Anda di halaman 1dari 34

DIKLAT RS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ACUTE LIMB ISCHEMIA


(ALI) KELAS IIB RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA JAKARTA

STUDI KASUS
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1. Hervin Ardiansah
2. Asmoro Diah Andini
3.Muhammad Utbah Alfaresi
4. Saputro Mukti Wicaksono
5.Tsanya Yusniar

DIVISI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PROGRAM PELATIHAN KEPERAWATAN KARDIOVASKULER
TINGKAT DASAR (PKKvTD) ANGKATAN II
RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA
2021
DIKLAT RS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ACUTE LIMB ISCHEMIA
(ALI) KELAS IIB RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA JAKARTA

STUDI KASUS
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. Hervin Ardiansah
2. Asmoro Diah Andini
3.Muhammad Utbah Alfaresi
4. Saputro Mukti Wicaksono
5.Tsanya Yusniar

DIVISI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PROGRAM PELATIHAN KEPERAWATAN KARDIOVASKULER
TINGKAT DASAR (PKKvTD) ANGKATAN II
RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Studi Kasus ini diajukan oleh kelompok V dengan anggota sebagai beikut:

1. Hervin Ardiansah
2. Asmoro Diah Andini
3. Muhammad Utbah Alfaresi
4. Saputro Mukti Wicaksono
5.Tsanya Yusniar
Program Pelatihan Kardiovaskular Tingkat Dasar Angkatan II Tahun 2021

Judu Studi Kasus:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ACUTE LIMB ISCHEMIA


(ALI) KELAS IIB RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA JAKARTA

PEMBIMBING:

Ns. Rambu Inanda Dwihasti, S. Kep (........................................


)

PENGUJI:

Ns. Siti Noorwidiastuti, S.Kep, Sp.KV. (........................................


)

Ns. Tandang susanto, S.Kep, M.Kep. (........................................


)

Ditetapkan di: Jakarta, November 2021


\

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Tugas Studi Kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Acute Limb Ischemia (ALI) Kelas IIb di
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta”.
Penulisan Tugas Studi Kasus ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas
sebagai peserta Pelatihan Keperawatan Kardiologi Tingkat Dasar di Rumah Sakit
Jantung Pusat Nasional Harapan Kita. Penulisan Tugas ini tidak terlepas dari
dukungan dan bimbingan dari banyak pihak. Dalam kesempatan ini, kelompok
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Rambu Inanda Dwihasti, S. Kep selaku pembimbing makalah.
2. Ns. Siti Noorwidiastuti, S.Kep, Sp.KV selaku Penguji I dalam seminar
tugas akhir ini.
3. Ns. Tandang susanto, S.Kep, M.Kep.Pd selaku Penguji II dalam seminar
tugas akhir ini.
4. Seluruh staf pengajar diklat yang telah memberikan ilmu dan bimbingan
selama kami mengikuti pelatihan.
5. Teman-teman peserta Kardiologi Dasar angkatan II tahun 2021 yang telah
bersama-sama dalam suka dan duka selama mengikuti pelatihan ini.
Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini belum
sempurna dan masih ada kekurangan. Kelompok mengharapkan kritik dan saran
untuk menjadikan penulisan tugas akhir ini menjadi lebih baik. Atas perhatian
yang diberikan, kelompok mengucapkan terima kasih.

