Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab
kematian nomor satu saat ini. Diperkiran akan semakin banyak orang yang
meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah dibandingkan
penyakit lainnya. Dari survey yang dilakukan oleh World Health Organization
(WHO) pada tahun 2004, diperkirakan sebanyak 17,1 juta orang meninggal
(29,1% dari jumlahnkematian total) karena penyakit jantung dan pembuluh
darah. Dari kematian 17.1 juta orang tersebut diperkirakan 7,2 juta kematian
disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Pada tahun 2030, WHO
memperkirakan akan terjadi 23,6 juta kematian karena penyakit jantungndan
pembuluh darah. Asia Tenggara juga diprediksi merupakan daerah yang
mengalami peningkatan tajam angka kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh.
Manifestasi komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling
sering diketahui bersifat fatal adalah kejadian henti jantung mendadak.
Sampai saat ini, kejadian henti jantung mendadak merupakan penyebab
kematian tertinggi di Amerika dan Kanada. Walaupun angka insiden belum
diketahui secara pasti, Pusat Pengendalian Pencegahan dan Kontrol Penyakit
Amerika Serikat memperkirakan sekitar 330.000 orang meninggal karena
penyakit jantung koroner di luar rumah sakit atau rawat gawat darurat.
250.000 diantaranya meninggal di luar rumah sakit. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2007, hanya
disebuutkan prevalensi nasional penyakit jantung sebesar 7,2%, namun angka
kejadian henti jantung mendadak belum didapatkan.
RSUD Dr.(H.C) Ir. Soekarno sebagai salah satu penyedia pelayanan
kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan
pelayanan ICVCU yang profesional dan berkualitas dengan mengedepankan
keselamatan pasien. Pada perawatan pasien ICVCU dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang
bekerjasama dalam tim. Selain itu diperlukan juga dukungan sarana dan
prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan

1
pelayanan ICVCU. Dengan tersedianya pelayanan ICVCU di RSUD Dr.(H.C)
Ir. Soekarno diharapkan dapat mengurangi angka kematian yang disebabkan
penyakit jantung dan pembuluh darah.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di ruang ICVCU.
2. Untuk menerapkan konsep pelayanan keperawatan di ruang ICVCU.
3. Untuk memperluas fungsi dan peran staf keperawatan di ruang ICVCU.
4. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional
Tujuan Khusus :
1. Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya cacat atau kematian,
2. Mencegah terjadinya penyulit
3. Menerima rujukan dari level yang lebih rendah dan melakukan rujukan ke
level yang lebih tinggi
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
5. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Pengertian
Ruangan Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) adalah unit
pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan perawatan khusus
pada pasien yang memerlukan perawatan yang intensif akibat mengalami
gangguan jantung dan pembuluh darah dengan melibatkan tenaga
kesehatan kesehatan terlatih serta didukung dengan kelengkapan
peralatan khusus pula.
2. Ruang Lingkup
Ruang pelayanan ICVCU melayani pasien-pasien yang berpenyakit
jantung dan pembuluh darah dengan kondisi kritis yang memerlukan
perawatan, pengobatan, pengawasan dan penanganan khusus.
3. Tujuan Pelayanan
a. Mencegah terjadinya kematian akibat gangguan jantung dan
pembuluh darah.

2
b. Mencegah terjadinya penyulit.
c. Menerima rujukan dari evel lebih remdah dan melakukan rujukan ke
level yang lebih tinggi.
d. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien khususnya
jantung dan pembuluh darah.
e. Mengurangi angka kematian pasien kritis akibat gangguan jantung
dan pembuluh darah serta mempercepat proses penyembuhan
pasien.
4. Standar Klasifikasi Pelayanan
Standar klasifikasi Pelayanan ICVCU di RSUD Dr.(H.C) Ir. Soekarno
sesuai dengan Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan.

D. Batasan Operasional
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan Rumah Sakit dan standar prosedur operasional. Pelayanan
ICVCU meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya.

