Anda di halaman 1dari 9

NAMA : SHERIN ROSA LINDA

NIM : 201601114

KELAS :3B

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian
satu unit penelitian secara intensif. Sangat penting untuk mengetahui variabel
yang berhubungan dengan masalah penelitian. Rancangan dari suatu studi kasus
bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan faktor
penelitian waktu. Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara
rinci. Keuntungan yang paling besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara
rinci meskipun jumlah respondennya sedikit, sehingga akan didapatkan
gambaran satu unit subjek secara jelas (Nursalam, 2016).
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Penyakit Pnemonia Dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan di RSUD Dr, Harjono
Ponorogo.

B. Batasan istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami Penyakit Pnemonia Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan di RSUD Dr, Harjono Ponorogo, maka penyusun studi
kasus harus menjabarkan tentang konsep Penyakit Pnemonia Dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

C. Partisipan
Partisipan pada studi kasus ini adalah klien Pnemonia dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan. Subjek yang digunakan
adalah 1 klien. Klien yang kooperatif dan sadar dengan kriteria pasien anak
umur 2-5 tahun dan dengan penurunan nafsu makan.
D. Lokasi dan waktu
1. Lokasi

Lokasi studi kasus ini rencananya akan dilaksanakan di Ruang


Delima RSUD Dr. Harjono Ponorogo-Pacitan, Kab. Ponorogo, Provinsi
Jawa Timur.

2. Waktu Penelitian
Proses pembuatan studi kasus ini dimulai pada bulan Oktober 2018
yang dimulai dari pengajuan judul, penyusunan Proposal BAB I, II, III pada
bulan November sampai desember dan ujian proposal dilaksanakan pada
tanggal 7 januari 2019. Pengambilan data dan penyusunan data dimulai pada
bulan februari sedangkan sidang studi kasus dilaksanakan pada bulan Mei
2018. (sesuai dengan jadwal yang terlampir)

E. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada
rancangan penelitian dan teknik instrument yang digunakan. Selama proses
pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih
tenaga pengumpulan data ( jika diperlukan), memerhatikan prinsip-prinsip
validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi
agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (
Nursalam, 2016).
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut ( face to face ).
Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu
pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari
metode observasi. Gejala-gejala social yang tidak dapat terlihat atau
diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Wawancara bukanlah sekadar memperoleh angka lisan saja, sebab
dengan wawancara peneliti akan dapat :
a. Memperoleh kesan langsung dari responden.
b. Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden.
c. Membaca air muka( mimik ) dari responden.
d. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden.
e. Memancing jawaban bila jawaban macet.
Dalam pelaksanaan penelitian, wawancara kadang-kadang bukan
merupakan hal yang terpisah khusus, melainkan merupakan pelengkap
atau suplemen bagi metode-metode yang lain. Diharapka dengan
wawancara ini diperoleh suatu data yang valid. Dalam wawancara
hendaknya pewawancara (interviewer) dengan sasaran (interview).
a. Saling melihat, saling mendengar, dan saling mengerti
b. Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku (formal)
c. Mengadakan persetujuan atau perencanaan pertemuan dengan tujuan
tertentu
d. Menyadari adanya kepetingan yang berbeda, antara pencari informasi
dan pemberi informasi (Notoatmodjo, 2012)
e. Pada penelitian ini, wawancara di lakukan untuk mencari data
subyektif yaitu, keluhan utama pasien, riwayat kejadian/penyakit
sekarang, riwayat masa lalu, riwayat penyakit keluarga, kemampuan
pasien dalam mengontrol kesehatan, seperti pola hidup dan yang di
lakukan untuk mengurangi rasa sakit yang di derita, riwayat
pengobatan, riwayat pola tidur sehari-hari, dan genogram / anggota
keluarga yang semua akan di tanyakan pada pasien dan dilakukan
oleh peneliti dan menggunakan alat berupa pedoman wawancara /
format pengkajian.

Wawancara ini dilakukan secara langsung pada klien dan keluarga


klien untuk mengetahui keluhan utama yang dialami oleh klien, tanda dan
gejala penyakit, kebiasaan pola hidup, serta riwayat penyakit sekarang dan
riwayat penyakit dahulu. Wawancara ini juga dapat dilakukan pada perawat
yang ada di rungan tersebut untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
2. Observasi
Observasi adalah perangkat pengkajian yang berstandar pada
penggunaan lima indra (penglihatan, sentuhan, pendengaran, penciuman,
dan pengecapan) untuk mecari informasi menegnai klien (Rosdahl &
Kowalski, 2014).
a. Observasi Visual
Penglihatan memberi banyak petunjuk yang harus diproses
secara terus menerus ketika mengkaji klien. Berapa contoh yang
harus dipertimbangkan adalah gerakan tubuh, penampilan umum,
tata krama, ekspresi wajah, gaya berpakaian, komunikasi nonverbal,
tampilan serta kebersihan. Untuk pengumpulan data sebjektif,
seperti ketika memperhatikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh
klien. Observasi visual juga dapat mengumpulkan data objektif.
b. Observasi Auditori
Mendengarkan klien dan keluarga secara aktif ketika sedang
berinteraksi dengan perawat dan tim kesehatan lain. Perawat juga
dapat mengumpulkan data dengan cara auskultasi.
c. Observasi Olfaktori atau Gustatori
Indra penciuman mengidentifikasikan bau yang mungkin
spesifik dengan kondisi atau status kesehatan klien. Observasi
olfaktorius mencakup mencatat bau badan, nafas yang buruk atau
asidosis metabolic.
Observasi yang perlu dilakukan pada klien Pnemonia pada studi
kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi TTV
2. Observasi status nutrisi pasien
3. Observasi mual muntah
4. Observasi berat badan pasien
Data hasil observasi akan di catat di lembar pengkajian.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah sarana yang digunakan oleh penyedia layanan
kesehatan yang membedakan struktur dan fungsi tubuh yang normal dan
abnormal. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan empat cara yaitu
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Hal itu dilakukan untuk
menunjang dan memperoleh data objektif.
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada klien Pnemonia pada studi
kasus ini adalah pada paru/thorax sebagai berikut :
1. Inspeksi : frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain :
takipnea, dyspnea progresif, pernafasan dangkal, pectus ekskavatum
(dada burung), barrel chest.
2. Palpasi : adanya nyeri tekan, massa, penigkatan vocal femitus pada
daerah yang terkena.
3. Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani
(terisi udara) resonansi.
4. Auskultasi : suara pernafasan yang meningkat intensitasnya :
a) Suara bronkovesikuler atau bronchial pada daerah yang terkena.
b) Suara pernafasan tambahan ronli inspiratory pada sepertiga akhir
inspirasi
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi keperawatan untuk menunjang hasil penelitian
melalui 2 cara yaitu status klien selama keperawatan meliputi pengkajian
sampai dengan evaluasi, dan juga studi literature utuk menyusun knsep
penyakit.
F. Uji keabsahan data
Menurut Swardi Endaswara (2006) menyatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif ada empat cara mencapai keabsahan data, yaitu: kreadibility
(kepercayaan); dependibility (ketergantungan); konfermability (kepastian).
Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam antara lain:
1. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil
dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai kreadibilitas ialah:
a. Memperpanjang cara observasi agar cukup waktu untuk menganal
respondens, lingkungan, kegiatan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Hal ini sekaligus untuk mengecek informasi, guna untuk dapat diterima
sebagai orang dalam.
b. Pengamatan terus menerus, agar penelitian dapat melihat sesuatu secara
cermat, terinci dan mendalam sehingga dapat membedakan mana yang
bermakna dan tidak bermakna.
c. Triagulasi berupa pengumpulan data yang lebih dari satu sumber, yang
menunjukkan informasi yang sama.
2. Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan
data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan
sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena
keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan
bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit
dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan
dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian
yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
G. Analisis data

Pengolahan dan analisa data penelitian (data mentah) harus diolah


berdasarkan prinsip-prinsip pengolahan data secara profesional.
Ketidakakuratan dalam pengolahan dan analisis data akan berakibat
kesimpulan hasil penelitian yang “bias” yang dapat membahayakan
kesehatan masyarakat. Hasil dari pengolahan dan analisis data tersebut
terwujud dalam “data penelitian” yang terekam dalam berbagai bentuk
(Notoatmodjo, 2010).

Analisa data penelitian studi kasus keperawatan yang digunakan


adalah analisis deret waktu. Analisis deret waktu adalah serangkaian nilai
pengamatan yang diambil selama waktu 7 hari dan membandingkan klien
sesuai fakta dan studi literature dan dituangkan dalam bentuk deskriptif atau
narasi.
Urutan dalam analisis adalah :

a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dari data wawancara dan
dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan
kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).
b. Mereduksi data
Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan
lapangan dijadikan satu dan dikelompokkan menjadi data
subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan dengan nilai
normal.
Data dalam studi kasus ini akan dipilih data yang penting-
penting saja dan yang tidak penting akan di eliminasi.
c. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan kuesuiner
pengetahuan dan tabel. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan
jalan merahasiakan identitas klien.
d. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data yang di bahas dan
dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan
secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi. Cara mengambil kesimpulan adalah
dengan dengan membandingkan antara data sebelumnya dan
sesudah intervensi.

H. Etik penelitian
Menurut Nursalam (2016) menyatakan bahwa secara umum prinsip
etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prinsip
keadilan. Selanjutnya diuraikan sebagai berikut:
a) Prinsip manfaat
1) Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
2) Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan yang
tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya
dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan
dipengaruhi dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk
apa pun.
3) Risiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang
akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
b) Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
1) Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self determinated)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,
tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perilaku yang diberikan (right to
full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek.
3) Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk mengembangkan ilmu.
c) Prinsip keadilan (right to justice)
1) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila
ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
2) Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)
Subjek mepunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia
(confidentiality).

Anda mungkin juga menyukai