Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa masih menjadi masalah serius kesehatan mental di
Indonesia yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan
kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama
kebijakan kesehatan nasional, namun dari angka yang didapatkan dari
beberapa riset nasional menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa di
Indonesia masih banyak dan cenderung mengalami peningkatan dan hampir
sebagian yang mengalami ganggun jiwa di pasung(Susanto,2013).
Beberapa daerah di Indonesia, pasung masih digunakan sebagai alat
untuk menangani klien gangguan jiwa di rumah. Saat ini, masih banyak klien
gangguan jiwa yang didiskriminasikan haknya baik oleh keluarga maupun
masyarakat sekitar melalui pemasungan. Pemasungan penderita gangguan
jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya
yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan kedalam balok
kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung merupakan
salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk
mendapat perawatan yang memadai 2 dan sekaligus juga mengabaikan
martabat mereka sebagai manusia. Berdasarkan data yang di peroleh WHO
(World Health Organisation) bahwa 41 juta penduduk Indonesia mengalami
gangguan jiwa. Diantaranya penyalahgunaan obat (44,0%), keterbe-lakangan
mental (34,9%), disfungsi mental (16,2%) dan disintegrasi mental (5,8%). The
Indonesian Psychiatric Epidemiologic Network menyatakan bahwa di 11 kota
di Indonesia ditemu-kan 18,5% dari penduduk dewasa menderita gangguan
jiwa (The Indone-sian Psychiatric Epidemiologic Network dalam VideBeck,
2008). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim menyebutkan, di Jatim saat
ini terdapat sekitar 28.000-an dengan gangguan jiwa berat. Dari jumlah
tersebut, 471 orang dipasung keluarga. Berdasarkan data yang di peroleh
peneliti jumlah pasien pasung yang memeriksakan di poli jiwa Menur
Surabaya sekitar 10 orang. Faktor keluarga melakukan pemasungan
diantaranya untuk Mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang

1
dianggap membahayakan terhadap dirinya atau orang lain.Selain itu upaya
untuk Mencegah klien agar tidak kambuh (meninggalkan rumah, Perilaku
kekerasan, isolasi sosial). (Wardhani, Y.F., dkk. 2011).
Selain itu terdapat faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga
merupakan salah satu penyebab pasien gangguan jiwa berat hidup terpasung.
Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak
kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk
mengamankan lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan
pemasungan. Salah satu kendala ekonomi kelurga berpengaruh pada biaya
berobat yang harus di-tanggung pasien tidak hanya meliputi biaya yang
langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat, jasa konsultasi
tetapi juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan
biaya akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007).
Penyakit penyerta yang muncul akibat pemasungan umumnya terkait
kebersihan. Hampir seluruh aktivitas orang yang dipasung, termasuk buang
air, di tempat yang sama. Pola makan pun umumnya tidak sehat sehingga 3
mengurangi daya tahan tubuh, selain itu ada sedikit luka memar pada bagian
kaki. (Yud, 2014)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan


masalah yaitu: “Bagaimana Konsep Pasung Dan Upaya Pencegahan
Pemasungan di Masyarakat pada Orang Dengan Gangguan Jiwa?”
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian pasung pada orang
dengan gangguan jiwa.
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari pasung pada orang dengan
gangguan jiwa
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi pasung pada orang
dengan ganguan jiwa
4. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari pemasungan bagi
orang dengan gangguan jiwa.
5. Untuk mengetahui bagaimana terapi pasung bagi pasien dan
keluarga.

2
6. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan pasung pada pasien
gangguan jiwa

