Anda di halaman 1dari 73

DIKLAT RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HARAPAN

KITA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.C DENGAN


POST OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING (CABG)
OFF PUMP DI RUANG ICU BEDAH DEWASA RS JANTUNG
DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA, JAKARTA

STUDI KASUS
Disusun untuk Menyelesaikan Tugas Pelatihan Keperawatan Kardiovaskular
Tingkat Dasar Angkatan I Tahun 2020

Kelompok D :
1. ELIA ANGGRAENI
2. CHRISTOPER SINAMBELA
3. ARLEN SITORUS
4. YESSI OKTARIA
5. ELISABETH CHRISTINA

PROGRAM PELATIHAN KEPERAWATAN KARDIOVASKULAR


TINGKAT DASAR RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA, JAKARTA
APRIL 2021
DIKLAT RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HARAPAN
KITA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.C DENGAN


POST OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING (CABG)
OFF PUMP DI RUANG ICU BEDAH DEWASA RS JANTUNG
DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA, JAKARTA

STUDI KASUS
Disusun untuk Menyelesaikan Tugas Pelatihan Keperawatan Kardiovaskular
Tingkat Dasar Angkatan I Tahun 2020

Kelompok D :
1. ELIA ANGGRAENI
2. CHRISTOPER SINAMBELA
3. ARLEN SITORUS
4. YESSI OKTARIA
5. ELISABETH CHRISTINA

PROGRAM PELATIHAN KEPERAWATAN KARDIOVASKULAR


TINGKAT DASAR RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA, JAKARTA
APRIL 2021
i
HALAMAN PENGESAHAN

Studi Kasus ini diajukan oleh Kelompok D

Nama : 1. Elia Anggraeni

2. Christoper Sinambela

3. Arlen Sitorus

4. Yessi Oktaria

5. Elisabeth Christina

Program : Program Pelatihan Keperawatan Kardiovaskular


Tingkat Dasar RS Jantung & Pembuluh Darah
Harapan Kita

Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.C Dengan Post
Operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)
Off Pump Di Ruang ICU Bedah Dewasa RS Jantung
Dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta
TIM
PEMBIMBING

Pembimbing : Iim Rohiman, S.Kep., Ners ( )

Penguji I : Tandang Susanto, S.Kep., Ners ( )

Penguji II : Nuraini S.Kep., Ners ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : April, 2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Studi Kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.C Dengan Post Operasi Coronary
Artery Bypass Grafting (CABG) Off Pump Di Ruang ICU Bedah Dewasa RS
Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta” dengan lancar tanpa
hambatan yang bearti.
Studi Kasus ini disusun atas bimbingan, pengarahan, dan peran serta dari
berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Dr. dr Iwan Dakota, Sp. JP(K)., MARS., FACC., FESC selaku direktur utama
RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
2. Dr. dr. Cindy Elfira Boom Sp. An., KAKV., KAP selaku Kepala Divisi
Pendidikan dan Pelatihan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
3. Iim Rohiman, S.Kep., Ners selaku pembimbing klinik.
4. Tandang Susanto, S.Kep., Ners selaku tim penguji I.
5. Nuraini S.Kep., Ners selaku tim penguji II.
6. Perawat ruang ICU Bedah Dewasa yang memberikan pengarahan dan
bimbingan,
7. Staf pengajar DIKLAT yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat
dalam penulisan studi kasus ini.
8. Teman-teman anggota kelompok dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian studi kasus ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam studi kasus ini.
Karena itu penyusun menerima saran dan kritik demi kesempurnaan laporan studi
kasus. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, April 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL............................................................................... ….. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... …. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ….. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ….. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ….. v
DAFTAR TABEL ................................................................................... ….. vi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... …. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. …. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................. …. 3
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................. …. 3
1.4 Metode Penulisan ............................................................. …. 4
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................... …. 4
BAB 2. TINJAUAN TEORI .................................................................. …. 5
5.1 Konsep Dasar CABG........................................................ …. 5
5.2 Konsep Dasar Pasca Bedah .............................................. …. 19
BAB 3. TINJAUAN KASUS................................................................ ….. 30
3.1 Pengkajian ........................................................................ ….. 30
3.2 Asuhan Keperawatan ........................................................ ….. 42
BAB 4. PEMBAHASAN ...................................................................... ….. 61
4.1 Pengkajian Keperawatan. ................................................. …. 62
4.2 Diagnosa Keperawatan. .................................................... …. 62
4.3 Intervensi Keperawatan .................................................... …. 63
4.5 Implementasi & Evaluasi Keperawatan ........................... …. 63
BAB 5. Kesimpulan & Saran ................................................................ …. 63
5.1 Kesimpulan ...................................................................... …. 63
5.2 Saran ................................................................................ …. 63
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 2.1 Patofisiologi ........................................................................ ….. 10
Gambar 3.1 Pemeriksaan echocardiograpy ............................................. ….. 38
Gambar 3.2 Pemeriksaan Thorax ............................................................ ….. 39
Gambar 3.4 ECG ..................................................................................... ….. 40

v
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan................................................ ….. 25
Tabel 3.1 Pola Aktivitas .......................................................................... ….. 33
Tabel 3.2 Pengkajian Behavior ............................................................... ….. 34
Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... ….. 37
Tabel 3.4 Analisa Data ............................................................................ ….. 42
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan........................................................... ….. 47
Tabel 3.5 Implementasi & Evaluasi Keperawatan .................................. ….. 53

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan bagian dari penyakit
kardiovaskuler yang menjadi ancaman di dunia modern saat ini. Menurut
WHO,pada tahun 2019, menyebutkan bahwa penyakit tersebut merupakan
penyebab pertama kematian saat ini. Pada 2019 diperkirakan, 17 juta orang
meninggal karena PJK.
Penyakit jantung koroner yang hingga kini masih ditempatkan sebagai
penyebab kematian nomor satu di dunia bisa diatasi dengan salah satu
tindakan pemasangan stent atau yang disebut dengan tindakan PCI, selain itu
juga dapat diatasi dengan tindakan operasi Coronary Artery Bypass Grafting
(CABG) (Yahya, 2017).
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) yang merupakan salah satu
penanganan intervensi dari PJK. CABG adalah jenis tindakan operasi jantung
yaitu dengan membuat saluran baru melewati bagian arteri coronaria yang
mengalami penyempitan. Operasi Coronary Artery Bypass Graft pertama kali
dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1960.
Coronary Artery Bypass Graft merupakan salah satu metode
revaskularisasi yang umum dilakukan pada pasien yang mengalami
atherosklerosis dengan tiga atau lebih penyumbatan pada arteri koroner atau
penyumbatan yang signifikan pada Left Main Artery Coroner (Chulay &
Burns, 2016).
American heartassociation (AHA) mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak diarteri jantung yang
dapet menyebabkan serangan jantung.penumpukan plak pada arteri koroner
ini disebut dengan aterosklerosis (AHA, 2017)
Secara sederhana, CABG adalah operasi pembedahan yang dilakukan
dengan membuat pembuluh darah baru atau bypass terhadap pembuluh darah
yang tersumbat sehingga melancarkan kembali aliran darah yang membawa
oksigen untuk otot jantung yang diperdarahi pembuluh tersebut.

1
Di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sudah
melakukan operasi CABG sejak tahun 1990 dan tahun 1998 sudah melakukan
CABG tanpa mesin pintas jantung paru. Menurut data Laporan Kinerja
Instalasi Bedah Dewasa dan Intensif Paska Bedah RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita, tindakan bedah CABG yang dilakukan pada tahun 2019
sebanyak 747 kasus, dan pada tahun 2020 terjadi penurunan menjadi sebanyak
455 kasus dikarenakan terjadinya pandemi Covid-19. Keberhasilan dan
kesembuhan pasien tergantung berbagai faktor antara lain kondisi pasien
selama pre operasi, intra operasi dan pasca operasi. Oleh karena itu, perawat
memiliki peran penting dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien
secara menyeluruh meliputi bio, psiko, sosial, spiritual melalui beberapa aspek
diantaranya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Masih tingginya tingkat kematian akibat penyakit jantung koroner ini
menyebabkan tingginya tingkat pembedahan dengan Coronary Artery Bypass
Graft. Maka sangat diperlukan pelayanan optimal sehingga pelayanan dituntut
untuk dapat bekerja lebih profesional dari berbagai bidang profesi baik dokter
bedah, anastesiologist, perfusionist, dan perawat. Perawat sebagai profesi yang
menjadi ujung tombak pelayanan di Rumah Sakit harus mampu memberikan
asuhan keperawatan yang optimal baik selama preoperasi, intraoperasi dan
pascaoperasi. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien sebelum
dilakukan tindakan operasi.
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada periode Januari sampai dengan
Desember 2020 menunjukkan jumlah operasi CABG di kamar bedah
sebanyak 455 kasus dengan angka mortalitas 0.7%.
Perawatan pasien pasca bedah jantung pada umumnya dilakukan di unit
perawatan kritis atau intensive care unit (ICU). Asuhan Keperawatan yang
spesifik pada pasien pasca bedah jantung sangat menentukan keberhasilan
pasien melewati masa-masa krisis pasca operasi.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil judul studi kasus
yaitu Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca Bedah Coronary Arteri Bypass