E. Landasan hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1963 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1964 tentang Wajib
Kerja Tenaga Medis
6. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
436/Menkes/SK/IV/1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah
Sakit dan Pelayanan Medis Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 tahun 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit Khusus

3
9. Keputusan Menteri Kesehatan 147 tahun tentang Perizinan Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 tahun
2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 148 tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 46 tahun 2013 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 519/Menkes/Per/III/2011 tentang
Ruang Lingkup Dokter Anastesi
15. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
16. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
17. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Ruang ICVCU merupakan salah satu unit ruang perawatan intensif yang
bertujuan memberikan pelayanan asuhan yang bermutu. Pelayanan Ruang
ICVCU dilakukan oleh dokter dan perawat yang memiliki kualifikasi pendidikan
dan pengalaman yang memadai serta memperoleh/memiliki sertifikat
pelatihan yang menunjang kinerja di Ruang ICVCU seperti pelatihan BTCLS,
pelatihan Kardiologi Dasar.

B. Distribusi Ketenagaan
NO JABATAN STANDAR
1 Kepala Instalasi Ruangan ICVCU S2 Dokter spesialis Jantung dan
Pembuluh Darah
2 Kepala Ruangan S1 Ners sertifikasi Kardiologi
Dasar
3 Ketua Tim S1 Ners / DIII Keperawatan
sertifikasi Kardiologi Dasar
4 Perawat Pelaksana S1 Ners / DIII Keperawatan
sertifikasi Kardiologi Dasar

C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jadwal dinas atau jadwal jaga dibuat untuk periode satu bulan
oleh kepala ruang dan direalisasikan ke perawat untuk pelaksanaan 1
bulan.
2. Pertukaran jadwal dinas perawat diberitahukan kepada Kepala Ruang
unit, maksimal 1 hari sebelumnya dan dicatat ke dalam jadwal dinas
ruangan.
3. Pengajuan cuti tahunan perawat diajukan 1 bulan kepada Kepala ruang
unit sebelum pembuatan jadwal dinas.
4. Perawat yang tidak bisa melaksanakan dinas (tanpa terencana / Cuti
Insidential) harus menginformasikan kepada Kepala Ruang untuk ditunjuk
penggantinya sesuai dengan kompetensi maksimal 6 jam sebelumnya.

5
5. Setiap tugas jaga/ shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ
Shift) dengan syarat S1 atau D3 Keperawatan, pola penjagaan mengacu
kepada :
a. Shift Pagi : Jam 07.00 - 14.00 WIB
b. Shift Siang : Jam 14.00 - 21.00 WIB
c. Shift Malam : Jam 21.00 - 07.00 WIB

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

WC WC

BED 3 BED 1 NURSE STATION

BED 4 BED 2

Gudang Alat

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan prasarana Unit pelayanan ICVCU berada di lantai 2 RSUD
Dr.(H.C) Ir. Soekarno yang berdampingan dengan Ruang Rawat Dewasa
kelas 1 dan 2.
2. Peralatan Standar Alat Medis
a. EKG 12 Lead
b. Infus pump
c. Syringe pump
d. Saturasi portable
e. View viewer

7
f. Suction portable
g. Termometer
h. Stetoskop dewasa
i. Bed side monitor
j. Timbangan digital
k. Nebulizer
l. Monitor (DC shock)
m. Mayo table
n. Troli obat
o. Instrumen kabinet
3. Standar alat keperawatan
a. Meja Flowsheet
b. Flowsheet
c. Pulpen
d. Pulpen warna
e. Formulir – Formulir
f. Buku Register ICVCU
g. Papan tulis
4. Standar trolly emergensi

