STUDI KASUS
Disusun Oleh:
Arief Puji Santoso
Etin Suhartini
Romi Apriansyah
Taufik Hidayat
Zainab
PROGRAM PELATIHAN
FEBRUARI 2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PEMBIMBING
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Februari 2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan studi kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS)
STEMI Anterior dengan Syock Kardiogenik Late Onset 10 Hari dan Inteventrikular
Septum (IVS) Ruptur di Ruang ICVCU Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita Jakarta”. Penulisan studi kasus ini kami susun dalam rangka
memenuhi tugas sebagai peserta pelatihan keperawatan kardiologi tingkat dasar di
Rumah Sakit Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita. Penulisan studi kasus ini
tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ns. Maria Pramesthi, S.Kep, Sp.KV selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan, dukungan, dan motivasi dalam penulisan studi kasus ini.
2) Ns. Ade Priyanto, S.Kep, Sp.KV selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan dukungan dalam presentasi studi kasus ini.
3) Ns. Emireta Ratri Ingsih, S.Kep, Sp.KV selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan dukungan dalam presentasi studi kasus ini.
4) Seluruh staf pengajar diklat dan CI di lapangan yang telah memberikan ilmu
dan bimbingan selama kami mengikuti pelatihan.
5) Keluarga kami yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
6) Teman-teman peserta PKKvTD angkatan I tahun 2022 yang telah
membersamai dalam suka dan duka selama mengikuti pelatihan ini.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu penyusunan studi kasus ini. Semoga studi kasus ini
diterima dan bermanfaat. Kami memohon kritik dan saran yang membangun agar
studi kasus ini dapat lebih baik dalam pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan .................................................................... 2
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kasus Terkait dengan Faktor Risiko .......................... 66
4.2 Analisis Kasus Terkait dengan Klasifikasi Kategori ACS ....... 66
4.3 Analisis Diagnosa Keperawatan............................................... 69
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 71
iv
5.2 Saran .......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memahami konsep dasar ACS dan menerapkannya dalam
pelayanan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
darah Harapan Kita.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mampu memahami konsep dasar ACS
1.2.2.2 Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan ACS
3
4
KRITERIA SCORE
Pasien usia > 65 tahun 1
>3faktor risiko (Hipertensi, Diabetes Mellitus, 1
Merokok, Riwayat dalam Keluarga, Dislipidemia)
Pemakaian aspirin dalam 7 hari terakhir 1
≥ 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 jam terakhir 1
Peningkatan enzim jantung (CKMB dan Hs Trop T) 1
Deviasi Segmen ST >1 mm saat tiba 1
Angiogram koroner sebelumnya menunjukan stenosis 1
>50%
Kriteria risiko:
Low Risk : jika jumlah score 0-2
Middle Risk : jika jumlah score 3-4
High Risk : jika jumlah score 5-7
8
Kriteria Score
Pasien usia ≥ 75 tahun 3
Usia 65-74 2
Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Angina 1
Tekanan darah sistolik < 100 mmHg 3
Nadi > 100x/ menit 2
Kelas Killip II-IV 2
Berat Badan < 67 kg 1
STEMI Anterior atau LBBB 1
Waktu ke tindakan > 4 jam 1
Skor = Total 0-14
Tidak 0
Ya 6
Diabetes
Tidak 0
Ya 6
Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
< 90 10
91-100 8
101-120 5
121-180 1
181-200 3
> 200 5
2.1.7 Pathway
Gambar 2.4 Pathway Acute Coronary Syndrome
20
Kriteria Hasil :
• Antropometri: berat badan tidak turun (stabil), tinggi badan,
lingkar lengan
• Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
• Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
• Klinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak
jarang dan merah
• Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan
bertambah
Intervensi keperawatan Rasional
Kaji pemenuhan kebutuhan Mengetahui kekurangan nutrisi
nutrisi klien klien.
Jelaskan pentingnya makanan Dengan pengetahuan yang baik
bagi proses penyembuhan. tentang nutrisi akan memotivasi
untuk meningkatkan pemenuhan
nutrisi.
Mencatat intake dan output Mengetahui perkembangan
makanan klien pemenuhan nutrisi klien.
Kolaborasi dengan ahli gizi Ahli gizi adalah spesialisasi
untuk membantu memilih dalam ilmu gizi yang membantu
makanan yang dapat memenuhi klien memilih makanan sesuai
kebutuhan gizi selama sakit dengan keadaan sakitnya, usia,
tinggi, berat badannya.
Manganjurkn makan sedikit- Dengan sedikit tapi sering
sedikit tapi sering. mengurangi penekanan yang
berlebihan pada lambung.
36
45
46
Saat pengkajian di ICVCU, pasien compos mentis dan mengatakan nyeri dada sudah
berkurang, nyeri hilang timbul, kadang-kadang terasa seperti tertekan dan terasa pegal
sampai ke tangan kiri dengan skala nyeri 3. Pasien mengeluh lemas, merasa lelah saat
beraktivitas seperti saat makan atau minum. Pasien terpasang oksigen 3 lpm nasal
kanul, IABP di arteri femoralis communis dextra, dan vena dalam di vena jugularis line
dengan NaCl 0,9% 500 cc/24 jam, dobutamin 7 mcg/KgBB/menit, pantoprazole
8mg/jam dan lasix 20 mg/jam
10) Genetalia
Terpasang folley catheter. Genetalia tidak ada lecet dan tampak bersih.
3.3.16 Pemberian Terapi
INFEKSI / INFLAMASI
CRP - - 68 - < 5 mg / dL
c. Laporan Echokardiografi
Echo Tanggal 02 Februari 2022
(On Dobutamin 5 Mcg/kg/menit)
Tekanan Darah 99 / 61 mmHg (MAP69)
Heart Rate 116 x/menit
IVC 20/17 eRAP 8 LVOT VTI 13 SV 40,80 CO 4,7 SVR 1038
52
PvAccT 121 mPAP 24 RVOT 20 peak E 93,4 e Lat 12,5 e’med 7,73
PCWP 13 EF 38% TAPSE 12 TR moderate, TR V max 3,0 m/s, TVG 35
mmHg MR mild VSD L-R shunt. Diameter 0,7 cm Akinetik di apikal, mid
inferoseptal, hipokinetik di mid anterior, mid inferior, mid anteroseptal, mid
inferolateral B lines ++ / ++
d. Radiologi
Di Rontgen Thorax Pada Tanggal 02 Februari 2022
Hasil :
Ro. Thorax AP Supine
Cor : Ukuran kesan membesar ke kiri, CTR > 50 %, Trakea di tengah hillus kanan
dan kiri tidak menebal, Tampak infiltrat di lapangan kedua paru,
Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip. Diafragma kanan dan kiri licin
Tulang-tulang dan jaringan lunak kesan baik
Kesan :
Cardiomegali
Infiltrat di lapang kedua paru
53
e. Elektrokardiogram
EKG dilakukan pada Tanggal 1 Februari 2022
Sinus : Takikardi
Irama : Reguler / teratur
Heart Rate :125 x/menit
Gelombang P : Gel P diikuti QRS gelombang T, Lebardurasi Gel P = 0,08 detik,
Tinggi durasi Gel P= 0,2 mV
PR Interval :0,16 detik
Gelombang QRS : Sempit, Lebar Gel QRS = 0,12 detik
Axis : Axis Jantung LAD ( Positif di lead I, Negatif di lead AvF)
Gelombang ST : ST Elevasi di Lead V1 sampai V6
Intepretasi EKG : STEMI Anterolateral di Lead V1 sampai V6
54
Objektif:
− P: Saat ini pasien merasa nyeri dada
hilang timbul, kadang nyeri saat
aktivitas seperti mengambil gelas
atau bergerak. Saat diistirahatkan
pasien mengatakan nyerinya hilang.
− Q : Jika nyerinya muncul, terasa
seperti tertekan dan pegal
− R : Nyeri yang dirasakan sekitar di
bawah leher hingga ulu hati dan
terasa hingga ke tangan kiri.