2
Graft (CABG) Di Ruang ICU Dewasa Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh
Darah Harapan Kita Jakarta Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini kelompok
membatasi pembahasan hanya “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.C
Dengan Post Operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) Off Pump Di
Ruang ICU Bedah Dewasa RS Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita,
Jakarta”.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum penulisan
Mampu mengaplikasi teori tentang perawatan pada pasien dengan Pasca
Operasi Coronary Artery Bypass Graft
2. Tujuan khusus penulisan
a. Mengetahui konsep dasar teori Coronary Artery Bypass Graft
1) Mengetahui definisi Coronary Artery Bypass Graft
2) Mengetahui tujuan Coronary Artery Bypass Graft
3) Mengetahui indikasi Coronary Artery Bypass Graft
4) Mengetahui kontraindikasi Coronary Artery Bypass Graft
5) Mengetahui teknik Coronary Artery Bypass Graft
6) Mengetahui komplikasi Coronary Artery Bypass Graft
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan pasca operasi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
1) Mengetahui pengkajian pada pasien dengan pasca operasi
Coronary Artery Bypass Graft
2) Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan pasca
operasi Coronary Artery Bypass Graft
3) Mengetahui rencana keperawatan pada pasien dengan pasca operasi
Coronary Artery Bypass Graft
4) Mengetahui Implementasi keperawatan pada pasien dengan pasca
operasi Coronary Artery Bypass Graft

3
5) Mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien dengan pasca
operasi Coronary Artery Bypass Graft
1.4 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kelompok menggunakan berbagai
metode untuk mengumpulkan data dan mengimplemetasikan konsep yang
telah diperoleh. Metode yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan
fisik, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi.

1.5 Sistematika Penulisan


I. BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan
sistematika tulisan.
II. BAB II Tinjauan Teoritis
Terdiri dari konsep dasar dan asuhan keperawatan.
III. BAB III Tinjauan Kasus
Terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
IV. BAB IV Pembahasan
Merupakan ulasan kesesuaian dan kesenjangan masalah yang muncul
berdasarkan teori dan kenyataan yang terjadi pada pasien.
V. BAB V Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Coronary Artery Bypass Graft (CABG)


2.1.1 Definisi Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu
operasi yang dimaksudkan untuk memperbaiki aliran darah ke
jantung, yang terutama ditujukan pada penderita penyempitan berat
koroner yang berpotensi tinggi menimbulkan serangan jantung.
Bypass juga dilakukan pada penderita dengan penyempitan koroner
yang berpotensi fatal, operasi ini juga direkomendasikan apabila
obat-obatan maupun pelebaran dengan balon atau pemasangan stent
tidak efektif dalam mengatasi gangguan koroner (Yahya, 2017)
Coronary Artery Bypass Graft merupakan salah satu metode
revaskularisasi yang umum dilakukan pada pasien yang mengalami
atherosklerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan pada arteri koroner
atau penyumbatan yang signifikan pada Left Main Artery Coroner
(Udjianti, 2015).
Secara sederhana, CABG adalah operasi pembedahan yang
dilakukan dengan membuat pembuluh darah baru atau bypass
terhadap pembuluh darah yang tersumbat sehingga melancarkan
kembali aliran darah yang membawa oksigen untuk otot jantung
yang diperdarahi pembuluh tersebut.

2.1.2 Tujuan Coronary Artery Bypass Graft (CABG)


Tujuan CABG adalah untuk revaskularisasi aliran arteri koroner
akibat adanya penyempitan atau sumbatan ke otot jantung (Arif
Muttaqin, 2016).
Menurut Smetzer dan Bare (2015) adapun tujuan dari CABG adalah
sebagai berikut :

1. Meningkatkan sirkulasi darah ke arteri koroner

2. Mencegah terjadinya iskemia yang luas


5
3. Meningkatkan kualitas hidup

4. Meningkatkan toleransi aktifitas

5. Memperpanjang masa hidup

Tujuan perawatan pasca bedah dalam 24 jam pertama adalah


mempertahankan tekanan darah dan curah jantung yang
adekuat,mengoreksi masalah dengan koagulasi dan kadar kalsium
serta menstabilkan volume intravaskuler.

2.1.3 Indikasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG)


Indikasi CABG menurut AHA:
1. Indikasi CABG tanpa gejala / angina ringan.
a. Kelas I :
1) Stenosis Left Main Coronary Artery yang signifikan
2) Left main equivalen (stenosis signfikan 70% dari LAD
proximal dan LCX proximal)
3) Three Vessel Desease (angka harapan hidup lebih besar
dengan fungsi LV EF 50%
b. Kelas II
1) Stenosis LAD proximal dengan satu atau dua vessel
desease. Akan menjadi kelas satu jika terdapat iskemik
berdasarkan pemeriksaan non invasif atau LV EF 50%
2) Satu atau dua vessel desease tidak pada LAD
3) Bila terdapat di daerah miocardium variabel yang besar
berdasar kriteria resiko tinggi dari hasil pemeriksaan non
invasif akan menjadi kelas satu.
2. Indikasi CABG untuk angina stabil
a. Kelas I
1) Stenosis Left Main Coronary Artery yang signifikan
2) Left Main Equivalen stenosis 70% dari LAD proximal dan
LCX proximal.
3) Three Vessel Desease (dengan harapan hidup lebih besar
dengan fungsi LV terganggu misalnya LV EF 50%
6
4) Two Vessel Desease dengan stenosis LAD proximal LV EF
50% atau terdapat iskemik pada pemeriksaan non invasif.
5) Satu atau dua Vessel Desease LAD yang signifikan tetapi
terdapat daerah miokardium variabel yang besar dan
termasuk kriteria cukup tinggi dari pemeriksaan non invasif
6) Angina refraktur terhadap pengobatan yang maksimal.
b. Kelas II
1) Stenosis LAD proximal dengan satu Vessel deseases
2) Satu atau dua vessel desease tanpa stenosis LAD proximal
yang signifikan
c. Kelas III
1) Satu atau dua vessel desease tanpa LAD yang signifikan
2) Stenosis coronary pada ambang batas (50 – 60% diameter
pada lokasi non Left Main Artery) dan tidak terdapat
iskemik pada pemeriksaan non invasif.
3. Indikasi CABG untuk Unstable Angina / Non Q Wave MI
a. Kelas I
1) Stenosis Left Main Coronary yang signfikan
2) Left Main Equivalen
3) Iskemik yang mengancam dan tidak responsive terhadap
terapi non bedah yang maksimal
b. Kelas II A
Stenosis LAD proximal dengan satu atau dua vessel desease
c. Kelas II B
Satu atau dua vessel deasease tidak pada LAD
4. Indikasi CABG pada fungsi ventrikel kiri yang buruk
a. Kelas I
1) Stenosis Left Main Coronary Artery yang signfikan
2) Left Main Equivalen : stenosis signfikan 70% dari
LAD proximal dan LCX proximal
3) Stenosis LAD proximal dengan dua atau tiga vessel
desease

7
b. Kelas II
Fungsi LV yang memburuk dengan area miokardium viable
terevaskularisasi tanpa adanya perubahan atau kelainan
anatomis.
c. Kelas III
Fungsi LV buruk tanpa adanya tanda dan gejala iskemik
intermitten dan tanpa adanya daerah miokardium yang
viable dan terevascularisasi
5. Indikasi CABG pada Aritmia ventrikel yang mengancam jiwa
a. Kelas I
1) Stenosis pada Left Main Coronary Artery
2) Three Vessel Desease
b. Kelas II
1) Satu atau dua vessel desease yang bisa dilakukan
bypass.
2) Akan menjadi kelas satu bila terdapat iskemik
berdasarkan pemeriksaan non invasif atau LV EF
<50%.
3) Jika terdapat miokardium yang besar dan termasuk
kriteria resiko tinggi dari hasil pemeriksaan non invasif
akan menjadi kelas I
4) Stenosis LAD proximal dengan satu atau dua vessel
desease.
c. Kelas III
Takikardi ventrikel tanpa skore dan tanpa bukti ada iskemik
6. Indikasi CABG pada pasca kegagalan PTCA
a. Kelas I
1) Iskemik yang mengancam atau oklusi pada area miokard
yang signfikan
2) Hemodinamik yang tidak stabil
b. Kelas IIA
1) Benda asing pada lokasi anatomis yang penting