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Ketentuan Umum Pelayanan


Untuk tata tertib penyelenggaraan pelayanan di Unit ICVCU
menetapkan ketentuan umum pelayanan sebagai berikut;
1. Pasien yang memerlukan pelayanan ke ruang ICVCU berasal dari :
a. Pasien dari IGD
b. Pasien dari HCU
c. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti bersalin,
ruang endoskopi, ruang hemodialisa
d. Pasien dari ruang rawat inap/bangsal
e. Alur Pelayanan ICVCU (terlampir).
2. Pelayanan Ruang ICVCU beroperasi non-stop selama 24 jam/hari dalam
7 hari seminggu. Kegiatan shift 07.00 – 14.00, 14.00 – 21.00, dan 21.00 –
07.00 WIB.
3. Pelayanan menerima semua kelas.
4. Pasien yang masuk ruang rawat inap mendapat informasi tentang
pelayanan rawat inap: tata tertib ruangan, hak dan kewajiban pasien di
rumah sakit.
5. Pasien yang membutuhkan konsul dokter DPJP dilaksanakan oleh dokter
umum jaga ruangan atau perawat jaga.
6. Jaminan administrasi pasien rawat inap dengan cara: umum dan BPJS
7. Bagi pasien Ruang ICVCU sesuai instruksi dokter DPJP maka dilakukan
pemeriksaan radiologi untuk pemeriksaan–pemeriksaan tertentu (foto
thorax; USG; dan pemeriksaan penunjang lainnya).
8. Bagi pasien rawat inap sesuai instruksi dokter DPJP maka dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan –pemeriksaan tertentu.
9. Bagi pasien rawat inap sesuai instruksi dokter DPJP maka dapat
dilakukan rehabilitasi medis sesuai indikasi.
10. Kerjasama Ruang ICVCU dengan tempat rujukan direkomendasikan
dokter DPJP dan memenuhi undang-undang berlaku. Dan disahkan dalam
ikatan kontrak kerjasama tertulis yang ditandatangani manajemen Rumah
Sakit dan dipimpin Institusi tempat rujukan.

9
11. Pasien dapat dipulangkan setelah mendapatkan ijin dokter, bila pasien
pulang tanpa ijin dokter harus menandatangani persetujuan atas
permintaan sendiri.

B. Informed Consent
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi
yang efektif antara dokter dengan pasien dan bertemunya pikiran tentang apa
yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Defenisi
operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak
(pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan
kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak
tersebut diberi informasi.
Sebelum masuk ke ICVCU, pasien dan keluarganya harus mendapatkan
penjelasan secara lengkap tentang dasar pertimbangan mengapa pasien
harus mendapatkan perawatan di ICVCU, serta berbagai macam tindakan
kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di ICVCU
dan yang penting juga adalah penjelasan tentang prognosa penyakit yang
diderita pasien. Penjelasan tersebut diberikan oleh dokter jaga yang bertugas.
Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, pasien dan atau keluarganya bisa
menerima atau tidak menerima. Pernyataan pasien dan atau keluarganya
(baik bisa menerima atau tidak bisa menerima) harus dinyatakan dalam
formulir yang ditandatangani (informed consent).

C. Tata Laksana Sistem Penugasan Metode Tim


1. Pengertian
Adalah pengaturan tugas jaga tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien.
2. Tujuan
3. Meningkatkan kepuasan dan menjamin mutu asuhan keperawatan
seoptimal mungkin.
4. Prosedur
a. Ka.Ruang / katim / shift membagi tim berdasarkan tingkat
ketergantungan kepada perawat yang ada dan dituliskan didalam
buku tim.

10
b. Ka.Ruang / katim / shift bertanggung jawab atas pelaksanaan asuhan
keperawatan dan ketersediaan peralatan di ruang yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Ka. Ruang / katim / shift bertanggung jawab penuh terhadap
pelayanan asuhan keperawatan terhadap sejumlah pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
d. Anggota tim bertanggung jawab kepada Ka. Ruang / shift / katim atas
terlaksananya asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan wajib membantu anggota tim lainnya
bila diperlukan.
e. Bila ada anggota tim yang keluar rumah sakit ( konsul ) maka harus
menyerahkan pasiennya kepada Ka. Ruang / shift / katim.
f. Pada keterbatasan tenaga diruangan / shift dalam melaksanakan
asuhan keperawatan, katim / Penanggung Jawab shift merangkap
sebagai anggota tim.