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pasung


Pasung adalah suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada
tangan dan/atau kaki seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan pada suatu
tempat tersendiri di dalam rumah ataupun di hutan. Pemasungan bisa
diartikan sebagai segala tindakan yang dapat mengakibatkan kehilangan
kebebasan seseorang akibat tindakan pengikatan dan pengekangan fisik
walaupun telah ada larangan terhadap pemasungan. Banyak alasan
mengapa keluarga harus memasung, antara lain mengganggu orang lain
atau tetangga, membahayakan dirinya sendiri, jauhnya akses pelayanan
kesehatan, tidak ada biaya, ketidakpahaman keluarga dan masyarakat
tentang gangguan jiwa.
2.2 Etiologi/Alasan Pasung
Faktor keluarga melakukan pemasungan diantaranya untuk
mencegah klien melakukan tindak kekerasan yang dianggap
membahayakan terhadap dirinya atau orang lain. Selain itu upaya untuk
mencegah klien agar tidak kambuh (meninggalkan rumah, perilaku
kekerasan, isolasi sosial). Terdapat faktor kemiskinan dan rendahnya
pendidikan keluarga merupakan salah satu penyebab pasien gangguan jiwa
berat hidup terpasung. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak
keluarga, penyakit yang tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya
pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan lingkungan
merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan. Salah satu kendala
ekonomi kelurga berpengaruh pada biaya berobat yang harus ditanggung
pasien tidak hanya meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan
pelayanan medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya 5
spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya
akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007).
Alasan lain adalah masih belum memadainya kualitas pengobatan
dan pelayanan penderita gangguan jiwa akibat prioritas yang rendah di
negara low middle income seperti Indonesia (Maramis et al., 2011).
Kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau
serta aman juga merupakan masalah-masalah yang dihadapi negara-negara

4
dengan penghasilan rendah sampai sedang. Kondisi-kondisi ini
menimbulkan pelanggaran hak asasi, kekerasan serta perlakuan buruk
lainnya akibat kondisi mental emosional pasien yang tidak stabil.
Penyebab lainnya adalah sangat rendahnya sumber daya manusia yang
terlatih spesialis dan non spesialis misalnya perawat, konselor termasuk
pengasuh pasien. Para sumber daya tenaga ini minim mendapatkan
informasi dan pelatihan (Kakuma, et al., 2011).
2.3 Jenis/Klasifikasi Pasung
Setidaknya, terdapat tiga jenis pemasungan yang sering kita temui,
antara lain :
1. Dirantai Penderita gangguan jiwa akan dipasangi rantai disalah
satu anggota tubuhnya seperti tangan, kaki atau bahkan tangan dan
kakinya. Pemasungan rantai ini mengakibatkan si korban tidak
akan bisa leluasa menggerakan anggota tubuhnya tersebut dengan
tujuan agar korban tidak meresahkan masyarakat sekitar.
2. Pengandangan Penderita gangguan jiwa akan ditempatkan di suatu
tempat dengan luas 2 atau 3 kali ukuran badan korban. Tujuannya
yakni untuk membatasi ruang gerak penderita gangguan jiwa
tersebut.
3. Diblok 6 Memasang sebuah balok pada satu atau kedua kaki atau
tangan penderita. Cara ini merupakan suatu cara pasung yang lebih
kejam. Penderita tidak dapat menggerakan anggota badannya itu
dengan bebas, sehingga terjadi desure atrofi yaitu pengecilan
terhadap anggota tubuh yang disebabkan karena tidak
digunakannya anggota tubuh tersebut dalam jangka waktu yang
lama dan mengakibatkan korban pemasungan tidak dapat
menggerakan sebagian tubuhnya seperti orang normal.
2.4 Dampak Pasung
Dampak secara fisik, pemasungan pun memperburuk kondisi
kejiwaan bagi korban pemasungan. Dampak pemasungan bagi penderita
gangguan jiwa dapat membuat kondisi korban memburuk dalam jangka
waktu yang panjang, meskipun pada saat dipasung korban terlihat lebih
tenang dan terkendali. Namun hal itu dapat mengakumulasi segala alam
bawah sadarnya ke arah yang lebih negatif, tindakan pemasungan ini dapat
memicu penyakit lain, karena si korbannya secara tidak sadar tidak dapat

