TUJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. (Muttaqin,
2012)
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi,
bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. (Somantri, 2012)
Pneumonia adalah suatu peradangan paru-paru biasanya disebabkan
oleh bacterial (staphylococcus, Pneumococcus, atau Streptococcus) atau
infeksi viral (Respiratory Syncytial Virus). (Astuti & Rahmat , 2010)
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme tetapi kadang juga sejumlah penyebab non infeksi. (Astuti
& Rahmat , 2010)
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan Klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia yang di dapat di masyarakat (CAP) disebabkan
pneumokokus
2. Pneumonia yang dapat di RS (Hospital Acquaired Pneumonia/
Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram
negative dan angka kematian lebih tinggi
3. Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak
4. Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta
b. Berdasarkan Kuman Penyebab
1. Pneumonia bakterialis/topical, dapat terjadi pada semua usia,
beberapa kuman tendensi menyerang seseorang yang peka, misal :
a. Klebsiela pada orang alkoholik
b. Stapilokokus pada influenza
2. Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan
disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella
3. Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak
4. Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama
pada orang dengan daya tahan lemah dan pengobatannya lebih sulit
c. Berdasarkan Prediksi Infeksi
1. Pneumonia lobaris mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan
karena obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses
keganasan
2. Bronkopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrat pada paru dan
disebabkan oleh virus atau bakteri (Ridha, 2014)
(Muttaqin, 2012)
4. Etiologi
a. Infeksi
1. Virus pernapasan yang paling sering dan lazim yaitu mycoplasma
pneumoniae yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan
anak sekolah dan anak yang lebih tua.
2. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S.pyogenes, dan
Staphylococcus aureus yang lazim terjadi pada anak normal.
3. Haemophilus influenza tipe b menyebabkan pneumonia bakteri
pada anak muda, dan kondisi akan jauh berkurang dengan
penggunaan vaksin efektif rutin.
4. Virus non-respirasik, bakteri enteric gram negatif, mikobakteria,
Chlamydia spp, Ricketsia spp, Coxiella, Pneumocytis carinii, dan
sejumlah jamur.
Tipe Etiologi Faktor Risiko Tanda dan Gejala
Sindrom Streptococcus Penyakit Sickle-cell, Onset mendadak dingin,
tipikal pneumonia, tanpa hipogamaglobulinema, menggigil, deman (39-
penyulit. dan multipel mieloma. 40℃), nyeri dada
Streptococcus pleuritis, batuk produktif,
pneumonia dengan sputum hijau dan purulent,
penyulit (empyema dan mungkin mengandung
penyebaran infeksi). bercak darah “berkarat”,
hidung kemerahan,
retraksi intercostal,
penggunaan otot bantu
napas, dan timbul sianosis.
Hematogen Aspirasi zat inert: air, Kateter intravena yang Gejala pulmonal timbul
barium, bahan infeksi, endocarditis, minimal jika dibandingkan
makanan. Hal ini penyalahgunaan obat, gejala septicemia. Batuk
terjadi bila bakteri sabses intraabdomen, nonproduktif dan nyeri
pathogen menyebar pionefrosis, dan pleuritik sama seperti pada
ke paru melalui aliran empyema kandung emboli paru merupakan
darah, kemih. keluhan tersering.
staphylococcus,
E.coli, dan bakteri
anaerob enteric.
(Mutaqqin, 2012)
6. Patofisisologi
Kuman masuk kedalam jaringan paru-paru melalui saluran
pernafasan dari atas untuk mencapai bronchioles dan kemudian alveolus
sekitarnya. Kelainan yang timbul berupa bercak konsolidasi yang tersebar
pada kedua paru-paru, lebih banyak pada bagian basal.
Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada
udara, aspirasi organisme dari nasofarinks atau penyebaran hematogen dari
fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas
masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial. Kuman pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dari
alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit mengalami perembesan dan
beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Alveoli dan septa menjadi penuh
dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit
leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi tidak
berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lebih lanjut,
aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
eritrosit. Kuman pneumokokus di fagositosis oleh leukosit dan sewaktu
resolusi berlangsung, makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan
leukosit bersama kuman pneumokokus di dalamnya. Paru masuk dalam
tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara
perlahan-lahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin di buang dari
alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa
kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.