D. Tata Laksana Pelayanan


1. Indikasi Umum
Sebelum pasien masuk ke ICVCU, pasien dan/atau keluarganya
harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapat perawatan di ICVCU,
serta tindakan kedokteran yang mungkin dilakukan selama pasien dirawat
di ICVCU. Penjelasan tersebut diberikan dokter yang bertugas di UGD
atau Ruang rawat inap dewasa. Atas penjelasan tersebut pasien dan/atau
keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di
ICVCU. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir
informed consent .
Pada keadaan sarana dan prasarana ICVCU yang terbatas pada
suatu Rumah Sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas
apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICVCU lebih tinggi
dari kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala Instalasi ICVCU
bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICVCU.
Bila kebutuhan pasien masuk ICVCU melebihi tempat tidur yang tersedia,

11
kepala Instalasi ICVCU menentukan pasien mana yang akan dirawat di
ICVCU berdasarkan kondisi medis pasien.
Pelayanan ICVCU diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan
pasien yang sakit kritis:
1. Pasien yang memerlukan intervensi Medis segera oleh tim intensive
cardio vascular care unit.
2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh
terutama kardiovaskuler secara terkoordinasi dan berkelanjutan
sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan dengan metode
terapi titrasi.
3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan
tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.
2. Indikasi Masuk dan Keluar ICVCU
a. Kriteria Masuk
Indikasi pasien masuk ICVCU :
1) Pasien yang dicurigai dengan infark miokard ST elevasi yang
onsetnya sampai 24 jam terutama yang akan mendapatkan terapi
trombolitik atau Intervensi Koroner Percutan (IKP) primer.
2) Pasien dengan Infark Miocard Akut (IMA) yang onset > 24 jam
dengan komplikasi, atau pasien tidak stabil dengan resiko tinggi
(gagal jantung yang membutuhkan terapi dan monitoring
hemodinamik atau support intra-aortic ballon, disritmia jantung
berat, gangguan konduksi, pacemaker temporer)
3) Pasien dengan Syok Kardiogenik.
4) Pasien dengan sindroma koroner akut tidak stabil resiko tinggi
(nyeri angina berkepanjangan atau berulang, gagal jantung, ST
Depresi difusi signifikan, perubahan ST dinamis, troponin
meningkat).
5) Pasien unstable setelah complicated PCI yang membutuhkan
perhatian khhusus (sesuai dengan permintaan operator PCI).
6) Pasien dengan aritmia jantung yang mengancam jiwa sebagai
akibat dari penyakit jantung iskemik, kardiomiopati, penyakit
jantung reumatik, gangguan elektrolit, efek obat atau keracunan.

12
7) Pasien dengan edema paru akut yang tidak teratasi dengan terapi
permulaan dan tergantung dari penyakit dasarnya.
8) Pasien yang membutuhkan monitoring hemodinamik untuk
mengevaluasi terapi.
9) Pasien setelah transplantasi jantung dengan masalah akut seperti
infeksi, gangguan hemodinamik, gangguan keseimbangan
elektrolit, dicurigai reaksi penolakan akut.
10) Pasien dengan emboli parumasif.
11) Pasien dengan temponade jantung.
12) Pasien dengan hipertensi pulmonal.
13) Pasien dengan kecurigaan diseksi aorta.

Pada keadaan permintaan layanan ICVCU lebih tinggi dari pada


kapasitas atau sarana dan prasarana maka kepala ICVCU harus
menentukan prioritas sesuai indikasi. Prioritas tersebut adalah:
1) Pasien Prioritas 1 (Satu)
Pasien dengan penyakit atau gangguan akut pada organ vital
yang memerlukan terapi intensif dan agresif seperti gagal nafas
akut, gangguan atau gagal sirkulasi akibat gangguan
kardiovaskuler, misalnya pasca operasi jantung. Terapi tidak
terbatas.
2) Pasien Prioritas 2 (Dua)
Pasien yang memerlukan pemantauan canggih di ICVCU, sebab
sangat beresiko terancam gangguan pada sistem organ vital bila
tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pasien pasca
bedah dengan komplikasi penyakit jantung. Terapi juga tidak
terbatas.
3) Pasien Prioritas 3 (Tiga)
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang
mempunyai harapan kecil untuk penyembuhan (prognosa jelek)
dan pengelolaan di ICVCU hanya untuk mengatasi masalah
akutnya saja dan tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
jantung paru, misalnya pasien dengan keganasan metastatik
disertai penyulit infeksi.