5
melampiaskan aktifitasnya dan semakin memperburuk kondisi
kejiwaannya. Pasung pada penderita gangguan jiwa dapat berdampak baik
secara fisik maupun psikis. Dampak fisiknya bisa terjadi atropi pada
anggota tubuh yang dipasung, dampak psikisnya yaitu penderita
mengalami trauma, dendam kepada keluarga, merasa dibuang, rendah diri,
dan putus asa. Lama-lama muncul depresi dan gejala niat bunuh diri.
Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi penderita
hingga menambah beban mental dan penderitaannya. Tindakan tersebut
mengakibatkan orang yang terpasung tidak dapat menggerakkan anggota
badannya dengan bebas. Tindakan ini sering dilakukan pada seseorang
dengan gangguan jiwa bilaorang tersebut dianggap berbahaya bagi
lingkungannya atau dirinya sendiri. Korban akan merasa tertekan karena
ruang gerak yang dibatasi dengan pasung dan akan mengalami isolasi
sosial. Hal itu bisa saja diakibatkan karena masih kurangnya informasi
atau pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang tujuh bagaimana cara
menghadapi serta merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
2.5 Terapi Bagi Klien dan Keluarga Pasung
Untuk menghilangkan praktek pasung yang masih banyak terjadi di
masyarakat perlu adanya kesadaran dari keluarga yang dapat di intervensi
dengan melakukan terapi keluarga.salah satu terapi keluarga yang dapat di
lakukan adalah psikoedukasi keluarga (family psichoeducation
teherapy.terapi keluarga ini memberikan support pada anggota keluarga.
Keluarga dapat mengekspresikan beban yang di rasakan seperti masalah
keuangan, sosial dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama
untk anggota keluarganya. Family psychoeducation terapy  Family
psychoeducation terapy adalah salah satu bentuk terapi perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi
melalui komunikasi yang terpautik.program pesikoedukasi merupakan
pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatis (Stuart & Laraia,2005).
Carson (2000) menyatakan bahwa psikoedukasi merupakan suatu
alat terapi keluarga yang sangat populer sebagai suatu strategi untuk
menurunkan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan

6
gejala-gejala prilaku. Terapi ini juga dapat di berikan kepada keluarga
yang membutuhkan pembelajaran tentang mental, keluarga yang
mempunyai anggota yang sakit mental/mengalami maslah kesehatan dan
keluarga yang ingin mempertahankan kesehatan mentalnya dengan
training/latihan keterampilan.
2.6 Pencegahan Pasung
Komunikasi, informasi, edukasi oleh keluarga Peran dan
keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan perawatan pasien
gangguan jiwa sangat penting, karena peran keluarga sangat mendukung
dalam proses pemulihan penderita gangguan jiwa. Keluarga dapat
mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku anggota keluarga.
Disamping itu, keluarga mempunyai fungsi dasar seperti memberi kasih
sayang, rasa aman, rasa memiliki, dan menyiapkan peran dewasa individu
di masyarakat. Keluarga merupakan suatu sistem, maka jika terdapat
gangguan jiwa pada salah satu anggota keluarga maka dapat menyebabkan
gangguan jiwa pada anggota keluarga (Nasir & Muhith, 2011).
Program Bebas Pasung Sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan pemasungan di Indonesia, pemerintah melalui Menteri
Kesehatan RI, pada tanggal 10 Oktober 2010 telah meluncurkan program
bebas pasung yang akan di capai pada tahun 2014, tujuannya adalah untuk
mencapai masyarakat Indonesia yang bebas dari tindakan pemasungan,
terhadap orang dengan gangguan jiwa. Pada saat pencanangan program
bebas pasung, Menteri Kesehatan RI mengingatkan tentang adanya Surat
Menteri Dalam Negeri Nomor PEM.29/6/15, tertanggal 11 Nopember
1977 yang ditujukan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I di seluruh
Indonesia yang meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan
pemasungan secara fisik terhadap penderita gangguan jiwa dan
mengharapkan kepada semua instansi pemerintah untuk menumbuhkan
kesadaran masyarakat agar menyerahkan perawatan penderita ke rumah
sakit jiwa, sampai pada kondisi yang memungkinkan penderita untuk
kembali ke komunitas (Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI, 2010).
Akan tetapi, penanganan program bebas pasung sampai tahun 2014, belum
memperlihatkan hasil yang signifikan dan komprehensif, sehingga