8
2) Hemodinamik yang tidak stabil pada pasien dengan
kelainan sistem koagulasi dan tidak memiliki riwayat
sternotomi.
c. Kelas IIB
Hemodinamik yang tidak stabil pada pasien dengan
kelainan sistem koagulasi dan memiliki riwayat
sternotomi.
d. Kelas III
1) Tidak iskemik
2) Revaskularisasi yang gagal oleh karena keadaan anatomi
atau miokardium yang tidak viable lagi.
7. Indikasi CABG pada pasien dengan riwayat CABG
a. Kelas I
Angina Refraktur terhadap pengobatan Yonon invasif
maksimal
b. Kelas IIA
Stenosis yamg nyata pada coroner distal yang memungkinkan
dilakukan bypass dengan daerah miokardium yang besar
yang terancam pada pemeriksaan
c. Kelas IIB
Iskemik pada daerah distribusi non LAD dengan graft arteri
mamari interna paten ke LAD yang memperdarahi area
miokardium fungsional dan tanpa usaha pengobatan medikal
mentosa atau revaskularisasi percutan yang agresif.

2.1.4 Kontraindikasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG)


Adapun kontraindukasi Coronary Artery Bypass Graft
CABG antara lain sebagai berikut (Terry & Weaver, 2015) :
1. Faktor usia yang sudah sangat tua
2. Sumbatan kecil di koroner bagian distal
3. Stenosis aorta yang berat
4. Disfungsi ventrikel kiri yang berat

9
5. Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik
akibat diabetes mellitus dan EF yang sangat rendah <15%
6. Sklerosis aorta yang berat
7. Struktur arteri koroner yang tidak mungkin untuk disambung

2.1.5 Patofisiologi Coronaray Artery Bypass Craft (CABG)


Gambar 2.1 Patofisiologi
(Dakota, 2019)

Pasien dengan Pasien PJK yang Pasien PJK yang Pasien yang Pasien yang
prioritas gagal dengan high-risk secara signifikan akan optimal
angioplasty, terapi obat klinis atau dari gagal jantung dengan test
bedah bypass, hasil test non dan disfungsi invasive yang
infark miokard invasif ventrikel kiri dini

Kateterisasi
jantung Melakukan
evaluasi untuk
penyebab
Menunjukkan CAD? Tidak non-
kardiologik
YA

One or two vessel desease Three vessel disease Significant (>50%) left mean desease

CABG

10
CABG
Off pump
On pump
Tanpa CPB
Sternotomi dan pemasangan graft Pemakaian mesin pintas jantung paru

Pemakaian sedative dan relaksan


Luka insisi perdarahan Penggunaan MK : hipotermia
Intubasi dan Trauma operasi kardioplegik
Ketidak
pemasangan ETT adekuatan
Port de entry Pemasangan drain vasokonstriksi
ventilasi MK : nyeri mikroorganisme hipertonis
Merangsang Menurunkan
Produksi darah meningkat
produksi slem Pola nafas tidak efektif MK : Resiko infeksi metabolisme
Menarik cairan
Volume intravaskuler menurun intravaskuler
Bersihan jalan Menekan pita suara
nafas terganggu Akral dingin
Venus return menurun
Gangguan MK : Defisit volume
MK : Bersihan komunikasi Verbal cairan
jalan nafas tidak Penurunan pengisian ventrikel MK :Gangguan
efektif Penurunan perfusi jaringan
Stroke volume menurun perfusi
jaringan
Cardiac output menurun
Penurunan perfusi jaringan otak
MK :
Tekanan
Penurunan Penurunan
darah
cardiac output kesadaran
rendah

11
2.1.6 Teknik Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
Ada 2 teknik yang digunakan pada operasi CABG yaitu on
pump dan off pump. Masing – masing teknik memiliki kekurangan
dan kelebihan masing – masing.
Pada operasi on pump prosedur dijalankan menggunakan alat
mekanis mesin jantung paru. Mesin jantung paru memungkinkan
lapangan operasi yang bebas darah sementara perfusi tetap dapat
dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh. Pintasan
jantung paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan
dan vena kava untuk menampung darah dari tubuh. Kanula
kemudian dihubungkan dengan tabung yang berisi cairan kristaloid
isotonik. Darah vena yang diambil dari tubuh disaring, di oksigenasi,
dijaga temperatunya kemudian dikembalikan ke tubuh. Kanula yang
mengembalikan darah ke tubuh dimasukkan ke aorta ascenden.
Selanjutnya untuk membuat jantung arrest diberikan cairan
cardioplegia yang formulanya tinggi kalium, mengandung dekstrose,
buffer pH, hiperosmolalitas, dan anastesi lokal. Rute pemberiannya
bisa melalui root aorta (antegrade) dan melalui sinus coronaries
(retrograde) serta melalui keduanya.
Operasi teknik off pump tidak menggunakan mesin jantung paru
sehingga jantung tetap berdetak secara normal dan paru – paru
berfungsi secara biasa saat operasi dilakukan. Adapun kriteria pasien
Off Pump :
a. Pasien yang direncanakan operasi elektif
b. Hemodinamik stabil
c. EF dalam batas normal, fungsi LV intact/utuh
d. Pembuluh darah distal cukup besar
e. Usia tua disertai penyakit komorbid seperti penyakit arteri karotis,
aterosklerosis aorta, disfungsi ginjal atau paru
f. Mempunyai komplikasi dengan mesin CPB (Cardio Pulmonary
Bypass )
g. 1-2 vessel disease di anterior

12
Tetapi operasi dengan teknik Off Pump memiliki kontra indikasi
absolut, diantaranya :
a. Hemodinamik tidak stabil
b. Buruknya kualitas target pembuluh darah termasuk pembuluh
darah intramyocad,penyakit pembuluh darah yang
menyebar/difusi,pembuluh darah yang mengalami
kalsifikasi/penebalan
Dan memiliki kontra indikasi Relatif yaitu :
a. LVEF <35%
b. Cardiomegali/ CHF
c. LM kritis
d. Recent/ current MCI
e. Cardiogenic shock
Keuntungan dari teknik Off Pump (Benetti & Ballester, 1995)
a. Meminimalkan efek trauma operasi
b. Pemulihan/mobilisasi lebih dini
c. Drainase darah pasca bedah minimal
d. Tersedia akses sternotomi untuk reoperasi
e. Menurunkan morbiditas dirumah sakit (termasuk insiden infeksi
dada, pemakaian inotropik, kejadian SVT, transfusi darah, lama
rawat ICU)
f. Peneliti lain pelepasan CKMB dan trop I lebih rendah, kejadian
stroke lebih rendah.

Pembuluh darah yang digunakan sebagai bypass ada 3 pembuluh


darah yang sering digunakan sebagai bypass, yaitu arteri mamaria interna
kiri,arteri intra thorakal kiri, arteri radialis dan vena safena magna
(Smeltzer & Bare, 2018).
Arteri mammaria interna (AMI). Biasanya berasal dari dinding
bawah arteri subklavia, melewati bagian atas pleura dan tepat lateral
terhadap sternum. Penggunaan AMI dengan ujung proksimal masih
dihubungkan ke arteri subklavia. AMI kiri lebih panjang dan lebih besar
sehingga sering digunakan sebagai bypass arteri coroner (Shapira et al,
13
2019). AMI sering digunakan karena memiliki kepatenan pembuluh darah
yang baik. Studi menunjukkan bahwa sekitar 96% kasus CABG yang
menggunakan AMI dapat bertahan lebih dari 10 tahun. AMI sering
digunakan untuk bypass arteri left anterior ascenden. Hal ini disebabkan
karena jarak/lokasi LIMA dan LAD berdekatan serta berada pada sisi yang
sama.
Arteri radialis. Arteri ini melengkung melintasi sisi radialis tulang
Carpalia dibawah tendo Musculus Abductor Pollicis Longus dan tendo
Musculus extensor Pollicis Longus dan Brevis. Arteri radialis diinsisi lebih
kurang 2 cm dari siku dan berakhir 1 inchi dari pergelangan tangan.
Biasanya sebelum dilakukan pemeriksaan Allen Test untuk mengetahui
kepatenan arteri ulnaris jika arteri radialis diambil. Pada pasien yang
menggunakan arteri radialis harus mendapatkan terapi Ca Antagonis
selama 6 bulan setelah operasi menjaga agar arteri radialis tetap terbuka
lebar. Sebuah studi menunjukkan bahwa arteri radialis memberikan lebih
banyak kemampuan revaskularisasi dalam waktu yang lebih lama
dibandingkan vena safena.
Vena Safena. Ada dua vena safena yang terdapat pada tungkai bawah
yaitu vena safena magna dan parva. Namun yang sering dipakai sebagai
saluran baru pada CABG adalah vena safena magna. Vena safena sering
digunakan karena diameter ukurannya mendekati arteri coroner.