13
4) Pengecualian
Pasien yang tergolong di sini, atas pertimbangan luar biasa dan
persetujuan kepala ICVCU bisa masuk ICVCU dengan catatan
sewaktu-waktu bisa dikeluarkan dari ICVCU agar bisa digunakan
oleh pasien prioritas 1 (satu), 2(dua) dan 3(tiga). Pasien yang
tergolong ini adalah:
a) Pasien memenuhi kriteria masuk tapi menolak tunjangan
hidup, termasuk pasien dengan perintah DNR (Do Not
Resucitate)
b) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen
c) Pasien yang sudah dipastikan mati batang otak namun hanya
untuk kepentingan donor organ.
b. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICVCU berdasarkan pertimbangan
medis oleh kepala ICVCU (intensivist) dan tim yang merawat pasien.
Indikasi keluar ICVCU antara lain sebagai berikut:
1) Penyakit atau keadaan pasien yang sudah membaik dan cukup
stabil sehingga tidak memerlukan terapi atau pemantauan intensif
lebih lanjut.
2) Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif
tidak bermanfaat atau tidak memberI hasil yang berarti bagi
pasien. Pasien yang demikian sebelum dikeluarkan dari ICVCU,
maka keluarga harus diberikan penjelasan terlebih dahulu
3) Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat di ICVCU (pulang
paksa)
4) Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja
sedangkan ada pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan
terapi dan observasi secara intensif.
3. Monitoring Pasien
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna
mewujudkan pelayanan ICVCU yang aman dan mengutamakan
keselamatan pasien. Monitoring dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk
menentukan faktor-faktor yang potensial mempengaruhi keadaan pasien
agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.

14
4. Pencacatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Catatan ICVCU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang
melakukan pelayanan di ICVCU dan bertanggung jawab atas semua yang
dicatat tersebut. Pencatatan menggunakan status khusus ICVCU yang
meliputi pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan
dirawat di ICVCU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus
(jantung, paru, ginjal dan sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah
asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta jumlah cairan
tubuh yang keluar dari pasien. Pelaporan pelayanan ICVCU terdiri dari
jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, sistem skor prognosis,
penggunaan alat bantu (contohnya, ventilasi mekanik), lama rawat dan
keadaan pasien keluar (hidup atau meninggal) dari ICVCU.

E. Sistem Rujukan
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas/wewenang dan tanggung jawab secara timbal balik baik horizontal
maupun vertikal terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau
permasalahan kesehatan karena adanya keterbatasan dalam memberikan
pelayanan yang dibutuuhkan oleh pasien.
Terdapat 2 jenis rujukan:
1. Rujukan Eksternal:
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan:
a. Rujukan Vertikal:
Rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan tingkatan berbeda
b. Rujukan Horizontal
Rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memiliki
kemampuan lebih tinggi dalam tingkatan yang sama.
2. Rujukan Internal:
Rujukan di dalam fasilitas kesehatan dari tenaga kesehatan ke tenaga
kesehatan.
Ruang lingkup rujukan, terdiri dari:
a. Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit
b. Rujukan masalah permasalahan kesehatan

15
Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien
yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah sakit.
Rumah sakit penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa pasien
yang dirujuk tersebut mendapatkan penanganan segera.
Rujukan balik ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus
dilakukan segera setelah alasan rujukan ke RS sudah tertangani. Oleh
karena itu, rujukan merupakan proses timbal balik yang meliputi
kerjasama, koordinasi dan transfer informasi di antara fasilitas kesehatan.

Tujuan dilakukannya rujukan adalah:


1. Membutuhkan pendapat dari ahli lain (second opinion)
2. Memerlukan pemeriksaan yang tidak tersedia di rumah sakit
3. Memerlukan intervensi medis di luar kemampuan rumah sakit
4. Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya.
5. Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjuta

16
ALUR PELAYANAN ICVCU

Pasien Gawat

Tidak Ya

Poliklinik

IGD

Kamar Operasi ICVCU HCU Bangsal

17
BAB V
LOGISTIK

Logistik adalah penetapan peralatan keperawatan yang meliputi : penentuan


kebutuhan (jumlah, jenis, spesifikasi ukuran dan ratio) serta pengelolaannya
dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Standar peralatan keperawatan terdiri dari : Standar alat tenun, standar alat
kesehatan (keperawatan), standar alat rumah tangga, standar alat pencatatan dan
pelaporan, standar alat emergency dan standar pengelolaan peralatan
keperawatan yang meliputi standar perencanaan, standar pengadaan, standar
distribusi, standar penggunaan, standar pemeliharaan dan standar penggantian.
1. Standar Alat Tenun
adalah semua peralatan/ perlengkapan yang terbuat dari bahan kain dan
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Prinsip dasar dalam menentukan kebutuhan alat
tenun adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan klien
b. Sistem distribusi peralatan
c. Pertimbangan kualitas bahan :
1) Menyerap keringat/ cairan
2) Mudah dibersihkan
3) Ukuran memenuhi standar yang ditetapkan
4) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
5) Tidak mudah menyebabkan iritasi/ perlukaan kulit
6) Pemilihan warna yang tidak menyolok
2. Rasio penggunaan alat tenun memperhatikan beberapa prinsip meliputi:
a. Ekonomis
b. Efisien
c. Frekuensi pemakaian
d. Sistem Perhitungan (pemakaian, persediaan dan kotor)
3. Faktor – faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan alat tenun meliputi :
a. Kebijakan tentang pengadaan barang
b. Tingkat BOR
c. Tingkat TOI tertinggi

18
d. Jenis penyakit
e. Jenis pelayanan yang diberikan
4. Sistem pemeliharaan peralatan keperawatan dan kebidanan yang meliputi :
a. Tehnik Pencucian
b. Tehnik dan alat setrika
c. Detergen yang digunakan
d. Lama perendaman
e. Frekuensi pencucian
5. Sumber daya manusia yang dimiliki dalam pengelolaan peralatan, seperti :
a. Rasa memiliki
b. Bekerja sesuai standar
c. Pengetahuan dan keterampilan
6. Ketentuan penggunaan alat tenun
Penggantian linen kotor ditempatkan didalam ember tertutup dan dipisahkan
antara linen kotor infeksius dan noninfeksius.

19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana Rumah
Sakit membuat atau memberikan pelayanan kesehatan dan asuhan pasien
yang lebih aman. Sistem tersebut meliputi assessment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
seharusnya tidak terjadi. Insiden Keselamatan Pasien terdiri dari :
1. KPC adalah suatu insiden yang berpotensi / beresiko menimbulkan
cedera pada pasien akibat suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
seharusnya
2. KNC adalah suatu insiden yang hampir menyebabkan cedera pada pasien
akibat suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
3. KTC adalah suatu insiden yang tidak menimbulkan cedera
4. KTD adalah suatu insiden yang menyebabkan cedera pada pasien
5. Sentinel Event adalah suatu KTD yang menimbulkan kematian atau
cedera serius

B. Tujuan
1. Umum
Menurunnya angka insiden keselamatan pasien dan meningkatnya mutu
pelayanan dan keselamatan pasien di RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno.
2. Khusus
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat

20
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
d. Terlaksanannya program – program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan

C. Tata Laksana
Dalam menerapkan keselamatan pasien di rumah sakit ada beberapa hal
yang dapat dijadikan pedoman yaitu :
1. Tujuh standar keselamatan pasien rumah sakit yaitu sebagai berikut:
a. Hak pasien.
b. Mendidik pasien serta keluarga.
c. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan.
d. Penggunaan metode – metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program meningkatkan keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
2. Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien rumah sakit :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien yaitu dengan
menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
b. Pimpin dan dukung staf, yaitu dengan membangun komitmen dan
fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Kembangkan sistem dan
proses pengelolaan resiko serta lakukan identifikasi dan assesment
tentang hal – hal yang secara potensial dapat menimbulkan masalah.
d. Kembangkan sistem pelaporan. Pastikan staf dapat dengan mudah
melaporkan kejadian atau insiden yang terjadi dan rumah sakit
mengatur pelaporan tersebut kepada KKPRS.
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien.Kembangkan cara – cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Motivasi staf untuk melakukan analisa akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian tersebut muncul.