7
Program Indonesia Bebas Pasung yang seharusnya dicapai pada tahun
2014, direvisi kembali menjadi Program Indonesia Bebas Pasung 2019
(Yud, 2014 cit. Lestari dan Wardhani, 2014).
Undang-undang/Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang
Pasung 1) UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 34 9 “Setiap
orang yang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan
atau dibuang secara sewenang-wenang”. Pasal 42 “Setiap warga negara
yang berusia lanjut, cacat fisik/cacat mental berhak mendapatkan
pendidikan pelatihan dan bantuan khusus atas biaya negara untuk
menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya,
meningkatkan rasa kepercayaan diri dan kemampuan beradaptasi dalam
kehisupan bermasyarakat”.
Pembentukan kader kesehatan jiwa Dalam pelayanan kesehatan
jiwa tidak hanya terfokus pada upaya proses penyembuhan saja, melainkan
membutuhkan pendidikan kepada keluarga dan kepada penderita
gangguan jiwa itu sendiri, oleh karena itu sangat dibutuhkan kader
kesehatan. Pendidikan kesehatan menurut Gibson (2011) adalah sebagai
proses membantu orang untuk menegaskan pengkontrolan dari faktor yang
mempengaruhi kehidupan mereka. Proses tersebut meliputi rasa tanggung
jawab individu terhadap kesehatan maupun tanggung jawab secara meluas
seperti kelembagaan, organisasi atau masyarakat untuk mengajak
bertanggung jawab terhadap kesehatan diri mereka sendiri. Kader adalah
seseorang yang memiliki keterampilan dan kemahiran atau kecakapannya
dipilih untuk bertanggung jawab berperan dalam sebuah kegiatan
masyarakat, contohnya posyandu dan kegiatan lainnya. Seorang wanita
berumur 20-40 tahun yang sudah menikah serta memenuhi syarat yang
sudah ditetapkan, bisa diangkat menjadi kader. Kader kesehatan sangat
berperan penting dalam proses kesembuhan pasien gangguan jiwa, akan
tetapi yang telihat bahwa kader kesehatan lebih fokus terhadap penyakit
jasmani dan tidak banyak yang tanggap dengan gangguan jiwa. Oleh sebab
itu perlunya dikembangkannya model Community Mental Health Nurisng
(CMHN). Peran CMHN salah satunya adalah melakukan kunjungan ke
rumah pasien yang mengalami gangguan jiwa yang telah mandiri (Keliat,

8
2010). Padahal peran kader kesehatan sangat dibutuhkan guna proses
kesembuhan pasien gangguan jiwa karena nantinya kader akan
memberikan penyuluhan kesehatan, melakukan kunjungan ke rumah
keluarga pasien yang telah mandiri dan pengawasan minum obat. Maka
perlu adanya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada kader sehingga
dapat membentuk Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (KKJK).

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Kasus
Kasus 1 Tn. Sick usia 25 tahun sejak di PHK dari pabrik tempatnya
bekerja dia menjadi suka menyendiri dan tidak mau keluar rumah. Sejak
10 hari yang lalu ia terus berteriak-teriak, membanting semua benda yang
ada di dekatnya dan berusaha memukul orang yang sedang berada di
dekatnya. Sejak kejadian itu keluarganya mengunci Tn. Sick didalam
kamar dan tidak mengijinkan orang menjenguknya.

Penjelasan :
Pasung adalah salah satu cara yang di gunakan oleh masyarakat khususnya
di daerah pedesaan yang pengetahuannya kurang, seperti yang di gunakan
oleh keluargannya Tn.sick sekarang ini untuk menghentikan tindakan

9
Tn.sick yang membahayakan orang lain. Menurut kelompok kami kurang
setuju sebab pasung sebenarnya bukan satusatunya cara untuk
menyembuhkan atau menghentikan tindakan pasien yang sering brontak
akibat mengalami gangguan jiwa. Justru pasung akan memperparah
keadaan dan kondisi pasien.
Dengan pemasungan pasien gangguan jiwa akan lebih jatuh kepada fase
yang lebih kronis dan sulit untuk dikembalikan kekeadaan yang
sebelumya. Pasien yang mengalami gangguan jiwa dan di pasung oleh
keluargannya karena menurutnya membahayakan orang lain seperti yang
di alami T.Sick sekarang ini seharusnya dirawat di rumah sakit jiwa,
dikarenakan pasien sudah melakukan kekerasan dan membahayakan orang
di sekitarnya. Kemudian di lanjutkan dengan rawat jalan (rumah) apabila
keluarga sudah benar-benar paham tentang keadaan yang di alami Tn.sick.
untuk menghilangkan praktek pasung pada keluarga Tn.sick perlu adanya
kesadaran dari pihak keluarga yang dapat di 11 intervensi dengan
melakukan terapi keluarga. Salah satu terapinya adalah psikoedukasi
keluarga (family psicoeducation) atau pemberian informasi dan edukasi
melalui komunikasi terapiutik yang bertujuan menurunkan intensitas
emosi dalam keluarga, meningkatkan pengetahuan tentang gejala
penyimpangan perilaku sehingga keluarga dapat mengerti, memahami dan
mengsupport anggota keluargannya yang mengalami gangguan sehingga
pasien dapat lebih tenang, lebih membaik tanpa di lakukannya
pemasungan. Fenomena yang terjadi saat ini, jika ada seorang anggota
keluarga yang dinyatakan sakti jiwa, maka orang sakit jiwa tersebut
diasingkan atau dipasung supaya tidak menjadi aib bagi keluarga.
Tindakan memasung ini akan berdampak buruk pada pasien, selain itu
nantinya akan sulit untuk sembuh dan dapat mengalami kekambuhan yang
sangat sering. Hal ini perlu adanya dukungan dari keluarga dalam proses
penyembuhan. Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses
penyembuhan dan perawatan pasien gangguan jiwa sangat penting, karena
peran keluarga sangat mendukung dalam proses pemulihan penderita
gangguan jiwa. Keluarga dapat mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap,
dan perilaku anggota keluarga. Disamping itu, keluarga mempunyai fungsi