Akan tetapi apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung
dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus
maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat
mengakibatkan gangguan proses diffusi osmosis oksigen pada alveolus.
Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang
dibawa oleh darah. Penurunan itu yang secara klinis penderita mengalami
pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada alveolus juga
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pada paru, selain dapat
berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga
mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha
melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot-otot bantu
pernafasan (otot interkosta) yang dapat menimbulkan peningkatan retraksi
dada.
Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel)
mikroorganisme yang terdapat didalam paru dapat menyebar ke bronkus.
Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang akut,
terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh
dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan
dan bersifat fagositosis) dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan
mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat
timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena
absorbs yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh,
mengandung banyak kuman penyebab (treptokokus, virus dan lain0lain).
Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulent, dan menyebabkan
sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi
asupan oksigen dari luar sehingga penderita mengalami sesak nafas.
Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan
mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan
silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan reflek batuk.
Perjalanan patofisiologi di atas bisa berlangsung sebaliknya yaitu
didahului dulu dengan infeksi pada bronkus kemudian berkembang
menjadi infeksi pada paru. (Riyadi & Sukarmin, 2009)
7. Pathway
Bagan 2.1 pathway Pneumonia
(Riyadi & Sukarmin, 2009)
Bakteri Virus Penyebab
Pneumonia
Bronchiolus
Alveoli
Alveoli dan septa Menimbulkan reaksi peradangan hebat dalam Peningkatan suhu tubu
genuh dengan cairan alveoli, jaringan interstitial dan meluas ke
berisi eritrosist, fibrin, seluruh segmen lobus
dan secret. Hipertermi
8. Manifestasi Klinis
Demam, kesulitan bernafas, dan >1 manifestasi berikut : takipnea,
batuk, napas cuping hidung, retraksi, crackle, penurunan bunyi napas
1. Dapat disertai pula dengan letargi, nafsu makan yang buruk, atau nyeri
local pada dada atau abdomen
2. Mengi dan hiperinflasi mengindikasikan bahwa penyakit disebabkan
oleh virus pada anak yang berusia lebih muda, dan Mycoplasma pada
anak yang lebih tua
(Lalani & Schneeweiss Suzan, 2011)
3. Dingin
4. Malaise
5. Nyeri pleural
6. Kadang dyspnea dan hemoptysis
7. Sel darah putih berubah (> 10.000/mm³ atau < 6.000/mm³)
(Astuti & Rahmat , 2010)
8. Produksi sputum mucoid, purulent, warna seperti karat
9. Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah
(Ridha, 2014)
9. Penatalaksanaan
1. Antibiotik diberikan sesuai penyebarannya
2. Ekspetoran yang dapat dibantu dengan postural drainase
3. Rehidrasi yang cukup dan adekuat
4. Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu
5. Oksigenansi sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat
6. Isolasi pernafasan sesuai dengan kebutuhan
7. Diet tinggi kalori dan tinggi protein
(Ridha, 2014)
8. Kebersihan pulmonary yang baik, seperti : napas dalam, batuk, terapi
fisik pada dada (Astuti & Rahmat , 2010)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
Pengkajian adalah catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang
pasien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan pasien. Pengkajian
yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah
dan mendukung pada identifikasi masalah-masalah pasien. Masalah-
masalah ini dengan menggunakan data penkajian sebagai dasar formulasi
yang dinyatakan sebagai diagnosa keperawatan. (Dinarti & Mulyani, 2017)
a. PENGKAJIAN
Biodata : pneumonia lobaris sering terjadi secara primer pada
orang dewasa, sedangkan pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
primer lebih sering terjadi pada anak-anak. Ketika seorang dewasa
mempunyai penyakit bronkopneumonia, kemungkinan besar ada
penyakit yang mendahuluinya. Pneumonia pada orang dewasa paling
sering disebabkan oleh bakteri (yang tersering yaitu bakteri
Streptococcus pneumoniae pneumococcus), sedangkan pada anak-anak
penyebabnya adalah virus pernapasan. Penting diketahui bahwa usia 2-
3 tahun, merupakan usia puncak pada anak-anak untuk terserang
pneumonia. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan
oleh bakteri Mycoplama pneumoniae. Bayi dan anak-anak lebih rentan
terhadap penyakit ini karena respons imunitas mereka masih belum
berkembang dengan baik. Pneumonia sering kali menjadi infeksi
terakhir (sekunder) pada orang tua dan orang yang lemah akibat
penyakit tertentu. (Somantri, 2012)
a. HEALTH PROMOTION
1. Kesehatan Umum
a. Alasan MRS/ Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak
napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam. (Mutaqqin,
2012)
b. Vital sign
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada anak dengan
pneumonia biasanya didapatkan :
1. Frekuensi nadi : takikardi
2. Frekuensi pernapasan : takipnea, dyspnea progesif,
pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan,
pelebaran nasal.
3. Suhu tubuh : hipertermi akibat penyebaran toksik
mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus. (Riyadi &
Sukarmin, 2009)
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya
akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulent
kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan dan kemerahan,
dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh megalami
demam tinggi dan menggigil ( onset mungkin tiba-tiba dan
berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas,
peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala.
(Mutaqqin, 2012)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien
pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan
gejala seperti luka tenggorok, kongesti nasal, bersin, dan demam
ringan. (Mutaqqin, 2012)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit infeksi, TBC, pneumonia, dan penyakit
infeksi saluran napas lainnya.
b. NUTRITION
Anak dengan pneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon
sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah ( karena
peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme). (Riyadi & Sukarmin, 2009)
Gejala : mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan. (Mutaqqin, 2012), Tanda : hiperaktif bunyi usus, kulit
kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrisi. (Wijayaningsih ,
2013)
c. ALIMINATION AND CHANGE
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam. (Riyadi &
Sukarmin, 2009)
d. ACTIVITY/REST
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur
karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap,
mata merah, anak juga sering manangis pada malam hari karena
ketidaknyamanan tersebut. Anak tampak menurun aktivitas dan
latihannnya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih
banyak minta digendong orangtuanya atau bedrest. (Riyadi &
Sukarmin, 2009)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. (Mutaqqin, 2012)
e. PERCEPTION/COGNITION
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan
oksigen pada otak. Pada saat di rawat tampak bingung kalua ditanya
tentang hal-hal baru disampaikan. (Riyadi & Sukarmin, 2009)
f. SELF PERCEPTION
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang
bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang lain
meningkat. (Riyadi & Sukarmin, 2009)
g. ROLE RELATIONSHIP
Anak tampak malas kalua diajak bicara baik dengan teman sebaya
maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama
dengan orang terdekat yaitu orang tua. (Riyadi & Sukarmin, 2009)
h. SEXUALITY
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak
yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi
pada wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya penundaan. (Riyadi
& Sukarmin, 2009)
i. COPING/STRESS TOLERANCE
Aktifitas yang sering tampak saat mengahdapi stress adalah anak
sering menangis, kalua sudah remaja saat sakit yang dominan adalah
mudah tersinggung dan suka marah. (Riyadi & Sukarmin, 2009)
j. LIFE PRINCIPLES
Tidak ada masalah
k. SAFETY/PROTECTION
Gejala yang timbul dari penyakit pneumonia yaitu riwayat
gangguan sistem imun, demam, sakit kepala, nyeri dada meningkat dan
batuk myalgia, atralgia.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubella/varisela. (Wijayaningsih , 2013)
l. COMFORT
Pernafasan cepat dan dangkal dengan disertai pernafasan cuping
hidung, gelisah. (Riyadi & Sukarmin, 2009)
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dyspnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : sputum merah muda, berkarat atau purulent. (Wijayaningsih ,
2013)
m. GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan perkembangan : pertumbuhan paru dikaitkan
dengan masa kehamilan, berat badan dan pajanan semasa anak-anak.
2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Pemeriksaan fisik
b) Sekresi respirasi
c) Radiologi dada/foto thorax menunjukkan infiltrat mungkin lobus
tunggal paru (pneumonia lobar) atau mungkin lebih difus (bronco-
pnemonia) (Astuti & Rahmat , 2010).
d) Penilaian oksigenasi merupakan indikasi derajat keparahan yang cukup
baik diunakan.
e) Aspirat nasofaring (Nasopharyngeal Aspirate, NPA) untuk deteksi
antigen virus biasanya tidak direkomendasikan secara rutin (Lalani &
Schneeweiss , 2011).
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a) Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000-40.000/mm³. Dalam
keadaan leukopenia, laju endap darah biasanya meningkat hingga 100
mm/jam. (Mutaqqin, 2012)
b) Pemeriksaan WBC (white blood cells) biasanya akan didapatkan kurang
dari 20.000 cells mm³
c) Pemeriksaan perwarnaan gram pada dahak, biasanya terdapat organisme
(Marni, 2014).
d) Kultur darah direkomendasikan pada semua pasien rawat inap pada
kultur darah hanya positif pada 10-30 % kasus. Jika kultur darah positif
maka akan terjadi laju endap darah. (Lalani & Schneeweiss , 2011).
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) diagnosa yang muncul pada
pasien Pneumonia adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Hipertermi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Intoleransi aktivitas
5. INTERVENSI
Intervensi keperawatan terhadap diagnosa yang muncul pada
pasien dengan Pneumonia, berdasarkan NOC NIC adalah sebagai berikut
:
Tabel Intervensi Keperawatan
Definisi :
1. Buka jalan nafas dengan
Ketidakmampuan untuk Setelah dilakukan tindakan teknik chin lift atau jaw
membersihkan sekresi atau keperawatan selama 2 X 24 jam trusht.
obstruksi dari saluran maka diharapkan bersihan jalan 2. Posisikan pasien untuk
napas untuk nafas akan efektif dengan memaksimalkan ventilasi.
mempertahankan bersihan kriteria hasil : 3. Identifikasi kebutuhan
jalan napas. aktual/ potensial pasien
1. Mendemonstrasikan batuk untuk memasukkan alat
Batasan Karakteristik : efektif suara napas yang membuka jalan nafas.
bersih 4. Masukkan alat
1) Suara nafas tambahan 2. Tidak ada dyspnea ( mampu nasopharyngeal airway ata
2) Perubahan frekuensi mengeluarkan sputum, oropharyngeal airway.
napas mampu bernapas dengan 5. Lakukan fisioterapi dada.
3) Perubahan irama nafas mudah ). 6. Buang secret dengan
4) Sianosis
memotivasi pasien untuk
5) Dyspnea
melakukan batuk atau
6) Sputum dalam jumlah
pengisapan lendir.
yang berlebihan
7. Memotivasi klien untuk
7) Gelisah
bernapas pelan dan dalam
Faktor yang
8. Gunakan teknik
berhubungan :
menyenangkan untuk
Lingkungan obstruksi memotivasi bernafas dalam
jalan napas ( spasme jalan 9. Intruksikan cara batuk
napas, mucus dalam efektif.