2.1.7 Komplikasi potensial pasca operasi CABG


Komplikasi jantung setelah operasi CABG dapat ditangani
berdasarkan empat komponen yang mempengaruhi curah jantung
meliputi preload, afterload, frekuensi denyut nadi, dan kontraktilitas
(Black & Hawks, 2019 ; Smelzer & Bare, 2015).
1. Gangguan preload meliputi hipovolemia, perdarahan menetap,
tamponade jantung dan kelebihan cairan
a. Hipovolemia merupakan penyebab tersering terjadinya
penurunan curah jantung setelah operasi jantung. Prosedur
operasi menyebabkan kehilangan darah meski sudah

14
dilakukan penggantian cairan. Namun pada saat suhu tubuh
dinaikkan yang awalnya hipotermi mengakibatkan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga dibutuhkan lebih
banyak cairan untuk memenuhi rongga pembuluh darah.
b. Perdarahan pasca operasi jantung terbagi 2 yaitu medical
dan surgical. Perdarahan medikal terjadi karena gangguan
pembekuan darah akibat rusak dan pecahnya trombosit.
Selain itu mekanisme pembekuan darah juga akan
terganggu bila pasien dalam keadaan hipotermik. Kedua,
perdarahan surgical terjadi karena faktor pembedahan
seperti jahitan yang bocor atau dari dinding dada akibat
tusukan kawat sternum. Jumlah drainase tidak boleh
melebihi 3cc/kgBB/jam selama 3 jam berturut-.turut.
c. Tamponade jantung adalah kondisi dimana terkumpulnya
cairan di lapisan pericardium jantung yang menekan jantung
dari luar sehingga menghalangi darah untuk masuk ke
ventrikel. Manifestasi klinisnya adalah terjadi hipotensi
arteri, bunyi jantung lemah, penurunan haluaran urine,
tekanan PCWP dan CVP meningkat, takikardi, drainase
berkurang, pulsus paradoksus (penurunan lebih dari 10
mmHg selama inspirasi), akral dingin.
d. Kelebihan cairan merupakan masalah yang jarang terjadi
pada pasien pasca bedah jantung. Tekanan arteri pulmonal,
PCWP dan CVP meningkat. Biasanya diberikan diuretik
dan kecepatan pemberian cairan via intravena diperlambat.
2. Gangguan afterload sering disebabkan oleh perubahan suhu
tubuh pasien. Pada hipotermia terjadi konstriksi pembuluh darah
sehingga terjadi peningkatan afterload. Penanganannya adalah
dengan menghangatkan kembali pasien secara bertahap dan jika
diperlukan dilakukan pemberian vasodilator sementara
menunggu penghangatan. Sebaliknya demam atau kondisi
hipertermik akan meningkatkan afterload. Penanganannya

15
dengan menjaga normotermia tubuh atau dengan pemberian
vasopressor.
3. Hipertensi terjadi akibat peningkatan afterload. Jika pasien
sudah mengalami hipertensi sebelum pembedahan maka
penatalaksaan terapinya disesuaikan seperti sebelum operasi.
4. Aritmia dapat mempengaruhi curah jantung. Tujuan utama
penanganannya adalah mengembalikan irama jantung ke irama
sinus normal dan mencapai irama stabil yang menghasilkan
curah jantung yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Gangguan Kontraktilitas
Gagal jantung terjadi jika jantung tidak mampu memompakan
darah sesuai kebutuhan tubuh. Gejala klinis yang muncul adalah
terjadi penurunan tekanan arteri rata-rata, takikardi,
gelisah,kesulitan bernafas, edema dan terjadi peningkatan
PCWP, PA dan CVP.
6. Infark Miokard Post Operasi (PMI)
Terjadi kematian sebagian otot jantung sehingga menurunkan
kontraktilitas. Pengkajian yang dilakukan harus teliti untuk
membedakan dengan nyeri karena faktor pembedahan. Infark
miokard harus dicurigai jika tekanan arteri rata – rata menurun
dengan preload yang normal. Serial EKG dan enzim dapat
membantu penegakkan diagnosa.

2.1.7.1 Komplikasi Paru-paru


a. Hematothorax dan Pneumothorax
Adanya insisi atau perlukaan pada thorax dan komponen-
komponennya dapat menyebabkan perdarahan.Pemasangan
WSD berguna untuk mengalirkan perdarahan yang terjadi
sehingga dapat mencegah akumulasi darah pada rongga thorax
(hematothorax). Hematothorax harus di drain karena darah yang
terakumulasi bisa menyebabkan pertumbuhan bakteri dan

16
mencegah terjadinya fibrous dan penghambatan ekspansi paru.
Pencabutan WSD pun harus dhindari adanya kebocoran udara.
b. Atelektasis
Atelektasis bisa disebabkan oleh obat-obat anastesi atau
faktor-faktor negatif dari pasien itu sendiri. Saat intubasi
vetilator hendaknya disesuaikan dengan kondisi pasien dan
adekuat untuk mencegah atelektasis terutama pada post operasi
c. Pneumonia
Insiden pneumonia pada operasi jantung terjadi antara 29%.
Pasien yang mengalami penyakit paru kronik pra operasi
kolonisasi disaluran pernapasan, atau perokok mempunyai
insiden angka kejadian untuk terkena pneumonia. Oleh karena itu
pengkajian kesehatan secara lengkap sangat diperlukan dan
dikomunikasikan juga di pasca operasi. Pada pasca operasi
penggunaan NGT, reintubasi, kedisiplinan cuci tangan, elevasi
kepala sedini mungkin, frekuensi perawatan dan pembersihan
mulut dan suction ETT merupakan hal yang harus diperhatikan
untuk pencegahan pneumonia.
d. Emboli Paru
Insiden emboli paru 12% terutama disebabkan oleh
heparinisasi selama operasi dan hemodelusi setelah operasi.
Stoking kompresi dan latihan mobilisasi di bed dan ROM tiap
hari mungkin diperlukan untuk mencegah emboli paru.
e. Kegagalan weaning
Insufisiensi respirasi adalah salah satu komplikasi setelah
operasi jantung. Ketergantungan ventilator yang lama akan
menyebabkan kegagalan weaning. Intervensi keperawatan yang
penting segera dilakukan adalah weaning ventilator sesuai
protokol, mobilisasi pasien sedini mungkin, pasien didorong
untuk bernapas spontan, manajemen nyeri dan cemas.

17
2.1.7.2 Komplikasi Neurologis
Kebanyakan pasien mulai pulih kesadarannya dari efek
anastesi dalam 1 sampai 6 jam pasca operasi. Pasien yang tidak
mampu mengikuti perintah sederhana dalam 6 jam atau
menunjukkan perbedaan kemampuan antara tubuh kanan dan kiri
harus dievalusi kemungkinan stroke.
Defisit neurologi yang dihasilkan dari prosedur intra operasi
biasanya terjadi 24 – 48 jam pertama setelah operasi. Selain dari
penggunaan CPB,gangguan neurologis yang terjadi setelah
beberapa hari perawatan biasanya dikarenakan tidak stabilnya
hemodinamik pasca operasi atau terjadi AF (Atrial Fibrilasi).