− S : Skala nyeri 3 (1-10)
− T : Waktu yang dirasakan nyeri tidak
menetap, hanya beberapa menit dan
hilang dengan posisi yang nyaman
dan beristirahat.
− TTV:
TD : 75/52 mmHg
HR : 111x/menit
RR : 37x/menit
T : 36 C
SpO2 : 99 %
2. Subjektif: Penurunan Penurunan
− Pasien mengeluh merasa lemas Curah Kontraktilitas
Objektif: Jantung Miokard
− Tekanan darah 75/52 mmHg (MAP
70 mmHg), nadi 111x/m, RR 37
x/menit, SpO2 99%,
− capillary refill time 2 detik,
− Akral hangat.
− Pasien terpasang nasal canul 3 Lpm,
terpasang IABP dengan trigger ECG,
ratio 1:1, augmentasi maksimal
− Pasien terpasang infus NaCl 0,9%
500 cc ,
− Terpasang Dobutamin 7
mcg/KgBB/menit
− Hasil EKG : Sinus Takikardi dengan
STEMI anterolateral, Axis LAD
− Hasil Ro Thorax : Kardiomegali
55
− Hasil echokardiografi:
IVC 20/17, eRAP 8, SV 40.80, CO
4.7, SVR 1038, PCWP 13, EF 38%,
TAPSE 12, TR moderate, TR V max
3.0 m/s
3. Subjektif: Intoleransi Kelemahan
Pasien mengeluh merasa lemas saat Aktivitas
beraktivitas seperti saat makan atau
minum
Objektif:
− Tekanan darah 75/52 mmHg (MAP
70 mmHg), Nadi 111x/m, RR 37
x/menit, SpO2 99%, capillary refill
time 2 detik, dan akral hangat.
− Pasien tampak lemah, Aktivitas
dibantu perawat,
Kolaboratif
1. Kolaborasi
pemberian analgetik
jika diperlukan
D.0008 Penurunan curah jantung Setelah dilakukanObservasi
b.d penurunan asuhan keperawatan 1. Identifikasi gejala
kontraktilitas miokard selama 3x24 jam penurunan curah
DS diharapkan masalah jantung
− Pasien mengeluh penurunan curah 2. Monitor tekanan
merasa lemas saat jantung dapat teratasi darah
beraktivitas seperti dengan kriteria hasil : 3. Monitor keluhan
saat makan atau 1. Kekuatan nadi nyeri dada
minum perifer (3) sedang 4. Monitor nilai
DO : 2. Takikardi (3) laboratorium
− Tekanan darah 75/52 sedang
mmHg (MAP 70 3. Tekanan darah Terapeutik
mmHg), nadi (4) cukup 1. Posisikan pasien semi
111x/m, RR 37 membaik fowler atau fowler
x/menit, SpO2 99%, dengan kaki kebawah
capillary refill time 2 atau posisi nyaman
detik, dan akral 2. Fasilitasi pasien dan
hangat. keluarga untuk
− Pasien terpasang modifikasi gaya
nasal canul 3 Lpm, hidup sehat
terpasang IABP
dengan trigger ECG, Kolaborasi
ratio 1:1, augmentasi 1. Kolaborasi pemberian
maksimal anti aritmia
− Pasien terpasang
Dobutamin 7
mcg/KgBB/menit
dan Lasix 20mg/jam,
− Hasil
echokardiografi:
58
Edukasi
1. Anjurkan penggunaan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
2. Anjurkan menghindari
obat penyekat beta
3. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
4. Anjurkan program rehab
vaskuler
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgesik atau
kortikosteroid jika perlu
2. Kolaborasi dalam
pemberian cairan
isotonis, hipertonis, dan
kolid jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
dosis oksigen
3.7 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal Diagnosa Kriteria Hasil Implementasi Evaluasi
/ Jam Keperawatan