jumlah berlebihan )
2. Hipertermi NOC : Thermoregulasi Fever Treatment :
Definisi :
Suhu inti tubuh diatas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda
kisaran normal diurnal keperawatan selama 2x24 jam maka vital
karena kegagalan diharapkan suhu tubuh akan normal 2. Longgarkan atau
termoregulasi. dengan kriteria hasil : lepaskan pakaian
pasien
1. Menunjukkan suhu tubuh yang 3. Berikan metode
normal pendinginan eksternal
Batasan Karakteristik 2. Kulit normal (tidak kering dan (misal kompres dingin
: tidak kemerahan) pada leher, abdomen,
3. Tanda-tanda vital dalam rentang kulit kepala, ketiak)
1. Apnea
normal sesuai kebutuhan
2. Gelisah
3. Kejang 4. Hentikan aktivitas fisik
4. Kulit kemerahan 5. Monitor suhu tubuh
5. Kulit terasa hangat menggunakan alat yang
6. Takikardi sesuai
7. Takipnea
Faktor yang
berhubungan :
1. Dehidrasi
2. Peningkatan laju
metabolisme
3. Pakaian yang tidak
sesuai
4. Penurunan pespirasi
penyakit
3. Ketidakseimbangan NOC : Status Nutrisi Manajemen status nutrisi
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh 1. Lakukan pemeriksaan TTV
2. Lakukan pemeriksaan BB
Definisi : Setelah dilakukan tindakan pasien
keperawatan selama 6 x 24 3. Lakukan anamnesa tentang
Asupan nutrisi tidsk Jam diharapkan nutrisi keluhan tidak nafsu makan
cukup untuk memenuhi sesuai dengan kebutuhan 4. Kaji status nutrisi pasien
kebutuhan metabolik. tubuh dengan kriteria hasil : 5. Identifikasi dan kaji adanya
alergi makanan
Batasan karakteristik : 1. Menunjukkan asupan
6. Motivasi keluarga tentang
gizi yang normal
1. BB kurang dari 20% diet yang tepat
2. Asupan makanan
atau lebih dibawah 7. Beri informasi yang tepat
normal
berat badan ideal tentang kebutuhan nutrisi
3. Asupan cairan normal
2. Asupan makanan 8. Pantau kandungan nutrisi
kurang dari kebutuhan dan kalori pada catatan
metabolic asupan
3. Kehilangan berat 9. Ajarkan pada pasien dan
badan dengan asupan keluarga tentang makanan
mkanan adekuat. bergizi dan tidak mahal
Faktor yang 10. Pantau porsi habis makanan
berhubungan : setiap hari
11. Pantau cairan masuk klien
1. Ketidakmampuan 12. Tentukan dengan kolaborasi
untuk menelan dengan ahli gizi jika
2. Ketergantungan zat diperlukan tentang jumlah
kimia kalori, dan jenis zat gizi
3. Penyakit kronis yang dibutuhkan untuk
kesulitan mnelan memenuhi kebutuhan
4. Faktor ekonomi nutrisi
5. Kurang pengetahuan 13. Kolaborasi dengan dokter
hilang nafsu makan untuk pemberian terapi
mual muntah
6. Gangguan psikologis
(Herdman & Kamitsuru, 2015), (Moorhed & dkk, 2013), (Bulechek & dkk, 2013)
6. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Dinarti & Mulyani, 2017)
7. EVALUASI
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan
kenyataan yang ada pada klien, dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. (Dinarti & Mulyani, 2017)
d. Mineral
Unsur mineral adalah unsur kimia lain yang dibutuhkan tubuh
selain karbon, hydrogen dan nitrogen. Di dalam makanan unsur-unsur
mineral banyak terdapat dalam bentuk garam-garam organic seperti,
natrium dan klorida. Tetapi, ada juga unsur-unsur mineral dalam bentuk
senyawa seperti sulfur dan fosfor. Sekitar 4% dari tubuh manusia terdiri
dari mineral. Unsur-unsur mineral seperti fosfor dan kalsium terdapat
dalam jumlah yang besar pada tubuh manusia. Mineral lain yang
dengan jumlah yang relative sedikit yang terdapat dalam tubuh manusia
dikenal dengan kelumit (trace element). (Ernawati, 2012)
Tabel 2.4 Unsur mineral yang dibutuhkan oleh tubuh
Unsur mineral utama Unsur Kelumit
Kalsium Kromium
Klorin Timah
Besi Tembaga
Magnesium Fluorinlodin
Fosfor Mangan
Kalium Molibdenum
Natrium Selenium
Sulfur Zink
e. Air
Sekitar 60% berat badan orang dewasa dan hingga 80% berat
badan banyi adalah air. Selain itu, orang dewasa kehilangan sekitar 2,37
l air per hari melalui keringat, berkemih, dan mengeluarkan napas.
Untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam sel tubuh,
kehilangan cairan harus diganti. Makanan memberikan beberapa
cairan, tetapi harus ditambah dengan meminum air dan cairan lainnya.
Sebagian besar pihak sepakat bahwa rata-rata orang dewasa
memerlukan 6 hingga 8 gelas cairan per hari.
Air merupakan penyusun terbesar sel. Darah mendistribusikan
zat gizi ke sel, air adalah salah satu komponen esensial dalam darah, air
adalah pelarut tempat terjadinya perubahan kimiawi penting dalam
tubuh dan juga diperlukan untuk mengendalikan suhu tubuh. Tidak ada
organ tubuh yang dapat berfungsi tanpa air. (Rosdahl & Kowalski,
2014)
f. Vitamin
Vitamin merupakan subtansi organik dalam jumlah kecil pada
makanan yang esensial untuk metabolism normal. Tubuh tidak mampu
mensintesis vitamin dalam jumlah yang dibutuhkan dan bergantung
pada asupan diet. Walaupun vitamin terkadang dibanyak makanan juga
dipengaruhi oleh proses, penyimpanan, persiapan. Kandungan vitamin
tertinggi biasanya terdapat pada makanan segar yang digunakan dengan
cepat setelah terpapar panas, udara dan air yang minimal. Vitamin
diklasifikasikan sebagai yang larut air dan lemak.
Secara umum, vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yakni
vitamin larut lemak dan vitamin larut dalam air.
1. Vitamin larut dalam air
Vitamin larut air adalah vitamin C dan vitamin B kompleks, yang
terdiri dari delapan vitamin. Vitamin yang larut air tidak dapt
disimpan dalam tubuh dan harus tersedia sebagai asupan makanan
setiap hari. Hipervitaminosis adalah kondisi yang disebabkan oleh
asupan vitamin yang berlebihan, jarang terjadi pada vitamin yang
larut dalam air. Meskipun demikian, dosis besar dengan pemberian
vitamn C dan piridoksin (B6) mengarah kepada toksisitas. Vitamin
adalah zat kimia yang digunakan sebagai katalis dalam reaksi
biokimia. Jika kebutuhan vitamin dalam tubuh sebagai katalis
sudah terpenuhi, maka kelebihan vitamin pada tubuh akan menjadi
kimia bebas dan menjadi toksik untuk tubuh.
2. Vitamin yang larut dalam lemak
Jenis vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan
K. vitamin ini disimpan dalam tubuh kecuali vitamin D yang
disediakan melalui asupan diet. Vitamin yang larut dalam lemak
bisa mengakibatkan toksisitas dan hal ini sudah diketahui sejak
bertahun-tahun yang lalu. Toksisitas vitamin jenis ini bisa terjadi
apabila dengan asupan yang berlebih yang bisa didapat dari
makanan sintetik, jumlah yang berlebihan dari makanan yang
diperkaya dan diet yang mencakup benyaknya minyak hati ikan.
(Ernawati, 2012)
Daftar Pustaka
Astuti , H. W., & Rahmat , A. S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan . Jakarta : CV. trans Info Media.
Bulechek, G. M., & dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Yogyakarta:
Elsevier.
Ernawati. (2012). Konsep Dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia . Jakarta: CV. Trans Info Media.
Herdman , T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Lalani , A., & Schneeweiss Suzan. (2011). Kegawatdaruratan Pediatri (The Hospital for Sick
Children Handbook of Pediatric Emergency Medicine). Jakarta: EGC.
Marni. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan Pernapasan .
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Moorhed, S., & dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) . Yogyakarta: Mosby
Elsevier.
Riyadi, S., & Sukarmin. (2009). Asuahan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi 10 Vol. 1.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien denagn Gangguan sistem pernapasan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Wijayaningsih , K. S. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.