Jakarta, November 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................
1.2 TUJUAN STUDI KASUS........................................................................
1.3 MANFAAT STUDI KASUS...................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN.........................................................................................
2.2 PENYEBAB.............................................................................................
2.3 FAKTOR RESIKO...................................................................................
2.4 PATOFISIOLOGI....................................................................................
2.5 TANDA DAN GEJALA..........................................................................
2.6 KLASIFIKASI.........................................................................................
2.7 KOMPLIKASI.........................................................................................
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................
2.9 PENATALAKSANAAN.........................................................................
2.10 ASKEP ALI............................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN.........................................................................................
3.2 ANALISA DATA....................................................................................
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN..............................................................
3.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN..............................................
3.5 IMPLEMANTASI DAN RESPON..........................................................
3.9 EVALUASI..............................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................
BAB V PENUTUP................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dan berfungsi sebagai sistem
transportasi tubuh. Pembuluh darah berperan dalam membawa dan
mendistribusikan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan
tubuh akan oksigen dan nutrisi, pembuangan zat sisa, dan hormon. Pembuluh
darah di sistem sirkulasi manusia dapat dibedakan menjadi pembuluh darah arteri,
vena, dan kapiler. Pembuluh darah tersebut bekerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Apabila ada sumbatan maka akan menyebabkan kerja dari
pembuluh darah tersebut terganggu dan menimbulkan suatu penyakit.
Menurut Husin, dkk (2013) proses penyakit vaskular dapat menyerang baik
arteri maupun vena yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
Walaupun proses aterosklerosis dengan penebalan atau pengerasan dinding
pembuluh darah arteri dapat terjadi pada setiap pembuluh darah, namun
manifestasi gejala klinik aterosklerosis dapat berbeda-beda tergantung lokasi
sirkulasi yang terkena. Salah satu penyakit yang menyerang arteri adalah iskemia
tungkai akut atau Acute Limb Iskhemia (ALI). Iskemik tungkai akut ini sangat
berbahaya karena apabila tidak mendapat penanganan secara dini akan
menimbulkan komplikasi seperti gangren sehingga harus dilakukan amputasi.
Menurut Lin (2007) Acute Limb Ischemia (ALI) didefinisikan sebagai suatu
penurunan perfusi mendadak di ekstremitas yang mengancam kelangsungan
hidup (viabilitas) dari ekstremitas tersebut. Onset cepat iskemik ekstremitas
diakibatkan oleh penghentian mendadak suplai darah dan nutrisi untuk
metabolisme jaringan aktif ekstremitas termasuk kulit,otot dan saraf. Dikatakan
akut bila onsetnya kurang dari 14 hari.
Gejala ALI dapat digambarkan dengan 6P yakni : Pain, Pallor, Parasthesia,
Paralysis, Pulseless, Poikilothermia. Menurut Ouriel (2013) penyebab ALI yaitu
trombosis arteri ekstremitas, emboli dari jantung atau penyakit arteri, pembedahan
dan trauma. Akut trombosis pada arteri ekstremitas sering terjadi di tempat plak
aterosklerosis dan trombosis dapat juga terjadi di aneurisma arterial. Fenomena
ALI yang terjadi di lingkungan masyarakat terutama yang dapat diidentifikasi di
rumah sakit Amerika belum banyak diketahui. Pada populasi umum insiden ALI
terjadi pada 150 orang dari 10000 orang penduduk per tahun . Angka kematian
dan komplikasi pada pasien Acute Limb Ischemia (ALI) mencapai 60%.
Walaupun dilakukan revaskularisasi segera dengan agen trombolitik atau
pembedahan, amputasi terjadi pada 10-15% pasien rawat rumah sakit dan
mayoritas amputasinya di atas lutut dan kira-kira 15-20% pasien meninggal
setelah satu tahun terkena penyakit ALI dan sering bersamaan dengan penyakit
medis yang mempredisposisi ALI (Shammas, 2007).
Kejadian iskemia tungkai akut yaitu 10 per 100.000 per tahun, dengan rata-
rata usia 76,3±11,9 tahun dan 52,7% terjadi pada laki-laki. Riwayat penyakit
pembuluh darah sebelumnya: coronary artery disease (29%); gagal jantung
(19,4%); stroke/TIA (26,9%); peripheral arterial disease (41,9%). Faktor risiko
terjadinya PAD antara lain merokok (68,8%); hipertensi (69,2%); diabetes
melitus (12,9%); dan hiperlipidemia (35,5%) ( Gunawan, Isnanta, Syafri, &
Hasan, 2017).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan ini adalah mengetahui Asuhan Keperawatan
pada pasien yang mengalami Acute Limb ischemic dengan Nyeri akut
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan Pengkajian pada Acute Limb ischemic dengan Nyeri Akut.
2. Menetapkan diagnose pada Acute Limb ischemic dengan Nyeri Akut.
3. Menyusun rencana keperawatan pada Acute Limb ischemic dengan Nyeri
Akut.
4. Melakukan tindakan Keperawatan pada Acute Limb ischemic dengan Nyeri
Akut.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Acute Limb ischemic dengan Nyeri
Akut.
1.3 Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
bagi para petugas kesehatan, khususnya para perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan ALI sehingga intervensi keperawatan yang
dilakukan dapat lebih optimal. Selanjutnya, hasil penulisan ini juga diharapkan
mampu memberikan pengetahuan bagi para peserta pendidikan, dokter, serta
tenaga kesehatan lain mengenai penyakit ALI.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Society Consensus for the Management of Peripheral Arterial
Disease (TASC II) tahun 2007 ALI didefinisikan sebagai penurunan tiba-tiba
perfusi di ekstremitas yang menyebabkan ancaman potensial terhadap
kelangsungan hidup (viabilitas) jaringan waktu kurang dari dua minggu.
Iskemia tungkai akut didefinisikan sebagai penurunan perfusi tungkai yang
terjadi <14 hari yang mengancam jiwa dan/atau tungkai ( Gunawan, Isnanta,
Syafri, & Hasan, 2017).
ALI merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan aliran darah ke
ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan pada kemampuan
pergerakan,rasa nyeri atau tanda-tanda iskemik berat dalam jangka waktu 2
minggu dan umumnya ALI di sebabkan oleh oklusi akut atau adanya
arteroskeloris.(IA-khaffaf 2005).
ALI adalah terjadinya penurunan mendadak perfusi tungkai yang biasa
diakibatkan oleh trombus atau emboli.( Indonesian Journal Chest & Critical
Care Medicine, Vol.4 No.2 April_Juni 2017).
ALI adalah penurunan perfusi tungkai atau lengan secara mendadak yang
dapat menimbulkan ancaman kehidupannya (PERKI, 2016)

2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang bertugas untuk
menyampaikan nutrisi (seperti asam amino dan elektrolit), hormon, sel darah dan
lainnya dari dan menuju sel-sel tubuh manusia, yang bertujuan untuk menjaga
keseimbangan homeostasis tubuh. Sistem ini terdiri atas organ jantung dan
pembuluh-pembuluh darah. Jantung merupakan organ yang terdiri dari empat
ruangan, yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri.
Darah yang rendah kandungan oksigen dan tinggi CO2 yang berasal dari
sirkulasi sistemik dihantarkan melalui vena kava superior dan inferior menuju
atrium kanan masuk ke ventrikel kanan lalu dihantarkan melalui arteri pulmonalis
menuju ke paru untuk dioksigenasi kembali. Selanjutnya darah yang telah kaya
akan oksigen akan masuk melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri, lalu masuk
ke ventrikel kiri untuk dihantarkan menuju sirkulasi sistemik melalui pembuluh
aorta, demikian seterusnya.