04 Feb Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri S:
agen pencedera asuhan keperawatan Observasi : Pasien mengatakan
2022
fisiologis selama 3x24 jam 1. Mengidentifikasi lokasi, saat ini nyeri dada
Jam (iskemia) diharapkan nyeri karakteristik, durasi, berkurang, tidak ada
(SDKI D.0077) berkurang dengan frekuensi, intensitas dan pusing, maupun
10.00
kriteria hasil : kualitas nyeri mual
wib Tingkat nyeri : P : nyeri dirasakan saat O :
1. Melaporkan beraktivitas 1. Kesadaran
keluhan nyeri Q : Seperti tertekan dan composmentis
menurun GCS 15 (E : 4
pegal
M: 6 V: 5)
2. Tidak tampak R : Bawah leher ke ulu 2. Keadaan umum
ekspresi meringis hati dan ke lengan kiri lemah, dan
3. Tidak gelisah S:3 tampak tenang
T : Ketika beraktivitas 3. P: Saat ini
Kontrol nyeri : pasien merasa
1. Melaporkan 2. Mengidentifikasi skala
nyeri : 3 nyeri dada
nyeri terkontrol 3. Mengidentifikasi respon hilang timbul,
2. Mampu nyeri non verbal kadang nyeri
mengenali onset - Melakukan kontak saat aktivitas
nyeri mata, Intonasi suara, seperti
3. Mampu bahasa tubuh. Tapi mengambil
pada pasien mampu gelas atau
mengenali
melakukan persepsi bergerak. Saat
penyebab nyeri diistirahatkan
nyeri secara verbal
4. Mampu 4. Mengidentifikasi faktor pasien
menggunakan yang memperberat dan mengatakan
tehnik memperngan nyeri nyerinya hilang.
farmakologi - Nyeri Semakin berat 4. Q :Jika nyerinya
5. Keluhan nyeri apabila digunakan saat muncul, terasa
beraktivitas seperti tertekan
berkurang dan pegal
- Nyeri berkurang
apabila pasien istirahat 5. R : Nyeri yang
5. Megidentifikasi dirasakan
pengetahuan dan sekitar di bawah
keyakinan tentang nyeri leher hingga ulu
- Pasien belum hati dan terasa
mengetahui bagaimana hingga ke
cara mengurangi nyeri tangan kiri.
6. Mengidentifikasi 6. S : Skala nyeri 2
pengaruh budaya terhadap (1-10)
respon nyeri 7. T: Waktu yang
- Pasien mengatakan dirasakan nyeri
jika tidur dapat ketika
mengurangi nyeri
60
61
Edukasi
1. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- Dengan relaksasi nafas
dalam, dan teknik
distraksi
2. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaboratif
1. Berkolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
- Paracetamol 3x500 mg
K/P
62
A:
Penurunan curah
jantung
P : Lanjutkan
intervensi
1. Monitor status
Hemodinamik
(Target Balance
Cairan -1000 s/d –
2000 cc)
63
2. Atur posisi
senyaman
mungkin
3. Kolaborasi
dalam
pemberian obat
4. Rencana IVS
Clossure
(Masih
dijadwalkan)
4 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi tindakan S:
aktifitas b.d asuhan keperawatan Observasi Pasien mengeluh
februari
kelemahan selama 3x24 jam 1. Mengidentifikasi gangguan merasa lemas saat
2022 (SDKI D. diharapkan toleransi fungsi tubuh yang beraktivitas seperti
0058) aktifitas membaik mengakibatkan kelelahan saat makan atau
Jam
dengan kriteria hasil minum
2. Memonitor kelelahan fisik
10.00 1. Frekuensi nadi
dan emosional
normal O:
wib 3. Memonitor pola dan jam
2. Saturasi oksigen
tidur − Tekanan darah
meningkat 86/52 mmHg
4. Memonitor lokasi dan
3. Perasaan lemah (MAP 63
ketidaknyamanan selama
menurun mmHg), Nadi
melakukan aktivitas
4. Aritmia saat 106x/m, RR 28
aktivitas x/menit, SpO2
Terapeutik
:menurun 100%
1. Menyediakan lingkungan
5. Aritmia setelah
nyaman dan rendah − capillary refill
aktivitas : time 2 detik,
stimulus
2. Melakukan latihanrentang − Akral hangat.
menurun
6. Tekanan darah
gerak pasif atau aktif − Pasien tampak
membaik lemah,
3. Memberikan aktivitas
7. Frekuensi nafas Aktivitas
distraksi yang
membaik dibantu perawat
menenangkan
4. Memfasilitasi duduk disisi A:
tempat tidur Intoleransi aktifitas
P : Lanjutkan
Edukasi intervensi
1. Menganjurkan tirah baring 1. Identifikasi
2. Menganjurkan melakukan gangguan
aktivitas secara bertahap fungsi tubuh
3. Mengajarkan strategi yang
koping mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor lokasi
dan ke
tidaknyamanan
selama
melakukan
aktivitas
64
3. Monitor
gambaran EKG
4. Berikan
aktivitas
distraksi yang
menengkan
5. Bantu aktifias
klien
6. Anjurkan tirah
baring
7. Kolaborasi
dalam
pemberian
terapi jika perlu
4 Resiko perfusi Setelah dilakukan Observasi S:
perifer tidak asuhan keperawatan 1. Memeriksa sirkulasi − Pasien
februari
efektif selama 3x24 jam perifer mengatakan
2022 berhubungan diharapkan masalah 2. Mengidentifikasi faktor masih lemas
dengan Resiko perfusi perifer O:
Jam resiko
prosedur tidak efektif dapat − Tekanan darah
10.00 endovaskular teratasi dengan kriteria 3. Memonitor panas,
86/52 mmHg
(SDKI D.0015) hasil : kemerahan, nyeri, atau (MAP 63
wib bengkak pada ekstremitas
1. Kekuatan nadi mmHg), nadi
perifer (3) sedang 4. Memonitor status hidrasi 106x/m, RR 28
2. Warna kulit pucat 5. Memonitor status x/menit, SpO2
(5) Menurun hemodinamik 100%,
3. Pengisian
6. Memonitor efektivitas − capillary refill
Kapiler (3) Sedang time < 2 detik,
terapi oksigen
− Akral Hangat.
Terapeutik − Posisi pasien
1. Menghindari pemasangan semi fowler
infus atau pengambilan − Terpasang
kateter IABP di
darah di area keterbatasan
arteri femoralis
perfusi Dextra dengan
2. Melakukan pengukuran trigger ECG,
tekanan darah pada ratio 1:1,
ekstremitas dengan Augmentasi
keterbatasan perfusi maksimal
3. Mencatat intake dan output − Pasien
terpasang
4. Mempertahankan
Dobutamin 7
kepatenan jalan nafas mcg/KgBB/me
nit
Edukasi
- Hasil
1. Menganjurkan penggunaan
Keseimbangan
obat penurun tekanan cairan
darah, antikoagulan, dan Intake : 2652cc
Output : 3200 cc
65
4.2 Analisis Kasus Terkait dengan Klasifikasi Kategori ACS disertai Komplikasi IVS
Ruptur
Karakteristik utama Acute Coronary Sydrome (ACS) dengan STEMI ditandai dengan
adanya angina tipikal dan perubahan EKG dengan gambaran elevasi yang didiagnosa untuk
infark miokard akut. Sebagian besar pasien ACS dengan STEMI mengalami peningkatan
biomarka jantung, sehingga akan berlanjut menjadi infark miokard tanpa elevasi segment
ST. Oleh karena itu pasien ACS dengan STEMI dapat segera mendapatkan terapi reperfusi
sebelum hasil pemeriksaan marka jantung tersedia. Acute Coronary Syndrome juga
menyebabkan syok kardiogenik, ini terjadi suatu keadaan yang diakibatkan oleh karena tidak
cukupnya curah jantung untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi
otot jantung. Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung
pada fase terminal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah koroner
berdampak pada supply ke jaringan khususnya pada otot jantung yang semakin berkurang,
hal ini akan menyababkan iskemik miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan akan
menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan
baik akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok,
metabolisme yang pada fase awal sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan
semakin memburuk sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu timbulnya
66
67
nyeri hebat seperti terbakar maupun tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri.
Acute Coronary Syndrome juga lama kelamaan jika tidak tertangani maka akan
menyebabkan komplikasi, salah satunya adalah Interventrikular Septum Ruptur, yang mana
telah terjadi kerusakan pada dinding septum interventrikel dan menyebakan aliran pirau pada
jantung di ruang ventrikel.
