Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangsi, jika sudah
remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka marah.
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber
kesembuhan dari Allah SWT. keyakinan spiritual sangat berkaitan dengan bagian moral dan
etis dalam konsep diri anak dan oleh karena itu harsu dipertimbangkan sebagai bagian dari
pengkajian kebutuhan dasar anak. Fowler (1974) dalam mengidentifikasi tujuh tahap
perkembangan keimanan, empat diantaranya berkaitan erat dan sesajajar dengan
perkembangan kognitif dan psikososial dimasa kanak-kanak :
a) Tahap 0 : Undiferentiated. Tahap perkembangan ini menekankan periode masa bayi ketika
anak tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki keyakinan, dan tidak ada
keyakinan yang membimbing perilaku mereka. Meski demikian, awal keimanan terbentuk
dari pengembangan rasa percaya dasar melalui hubungannya dengan pemberi asuhan
primer.
b) Tahap 1 : Intuitive-projective. Masa toddler merupakan waktu utama untuk meniru
perilaku orang alin. Anak-anak menirukan gerakan dan perilaku keagamaan orang lain
tanpa memahami makna dan pentingnya aktifitas tersebut. Selama usia prasekolah anak-
anak menyerap beberapa nilai dan keyakinan orang tua mereka. Sikap orang tua terhadap
kode moral dan keyakinan beragama menyampaikan kepada anak tentang apa yang mereka
anggap baik dan buruk. Pada usia ini anak-anak massih meniru perilaku dan mengikuti
keyakinan orang tua sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari bukan atas dasar
pemahaman mengenai konsep dasarnya.
c) Tahap 2 : Mythical-literal. Selama usia sekolah, perkembangan spiritual tejadi bersamaan
dengan perkembangan kognitif, dan berkaitan erat dengan pengalaman dan interaksi sosial
anak. Pada usia ini sebagian besar anak-anak sangat tertarik pada agama. Mereka menerima
ketuhanan, dan doa kepada yang maha kuasa meruapakan hal yang penting dan perlu
dijawab, perilaku yang baik perlu mendapat penghargaan dan perilaku yang buruk perlu
mendapat hukuman. Mereka membentuk hati nurani yang terganggu jika mereka tidak
emamtuhinya. Mereka memiliki peghormatan atas pemikiran dan berbagai hal dan mampu
mengartikulasikan keimanan yang emreka miliki. Mereka bahkan menanyakan
kevalidasiannya.
d) Tahap 3 : synthetic-konvention. Pada saat anak-anak mendekati masa remaja, mereka
semakin menyadari adanya kekecewaan spiritual. Mereka mengetahui bahwa doa tidak
selalu dikabulkan ( setidaknya dalam istilah mereka sendiri ) dan dapat mulai mengabaikan
atau memodifikasi beberapa praktik keagamaan. Mereka mulai berpikir, untuk
mempertanyakan beberapa standart keagamaan orang tua yang telah terbentuk, dan untuk
meninggalkan atau memodifikasi beberapa praktik keagamaan.
e) Tahap 4 : Individuating-reflexive. Remaja lebih menjadi skeptic dan mulai
membandingkan berbagai standart keagamaan orang tua mereka dengan orang lain.
Mereka mencoba menentukan apa yang akan diadobsi dan masukan kedalam nilai-nilai
mereka sendiri. Mereka mulai membandingkan standart keagamaan dengan sudut pandang
ilmiah. Saat ini merupakan waktu untuk mencari bukan meraih. Remaja merasa tidak yakin
tentang ide-ide keagamaan tetapi tidak akan mendapatkan wawasan yang jelas sampai
masa remaja akhir atau masa dewasa awal. (Wong, 2009 : 121)
m. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yag menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah ( Nursalam, 2008 : 59 ).
Diagnosa atau masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dengan pneumonia menurut
Riyadi ( 2009 ) antara lain :