Anda di halaman 1dari 7

2.2.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1. Pengkajian.
A. Anamnesis.
Pengkajian mengenai nama, umur, dan jenis kelamin perlu dilakukan pada klien
dengan asma. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat
mungkin terdapat status atopic. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya factor
non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada.
Berdasarkan alamat tersebut, dapat diketahui pula factor yang mungkin menjadi factor
pencetus serangan asma. Status perkawinan dan gangguan emosional yang timbul pada
keluarga atau lingkungan merupakan factor pencetus serangan asma. Pekerjaan serta suku
bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui pemaparan bahan allergen. Hal ini yang perlu
dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor rekam
medis, asuransi, dan diagnosis medis. (Muttaqin, 2012)
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa baerat pada dada, dan adanya
keluhan sulit untuk bernafas. (Muttaqin, 2012)
B. Riwayat Penyakit Saat Ini.
Klien dengan serangan asma dating mencari pertolongan terutama dengan
keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala
lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan, kelelahan, gangguan kesadaran,
sianosis, dan perubahan tekanan tarah. (Muttaqin, 2012)
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium,
stadium satu ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena
iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan
pembengkan bronchus. Stadium kedua ditandai dengan batuk yang jernih dan berbusa.
Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk nafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti
bunyi bengi (whezzing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir
tempat tidur, tmapak pucat, gelisah dan warna kulit mulai membiru. Stadium tiga ditandai
dengan hapir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada batuk,
pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan menjadi meningkat
karena asfiksia. (Muttaqin, 2012)
Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang bisa diminum klien dan memeriksa
kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali. (Muttaqin,
2012)
C. Riwayat Penyakit Dahulu.
Penyakit yang pernah didetita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi
pernafasan atas, sakit tenggoraokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat
sernagan asma frekuensi, waktu dan allergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus
serangan, serta riwayat penobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.
(Muttaqin, 2012)
D. Riwata Penyakit Keluarga.
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau
penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada
penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan. (Muttaqin, 2012)
E. Pengkajian Psiko-sosio-kultural.
kecemasan dan koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien dengan asma
bronchial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme
peran dalam keluarga. (Muttaqin, 2012)
F. Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat.
Gejala asma dapat membatasi manusi untuk berperilaku hidup normal sehongga klien
dengan asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan
menimbulkan serangan asma. (Muttaqin, 2012)
G. Pola Hubungan dan Peran.
Gejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya secara normal. Klien
perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klie, baik di lingkungan
rumah tangga, masyarakat, ataupun lingkunga kerja serta perubahan peran yang terjadi
setelah klien mengalami serangan asma. (Muttaqin, 2012)
H. Pola Presepsi dan Konsep Diri.
Perlu dikaji tentang presepsi klien terhadap penyakitnya. Presepi yang salah dapat
menghambat respons kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga
akan menjadi stressor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stressor yang ada pada
kehidupan klien dengan asma dapat meningkatkan kemungkinan serangan asma berulang.
(Muttaqin, 2012).
I. Pola Penanggulangan Stres.
Stress dan ketegangan emosional merupakan factor instrik pencetus serangan asma. Oleh
karena itu, perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh stress
terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor. (Muttaqin, 2012)
J. Pola Sensorik dan Kognitif.
Kelainan pada pola presepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien dan
akhirnya memengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi
serangan asma berulang pun akan semakin tinggi. (Muttaqin, 2012)
K. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan.
Kedekatan klien pada suatu yang diyakininya di dunia dipercaya dapat meningkatkan
kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya
merupakan metide penanggulangan stress yang konstruktif. (Muttaqin, 2012)
L. Pemeriksaan Fisik.
Keadaan umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan,
kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lender legket, dan posisi istirahat klien
1) B1 (breathing)
a) Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatanusaha dan frekuensi
.

Diagnosa Keperawatan.
A. Ketidakefektifan pola napas.
1) Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
2) Batasan karakteristik.
 Bradipnea  Penurunan tekanan
 Dispnea inspirasi
 Fase ekspirasi  Penurunan ventilasi
memanjang semenit
 Orthopnea  Pernapasan bibir
 Penggunan otot bantu  Pernapasan cuping
pernapasan hidung
 Penggunaan posisi  Perubahan ekskursi
tiga-titik dada
 Peningkatan diameter  Pola napas abnormal
anterior-posterior (mis, irama, frekuensi,
 Penurunan kapasitas kedalaman)
vital  Takipnea
 Penurunan tekanan
ekspirasi

3) Factor yang berhubungan.


 Ansietas kepala, gangguan
 Cedera medulla kejang)
spinalis  Hiperventilasi
 Deformitas dinding  Imaturitas neurologis
dada  Keletihan
 Deformitas tulang  Keletihan otot
 Disfungsi pernafasan
neuomuskulae  Nyeri
 Gangguan  Obesitas
muskuloskeletal  Posisi tubuh yang
 Gangguan neurologis menghambat ekspansi
(mis, paru
elektroensefalogram  Sindrom hipoventilasi
[EEG] positif, trauma
B. Gangguan poa tidur
1) Definisi
Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat factor eksternal.
2) Batasan karakteristik
 Kesulitan jatuh tetidur
 Ketidakpuasan tidur.
 Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
 Penurunan kemampuan berfungsi.
 Perubahan pola tidar normal
 Sering terjadi tanpa jelas penyebabnya.
3) Factor yang berhubungan
 Gangguan karena pasangan tidur
 Halaman lingkungan( mis, bising, pajanan cahaya/gelap,
suhu,/kelembapan, lingkungan yang tidak di kenal)
 Imbilisasi
 Kurang privasi
 Pola tidur tidak menyehatkan(mis, karena tanggung jawab menjadi
pengasuh, menjadi pengasuh, menjadi orang tua, pasangan tidur )
C. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
1) Definisi
dari Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2) Batasan karakteristik
 Batuk yang tidak  Perubahan frekuensi
efektif napas
 Dispnea  Perubahan pola napas
 Gelisah  Sianosis
 Kesulitas verbalisasi  Sputum dalam
 Mata terbuka lebar jumalah berlebihan
 Orthopnea  Suara napas tambahan
 Penurunan bunyi  Tidak ada batuk
napas
3) Factor yang berhubungan
Lingkungan
 Perokok  Terpajan asap
Obstruksi jalan napas
 Adanya jalan napas  Mucus berlebihan
buatan  Ppenyakit paru
 Benda asing dalam obstruksi kronik
jalan napas  Sekresi yang bertahan
 Eksudat dalam alveoli  Spasme jalan napas
 Hyperplasia pada
dinding bronchus
Fisiologis
 Asma
 Disfungsi neuromuscular
 Infeksi
 Jalan napas alergik
D. Defisiensi pengetahuan
1) Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu.
2) Batasan karakteristik
 Ketidakakuratan  Perilaku tidak tepat
melakukan tes (mis, hysteria,
 Ketidakakuratan bermusuhan, agitasi,
mengikuti perintah apatis)
3) Factor yang berhubungan
 Gangguan fungsi
kognitif
 Gangguan memori
 Kurang informasi
 Kurang minat untuk
belajar
 Kurang sumbaer
pengetahuan
 Salah pengertian
terhadap orang lain
Intervensi Keperawatan
A. Ketidakefektifan pola napas
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam di harapkan pola napas
dapat efektif
2) Kriteria hasil (NOC)
Status pernafasan: kepatenan jalan napas
 Frekuensi pernafasan
 Irama pernafasan
 Kedalaman inspirasi
 Kemampuan untuk mengeluarkan secret
 Suara nafas tambahan
 Pernafasan cuping hidung
 Penggunaan otot bantu napas
 Batuk
3) Intervensi (NIC)
Manajemen jalan nafas
 Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thurst sebagaimana
mestinya
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
 Buang secret dengan memotivasi pasie untuk elakukan batuk dan
menyedot lender
 Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dlam, berputar dan batuk
 Instruksikan bagaimana aga bisa melakukan bantuk efektif
 Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada dan adanya suara tambahan
 Posisikan untuk meringankan sesak napas
 Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagimana mestinya
 Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimanamestinya
 Kelola nebulizer ultrasonic, sebagaimana mestinya
B. Defisiensi penegtahuan
1) Tujuan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan x 24 jam diharapkan pengetahuan pasien
bertambah.
2) Kriteria hasil (NOC)
Pengetahuan: manajemen asma
 Tanda dan gejala asma.
 Pentingnya kepatuhan terhadap rejimen pengobatan.
 Aktivitas yang direkomendasikan.
 Pembatasan aktivitas.
 Obat yang digunakan untuk asma.
3) Intervensi (NIC)
Manajemen asma
 Monitor reaksi asma.
 Ajarkan teknik yang tepat untuk menggunakan pengobatan dan alat
(nebulizer)
 Tentukan kepatuhan dengan penanganan yang diresepkan.
 Identifikasi pemicu yang di ketahui dan reaksi yang biasanya terjadi.
 Ajarkan klien untuk megidentifikasi dan menghindari pemicu, sebisa
mungkin.
 Monitor kecepatan, irama, kedalam dan usaha pernapasan.
 Tawarkan minumam hangat untuk minum, dengan cepat.
 Ajarkan teknik bernapas/relaksasi
C. Gangguan pola tidur

Anda mungkin juga menyukai