Ruptur terjadi setelah infark full-thickness (transmural) dari septum ventrikel dan
dapat terjadi di lokasi anatomi mana pun. Infark yang melibatkan arteri kiri-anterior-
descending, koroner kanan dominan, atau arteri sirkumfleksa kiri dominan semuanya dapat
melibatkan cabang septum. Ruptur septum ventrikel tampaknya terjadi dengan frekuensi
yang sama pada infark anterior dan inferior/lateral. Infark anterior lebih mungkin
menyebabkan defek apikal dan infark inferior atau lateral lebih mungkin menyebabkan defek
basal pada sambungan septum dan dinding posterior. Terlepas dari lokasi, komunikasi yang
baru terbentuk menghasilkan pirau kiri ke kanan darah beroksigen dari ventrikel kiri (LV)
bertekanan tinggi ke ventrikel kanan (RV) bertekanan rendah. Presentasi klinis bervariasi
dari stabilitas hemodinamik lengkap hingga kolaps sirkulasi yang nyata tergantung pada
ukuran defek, adanya infark RV, iskemia RV yang sedang berlangsung, atau pemingsanan
RV karena kelebihan volume. Perburukan hemodinamik yang tidak dapat diprediksi adalah
hal yang normal pada sebagian besar pasien dalam beberapa hari dan minggu setelah VSR,
dan laporan tentang kelangsungan hidup jangka panjang yang tidak bergantung pada
pembedahan korektif sangat jarang.
Letak anterior jantung yang memperdarahi LAD (Left Anterior Descending Artery).
LAD yang melintasi bagian depan dan bawah Septum, sehingga jantung tidak mendapat
aliran/nutrisi menyebabkan gangguan kontraktilitas jantung, tekanan di ventrikel kiri lebih
tinggi dari ventrikel kanan, sementara dinding sekat septum tersebut menjadi rapuh dan
ruptur akibat infark / kekurangan supplay.
Komplikasi IVS ruptur / VSD yang bukan karena kelainan kongenital, tetapi memang
akibat dari komplikasi Acute Coronary Syndrome sehingga terjadi gangguan hemodinamik
kemudian dipasang IABP untuk mencegah gangguan tersebut, Intervensi yang dilakukan
tidak langsung dilakukan PCI hanya dilakukan POBA(Percutaneus Ballon Angioplasty)
yang merupakan tindakan pelebaran pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan.
Terapi reperfusi harus segera dilakukan untuk pasien infark hal ini bertujuan agar infark
tidak semakin meluas dengan rentang waktu door to ballon < 90 menit. Ny. M dilakukan
rekanulasi dengan menggunakan GC EBU 3.5/6F.
Kesimpulan hasil tindakan post POBA di mid LAD pada CAD 1 Vessel Desease,
Syok kardiogenik, STEMI Anterior, IVS ruptur. Berdasarkan konferensi bedah rencana
selanjutnya pada pasien Ny. M akan dilakukan tindakan IVS Clossure.
69
Sesuai dengan komplikasi yang mungkin muncul, pasien ini mengalami syok kardiogenik.
Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi beban kerja jantung yaitu pemasangan IABP.
Saat di ICVCU, pasien sudah terpasang IABP dan hemodinamik mulai stabil. Tindakan
keperawatan yang perlu dilakukan yaitu pemantauan hemodinamik.
observasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan , monitor kelelahan fisik
dan emosional, monitor pola dan jam tidur klien. Terapetik dengan menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus, melakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif, memberikan
distraksi yang menenangkan. Memberikan edukasi dengan menganjurkan tirah baring,
menganjurkan melakukan aktifitas secara bertahap serta mengajarkan mekanisme koping.
5.1 Kesimpulan
Acute Coronary Sindrome (ACS) adalah sebuah kondisi yang melibatkan
ketidaknyamanan di dada atau gejala lain yang disebabkan oleh kurangnya
oksigen ke otot jantung (miokardium), serta adanya manifestasi atau gejala akibat
gangguan pada arteri koronaria. Faktor risiko dari ACS dapat klasifikasikan
menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat diubah seperti
hiperlipidemia, hipertensi, diabetes dan sindrom metabolik lainnya dan faktor
risiko yang tidak dapat diubah seperti usia dan jenis kelamin. Faktor - faktor risiko
tersebut sangat berpengaruh dalam proses terbentuknya aterosklerosis pada arteri
koroner. Klasifikasi ACS berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung, ACS dibagi menjadi:
STEMI: ST segment elevation myocardial infarction, NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction, dan UAP: unstable angina pectoris.
Komplikasi IVS ruptur / VSD yang bukan karena kelainan kongenital, tetapi
memang akibat dari komplikasi Acute Coronary Syndrome sehingga terjadi
gangguan hemodinamik kemudian dipasang IABP untuk mencegah gangguan
tersebut, Intervensi yang dilakukan tidak langsung dilakukan PCI hanya dilakukan
POBA(Percutaneus Ballon Angioplasty) yang merupakan tindakan pelebaran
pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan. karena akan dilanjutkan
ke CABG IVS Clossure. Letak anterior jantung yang memperdarahi LAD (Left
71
72
Anterior Descending Artery). LAD yang melintasi bagian depan dan bawah
Septum, sehingga jantung tidak mendapat aliran/nutrisi menyebabkan gangguan
kontraktilitas jantung, tekanan di ventrikel kiri lebih tinggi dari ventrikel kanan,
sementara dinding sekat septum tersebut menjadi rapuh dan ruptur akibat infark
/ kekurangan supplay.
Dari data diatas setelah perawatan hari ke-1, maka ditegakkan diagnosis
keperawatan, yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(iskemik), penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, resiko perfusi
jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan prosedur endovaskular.
5.2 Saran
Studi kasus ini diharapkan mampu memberi gambaran tentang asuhan
keperawatan pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS). Saran yang dapat
penulis berikan adalah tingginya angka kejadian pasien dengan Acute Coronary
Syndrome, Semua pasien dengan infark transmural memerlukan pemantauan oleh
perawat spesialis kardiologi untuk mempertahankan hemodinamik yang
memadai. Setiap perubahan pada tanda vital pasien atau pemeriksaan jantung
harus segera dikomunikasikan oleh perawat kepada klinisi. Perawat khusus yang
terlatih dapat membantu tim medis dalam diagnosis dini Ventrikular Septum
Rupture (VSR) dengan perawatan dan penanganan yang tepat dapat mencegah
hasil yang merugikan. Pada pasien yang membutuhkan pompa balon intra-aorta
(IABP), observasi ketat oleh perawat perawatan kritis sangat penting dalam
mencegah komplikasinya. Sebuah tim interprofessional kolaboratif dapat
mengoptimalkan perawatan dan sangat mengurangi morbiditas dan mortalitas
yang terkait dengan penyakit. Dokter perlu mempertahankan indeks kecurigaan
yang tinggi untuk penyakit ini pada pasien yang berisiko. Komunikasi yang tepat
waktu dan koordinasi perawatan antara kardiologi intervensi dan tim kardiotoraks
dapat sangat meningkatkan kemungkinan hasil yang menguntungkan bagi pasien.
Serta studi kasus ini dapat dijadikan pembelajaran dan pengembangan ide untuk
intervensi keperawatan dalam memberikan asuhan pada pasien dengan Acute
Coronary Syndrome with STEMI Anterior Syok Kardiogenik and Interventrikular
Septum Rupture.
DAFTAR PUSTAKA
73
74
Torry, S. dkk. 2013. Gambaran Faktor Risiko Penderita Sindrom Koroner Akut .
Bagian / SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unsrat.
World Health Organization (WHO). (2015). Cardiovascular Diseases (CVDs),
Available at: http://.who.int/mediacentre/factseets/fs317/en/ – Diakses 04
Februari 2022
Lampiran
LEMBAR KONSULTASI
2022
2. Selasa, 08 1. Acc s/d Bab Teori
Februari 2. Untuk Diagnosa s/d Intervensi Keperawatan