2.2.1 Pembuluh Darah


Secara umum, pembuluh darah yang ada di dalam tubuh dapat dibagi menjadi:
pembuluh yang membawa darah menjauhi jantung (arteri) dan menuju jantung
(vena).
1. Arteri
bilik jantung yang memiliki dinding tebal dan kaku. Pembuluh darah arteri
terdiri dari dua jenis, yaitu pembuluh aorta dan pembuluh pulmonalis.
2. Vena
Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali ke
jantung (atrium kanan), kecuali vena pulmonalis yang berasal dari paru
menuju atrium kiri. Semua venavena sistemik akan bermuara pada vena cava
superior dan vena cava inferior. Vena mengandung banyak darah kaya karbon
dioksida, kecuali vena pulmonalis mengandung banyak oksigen. Vena
merupakan pembuluh berdinding lebih tipis, kurang elastis, dan lubang
pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh ini mempunyai beberapa
katup untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah.
3. Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai perpanjangan
arteri dan vena. Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel sehingga cairan
tubuh zat-zat terlarut dapat keluar masuk melalui dinding selnya. Selain itu,
juga pertukaran oksigen, karbondioksida, zat-zat makanan, serta hasil-hasil
ekskresi dengan jaringan yang ada disekeliling kapiler.
Beberapa pembuluh darah kapiler mempunyai lubang berukuran sempit
sehingga sel darah dapat rusak jika melewatinya. Diameter pembuluh darah
inidapat berubah-ubah. kapiler dapat menyempit karena pengaruh temperatur
lingkungan yang rendah dan membesar bila ada pengaruh temperatur
lingkungan yang tinggi sertabahan kimia, sererti bahan histamin. Meskipun
ukuran arteriole dan kapiler lebih kecil dibandingkan dengan arteri dan vena,
tetapi jumlah volume darah secara keseluruhan lebih besar di areriole dan
kapiler. Volume darah di dalam kapiler 800 kali volume darah di dalam arteri
dan vena.
4. Lapisan Pembuluh Darah
Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima, tunika
media,tunika adventitia:
1) Tunika Intima adalah lapisan pembuluh darah paling dalam yang bersentuhan
langsung dengan darah terdiri dari sel-sel endotel.
2) Tunika Media adalah lapisan pemuluh darah tengah yang terdiri dari otot
polos dan jaringan elastis.
3) Tunika Adventitia adalah lapisan pembuluh darah paling luar berupa jaringan
kolagen dan elastis. Lapisan ini berfungsi melindungi dan menguatkan
pembuluh darah dengan jaringan sekitarnya.

2.3 Anatomi Pembuluh Darah Ekstrimitas


Aorta abdominalis bercabang dua menjadi arteri iliaka komunis, ke-dua arteri
ini masing-masing kemudian akan mempercabangkan arteri iliaka interna yang
akan memperdarahi daerah panggul dan arteri iliaca eksterna. Setelah arteri iliaka
eksterna melewati ligamentum inguinal, akan diteruskan menjadi arteri femoralis,
salah satu cabang arteri femoralis adalah arteri profunda femoris. Setelah
melewati canalis addutorius Hunteri, memasuki dan sepanjang fossa poplitea,
arteri femoralis beralih nama menjadi arteri poplitea. Kemudian arteri ini akan
bercabang menjadi arteri tibialis anterior yang akan diteruskan sebagai arteri
dorsalis pedis; arteri tibialis posterior dan arteri peronealis ( Gunawan, Isnanta,
Syafri, & Hasan, 2017).

2.4. Etiologi
ALI timbul dari obstruksi mendadak dalam aliran arteri yang menuju ke
ekstremitas yang disebabkan karena emboli atau trombosis yang berasal dari
jantung atau dari luar jantung. ini adalah beberapa kemungkinan penyebab dari
ALI:
1. Trombosis (terbentuknya trombus)
Faktor predisposisi terjadi trombosis adalah dehidrasi, hipotensi, malignant,
polisitemia, ataupun status prototrombik inheritan, trauma vaskuler, injuri
Iatrogenik, trombosis pasca pemasangan bypass graft, trauma vaskuler.
Gambaran klinis terjadinya trombosis adalah riwayat nyeri hilang timbul
sebelumnya, tidak ada sumber terjadinya emboli dan menurunnya (tidak ada)
nadi perifer pada tungkai bagian distal.
2. Emboli (benda asing yang tersangkut di suatu tempat dalamsirkulasi darah)
Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi, miokard
infark dan CHF (Congestive Heart Failure). Kasus lainnya yang juga
berakibat timbulnya emboli adalah katup prostetik, vegetasi katup akibat
peradangan pada endokardium, paradoksikal emboli (pada kasus DVT) dan
atrial myxoma (tumor jinak jantung). Aneurisma aorta merupakan penyebab
dari sekitar 10% keseluruhan kasus yang ada, terjadi pada pembuluh darah
yang sehat.
2.5 Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda patognomonik iskemik tungkai akut menurut (Fauzan,
Saputra, & Mahmudah, 2018) diantaranya:
1. Pain/ Nyeri
Sensasi yang muncul akibat terhentinya aliran darah membawa oksigen ke
jaringan secara tiba tiba sehingga terjadi iskemia jaringan, iskemia jaringan
mengaktivasi sistem peradangan, salah satunya prostaglandin. Prostaglandin
memberikan sinyal ke otak sehingga nocireseptor di syaraf tepi teraktivasi
lebih peka untuk merangsang nyeri.
2. Pulselessnes (denyut nadi menurun atau bahkan tidak teraba)
Terjadi karena tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung tidak mampu
mencapai daerah distal karena adanya oklusi pembuluh darah arteri.
3. Pallor (pucat)
Permukaan kulit pada area distal ekstremitas yang mengalami oklusi tidak
mendapatkan asupan sel darah merah yang memberikan kesan warna merah
pada daerah tersebut sehingga akan tampak pucat.
4. Paresthesia (ketiakmampuan untuk merasakan sentuhan )
Parestesia timbul karena sel saraf daerah yang mengalami oklusi tidak
mendapatkan suplai darah sehingga mengalami kematian.
5. Paralysis (kehilangan fungsi motoric)
Sel saraf dan otot pada daerah yang mengalami oklusi mengalami kematian
karena tidak mendapatkan suplai darah yang cukup.
6. Polkilothermia (ekstrimitas teraba dingin)
Dikarenakan pada area yang mengalami oklusi tidak terjadi proses
metabolisme yang menghasilkan energi panas sehingga area tersebut akan
mengalami penurunan suhu
2.6 Patofisiologi
2.7 Klasifikasi
Menurut ( Gunawan, Isnanta, Syafri, & Hasan, 2017), klasifikasi ALI dapat
dibagi sebagai berikut:
Sedangkan menurut (Fauzan, Saputra, & Mahmudah, 2018) klasifikasi lain
yang pada kasus ALI adalah sebagai berikut:

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Untuk menegakkan diagnosis pada kasus acute limb ischemic ada bebrpa
Teknik pemriksaan baik yang dapat diukur langsung aaupun dengan bantuan
teknologi. Adapun beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan tanpa mengunakan
alat adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan ABI (ancle brachials index)
Pemeriksaan ini sudah menjadi standar untuk diagnosis awal PAP.6 Sering kali
PAP tidak ada keluhanklasik klaudikasio. Hal tersebut bisa terjadi karena
penyempitan terbentuk perlahan dan sudah terbentuk kolateral dan untuk
mengetahuinya diperlukan pemeriksaan sistem vaskuler perifer, pengukuran
tekanan darah segmental (pada setiap ekstremitas), pemeriksaan ultrasonografi
(USG) Doppler vasku ler dan pemeriksaan ABI pada setiap pasien yang
berisiko PAP. Selain itu juga dapat diperiksa rekaman volume nadi secara
digital, oksimetri transkutan, stress test dengan menggunakan treadmill, dan tes
hiperemia reaktif. Jika pada pemeriksaan tersebut ditemukan tanda PAP, aliran
atau volume darah akan berkurang ke kaki, sehingga gambaran velocity
Doppler menjadi datar, dari USG duplex dapat ditemukan lesi penyempitan
pada arteri atau graft bypass.
Teknik pengukuran ABI dilakukan dengan memasang manset di atas
pergelangan kaki, kemudian dilakukan penilaian tekanan sistolik di arteri
tibialis posterior dan dorsalis pedis kedua tungkai. Manset kemudian
dipindahkan ke lengan atas dan dilakukan penilaian sistolik pada kedua lengan.
Pada keadaan normal, tekanan sistolik di semua ekstremitas sama. Tekanan
pada pergelangan kaki sedikit lebih tinggi dibandingkan lengan. Jika terjadi
stenosis yang signifikan tekanan darah sistolik di kaki akan menurun ( Putra &
Jayadi, 2014).
Kemudian dilakukan penilaian perbandingan tekanan arteri pergelangan kaki
dan tangan. Adapun penilaian hasil intepretasi dari penilaian ABI adalah
sebagai berikut:

2. Teknik penilaian dengan menggunakan scoring


Menurut (Beckman & Creager, 2 0 1 4), Teknik lain yang dapat digunakan
untuk menegakan diganosa acute limb ischemic adalah dengan melakukan
penilaian melalui peeriksaan fisik yang telah dilakukan . Adapun cara
penilaian dengan metode scoring ini adalah sebagai berikut:
3. Teknik questioner
Selaiin dengan pengukuran mengunakan ABI dan scoring, Teknik lain yang
dapt digunakan adalah dengan menggunakan metode quisioner. Kuesioner
Edinburgh adalah metode standar untuk mengetahui adanya klaudikasio
intermiten yang terdiri dari 6 pertanyaan. Pertanyaan tersebut adalag sebagai
berikut:
1. Pertanyaan pertama menilai ada tidaknya nyeri saat berjalan
2. Pertanyaan kedua menilai adanya nyeri saat berdiri atau duduk,
3. Pertanyaan ketiga menilai apakah nyeri timbul saat berjalan menanjak,
4. Pertanyaan keempat menilai timbulnya nyeri saat berjalan di tempat datar,
5. Pertanyaan kelima menilai lamanya nyeri
6. Pertanyaan keenam bertujuan untuk menilai lokalisasi nyeri ( Fauzan,
Saputra, & Mahmudah, 2018).
Sedangkan pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnose Acute Limb Ischemic menurut ( Putra & Jayadi, 2014) adalah sebagai
berikut :
1. USG Doppler
digunakan untuk menilai patensi arteri aortoiliaka, femoralis dan tibialis

2. Magnetic resonance angiography (MRA)


memberikan gambaran rinci anatomi pembuluh dari aorta sampai arkus
plantar pedis yang sulit dinilai dengan USG.
3. Computed Tomography Angiography (CTA)
digunakan sebagai salah satu alat diagnostik arteri perifer
4. Angiografi kontras konvensional atau arte- riografi diagnostic
merupakan standar emas, walaupun pemeriksaan ini termasuk invasif.
Pemeriksaan ini dapat menilai dengan rinci jaringan pembuluh darah distal
sampai arkus plantar pedis. Angiografi invasive ini dilakukan pada pasien
yang akan dilakukan revaskularisasi dimana hasil angiografi tidak invasive
meragukan
5. Echocardiography
Dilakukan untuk mencari sumber thrombosis atau emboli
6. Rontgen thorax
Mengetahui adanya emboli atau benda asing di dalam jantung yang nantinya
akan masuk ke system sirkulasi.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Uji laboratorium harus diperlukan untuk menilai fungsi ginjal, hematologi
awal, profil koagulasi serta bukti hiperkalemia dan asidosis. Koreksi ketidak
seimbangan elektrolit yang mendasari dan antikoagulan sistemik harus
dilanjutkan bersamaan dengan pemeriksaan lainnya
8. Pemeriksaan EKG
Mengetahui kelainan pada irama jantung contohnya Atrial Fibrilasi.
2.9 Komplikasi
Menurut Sosiety Consensus For The Management Of Peripheral Atrial
Disease (TASC II . (2007), komplikasi yang sering muncul pada pasien dengan
ALI adalah sebagai berikut:
1. Hiperkalemia (pada daerah oklusi)
2. Nekrose jaringan, terjadi karena suplai oksigen ke jaringan berhenti.
3. Perdarahan termasuk didalamnya stroke hemoragic, perdarahan gusi,
hematemesis melena.
4. Sepsis
2.10 Tatalaksana
Penatalaksanaan pada pasien dengan iskemik tungkai akut bertujuan untuk
menurunkan risiko kardiovaskuler, meningkatkan fungsi ekstremitas, mencegah
progresifitas menjadi iskemia berat dan menjaga viabilitas ekstremitas (Fauzan,
Saputra, & Mahmudah, 2018). Adapun tatalaksana pada kausu ALI adalah sebagai
berikut:
1. Penatalaksanaan Awal
1) Pertahankan posisi kaki atau tangan yang terkena ALI sedikit lebih rendah
dari jantung
2) Hindari penekanan (pengurutan atau Ankle Brachial Index)
3) Hindari temperatur yang ekstrim
4) Kolaborasi dengan dokter pemberian therapy antianalgetik dan antikoagulan
2. Penatalaksanaan Lanjutan
Penatalaksanaan (manajemen) pada keadaan iskemik tungkai akut adalah
tindakan revascularisasi. Pilihan dan timing revaskularisasi sangat tergantung
pada penilian klinis tingkat iskemia tungkai. (tergantung Stadium ALI pada saat
datang di pelayanan kesehatan). Adapun tatalkasan lanjutan pada kasus ALI
adalah sebagai berikut:
1) Stadium I: PIAT (Percutaneous Intra Arterial Thrombolysis)
Dosis dan cara pemberian PIAT
a. streptokinase
Bolus streptokinase 100.000-200.000 unit / 10 menit, Dilanjutkan 100.000-
200.000 unit/jam.
b. t-PA (tissue Plasminigen Activator)
Bolus t-PA 10-20mg selama 2 jam pertama, dilajutkan dengan 3 mg / 3jam,
dilanjutkan 0,5-1 mg / jam

