Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PCI

DI RUANG CATHLAB RUMAH SAKIT JANTUNG


DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
 
Oleh Kelompok 1
Arief Puji Santoso
Etin Suhartini
Romi Apriansyah
Taufik Hidayat
Zainab
LATAR BELAKANG
Coronary Artery Disease (CAD) adalah penyebab
kematian nomor 1 di dunia, merenggut sekitar
17,9 juta jiwa setiap tahun.
CAD adalah sekelompok gangguan jantung dan
pembuluh darah, salah satunya penyakit jantung
koroner/ Coronary Artery Disease (CAD). CAD
merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang
disebabkan karena otot miokard kekurangan
suplai darah akibat adanya penyempitan arteri
koroner dan tersumbatnya pembuluh darah
jantung (AHA, 2017) dalam (Maqfira, 2020).
Berdasarkan data rekammedis Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita penderita MI yang
berusia dibawah 45 tahun pada tahun 2016
adalah 10,1% dan pada tahun 2017 menjadi
10,7%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penderita penyakit jantung koroner pada
usia muda (Patriyani & Purwanto, 2016).
Berbagai teknik telah dikembangkan untuk
melebarkan pembuluh darah dan
mengembalikan aliran darah pada arteri
koroner, salah satunya adalah kateterisasi
jantung
Kateterisasi jantung adalah teknik diagnostik dan
intervensi hemodinamik yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia dan menyumbang
sekitar 6.000 prosedur per satu juta penduduk
per tahun di negara-negara barat (Devi Listiana,
H.S.Effendi, 2019).
PENGERTIAN
Coronary Artery Disease (CAD) adalah sebuah
kondisi yang melibatkan ketidaknyamanan di
dada atau gejala lain yang disebabkan oleh
kurangnya oksigen ke otot jantung
(miokardium), serta adanya manifestasi atau
gejala akibat gangguan pada arteri koronaria
(Torry dkk, 2013).
FAKTOR RESIKO
faktor risiko yang dapat diubah seperti
hiperlipidemia, hipertensi, diabetes dan
sindrom metabolik lainnya dan
faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti usia
dan jenis kelamin
PATOFISIOLOGI
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia (PERKI) (2015) menyatakan bahwa sebagian besar
CAD adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan
dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung
fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti
oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.
Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner,
baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikro emboli
yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal
KLASIFIKASI
• STEMI: ST segment elevationmyocardial
infarction
• NSTEMI: non STsegmentelevation myocardial
infarction
• UAP: unstable angina pectoris
LOKASI INFARK BERDSARKAN GAMABARAN
EKG
• V1-V4: Anterior
• V1-V6, I, aVL: Extensive Anterior
• V5-V6, I, aVL: Lateral
• II, III, aVF: Inferior
• V7-V9: Posterior
• V3R, V4R: Ventrikel kanan
PENGERTIAN PCI
Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
adalah prosedur intervensi non bedah dengan
menggunakan kateter untuk melebarkan atau
membuka pembuluh darah koroner yang
menyempit dengan balon atau stent. Proses
penyempitan pembuluh darah koroner ini dapat
disebabkan oleh proses aterosklerosis atau
thrombosis(Maqfira, 2020).
JENIS-JENIS PCI BERDASARKAN ONSET