2.1.7.3 Gagal ginjal dan ketidakseimbangan elektrolit


1. Hipokalemi dapat diakibatkan oleh masukan yang kurang,
pemberian diuretik, muntah, diare dan stress pembedahan.
Perubahan EKG yang muncul adalah gelombang T yang datar
atau terbalik dan adanya gelombang U. Kolaborasi pemberian
kalium intravena perlu dilakukan
2. Hiperkalemi dapat disebabkan oleh peningkatan asupan,
hemolisis sel darah merah, insufisiensi ginjal, nekrosis jaringan.
Gejala yang terjadi adalah konfusi mental, gelisah, mual,
kelemahan, parastesia ekstremitas. Perubahan EKG yang
spesifik adalah gelombang T yang tinggi dan lancip,
peningkatan amplitude, pelebaran QRS, dan QT yang
memendek. Penanganannya adalah kolaborasi pemberian
natrium bikarbonat, insulin IV dan glukosa
3. Hipernatremi dan hiponatremi
Hiponatremi cukup jarang terjadi, biasanya lebih disebabkan
peningkatan cairan yang masuk ke tubuh sehingga terjadi
pengenceran natrium tubuh
4. Hipokalsemi dan hiperkalsemi

18
Hipokalsemi biasanya terjadi akibat alkalosis yang menurunkan
jumlah Ca dalam cairan ekstrasel. Hiperkalsemi dapat
menyebabkan aritmia yang serupa dengan keracunan digitalis.
Penanganan segera harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
asistole dan kematian.

2.1.7.4 Infeksi
Komplikasi yang sering dialami oleh pasien yang
mendapatkan tindakan pembedahan. Penggunaan mesin CPB
dan anastesi akan menurunkan sistem imunitas tubuh. Selain itu
alat invasif yang melekat pada pasien bisa menjadi sumber
infeksi. Penangan infeksi biasanya didasarkan pada protokol di
setiap rumah sakit

2.2 Konsep Dasar Pasca Bedah


2.2.1 Perawatan pasca bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.
Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui
problem penderita prabedah dan intra bedah sehingga dapat diantisipasi
dengan baik misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain – lain.

Hal – hal yang harus diperhatikan pada perawatan pasien pasca


bedah terbagi atas :

1. Perawatan di ICU monitoring hemodinamik :


a. CVP
b. Denyut jantung/ heart rate (HR)
c. Wedge presure (PCWP) dan PAP
d. Tekanan Darah dan MAP
e. Curah jantung (CO), cardiac index(CI)
f. Peripheral oxygen saturation (SpO2)
g. Systemic vascular resistant (SVR), PVR
h. Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung,
dosisnya, rutenya dan lain-lain
19
i. Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacu jantung
dan lain - lain
2. Elektrocardiorgam
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat
irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF,
VES, blok atrioventrikel dan lain - lain. Rekording/pencatatan EKG
lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem
yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.
3. Sistem pernapasan
Penderita dari kamar bedah masih belum sadar. Sampai di ICU
segera pasang alat bantu nafas dan dilihat :
a. Ukuran dan kedalaman ETT yang dipakai
b. Tidal volume dan minut volume,RR,FiO2, PEEP, mode ventilator
c. Lihat cairan yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya
normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda
edema paru. Bila perlu diperiksa kultur
4. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari pasien mulai bangun atau masih diberikan obat
-obatan sedatif dan relaxan. Bila pasien mulai bangun maka disuruh
untuk menggerakkan keempat ekstremitasnya
5. Sistem ginjal
Dilihat produksi urin tiap jam dan perubahan warna yang terjadi
akibat hemolisis dan lain – lain. Dilakukan pemerikasaan ureum dan
kreatinin
6. Gula darah
Bila pasien menderita DM maka kadar gula darah harus dikontrol
7. Laboratorium
a. HB, HT, trombosit, leukosit
b. Analisa gas darah
c. SGOT/SGPT, Albumin, ureum, kreatinin, gula darah
d. Enzim CK dan CKMB

20
8. Water Seal Drain
Drain vaskuler yang dipasang harus diketahui sehingga
perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap
satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka
observasi dikerjakan tiap ½ jam atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang
terjadi lebih dari 3 cc/kgBB/jam dianggap sebagai perdarahan pasca
bedah dan mungkin memerlukan re – open untuk menghentikan
perdarahan.
9. Foto thorak
Pemerikasaan foto thorak di ICU segera setelah sampai di ICU
untuk melihat alat – alat dirongga thorak. Perawatan pasca bedah di
ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti
komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga
ekstubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
10. Fisioterapi
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita
dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk
mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drainase)
11. Perawatan setelah dari ruang ICU
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi
semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada
hari pertama pasca bedah dengan hemodinamik stabil. Umumnya
pemeriksaan hematologi rutin dan thorak foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium yaitu elektrolit, darah lengkap, AGDA, faal
hemostatis, enzim CKMB dan troponin T. Hari ketiga lihat dan
diperiksa antara lainelektrolit, thrombosit, ureum, gula darah, thorak
foto dan EKG 12 lead. Hari keempat lihat keadaan, pemeriksaan atas
indikasi. Hari kelima hematologi, LFT, ureum dan bila perlu
elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6-10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosit.
Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu

21
batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat – obat lain seperti
anti hipertensi, anti diabet dan vitamin harus sudah dimulai,
expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan
sputum yang banyak sampai hari ke – 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka dapat dilakukan dengan teknik tertutup atau
terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak
pada luka apalagi dengan tanda – tanda panas, leukositosis, maka
luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas
keluar. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka
pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang
mengalami obesitas dan diabetus melitus jahitan dipertahankan lebih
lama untuk mencegah luka terbuka. Mobilisasi diruangan mulai
dengan duduk ditempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan
disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan keluar dari
ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.

2.2.2 Asuhan Keperawatan Pasca Bedah


2.2.2.1 Pengkajian
1. Status Kardiovaskular
Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri, tekanan
vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP),
bentuk gelombang pada tekanan darah invasif, curah jantung dan
cardiac index, drainase rongga dada, fungsi pacemaker.

2. Status Respirasi
Pengkajian terhadap status respirasi bertujuan untuk
mengetahui secara dini tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi
dan oksigenasi. Perawat mengkaji status respirasi pasien selama
bedah, ukuran endotrakeal tube, masalah yang dihadapi selama
intubasi, lama penggunaan alat mesin jantung paru. Selanjutnya kaji
gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi
pernafasan/RR, volume tidal, konsentrasi oksigen, Mode, PEEP),
kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen, analisa gas
22
darah.
3. Status Neurologi
Kesadaran dipantau sejak klien mulia bangun atau masih diberikan
obat sedatif. Jika klien mulai bangun maka minta klien
untukmenggerakkan seluruh ekstremitas. Kaji juga tingkat
responsifitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, reflex,
gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
4. Sistem percernaan
Observasi status cairan, asupan nutrisi
5. Status pembuluh darah perifer
Denyut nadi perifer, warna kulit, warna kuku, mukosa bibir, suhu
kulit, edema
6. Sistem perkemihan
Observasi produksi urin setiap jam dan perubahan warna yang
terjadi akibat hemolisis dan lain – l in. Pemeriksaan ureum kreatinin
harus dikerjakan jika fasilitas memungkinkan
7. Status Cairan dan elektrolit
Haluaran semua selang drainase, parameter curah jantung dan
indikasi ketidak seimbangan elektrolit
7. Nyeri
Kaji sifat, jenis, lokasi, durasi, respon terhadap analgesik
1. Status Gastro intestinal
Auskultasi bising usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat palpasi
2. Status alat yang dipakai
Kepatenan alat dan pipa untuk menentukan baik atau tidak
kondisinya meliputi, pipa endotrakeal, ventilator, monitor saturasi,
kateter arteri paru, infus intravena, pacemaker, sistem drainase dan
urin.
Selanjutnya jika pasien sudah sadar dan mengalami
perkembangan yang baik, perawat harus mengembangkan
pengkajian terhadap status psikologis dan emosional pasien dan
risiko akan komplikasi.

23
2.2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi antara lain :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kehilangan
darah, gangguan fungsi miokardium (preload, afterload,
kontraktilitas)
2. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma
pembedahan dada ekstensif
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi sekret
4. Risiko volume cairan dan elektrolit kurang berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
5. Nyeri berhubungan dengan trauma bedah dan akibat slang
drain di dada
6. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi dan prosedur
pembedahan

24
2.2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan NOC Intervensi NIC
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakuakan asuhan keperawatan klien Perawatan jantung :
jantung berhubungan menunjukkan curah jantung adekuat, dengan a. Lakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi
dengan kehilangan kriteria : perifer ( misalnya : cek nadi perifer, edema,
darah, gangguan a. Tekanan darah dalam batas normal pengisian kapiler, dan suhu ekstremitas )
fungsi miokardium b. Toleransi terhadap aktifitas b. Dokumentasikan adanya disritmia jantung
(preload, afterload, c. Nadi perifer kuat c. Observasi tanda – tanda vital
kontraktilitas) d. Ukuran jantung normal d. Observasi status kardiovaskular
e. Tidak ada distensi vena jungularis e. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
f. Tidak ada disritmia f. Observasi status respirasi terhadap gejala gagal
g. Tidak ada bunyi jantung abnormal jantung
h. Tidak ada angina g. Observasi keseimbangan cairan (intake dan output
i. Tidak ada edema perifer cairan)
j. Tidak ada edema paru h. Instruksikan klien dan keluarga tentang pembatasan
aktifitas
i. Tentukan periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
j. Observasi toleransi klien terhadap aktifitas
2. Risiko gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien Manajemen jalan nafas
pertukaran gas menunjukkan pertukaran gas adekuat, dengan a. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
berhubungan dengan kriteria : b. Auskultasi bunyi nafas, area penurunan ventilasi dan

25
trauma pembedahan a. Status mental dalam rentang normal adanya bunyi nafas tambahan
dada ekstensif b. Klien bernapas dengan mudah c. Minta klien untuk melakukan batuk efektif atau
c. Tidak ada dispnea lakukan suctioning, sesuai kebutuhan, untuk
d. Tidak ada sianosis mengeluarkan secret
e. Tidak ada somnolen d. Anjurkan klien untuk bernafas pelan, nafas dalam
f. PaO2 dalam batas normal dan batuk
g. PCO2 dalam batas normal e. Observasi status respirasi dan oksigenasi sesuai
h. pH arteri dalam batas normal kebutuhan
i. Saturasi O2 dalam batas normal f. Atur asupan cairan untuk mengoptimalkan
j. Ventilasi perfusi seimbang keseimbangan cairan
Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung, dan trakea dari sekresi
sesuai kebutuhan
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Siapkan perlengkapan oksigen dan atur sistem
humidifikasi
d. Berikan tambahan oksigen sesuai permintaan
Observasi pernapasan
a. Observasi kecepatan, irama, kedalaman pernapasan
b. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan
otot bantu napas
c. Observasi sekresi jalan nafas klien
d. Observasi hasil pemeriksaan foto torak
3. Bersihan jalan nafas Setelah dilakuakan asuhan keperawatan, klien Manajemen jalan nafas

26
tidak efektif menunjukkan bersihan jalan nafas efektif a. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
berhubungan dengan dengan status pernapasan adekuat, dengan b. Auskultasi bunyi napas
akumulasi sekret kriteria : c. Keluarkan secret dengan batuk atau suction sesuai
a. Klien mudah untuk bernapas kebutuhan
b. Tidak ada sianosis, tidak ada dispnea d. Gunakan perlengkapan steril dalam melakukan
c. Saturasi O2 dalam batas normal suction trakea
d. Jalan napas paten e. Observasi status oksigen (saturasi oksigen) klien dan
e. Mengeluarkan secret secara efektif status hemodinamik (MAP, irama jantung) sebelum
f. Klien mempunyai irama dan frekuensi selama dan setelah suction
pernapasan dalam rentang normal f. Lakukan suction orofaring setelah suction trachea
g. Klien mempunyai fungsi paru dalam batas
normal
4. Risiko volume cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, volume Manajemen cairan
dan elektrolit kurang cairan kuran dari kebutuhan tubuh teratasi, a. Pertahankan asupan dan haluaran yang adekuat
berhubungan dengan kriteria : b. Observasi status hidrasi klien (seperti kelembapan
dengankehilangan a. Frekuensi nadi dan irama dalam rentang membran mukosa, popusi, tekanan darah sesuai,
cairan aktif yang diharapkan kebutuhan)
b. Klien tidak mengalami haus yang tidak c. Observasi status hemodinamik, termasuk CVP,
normal MAP, PAP sesuai kesediaan
c. Klien memiliki keseimbangan asupan dan d. Observasi tanda – tanda vital sesuai kebutuhan
haluaran dalam 24 jam e. Berikan cairan sesuai kebutuhan
d. Klien menampilkan hidrasi yang baik f. Kelola pemberian cairan intravena
(membran mukosa lembap, mampu g. Kelola pemberian transfusi sesui kebutuhan
berkeringat) h. Observasi parameter hemodinamik invasif sesuai

27
e. Klien memiliki asupan cairan oral dan kebutuhan
atau intravena adekuat i. Observasi membran mukosa, turgor kulit dan
kelembapan
5. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien Manajemen nyeri
dengan trauma bedah dapat a. Kaji secara komprehensif, meliputi lokasi,
dan akibat slang drain a. Mengontrol nyeri dengan kriteria : karakteristik dan awitan, durasi, frekuensi, kualitas,
di dada  Mengenal faktor penyebab nyeri intensitas/beratnya nyeri, dan faktor presipitasi
 Menggunakan analgetik dengan tepat b. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan,
b. Menunjukkan tingkat nyeri dengan kriteria khususnya dalam ketidak mampuan untuk secara
: aktif
 Menyatakan nyeri hilang. c. Berikan analgetik sesuai kebutuhan
 Menunjukkan pascaurtubuh rileks. d. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
 Kemampuanistirahat/tidur cukup. mengekspresikan nyeri
 Membedakanketidaknyamanan bedah e. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
dari angina/nyeri jantung pra bedah. (misalnya : relaksasi, distraksi)
f. Kolaborasi pemberian analgetik
6. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tidak Kontrol infeksi
berhubungan terjadi infeksi, dengan kriteria hasil : a. Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan
denganluka insisi dan a. Tanda vital dalam batas normal oleh klien
prosedur pembedahan b. Tidak ada tanda-tanda infeksi b. Ganti peralatan klien setiap selesai setiap tindakan
(rubor,dolor, kalor, fungsio c. Batasi jumlah pengunjung
laesa, tumor) d. Anjurkan dan ajarkan klien untuk cuci tangan
dengan tepat
e. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan

28
sebelum dan setelah meninggalkan ruangan klien
f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
klien
g. Gunakan sarung tangan steril
h. Lakukan peawatan aseptik pada semua jalur IV
i. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
j. Tingkatkan asupan nutrisi dan cairan
k. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
l. Kelola pemberian antibiotic

29
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
1. Nama pasien : Ny.C
2. Tanggal Lahir : 07 – 03 – 1966
3. Rekam Medik : 2020-48-xxxx
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Umur : 55 Tahun
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SD
8. Pekerjaan : Swasta
9. Alamat : Jl. Kp. Karang Sambung RT 008/RW 004
Nagasari, Serang Baru, Kab.Bekasi.
10. Diagnosa Medis : CAD 3VD
11. Tindakan : CABG x3 Off Pump
 LIMA - LAD
 SVG - LCx
 SVG – RCA
12. Tanggal operasi : 15 Maret 2021 pukul : 07.45 WIB
13. Tanggal masuk ICU : 15 Maret 2021 pukul : 14.00 WIB
14. Tanggal Pengkajian : 15 Maret 2021 pukul : 14.00 WIB

3.1.2 Keluhan Utama


Pasien lemah dengan kesadaran dalam pengaruh sedasi dan saat
pengkajian masih terpasang ventilator dengan ETT no. 7.5 dengan
kedalaman 21 cm batas bibir.

3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang


a. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang ke RS PJNHK pada tanggal 14 Maret 2021 diantar
keluarganya untuk melakukan operasi CABG yang akan

30
dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2021. Setelah dilakukan
operasi CABG, pada jam 14:00 pasien dipindahkan ke ICU.
b. Riwayat di kamar operasi
Operasi CABG x3 graft LIMA KE LAD ,SVG KE LCX,SVG KE
RCA DISTAL. Perdarahan 300 CC, tranfusi PRC 2 kantong dan
FFP 2 kantong .

3.1.4 Riwayat penyakit dahulu


Pasien mempunyai penyakit riwayat DM dan Hipertensi sejak lama.
Nyeri dada sejak 2 tahun yang lalu bertambah nyeri dengan aktivitas
dan hilang dengan istirahat, pasien kemudian berobat ke dokter
jantung dan diagnosa PJK. Mulai 8 bulan yang lalu nyeri dada hilang
timbul dengan intensitas sering.

3.1.5 Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama yang dialami oleh pasien. Ayah dari
pasien memiliki riwayat penyakit DM tipe 2.