21
g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan sistem pelayanan.
3. Sasaran patient safety
a. Tingkatkan identifikasi pasien
Identifikasi dengan dua identitas pasien yaitu : nama lengkap pasien
dan tanggal lahir pasien. Dilakukan pada saat akan :
1) Memberikan obat
2) Pemberian transfuse darah / produk darah
3) Pengambilan sample darah dan specimen lain untuk pemeriksaan
4) Laboratorium
5) Sebelum melakukan tindakan invasive
6) Sebelum melakukan pengobatan
Tindakan identifikasi mencocokan dengan gelang identifikasi yang,
terdiri dari :
1) Pasien laki-laki : biru
2) Pasien wanita : pink
3) Resiko jatuh : kuning
4) Alergi : merah
5) DNR (do not resusitasi) : ungu
b. Tingkatkan komunikasi efektif
Menggunakan tehnik SBAR dan TBAK saat melaporkan pasien dan
saat serah terima
c. Tingkatkan kewaspadaan obat-obatan high alert
Dengan memberikan kunci pengaman pada obat emergency, dan obat
elektrolit pekat tidak boleh disimpan ditempat yang mudah diakses
d. Tepat prosedur, tepat lokasi dan tepat pasien operasi
Melakukan surgical patient safety yang terdiri dari sign in, time out dan
sign out serta penandaan lokasi operasi (marking)
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Melakukan 5 moment cuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
Lakukan cuci tangan dengan metode handwash dan handrub.
f. Pengurangan resiko pasien jatuh

22
Melakukan pengkajian resiko jatuh kepada pasien yang masuk rawat.
Pengkajian dilakukan di UGD sampai rawat inap serta klinik rawat
jalan.

23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor


sebesar 2.08 % pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C di masyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2.10 %. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinik karena tidak memberikan gejala. Penyakit hepatitis B dan C
keduanya sangat potensial menular pada tenaga kesehatan melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan diberikan kepada masyarakat.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang memberikan pelayanan
kesehatan dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam
secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh karena itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
Pelaksanaan kewaspadaan standar merupakan langkah penting untuk
menjaga tenaga kesehatan dari penularan penyakit. Prinsip Kewaspadaan
Standar adalah menekankan kewaspadaan terhadap bahan-bahan berupa darah,
semua jenis cairan tubuh, secret, ekskreta (tanpa memandang apakah dia
mengandung darah atau tidak), kulit, dan mukosa yang tidak utuh pasien harus
dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan melalui cairan tubuh.

A. Tujuan
1. Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mampu
melindungi dirinya sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
2. Terlaksananya prinsip kewaspadaan standar dalam memberikan
pelayanan kesehatan dirumah sakit

B. Pokok Keselamatan Kerja


Setiap rumah sakit memiliki protocol tata laksana pasca pajanan atau
pengobatan. Kewaspadaan standar harus menjadi prioritas utamanya
sehingga setiap pelaksanaan kegiatan selalu melakukan pemantauan dan
pencatatan setiap pajanan pada kecelakaan kerja.
Pajanan berdasarkan jenisnya terdiri dari :
1. Perlukaan kulit

24
2. Pajanan pada selaput mukosa
3. Pajanan melalui kulit yang luka
4. Gigitan berdarah
Pajanan berdasarkan bahan pajanan meliputi :
1. Darah
2. Cairan bercampur darah yang kasat mata
3. Cairan yang potensial terinfeksi seperti semen, cairan vagina
4. Cairan serebrospinal, cairan synovial, cairan pleura dan cairan peritoneal
5. Cairan pericardial dan cairan amnion
6. Virus yang terkonsentrasi