10
dasar seperti memberi kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki, dan
menyiapkan peran dewasa individu di masyarakat. Keluarga merupakan
suatu sistem, maka jika terdapat gangguan jiwa pada salah satu anggota
keluarga maka dapat menyebabkan gangguan jiwa pada anggota
keluarga.Pendidikan kesehatan jiwa di dalam masyarakat harus lebih di
perhatiakn lagi.Pembentukan kader kesehatan jiwa masyarakat sangat
dibutuhkan perannya.Edukasi dan upaya promosi kesehatan jiwa di
masyarakat terutama masyarakata pedesaan maseh kurang sehingga ini
menjadi problema tersendiri bagi tenaga kesehatan .Diperlukan suatu
bentuk komunikasi, koordinas dan regulasi positif antara pasien itu
sendiri , keluarga dan kader ataupun tenaga kesehatan sehingga terjadi
sinkronasi pikiran dan tujuan menjadikan pasien dengan gangguan jiwa
menjadi pribadi yang mandiri.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pasung adalah suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada
tangan dan/atau kaki seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan pada suatu
tempat tersendiri di dalam rumah ataupun di hutan. Pemasungan bisa
diartikan sebagai segala tindakan yang dapat mengakibatkan kehilangan
kebebasan seseorang akibat tindakan pengikatan dan pengekangan fisik
walaupun telah ada larangan terhadap pemasungan. Penyebab pasung itu
adalah sangat rendahnya sumber daya manusia yang terlatih spesialis dan
non spesialis misalnya perawat, konselor termasuk pengasuh pasien. Para
sumber daya tenaga ini minim mendapatkan informasi dan pelatihan.
4.2 Saran
ODGJ dapat dicegah dan diatasi melibatkan peran aktif semua
pihak, yaitu melatih keterampilan keluarga dalam menangani ODGJ yang
mengalami masalah penyimpangan kesehatan dengan cara membawa ke
pelayanan kesehatan dan membentuk kader dari kelompok masyarakat
yang sudah dibentuk untuk penemuan kasus kejiwaan yang ada
dimasyarakat dan masyarakat dan keluarga diharapkan keluarga dapat

11
meningkatkan rasa kepedulian pada ODGJ dengan pasung dalam hal
pemenuhan kebutuhan perawatan diri ODGJ. Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan
terhadap penyembuhan pasien ganggua jiwa, menghilangkan stigma yang
negatif di masyarakat tentang penderita gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Budaya Pasung dan Dampak Yuridis Sosiologis. Jurnal. Dikutip dari


http://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/download/21/21
pada tanggal 4 Agustus 2018 pukul 13.32

Faktor yang Paling Dominan terhadap Pemasungan Orangdengan


Gangguan Jiwa di Indonesia. Jurnal. Dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publication s/20924-ID-faktor-yang-
palingdominan-terhadap-pemasungan-orang-dengan-gangguan-jiwa-
di-ind.pdf pada tanggal 4 Agustus 23.32

Kecenderungan Atau Sikap Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Terhadap


Tindakan Pasung. Jurnal. Dikutip dari http://ppnijateng.org/wp-
content /uploads/2014/09/3.-KECENDERUNGAN-ATAU-SIKAP-
KELUARGAPENDERITA-GANGGUAN-JIWA-TERHADAP-
TINDAKANPASUNG.pdf pada tanggal 4 Agustus pukul 23.38

Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan Pasung


Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Di Desa
Mancasan. Jurnal. Dikutip
darihttp://eprints.ums.ac.id/45003/28/02.%20NASKAH%20PUB
LIKASI%20Ayu.pdf pada tanggal 4 Agustus pukul 13.34

12

Anda mungkin juga menyukai