• Primary PCI
• Early PCI
• Rescue Percutaneous PCI
• Elektif PCI
INDIKASI PCI
Indikasi tindakan PCI adalah pada pasien Angina
Pectoralis dengan keluhan walaupun dengan medical
terapi yang optimal, penyempitan pembuluh darah
coroner > 70% pada pembuluh darah coroner yang
cukup besar, angina pektoralis tidak stabil, tindakan
primary atau gagal terapi thrombolitik pada Acute
Myocardial Infarction, angina pektoralis setelah
operesi CABG (Coronary Artey Bypass Graft) dan
stenosis setelah PCI (Rahmany et al., 2020).
KONTRA INDIKASI
Kontra indikasi tindakan PCI antara lain gagal
jantung yang tidak terkontrol, klien pasca
serangan stroke kurang dari 1 bulan, infeksi
berat disertai demam. Gangguan keseimbangan
elektrolit, perdarahan lambung akut yang
disertaidengan anemia, wanita hamil kurang dari
3 bln, gagal ginjal, riwayat perdarahan tidak
terkontrol, dan intoksikasi digitalis (Rahmany et
al., 2020)
AREA PUNCTURE
• Arteri Femoralis.
• Arteri Brachialis
• Arteri Radialis
JENIS STENT
• tanpa salut obat (bare metal stent)
• stent dengan salut obat (drug eluting stent).
KOMPLIKASI PCI
• Diseksi arteri coroner
• Vaso spasme arteri coroner
• Akut disritmia
• Cardiac arrest
• Tamponade jantung
• Hipotensi
• Perdarahan, biasanya terjadi pada daerah akses penusukan (area insersi) atau
pun perdarahan retroperitoneal
• Hematoma
• Pseudoaneurisma
• Fistula arteriovenosus
• Thrombosis dan embolisasi distal
• Contrast Induce Nefropathi (CIN)
ASUHAN KEPERAWATAN
• ANAMNESA
– Riwayat penyakit
– Riwayat penyakit keluarga
– Faktor resiko
– Tempat tinggal
– Riwayat pekerjaan
• PEMERIKSAAN FISIK
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Laboratorium lengkap
– EKG
– EKOKARDIOGRAFI
– Chest X Ray
• ANALISA DATA
• DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
MUNCUL
» Nyeri akut berhubungan dengan efek luka pembedahan /penusukan.
» Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
» Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini.
» Risiko perdarahan dengan kondisi terkait program pengobatan.
» Risiko infeksi dengan kondisi terkait prosedur invasive
(PPNI, 2016)
KASUS
Identitas pasien
• Nama : Tn. B
• Usia: : 71th
• RM: : 2021502730
• Pendidikan: SLTA
• Pekerjaan : Pensiunan
• Alamat : Jl. Cabe Rawit II No 16
RT 009/006 Jakarta Barat
• Diagnosa Pre Tindakan : CHF fc II-III ec CAD 2VD
• Diagnosa Post Tindakan : CAD 2VD PCI 1 DES RCA
• Tanggal Masuk RS : 9 Februari 2022
• Tanggal MasukCath: 9 Februari 2022
• Tanggal Pengkajian Pre PCI : 9 Februari 2022
• Tanggal Pengkajian Post PCI: 9 Februari 2022
• RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
– Pasien telah dilakukan PCI sebelumnya dan sekarang dilakukan
PCI yang ke dua
– Pasien rutin minum obat dual anti platelet
• RIWAYAT PENAKIT DAHULU
– Pasien mempunyai hipertensi dan rutin minum obat hipertensi
– Pasien pernah pengobatan TB Paru dan dinyatkan sembuh
• FAKTOR RESIKO
– Hipertensi
– Merokok, baru berhenti + 3 tahuna
• PEMERIKSAAN FISIK
– Kesadaran: Compos Mentis
– GCS: E4M5V6.
– TD 182 / 107
– HR 86
– RR 24
– SpO2 100 %
– BB/TB: 67 kg / 177 cm
Therapy yang di berikan.
• CPG : 1x75mg
• Aspilet : 1x80 mg
• Concor : 1x5mg
• Nitrocaf : 2x2,5mg
• Simvastatin : 1x20mg
• Candesartan : 1x16mg
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• LABORATORIUM
– Hb 12,8 gr/dl
– Hematokrit 37,0 gr/dl
– 228000
– PT 11,3 detik
– INR 1,09 detik
– Ureum 20,20 mg/dl
– BUN 9 mg/dl
– Kreatinin 1,01 mg/dl
– eGFR 74 mg/dl
– Natrium 142 mmol/L
– Kalium 4,8 mmol/L
– Clorida 107 mmol/L
– HbSag nonreaktif
– Anti HCV nonreaktif
– PCR SarCov 19 Negatif
• LAPORAN COROANGIOGRAFI
Dengan hasil :
– LM: Normal
– LAD : Diffuse stenosis di proximal-mild 70-80 %
– LCx : Normal distal kaliber kecil. OM5
kaliber besardengan stenosis di proximal
60%
– RCA : Diffuse stenosis dari proximal sampai mild
dengan stenosis maksimal 70-80% di
proximal.
LAPORAN PROSEDUR PCI YANG TELAH
DILAKUKAN
• PCI RCA :Dilakukan wirring dengan wire shimobike bagian mild RCA.
Dilakukan predilatasi dengan ballon ikazuchi 2,5x15 mm, dikembangkan
dengan tekanan 8 atm selama 10 detik dari mild sampai proximal RCA.
Dilakukan pergantian wire dari wire shinobi ke wire Asahi Sion Blue.
Kemudian dilakukan implantasi DES Resolute Integrity akhir. TIMI 3 flow,
residual stenosis(-),perforasi(-),diseksi(-), thrombus(-).
Tindakan selesai.
• Total pendarahan : 30 cc
• Dosispaparanradiasi : 23.46 Gy.cm2
• Jumlah media kontras : 75 ml
• Fluora Time : 00;09.46
• Kesimpulan : Post PCI 1 Des RCA pada CAD 2VD
Diagnosa Keperawatan
• Ansietas behubungan dengan kekhawatiran
kegagalan
• Nyeri akut berhubungan denganagen
pencidera fisik ( trauma )
• Resiko perdarahan berhubungan dengan
tindakan pembedahan
KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
dengan post PCI 1 DES RCA pada CAD 2VD di ruang cathlab dan
ruang perawatan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita Jakarta, maka kelompok dapat mengambil
beberapa kesimpulan. Antara lain :
• Dalam melakukan asuhan keperawatan pasien kelainan jantung dan pembuluh
darah, diharapkan perawat memahami masalah keperawatan yang muncul pada
kelainan jantung dan pembuluh darah sehingga hasil asuhan yang diberikan bisa
menghasilkan output yang maksimal.
• Pemberian asuhan keperawatan pada pasien post PCI harus dilakukan pengawasan
secara ketat terutama resiko perdarahan dan CIN (contras Induced Nephropathy).
• Dalam pemberian asuhan keperawatan pasien post PCI harus focus pada masalah
keperawatan yang ada.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai