan saat pengkajian klien terlihat lelah, hasil kateterisasi

tanggal 3 april 2017: terpasang stent 3 di RCA (sukses PCI dengan stenting

di RCA), LAD stenosis 50%-60% di mild LAD, LCx kecil tidak berkembang.

TTV: TD: 122/73 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 26 x/menit, Suhu: 36.5 oC,

sat. O2: 99 %, terpasang O2 nasal 3 lpm dan gambaran EKG (tgl 03/03/2013):

Sinus tachikardi, rate 107 x/mnt, axis normal, P wave normal, PR interval

0,12 detik, QRS durasi 0,10 detik. Q patologis 1,5 mV di lead II, III, aVF. ST

elevasi 2 mV di lead II, III, aVF, dan T inverted di V9. Berdasarkan data

tersebut kelompok mengangkat diagnosa keperawatan resiko terjadinya

penurunan curah jantung masih dapat terjadi.

2. Resiko penurunan perfusi jaringan ginjal b.d hiperosmolaritas sekunder

penggunaan zat kontras. Diagnosa keperawatan ini kelompok angkat karena

pada saat tindakan PCI diberikan zat kontras (omipague 130 cc), hasil

laboratorium tanggal 3 april 2017 nilai kreatinin dari klien adalah 1,41 mg/dl.

Zat kontras yang diberikan pada saat tindakan PCI dapat memicu terjadinya

kematian sel-sel nefron di ginjal (CIN) (Yuniadi & Ningrum, 2008).


3. Risiko perdarahan b.d efek sekunder pemakaian heparin. Alasan diagnosa

keperawatan tersebut kelompok angkat karena resiko perdarahan masih

mungkin terjadi akibat pemberian heparin pada saat tindakan PCI, dimana

heparin memiliki fungsi untuk menghambat proses koagulasi darah yaitu

dengan cara mencegah protombin menjadi trombin dan waktu paruh dari

heparin sendiri berlangsung 2 sampai 3 hari setelah diberikan (Mutaqqin,

2009)
31
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Percutaneous coronary intervention (PCI) merupakan tindakan

angioplasthy (Dengan atau tanpa stent) dalam waktu 12 jam pada lumen koroner

yang mengalami penyumbatan tanpa didahului oleh pemberian fibrinolitik atau

obat lain yang dapat melarutkan bekuan darah. Tindakan PCI dilakukan dengan

tujuan untuk membuka lumen arteri koroner yang tersumbat agar tidak terjadi

infark pada akut miokard infark dengan elevasi segmen ST (STEMI). Komplikasi

yang terjadi saat tindakan PCI diantaranya diseksi arteri koroner maupun aorta,

vasospasme arteri koroner, akut miokard infark, akut disritmia, tamponade

jantung, hipotensi, perdarahan, hematoma, dan thrombosis.


PCI efektif dalam penatalaksanaan STEMI, yakni dapat membantu

membuka kembali lumen pembuluh darah arteri (Arteri koroner) yang mengalami

penyumbatan atau penyempitan akibat aterosklerosis, sehingga aliran darah ke

otot jantung (Miokard) dapat kembali normal (Adekuat).


5.2 Saran

Pada tindakan Percutaneous Coronary Intervention (PCI) diharapkan

perawat mampu memahami konsep dan melakukan asuhan perawatan pre, intra,

dan post PCI diantranya memahami pengertian, indikasi, kontra indikasi,

komplikasi, dan patofisiologi PCI, mampu melaksanakan persiapan tindakan pre

PCI, mengobservasi klinis klien saat tindakan PCI dan mengobservasi keluhan

dan klinis post PCI

31
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. PCI definitions. http://apps.leg.wa.gov/wac/default.aspx?cite=246-


310-705.

California Pasific Medical Center. 2008. Learning About Your Health.


http://www.cpmc.org/learning/documents/cardiaccath-ws.html#What Can
I Expect on the Day of the Procedure.

Davis, 2011. Percutaneous coronary intervention. http://www.Emedicinehealth


.com/percutaneouscoronaryinterventionpci/page10_em.htm.

Death and DALY estimates by cause. 2002. http://www.who.int/entity/healthinfo/


statistics/bodgbddeathdalyestimates.xls.

Juwana, 2009. Optimazing primary PCI for ST elevation Myocardial.


http://www.cardiology.nl/_shared/media/pdf/20110430.pdf.

Metha, Sadiq, et all .2004.Effectiveness of primary percutaneous coronary


intervention compared with that of thrombolytic therapy in elderly
patients with acute myocardial infarction. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/14760322.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


kardiovaskular dan Hematology. Jakarta :Salemba Medika.

Räber & Windecker. 2011. Primary Percutaneous Coronary Intervention and


Risk of Stent Thrombosis. http://circ.ahajournals.org/content/123/16 /
1709. extract.

Silber at al, 2005. Guidelines for percutaneous coronary interventions: the task
force for percutaneous coronary interventions of the european society of
cardiology. http://eurheartj.oxfordjournals.org/content/26/8/804.long

Torpy, 2004. Percutaneous coronary intervention. http://jama.jamanetwork.com/


article.aspx?articleid=198185#qundefined.

Yuniadi & Ningrum. 2008. Risk factors and incidence of contras induced
nephrophaty following coronary intervention. http://mji.ui.ac.id/v2/?
page=journal.download_process&id=24

Anda mungkin juga menyukai