C. Tindakan yang Beresiko Terpajan


1. Pengelolaan sampah medis yang tidak tepat
2. Pengelolaan benda tajam yang tidak benar
3. Tindakan penyarungan kembali jarum suntik
4. Penggunaan alat pelindung diri yang tidak sesuai
5. Pengelolaan kebersihan yang tidak tepat
6. Cuci tangan yang kurang benar
7. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
8. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian APD diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi lain
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi lingkungan

25
E. Penatalaksanaan Pajanan
1. Langkah pertama
a. Lakukan tindakan darurat sebagai berikut :
1) Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air
dengan jumlah yang banyak dan sabun atau desinfektan. Jangan
menekan dan menghisap darah dari luka
2) Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan cuci
dengan air mengalir dan sabun
3) Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan
air beberapa kali
4) Kalau terpecik pada mata , cucilah mata dengan air mengalir
(irigasi) atau garam fisiologis
5) Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan
dengan air
b. Catat dan laporkan dalam 24 jam kepada atasan langsung dan komite
pencegahan dan pengendalian infeksi atau komite K3
2. Langkah kedua
a. Telaah jenis pajanan dan bahan pajanan
b. Tentukan status infeksi
c. Tentukan status infeksi sumber pajanan bila belum diketahui seperti :
HbsAG positif, HCV positif dan HIV positif
3. Langkah ketiga
Berikan propilaksis pasca pajanan ( PPP ) kepada terpajan yang beresiko
tinggi mendapatkan infeksi
4. Langkah keempat
a. Laksanakan tes (laboratorium) lanjutkan dan berikan konseling
b. Sarankan untuk segera memeriksakan kesehatannya setiap terjadi
gejala penyakit apapun selama tindak lanjut tersebut
c. Pertimbangkan propilaksis pasca pajanan ( PPP ) berdasarkan hasil
pemeriksaan seperti:
1) Derajat pajanan
2) Status infeksi dari sumber pajanan
3) Ketersediaan obat

26
Setelah terdeteksi dan dilakukan tindakan seperti yang disebutkan diatas
setiap individu / karyawan yang terpapar oleh HIV, hepatitis B yang adekuat
dan kondisi kesehatan pun harus terus dimonitor kemungkinan infeksinya.
Selama pemantauan tenaga kesehatan yang terpapar tersebut memerlukan
konseling mengenai resiko infeksi dan pencegahan transmisi selanjutnya.
Tentunya individu tersebut dianjurkan untuk:
1. Tidak menjadi donor darah ataupun jaringan
2. Melakukan hubungan seksual yang aman dan mencegah kehamilan

27
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk peningkatan mutu Ruang ICVCU maka Ruang ICVCU memfasilitasi


pasien yang dirawat untuk mendapatkan berbagai jenis pelayanan.

Alur Pelaporan Mutu


Adapun pelaporan mutu pelayanan diruangan seperti :
1. Pelaporan pemasangan tindakan invasif
2. Pelaporan monitoring mutu keperawatan
3. Pelaporan mutu patient safety rawat inap
4. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
5. Kegiatan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien ditulis pada
catatan yang sudah tersedia setiap harinya
6. Monitoring tindakan invasif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan
didokumentasikan
7. Monitoring mutu keperawatan dan pastien safety dicatat 1x24 jam dan
dilaporkan ke bagian mutu pelayanan
8. Setiap shift jaga melakukan pelaporan dan serah terima pasien

28
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman pelayanan Ruang ICVCU RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini disusun sebagai alat bantu dalam
memberikan pelayanan bermutu dan sebagai acuan dalam menjalankan proses
pelayanan ICVCU dengan tujuan meningkatkan mutu dan keselamatan pasien
serta keselamatan kerja tenaga kesehatan baik medis maupun nonmedis.
Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu, panduan akan ditinjau
kembali sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi baik Akreditasi
Nasional maupun standar Internasional. Upaya terus menerus untuk mengacu
pada standar pelayanan terbaik adalah harapan dari para konsumen kesehatan.
Melalui pelayanan prima diharapkan kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan dan
dapat berperan produktif pada bangsa dan Negara.

29

Anda mungkin juga menyukai