2) Stadium IIa : PIAT atau Trombosuction (manual/mekanikal), Percutaneous


embolectomy / bedah,
Untuk pemberian PIAT sudah dijelaskan pada stadium I. Trombosuction
adalah Pengambilan trombus dari dalam pembuluh darah untuk membebaskan
sumbatan. Trombosuction terbagi 2 yaitu manual dan mekanikal.
Trombosuction manual yaitu proses pengambilan trombus melalui kateter
yang dihubungkan dengan suction, kemudian ditarik dengan menggunakan
spuit 20 atau 50 cc tekanan negatif. Trombosuction mekanik menggunakan
mesin.
3) Stadium IIb : Percutaneous embolectomy atau embolectomy secara bedah
Tindakan operasi revascularisasi tungkai bawah umumnya adalah tindakan
embolektomi.
a. Teknik Embolectomi percutaneous (forgaty cateter)
Dengan memasukan kateter yg ujungnya terdapat balon pada pembuluh
darah arteri yang tersumbat sampai melewati trombus, kemudian balon
kateter dikembangkan bertahap sambil menarik kateter sehingga trombus
tertarik keluar lumen pembuluh darah. Prosedur diatas diulangi sampai
beberapa kali bila perlu.
b. Teknik Embolectomi secara bedah
Dilakukan cutdown tepat pada pembuluh darah yang tersumbat,
kemudian trombus ditarik secara perlahan-lahan
4) Stadium III : Amputasi
Dilakukan pada iskemik yang irreversible dengan kerusakan jaringan yang
permanen. Level amputasi ditentukan berdasarkan level pulsasi : bila pulsasi
teraba di arteri poplitea diamputasi dibawah lutut, dan bila pulsasi tidak teraba
di arteri poplitea maka diamputasi diatas lutut (TASC, 2007).

Algoritma tatalaksana ALI


2.11 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Untuk mengetahui apakah gejala yang timbul adalah ALI atau bukan,
mengetahui onset waktu terjadinya dan termasuk severitas ALI dan
penyebabnya. Serta pengkajian riwayat penyakit dalam pengkajiannya
berfokus kepada tanda dan gejala ALI yaitu “6 P”.
1) Keluhan Utama
Alasan pasien masuk atau datang kepelayanan kesehatan (difokuskan
dalam tanda dan gejala ALI: 6 P)
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian hanya berfokus dalam penyakit yang diderita sekarang, mulai
dari kapan mulai terjadi, lokasi, tanda dan gejala, penyebab dan apakah
pasien rujukan dari rumah sakit lain.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit dahulu juga berfokus kepada tanda dan gejala ALI,
contoh: menanyakan apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki
sebelumnya (riwayat klaudikasio).
Adakah masalah pada sirkulasi yang buruk pada masa lalu?
Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit jantung?
Apakah pasien memiliki riwayat penyakit yang serius dan memiliki faktor
resiko.
4) Pemeriksaan Fisik
Berfokus mengkaji pulsasi, warna, temperatur, fungsi sensorik dan fungsi
motoric.
5) Pemeriksaan Penunjang
a. Doppler vascular
b. Arteriografi
c. Rontgen Thorax
d. MSCT (Multi Slice Computed Tomography)
e. Echokardiografi
f. EKG
g. Pemeriksaan laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Nanda (2015) dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan
yang dapat ditemukan pada kasus ALI diantaranya:
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen kejaringan perifer
2) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penurunan sirkulasi
arteri dan oksigenasi jaringan
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
akibat penurunan suplai oksigen ke jaringan yang mengakibatkan paralisis
4) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan
program pengobatan
5) Resiko perdarahan berhubungan dengan pemberian antikoagulan (heparin)
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan pada ALI yang disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan Nanda, NIC, NOC (2015) yang muncul diantarany:

Standart Diagnosis Standart Luaran Standart Intervensi


Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
Nyeri Akut Setelah dilakukan
Definisi: Pengalaman Tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
sensorik atau emosional selama ….x24 jam (I.08238)
yang berkaitan dengan diharapkan nyeri Observasi
kerusakan jaringan aktual berkurang dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi,
atau fungsional, dengan hasil sebagai berikut: karakteristik, durasi,
onset mendadak atau lamat Tingkat nyeri frekuensi, kualitas,
dan berintensitas ringan 1. Mampu untuk intensitas nyeri
hingga berat yang melakukan 2. Identifikasi skala
berlangsung kurang 3 aktifitas fisik nyeri Identifikasi
bulan.  2. Keluhan nyeri respons nyeri non
menurun verbal
Penyebab Agen pencedera 3. Gelisah menurun 3. Identifikasi faktor
fisiologis (mis. infarmasi, 4. Ekpresi wajah yang memperberat
lakemia, neoplasma) Agen tenang/rilkes dan memperingan
pencedera kimiawi (mis. 5. Pola napas dalam nyeri Identifikasi
terbakar, bahan kimia batas normal pengetahuan dan
iritan) Agen pencedera 6. Tekanan darah keyakinan tentang
fisik (mis.abses, amputasi, dalam batas nyeri
terbakar, terpotong, normal 4. Identifikasi
mengangkat berat, kontrol nyeri pengaruh budaya
prosedur operasi, trauma, 1. Mampu terhadap respons
latihan fisik berlebihan)   menggunakan nyeri
Teknik non 5. Identifikasi
Gejala dan Tanda Mayor farmakologi dalam pengaruh nyeri pada
Subjektif (tidak tersedia) pengonyrolan kualitas hidup
Objektif nyeri 6. Monitor
Tampak meringis Bersikap keberhasilan terapi
protektif (mis. waspada, komplementer yang
posisi menghindari nyeri) sudah diberikan
Gelisah 7. Monitor efek
Frekuensi nadi meningkat samping
Sulit tidur   penggunaan
Tekanan darah meningkat analgetik
pola napas berubah nafsu
makan berubah proses Terapeutik
berpikir terganggu 1. Berikan teknik
Menarik diri nonfarmakologis
Berfokus pada diri sendiri untuk mengurangi
Diaforesis rasa nyeri (mis.
Kondi Klinis Terkait TENS, hypnosis,
Kondisi pembedahan akupresur, terapi
Cedera traumatis Infeksi music, biofeedback,
Sindrom koroner akut  terapi pijat,
aromaterapi teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/
dingin, terapi
bermain)

2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat
dan tidur
4. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periodde, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaboratif
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi


Efektif. tindakan keperawatan (I.02079)
Definisi: Penurunan selama ….x24 jam Observasi
sirkulasi darah pada level diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer
kapiler yang dapat dapat Kembali adekuat (mis.nadi perifer,
mengganggu metabolisme dengan kiriteria hasil edema, pengisian
tubuh. sebagai berikut : kapiler, warna, suhu,
Perfusi perifer ankle-brachial index)
Penyebab: 1. Denyut nadi perifer 2. Identifikasi faktor
1. Hiperglikemia meningkat risiko gangguan
2. Penurunan 2. Dapat merasakan sirkulasi (mis. diabetes,
konsentrasi gemoglobin sensasi/ rangsangan perokok, orang tua,
3. Peningkatan 3. Tidak ada paratesia hipertensi dan kadar
tekanan darah 4. Kelemahan otot kolestrol tinggi)
4. Kekurangan menurun 3. Monitor panas,
volume cairan 5. Tidak terjadinya kemerahan, nyeri, atau
5. Penurunan aliran nekoris bengkak pada
arteri dan / atau vena ekstremitas
6. Kurang terpapar
informasi tentang faktor Terapiutik
pemberat (mis. 1. hindari pemasangan
merokok, gaya hidup infus atau pengambilan
monoton, trauma, darah pada area dengan
obesitas, asupan garam , keterbatasan perfusi
imobilitas) 2. hindari pngukuran
7. Kurang terpapar darah pada ekstremitas
informasi tentang dengan keterbatasan
proses penyakit (mis. perfusi
diabetes melittus, 3. hindari penekanan dan
hiperlipidemia) pemasangan tourniquet
8. Kurang aktivitas pada area yang cidera
fisik. 4. lakukan pencegahan
Gejala dan Tanda Mayor infeksi
Subjektif : (Tidak 5. lakukan perawatan kaki
tersedia). dan kuku
Gejala dan Tanda Mayor – 6. lakukan hidrasi
Objektif : Edukasi
1. Pengisian kapiler 1. Anjurkan berhenti
>3 detik. merokok
2. Nadi perifer 2. Anjurkan berolahraga
menurun atau tidak rutin
teraba. 3. Anjurkan mengecek
3. Akral teraba air mandi untuk
dingin. menghindari kulit
4. Warga kulit pucat. terbakar
5. Turgor kulit 4. Anjurkan
menurun menggunakan obat
Gejala dan Tanda Minor – penurun tekanan
Subjektif : darah, antioagulan,
1. Parastesia. dan penurun kolestrol,
2. Nyeri ekstremitas jika perlu
(klaudikasi intermiten). 5. Anjurkan minum obat
  pengontrol tekanan
Gejala dan Tanda Minor – darah secara teratur
Objektif: 6. Anjurkan
1. Edema. menghindari
2. Penyembuhan luka penguanaan obat
lambat. penyekat beta
3. Indeks ankle- 7. Anjurkan melakukan
brachial < 0,90. perawatan kulit yang
4. Bruit femoral. tepat (mis.
Kondisi Klinis Terkait. melembabkan kulit
1. Tromboflebitis. kering pada kaki)
2. Diabetes melitus.
3. Anemia. 8. Anjurkan program
4. Gagal Jantung rehabilitasi vaskuler
kongenital. 9. Anjurkan program
5. Kelainan jantung diet untuk
kongenital/ memperbaiki irkulasi
6. Thrombosis arteri. (mis. rendah lemak,
7. Varises. minyak ikan omega 3)
8. Trombosis vena 10. Informasikan tanda
dalam. dan gejala darurat
9. Sindrom yang harus dilaporkan
kompartemen. (mis. rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)

Manajemen Sensasi
Perifer (I.06195)
Observasi
1. Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
2. Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, protesis,
sepatu, dan pakaian
3. Periksa perbedaan
sensasi tajam atau
tumpul
4. Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
5. Pemeriksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi
dan tekstur berbeda
6. Monitor terjadianya
parestesia,jikaperlu
7. Monitor perubahan
kulit
8. Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena

Terapiutik
1. Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan (terlalu
panas atau dingin)

Edukasi
1. Anjurkan penggunaan
thermometer untuk
menguji suhu air
2. Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal
saat memasak
3. Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlu

Gangguan Mobilitas Fisik. Setelah diberikan asuhan Dukungan Ambulansi


Definisi: keperawatan selama (I.06171)
Keterbatasan dalam ………...... jam Observasi
gerakan fisik dari satu atau diharapkan 1. Identifikasi adanya
lebih ekstremitas secara Mobilitas Fisik (L.05042) nyeri atau keluhan fisik
mandiri meningkat dengan kriteria lainnya
Penyebab hasil : 2. Identifikasi toleransi
1. Kerusakan  Pergerakan ekstremitas fisik melakukan
integritas struktur meningkat ambulansi
tulang  Kekuatan otot 3. Monitor frekwensi
2. Perubahan meningkat jantung dan tekanan
metabolisme  Rentang gerak (ROM) darah sebelum memulai
3. Ketidakbugaran meningkat ambulansi
fisik  Nyeri menurun
4. Penurunan kendali  Kecemasan menurun Terapeutik
otot  Kaku sendi menurun 1. Fasilitasi aktivitas
5. Penurunan massa  Gerakan tidak ambulansi dengan alat
otot terkoordinasi menurun bantu (mis. tongkat,
6. Penurunan  Gerakan terbatas kruk)
kekuatan otot menurun 2. Fasilitasi melakukan
7. Keterlambatan  Kelemahan fisik mobilitas fisik, jika
perkembangan menurun perlu
8. Kekakuan sendi 3. Libatkan keluarga
9. Kontraktur untuk membantu pasien
10. Malnutrisi dalam meningkatkan
11. Gangguan ambulansi
muskuloskeletal Edukasi
12. Gangguan 1. Jelaskan tujuan dan
neuromuskular prosedur ambulansi
13. Indeks masa tubuh 2. Anjurkan melakukan
diatas persentil ke-75 ambulansi dini
sesuai usia 3. Ajarkan ambulansi
14. Efek agen sederhana yang harus
farmakologis dilakukan (mis.
15. Program berjalan dari tempat
pembatasan gerak tidur ke kursi roda,
16. Nyeri berjalan dari tempat
17. Kurang terpapar tidur ke kamar mandi,
informasi tentang berjalan sesuai
aktivitas fisik toleransi)
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan
melakukan pergerakan Dukungan Mobilisasi
21. Gangguan (I.05173)
sensoripersepsi Observasi
1. Identifikasi adanya
Gejala dan Tanda Mayor nyeri atau keluhan fisik
Subjektif lainnya
1. Mengeluh sulit 2. Identifikasi toleransi
menggerakkan fisik melakukan
ekstremitas pergerakan
Objektif 3. Monitor frekwensi
1. Kekuatan otot jantung dan tekanan
menurun darah sebelum memulai
2. Rentang gerak mobilisasi
(ROM) menurun
Terapeutik
Gejala dan Tanda Minor 1. Fasilitasi aktivitas
Subjektif mobilisasi dengan alat
1. Nyeri saat bergerak bantu (mis. pagar
2. Enggan melakukan tempat tidur)
pergerakan 2. Fasilitasi melakukan
3. Merasa cemas saat pergerakan, jika perlu
bergerak 3. Libatkan keluarga
  untuk membantu pasien
Objektif dalam meningkatkan
1. Sendi kaku pergerakan
2. Gerakan tidak
terkoordinasi Edukasi
3. Gerakan terbatas 1. Jelaskan tujuan dan
4. Fisik lemah prosedur mobilisasi
  2. Anjurkan melakukan
Kondisi Klinis Terkait mobilisasi dini
1. Stroke 3. Ajarkan mobilisasi
2. Cedera medula sederhana yang harus
spinalis dilakukan (mis. duduk
3. Trauma di tempat tidur, duduk
4. Fraktur di didi tempat tidur,
5. Osteoarthirtis pindah dari tempat
6. Ostemalasia tidur ke kursi)
7. Keganasan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi
disusun dan ditujukan pada nursing ordersuntuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi msalah
kesehatan klien (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi
dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor keadaan pasien selama pengkajian, analisis, perencanaan dan
implementasi intervensi (Nursalam, 2008 ).

Daftar Pustaka
Beckman, J., & Creager, M. (2 0 1 4). Critical Limb Ischemia and. J A C C : CARDI
O V AS C ULAR I NT E R V E N T IONS V O L . 7 , N O . 1 2 ,.
Fauzan, I., Saputra, A., & Mahmudah, I. (2018). ACUTE LIMB ISCHEMIA : CASE
REPORT REVIEW. INational Symposium And Workshop Continuing
Medical Education XIII.
Gunawan, H., Isnanta, R., Syafri, Z., & Hasan, R. (2017). ISKEMIA TUNGKAI
AKUT. IndonesianJournal Chest & Critical Care Medicine.
Putra, A., & Jayadi, A. (2014). Efektivitas Revaskularisasi Endovaskuler pada Pasien
Penyakit Arteri Perifer Berdasarkan Nilai Ankle Brachial Index. J I Bedah
Indonesia.
Sosiety Consensus For The Management Of Peripheral Atrial Disease (TASC II.
(2007)

Anda mungkin juga menyukai