Anda di halaman 1dari 4

10) Pola toleransi stress-koping

Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangsi, jika sudah
remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka marah.

11) Pola nilai-keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber
kesembuhan dari Allah SWT. keyakinan spiritual sangat berkaitan dengan bagian moral dan
etis dalam konsep diri anak dan oleh karena itu harsu dipertimbangkan sebagai bagian dari
pengkajian kebutuhan dasar anak. Fowler (1974) dalam mengidentifikasi tujuh tahap
perkembangan keimanan, empat diantaranya berkaitan erat dan sesajajar dengan
perkembangan kognitif dan psikososial dimasa kanak-kanak :

a) Tahap 0 : Undiferentiated. Tahap perkembangan ini menekankan periode masa bayi ketika
anak tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki keyakinan, dan tidak ada
keyakinan yang membimbing perilaku mereka. Meski demikian, awal keimanan terbentuk
dari pengembangan rasa percaya dasar melalui hubungannya dengan pemberi asuhan
primer.
b) Tahap 1 : Intuitive-projective. Masa toddler merupakan waktu utama untuk meniru
perilaku orang alin. Anak-anak menirukan gerakan dan perilaku keagamaan orang lain
tanpa memahami makna dan pentingnya aktifitas tersebut. Selama usia prasekolah anak-
anak menyerap beberapa nilai dan keyakinan orang tua mereka. Sikap orang tua terhadap
kode moral dan keyakinan beragama menyampaikan kepada anak tentang apa yang mereka
anggap baik dan buruk. Pada usia ini anak-anak massih meniru perilaku dan mengikuti
keyakinan orang tua sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari bukan atas dasar
pemahaman mengenai konsep dasarnya.
c) Tahap 2 : Mythical-literal. Selama usia sekolah, perkembangan spiritual tejadi bersamaan
dengan perkembangan kognitif, dan berkaitan erat dengan pengalaman dan interaksi sosial
anak. Pada usia ini sebagian besar anak-anak sangat tertarik pada agama. Mereka menerima
ketuhanan, dan doa kepada yang maha kuasa meruapakan hal yang penting dan perlu
dijawab, perilaku yang baik perlu mendapat penghargaan dan perilaku yang buruk perlu
mendapat hukuman. Mereka membentuk hati nurani yang terganggu jika mereka tidak
emamtuhinya. Mereka memiliki peghormatan atas pemikiran dan berbagai hal dan mampu
mengartikulasikan keimanan yang emreka miliki. Mereka bahkan menanyakan
kevalidasiannya.
d) Tahap 3 : synthetic-konvention. Pada saat anak-anak mendekati masa remaja, mereka
semakin menyadari adanya kekecewaan spiritual. Mereka mengetahui bahwa doa tidak
selalu dikabulkan ( setidaknya dalam istilah mereka sendiri ) dan dapat mulai mengabaikan
atau memodifikasi beberapa praktik keagamaan. Mereka mulai berpikir, untuk
mempertanyakan beberapa standart keagamaan orang tua yang telah terbentuk, dan untuk
meninggalkan atau memodifikasi beberapa praktik keagamaan.
e) Tahap 4 : Individuating-reflexive. Remaja lebih menjadi skeptic dan mulai
membandingkan berbagai standart keagamaan orang tua mereka dengan orang lain.
Mereka mencoba menentukan apa yang akan diadobsi dan masukan kedalam nilai-nilai
mereka sendiri. Mereka mulai membandingkan standart keagamaan dengan sudut pandang
ilmiah. Saat ini merupakan waktu untuk mencari bukan meraih. Remaja merasa tidak yakin
tentang ide-ide keagamaan tetapi tidak akan mendapatkan wawasan yang jelas sampai
masa remaja akhir atau masa dewasa awal. (Wong, 2009 : 121)

m. Pemeriksaan Fisik

1) Status penampilan kesehatan : lemah


2) Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, latergi, strupor, koma, apatis
tergantung tingkat penyebaran penyakit.
3) Tanda – tanda vital
a. Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
b. Frekuensi pernafasan : Takipnea , dyspnea progresif, pernafasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernafasan, pelebaran nasal.
c. Suhu tubuh : hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon
oleh hipotalamus.
4) Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.
5) Kepala dan mata
a) Kepala
1. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2. Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata.
3. Periksa hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan
warna.
b) Mata
1. Xantelasma/lesi kuning pada kelopak mata (dikarenakan hyperlipidemia)
2. Konjungtiva pucat ( Karena anemia )
3. Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia )
4. Konjungtiva terdapat phathecia ( karena emboli atau endocarditis akibat bakteri
) ( Andarmoyo, 2012 : 56 )
c) Hidung : Nafas cuping hidung, sianosis
d) Telinga : Lihat secret, kebersihan, biasanya tidak ada yang spesifik pada kasus ini.
e) Mulut : pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat.
f) Leher : tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid.
g) Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorax dan paru –
paru.
1. Inspeksi : frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain : takipnea,
dyspnea progresif, pernafasan dangkal, pectus ekskavatum ( dada corong ),
paktus karinatum ( dada burung ), barrel chest.
2. Palpasi : adanya nyeri tekan, massa, peningkatan fokal fremitus pada daerah
yang terkena.
3. Perkusi : pekak terjadi bila berisi cairan pada paru, normalnya timpani ( terisi
udara ) resonasi.
4. Auskultasi : suara pernafasan yang meningkat intensitasnya.
a. Suara bronkovesikuler atau bronchial pada daerah yang terkena
b. Suara nafas tambahan ronchi inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi (
Riyadi, 2009 : 73 )
h) Abdomen : Bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya tidak ada.
i) Genetalia : Tidak ada gangguan
j) Ekstremitas : kelemahan, penurunan aktifitas, sianosis ujung jari dan kaki.
k) Integumen
1. Warna : pucat sampai sianosis
2. Suhu : Pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi
kulit anak akan teraba dingin.
3. Turgor : menurun pada dehidrasi
l) Neurologis : terdapat kelemahan otot, tanda reflek spesifik tidak ada
( Wijaya, 2013 : 202 ).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yag menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah ( Nursalam, 2008 : 59 ).

Diagnosa atau masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dengan pneumonia menurut
Riyadi ( 2009 ) antara lain :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.


b. Ganggaun pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
c. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur
e. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
f. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai