Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MAKALAH
KONJUNGTIVITIS dengan baik. Shawalat serta salam saya sampaikan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang
tetap istiqamah di jalan-Nya.
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah sempurna.
Saya mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang sifatnya membangun dari
pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan datang menjadi lebih baik.
Terima Kasih

Ponorogo, 10 Juli 2017

(Penyusun)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................1

DAFTAR ISI ..............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

1.1.Latar Belakang ......................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................4

1.3 Tujua Makalah..............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................

2.1 Definisi ...................................................................................................6

2.2 Etiologi ..................................................................................................6

2.3 Patofisiologi ...........................................................................................7

2.4 Klasifikasi Konjungtivitis ......................................................................8

2.5 Manifestasi Klinis. .................................................................................9

2.6 Pemeriksaan Penunjang .........................................................................10

2.7 Penatalaksanaan ....................................................................................11

2.8 Komplikasi .............................................................................................13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................

3.1 Pengkajian ..............................................................................................14

3.2 Diagnosa Keperawatan ..........................................................................14

3.3 Intervensi................................................................................................14

3.4 Implementasi ..........................................................................................16

3.5 Evaluasi ..................................................................................................16

2
BAB IV PENUTUP ...................................................................................

4.1.Kesimpulan ...........................................................................................17

4.2.Saran .....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi
diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system
organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local
akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi
dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah
kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa meliputi :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan
iris.
2. Katarak, kekeruhan lensa.
3. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (TIO).
4. Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit
biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak
segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Konjungtivitis?
2. Apa Etiologi dari Konjungtivitis?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Konjungtivitis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
5. Apa saja klasifikiasi dari Konjungtivitis?
6. Apakah pemeriksaan penunjang dari Konjungtivitis?
7. Bagaimna penatalaksanaanya?
8. Bagaimana komplikai Konjungtivitis?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis?

4
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Persepsi Sensori degan kasus Konjungtivitis. Tujuan umum penyusunan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit Konjungtivitis. Sehingga
diharapkan kita semua terhindar dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya Konjungtivitis.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye.
(Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur),
alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon
alergi. (Corwin, 2001). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, konjungtivitis adalah
inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis
mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. ( Sumber: Brunner dan Suddarth,
2001,Keperawatan Medikal Bedah, Vol. III, EGC, Jakarta )
Konjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva (
lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme
(virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Boleh dikata masyarakat
kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis
yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya)
ditularkan melalui kontak dan udara. ( Sumber: www.komunitas dudungnet.com )

2.2 Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
1. Bakteri
2. Klamidia
3. Virus
4. Jamur
5. Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi)
6. maupun imunologi (pada reaksi alergi).

6
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya
adalah toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus,
pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-
butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin, atau
benda asing yang masuk kedalam mata.

2.3 Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat
menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan
kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi
konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat,
ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab
konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada
konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa
pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi
lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya
agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).
Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel
kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva
yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada

7
forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien
mengeluh sakit pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.

2.4 Klasifikasi
a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling
sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja
dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-
bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi
mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair spray,
make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga
berhubungan dengan alergi konjungtivitis.

b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga Pink Eye. Bentuk ini adalah konjungtivitis
yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Mungkin juga
terjadi setelah sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.

c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut


Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut
yang berat dan mengancam penglihatan.

d. Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti
mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut
juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore
neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahi

8
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala
objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis
(kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran
akibat koagulasi fibrin.
Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Alergi
Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
Rasa seperti terbakar
Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
Air mata sering keluar sendiri
Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat

2. Konjungtivitis Bakteri
Pelebaran pembuluh darah
Edema konjungtiva sedang
Air mata keluar terus
Adanya secret atau kotoran pada mata
Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan

3. Konjungtivitis Viral
Fotofobia
Rasa seperti ada benda asing didalam mata
Keluar air mata banyak
Nyeri prorbital
Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
Kemerahan konjungtiva
Ditemukan sedikit eksudat

9
4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
Mata merah
Iritasi
Nyeri palpasi
Biasanya terdapat kemosis
Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

5. Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
Memberikan secret purulen padat secret yang kental
Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat
pemeriksaan pandangan).
Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel
kornea).
Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya
kebocoran kornea).
Pemeriksaan oftalmoskop
Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda
menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b) Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes
simplek virus).

10
c) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan
alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

2.7 Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide
(sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%.
Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%,
naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya
konjungtivitis dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan
pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah
sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotic tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama
3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan
dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam
sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum obat
salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
- Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk
terapi topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas
yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap
jam
- Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi,
medika menstosa :
- Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin
G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
- Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.

11
- Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
gonokokus.
- Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang
dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan
menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya
memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan
pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah.
Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak
mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi).
Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan
karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat
membantu memperbaiki gejala.
5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore
pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan
merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi
segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol.
Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan
konjungtivitis blenore :
- Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini
dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul
dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
- Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
- Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan
tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak terjadi.

12
2.8 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan.

13
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pada klien dengan konjungtivitis adalah :
- Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
- Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), kehilangan bertahap penglihatan
perifer.
- Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair.Nyeri tiba-tiba/berat, menetap atau
tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.

3.2. Diagnosa keperawatan


Berdasarkan hasil pengkajian diatas, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada
kliendengan konjungtivitis :
Gangguan sensori-persepsi penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/statusorgan indera.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yaang diperoleh.

3.3. Intervensi keperawatan


Gangguan sensori-persepsi; penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/statusorgan indera
Tujuan :
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dengan kriteria hasil klien dapat
mempertahankanketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
- Kaji derajat/tipe kehilangan penglihatan
Rasional : Menentukan pilihan intervensi selanjutnya.
- Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan/kemungkinan kehilanganpenglihatan.

14
Rasional : Meskipun kehilangan penglihatan yang telah terjadi tidak dapat
diobati akan tetapi kehilanganlebih lanjut dapat dicegah.
- Ajarkan klien untuk pemberian tetes mata (jumlah tetesan, jadwal, dosis).
Rasional : Mengontrol TIO dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
- Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi.
Rasional : Membantu mempercepat proses penglihatan dan mencegah
kehilangan penglihatan lanjutan.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan :
Klien tidak mengalami kecemasan dengan kriteria hasil : klien melaporkan
ansietas menurunsampai tingkat dapat diatasi, klien menunjukan keterampilan
pemecahan masalah.
Intervensi
- Kaji tingkat ancietas, derajat pengalaman infeksi/timbulnya gejala tiba-tiba
dan pengetahuankondisi saat ini.
Rasional : Fungsi ini mempengaruhi persepsi pada pasien terhadap ancaman
diri, potensial siklus ancietasdan dapat mempengaruhi upaya medik untuk
mengontrol TIO.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur, diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dapatmencegah kehilangan pengelihatan tambahan.
Rasional : Menurunkan ancietas sehubungan dengan ketidak tahuan/harapan
yang akan datang danmemberikan dasar fakta untuk membuat pilihan
informasi tentang POB.
- Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi
nyata ,mengklarifikasi salah konsepsidan pemecahan masalah
- Identifikasi sumber yang menolong
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendirian dalam
menghadapi masalah.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yaang diperoleh


Tujuan :

15
Klien dapat memahami keadaannya dengan kriteria hasil :
- Klien menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan.
Rasional :- Tunjukan teknik yang benar untuk pemberian tetes mata, minta
pasien untuk mengulangi tindakan.
- Klien dapat mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit
Rasional : Meningkatkan keefektifan pengobatan, memberikan kesempatan
untuk pasien menunjukankompetensi dan menanyakan pertanyaan.
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh : tetes mata.
Diskusikan obat-obatan tangharus dihindari
Rasional : Mempertahankan konsistensi program obat adalah hal yang penting.
Beberapa obat dapatmenyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO da
potensial kehilangan penglihatan tambahan.
- Identifikasi efek samping yang merugikan dari penggunaan obat.
Rasional : Efek samping obat yang merugikan mempengaruhi rentang dari
ketidaknyamanan sampaiancaman kesehatan berat.
- Anjur untuk memeriksa secara rutin.
Rasional : Mengawasi kemajuan/pemeliharaan penyakit untuk memungkinkan
intervensi dini.

3.4. Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau
kembali dari apa yang telahdirencanakan/intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama pada
pasien dapat mencakup perbaikan fungsipenglihatan, pengurangan kecemasan, dan
peningkatan pengetahuan dan pemahaman klien tentangkondisi penyakitnya.

3.5. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan mengkaji kembali tujuan yang telah ditetapkan melalui
pertanyaan-pertanyaan berikut :
o Apakah pasien tidak mengalami gangguan fungsi penglihatan?
o Apakah pasien dan keluarga menunjukkan penurunan rasa cemas yang berhubungan
dengan prosedurdan kurang pengetahuan ?
o Apakah klien telah menunjukan pemahamannya tentang kondisi dan prognosis
penyakitnya?

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan
folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif
meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak
mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat
koagulasi fibrin.

4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

17
Daftar Pustaka

Brunner dan Suddarth, 2001,Keperawatan Medikal Bedah, Vol. III, EGC, Jakarta

https://www.scribd.com/document/85021626/askep-konjungtivitis

18

Anda mungkin juga menyukai