3.1.6 Faktor risiko


Pasien memiliki riwayat kolesterol tinggi dan tidak pernah olahraga.
Pasien mempunyai penyakit riwayat DM dan Hipertensi sejak lama

3.1.7 Riwayat Pengobatan


Metformin 3x500 mg
Glimepirid 1x300 mg
Simvastatin 1x20 mg
Ramipril 1x10 mg
Nitrokaf 2x2,5 mg
Bisoprolol 1x5 mg
Amlodipin 1x5 mg

31
3.1.8 Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi

3.1.9 Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Sebelum dilakukan operasi pasien memperhatikan kondisi
kesehatannya setelah terdiagnosis penyakit jantung dan sering
melakukan kontrol ke rumah sakit. Sebelumnya pasien jarang
memperhatikan kondisi kesehatannya karena merasa tidak ada
keluhan. Pasien jarang melakukan olahraga ringan, dan sekarang
mudah lelah ketika beraktivitas. Pasien mengetahui bahwa dia
menderita penyakit jantung.

3.1.10 Pola nutrisi


Sebelum sakit pasien mengatakan makan tidak teratur. Pasien kurang
menjaga makan seperti makan makanan yang berlemak. Setelah
pasien terdiagnosa dislipidemia pasien mengurangi makan makanan
yang memiliki kadar lemak yang tinggi. Selama menderita penyakit
jantung mengontrol pola makan dengan mengurangi konsumsi
makanan berlemak dan memperbanyak mengkonsumsi buah dan
sayur. Pasien setiap harinya minum sebanyak 5 – 7 gelas sehari
dengan ukuran gelas 200 ml. Saat ini terpasang ventilator dan
sementara waktu pasien dipuasakan.

3.1.11 Pola eliminasi


Sebelum dan selama sakit pasien buang air besar 1x sehari, selama
sakit pasien buang air kecil 6 – 8 kali sehari, sekali buang air kecil
kurang lebih 200 cc. Saat ini pasien terpasang cateter urin no. 14,
dengan urin output 120 cc dalam 1 jam pertama. Pasien mengatakan
sudah BAB 1x ketika di rumah dengan kosistensi lunak warna kuning,
tidak menggunakan obat pencahar dan tidak ada keluhan dalam proses
defekasi.

32
3.1.12 Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan setiap harinya tidur malam mulai jam 22.00 dan
bangun jam 05.00 dan tidur siang selama 2 jam. Akan tetapi
mendekati hari operasi pasien sering bangun di malam hari dan susah
untuk tidur kembali. Pasien saat ini bedrest dan masih dalam pengaruh
sedasi.

3.1.13 Pola aktivitas


Tabel 3.1 Pola Aktivitas

Faktor Ketergantungan N Faktor Ketergantungan N


Personil hygiene 0 Memakai pakaian 0

Mandi 0 BAB 0

Makan 0 BAK 0

Toileting 0 Ambulasi 0

Naik tangga 0 Transfer kursi – TT 0

Total 0

Ket :
- Skor: 0 dibantu, 5 dibantu sebagian, 10 mandiri
- Nilai: [ √ ] Dibantu total (0-24)
[ ] Dibantu sebagian (25-75)
[ ] Mandiri (76-99)

3.1.14 Pola kognitif dan perseptual


1. Penglihatan :pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
sebelum operasi
2. Pendengaran :pasien tidak ada masalah pendengaran
3. Penciuman :pasien tidak ada gangguan pada indra
penciumannya
4. Pengecapan : pasien terpasang ETT dan ventilator

33
5. Sensasi :pasien tidak ada gangguan sensasi taktil, pasien
dapat merasakan panas, dingin dan hangat pada kulitnya

3.1.15 Sistem Nilai dan Keyakinan


Pasien beragama Islam, pasien mengatakan menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya, saat menjelang operasi pasien meningkatkan
intensitas beribadah demi kelancaran proses operasi.

3.1.16 Pengkajian Nyeri


Pengkajian nyeri dilakukan tanggal 15 Maret 2021 jam 18:00
Tabel 3.2
Pengkajian Behavioral Pain Scale
No Item Deskripsi Skor

1 Tenang 1

Tegang sebagian mengkerut 2


Gambaran Wajah
Tegang 3

Meringis 4 

Tidak ada gerakan 1

Gerakan Ekstremitas Menekuk sebagian 2 


2 Atas
Menekuk dengan jari-jari fleksi 3

Kaku permanen 4

Ada gerakan toleransi 1

Batuk, tetapi toleransi ventilasi 2 


Kesesuaian dengan
3 ventilasi (pasien Melawan ventilator 3
dengan intubasi
Tidak dapat mengontrol ventilasi 4

Total skor 12 8/12

34
3.1.17 Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : saat tiba di ICU tanggal 15 Maret 2021 jam
14.00 WIB, kesadaran pasien masih dalam
pengaruh sedasi.
GCS : dalam pengaruh sedasi
2. Tanda – tanda vital
Pasien terpasang ventilator dengan mode ASV MV 100 , PEEP 5, FiO2
50%, CVP 8 cmH2O, Cardiax Index 2.3 L/min.
TD : 108/65 mmHg
HR : 62 x/menit
RR : 16 x/menit
Saturasi O2 : 100 %
Temp : 36,00 C
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 158 cm
BMI : 22.4
Kategori BMI
< 18.5 : kurus
18,5 – 24,5 : normal
25,0 – 29,9 : kegemukan
> 30 : obesitas
3. Pemeriksaan
a. Kepala
Normocephal, distribusi rambut merata, rambut berwarna hitam,
kulit kepala bersih, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
hidung simetris, tidak tampak menggunakan pernafasan cuping
hidung, telinga simetris, tidak ada serumen, mukosa bibir lembab.

35
b. Leher

Leher simetris, tidak tampak lesi, tidak tampak adanya peningkatan


JVP, dan tidak ada pembesaran kelenjar karotis, terpasang sideport
ukuran 8,5 Fr di vena jugularis dextra.
c. Mulut

Bentuk mulut normal, membran mukosa kering, terpasang ETT no.


7.5 batas bibir 21 cm.
d. Thorax
Terdapat luka post operasi pada sternum, luka tertutup kasa, tidak
ada rembesan, CVP ukuran 7 Fr line di subclavia sinistra, terpasang
drain substernal ukuran 28 Fr dan intrapleura sinistra ukuran 24 Fr
terpasang sejak tanggal 15 Maret 2021, produksi drain: 1 jam
pertama 15 cc, 1 jam ke dua 25 cc, 1 jam ke tiga 40 cc, warna
produk drain merah.
 Paru : dada tampak simetris, bentuk dada normochest, tidak
tampak adanya lesi, tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, kulit teraba hangat, vocal fremitus kanan
dan kiri sama, sonor, suara nafas vesikular tidak ada
suara nafas tambahan, terdapat produksi sputum
dengan konsistensi encer, warna putih, produksi
sedikit.
 Jantung : bunyi S1 dan S2 normal tidak ada bunyi jantung
tambahan
e. Abdomen
Tidak ada lesi, tidak ada asites, tidak ada nyeri tekan, ada bising usus

f. Genitalia

Pasien berjenis kelamin perempuan, terpasang folley catheter no. 14


g. Kulit
Kulit tampak bersih, kulit berwarna putih, tak tampak sianosis, tak
tampak adanya lesi, CRT > 3 detik

36
h. Extremitas
Akral dingin, odema tidak ada, pulsasi arteri perifer kuat, terpasang
gelang identitas di extremitas atas

3.1.18 Pemeriksaan penunjang


1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium post op tgl 15 Maret 2021 jam 14.35
Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemoglobin 11.1 g/dl 12-14
Hematrokit 33.4 % 35.8-42.4
Eritrosit 5.96 Juta/uL 4.20-5.10
VER(MCV) 54.3 fL 76.5-90.6
HER(MCH) 28.0 Pg 25-33
KHER (MCHC) 33.2 % 31-37
RDW(CV) 13 % 12-14
Leukosit H 24630 /uL 3400-9500
Trombosit 197 ribu/uL 172-359
Bilirubin Total 0.42 mg/dl 0-0.9
CK 366 U/L < 170
CKMB 24 U/L < 25
Natrium 139 mg/dl 136-145
Kalium 3.6 mmol/L 3.5-5.1
Klorida 103 mmol/L 98-107
Asam Laktat 1.7 mmol/L 0.7-2.5
AGD
Suhu 37 C
Hb 11,1* g/dl 13,3-16,6
HCT 36* % 39-49
PH L 7.31 MmHg 7,35 – 7,45
PCO2 H 47.1 MmHg 35 – 45

37
PO2 138 Mmhg 69 -166
HCO3 23.7 mmol/L 22 – 26
tCO2 25.2 mmol/L 22 – 29
Actual BE -2.1* mmol/L (-2) – (+3)
Standart BE -2.8 mmol/L +2/-2
SBC 22.7 mmol/L
Sat O2 99,2* % 95 -98
Mg Ion 0,44* mmol/L 0,45-0,60
Ca Ion 1,17 mmol/L 1,09-1,30
Gula darah 184* Mg/dl 74-99: buakn
DM, 100-
199:Belum pasti
DM, >200: DM

2. Echocardiograpy
Pemeriksaan echocardiograpy tanggal 01 Januari 2021

Gambar 3.1 Pemeriksaan echocardiograpy

Kesimpulan : LVEF 73 %, NORMOKINETIK, DIASTOLIK LV


DISFUNGSTION GRADE I, TAPSE 2.2 CM, GOOD RV
CONTRACTILITY, TRACE MR

38
3. Foto thorak
Tanggal pemeriksaan 15 Maret 2021

Gambar 3.2 Pemeriksaan Thorax

Jantung : posisi normal, tidak mengalami pembesaran, CTR < 50%


Aorta : tidak tampak elongasi, tidak tampak pelebaran tidak
tampak calcificasi
Pulmo : tidak tampak infiltrate, tak tampak konsolidasi, tidak
tampak nodul, corakan vascular paru tampak normal, hilus kanan dan
kiri tampak normal
Mediastinum : trachea midline, sudut carina dalam batas normal, tak
tampak adanya pelebaran mediastinum
Diafragma : diafragma kanan dan kiri tampak normal
Dinding thorax : dinding thorax dalam batas normal
Sinus Costophrenicus : sinus costophrenicus kanan dan kiri tampak
normal.
ETT berada di ICS 2-3 CVP di ICS 4-5, WSD berada di ICS 5-6

Kesimpulan : Secara radiologis COR dan Pulmo tak tampak kelainan.

39
4. Angiografi
Tanggal pemeriksaan 8 Januari 2021
Dilakukan coroangiografi melalui arteri radialis kanan dan inguinalis
kanan. Kanulasi koroner dengan Catheter Tiger Radial 5F, hasil
angiografi menunjukan :
LM : tidak ada penyempitan bermakna
LAD : stenosis panjang di proximal 80-90%
LCX : kronik total oklusi di proximal
RCA : stenosis 70% di proximal
Kesimpulan : CAD 3 VD
Saran : CABG

5. Elektrokardiografi
Hasil pemeriksaan ekg tanggal 15 Maret 2021

Gambar 3.4 ECG

Hasil
Irama : Teratur
HR : 100 x/mnt
Gelombang P : ada, positif, bentuk normal, lebar 0,12 detik, tinggi
0,2 mV, setiap gelombang P selalu di ikuti gelombang QRS, rasio 1:1.
Kompleks QRS : 0,08 detik
P-R Interval : 0,14 detik
Axis : Normal Axis Deviation
Tanda-tanda Hipertropi
40
RAH : tidak ada
LAH : tidak ada
RVH : tidak ada
LVH : tidak ada
Tanda-tanda ACS
ST Elevasi : lead II,III,Avf
ST Depresi. : Lead 1,avl,v4-v6
T inversi : lead v2-v6
Q Patologis : tidak ada
Tanda-tanda Block pada ekg
RBBB : tidak ada
LBBB : tidak ada
Kesimpulan :Irama Sinus Takikardi dengan infark inferior
iskemia anterior extensif.
3.1.19 Terapi pasca operasi
 Morphin 20 mikrogram/kgbb/jam (iv)
 Humulin 10 unit/jam (iv)
 Dobutamin 5 mikrogram/kgbb/menit
 NTG 0.5 mikrogram/jam
 Vascon 0.05 mikrogram/kgbb/menit
 Recofol 30 mg/jam

41
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Analisa Data
Tabel 3.4 Tabel Analisa Data

No. Data Fokus Masalah Etiologi


Keperawata
n
1. DS : - Gangguan Ketidakseimbang
DO : pertukaran an ventilasi
- Kesadaran dalam pengaruh gas (D.0003) perfusi
anastesi dan sedasi
- Pengembangan dada simetris
- Terdapat produksi sputum
dengan konsistensi encer, warna
putih, produksi sedikit
- Terpasang ETT dan ventilator
dengan mode ASV: 100, FiO2:
50%, PEEP: 5, SaO2: 100%
- Hasil AGD: pH: 7,31, PCO2:
47.1 mmHg, HCO3:
23,7mmHg, po2: 139,9,
tco2:25.2, BE: -2.1, Sao2:
99.2%
- Suara nafas vesicular
2. DS: Nyeri Akut Agen pencedera
DO: (D.0077) fisik (prosedur
- Skala nyeri menggunakan Behavior operasi)
Pain Scale, nilai: 8/12
No Item Deskripsi Skor

1 Gambaran Tenang 1

42
Wajah Tegang 2
sebagian
mengkerut

Tegang 3

Meringis 4 

Tidak ada 1
gerakan

Menekuk 2 
Gerakan sebagian
Ekstremitas
2 Menekuk 3
Atas
dengan
jari-jari
fleksi

Kaku 4
permanen

Ada 1
gerakan
toleransi

Batuk, 2 
Kesesuaian tetapi
dengan toleransi
ventilasi ventilasi
3
(pasie
dengan Mela an 3

intubasi ventilator

Tidak 4
dapat
mengontrol
ventilasi

Total skor 12 8/12

43
- Vital sign TD : 108/65mmHg, HR :
62 x/menit
- Terpasang ventilator dengan mode
spontan ASV MV 100 FIO2 50%,
PEEP : 5, SaO2 : 100%,
- Terdapat luka post operasi di
midsternum dan di tungkai kanan
post CABG.
- Terpasang Endotracheal tube
- Terpasang Central Venous Pressure
di vena subklavia sinistra
- Terpasang arteri line di arteri
brachialis sinistra
- Terpasang drain substernal dan
intrapleura sinistra
- Terpasang kateter urine no. 14
- Terpasang terapi morphine 20
mcg/kgBB/jam
- Recofol 30 mg/jam
3. DS : - Resiko Perubahan
DO : Penurunan afterload
- Kesadaran : dalam pengaruh curah
anastesi dan sedasi jantung
- TD :108/65 mmHg (D.008)
- Heart rate 62x/menit
- RR 16x/menit
- Pulsasi arteri kuat
- Suhu 36 °C
- Akral dingin, CRT >3 detik
- CVP : 8 cm H20
- Urin output 120 cc dalam 1 jam
pertama

44
3. DS : - Resiko Tindakan
DO : perdarahan Pembedahan
- Terdapat luka post operasi di (D.0012)
midsternum di tungkai kanan post
CABG
- Hb : 11,1 g/dL
- Hematokrit : 33.4 vol.%
- Terpasang drain substernal dan
intrapleura, produksi drain: 1 jam
pertama 15 cc, 1 jam ke dua 25 cc,
1 jam ke tiga 40 cc
- Warna produk drain merah
5. DS : - Resiko Efek prosedur
DO : infeksi invasif
- Leukosit : 24.630 µL (D.0142)
- Trombosit : 197.000 µL
- Terdapat luka post operasi di
midsternum dan di tungkai kanan
post CABG
- Luka di midsternum dan tungkai
kanan tampak bersih, tertutup kassa
steril dan tidak ada rembesan
- Terpasang Endotracheal tube no.
7.5 kedalaman 21 cm
- Terpasang Central Venous Catheter
ukuran 7 Fr di vena subklavia
sinistra
- Terpasang arteri line di arteri
brachialis sinistra
- Terpasang drain substernal ukuran
28 Fr dan intrapleura sinistra
ukuran 24 fr.

45
- Terpasang sideport ukuran 8,5 Fr di
vena jugularis dextra
- Terpasang kateter urine no. 14
- TD :108/65 mmHg
- Heart rate 62x/menit
- RR 16x/menit
- Suhu 36 °C

46
3.2.1 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan
Diagnos
No Tanggal Keperawatan Luaran & Kriteria Hasil (SLKI) Perencanaan (SIKI)
(SDKI)
1 15/03/2021 Gangguan pertukaran Luaran Utama : Pemantauan Respirasi (I.01014)
gas berhubungan Pertukaran Gas (L.01003) Observasi
dengan Setelah dilakukan intervensi  Monitor frekuensi irama kedalaman dan
ketidakseimbangan keperawatan selama 1 x 24 jam, upaya napas
ventilasi perfusi pertukaran gas optimal dengan kriteria  Monitor pola napas
(D.0003) hasil :  Monitor kemampuan batuk efektif
 PCO2 ,dari tingkat 3→5  Monitor adanya produksi sputum
 PO2, dari tingkat 3→5  Monitor adanya sumbatan jalan napas
 PH, dari tingkat 3→5  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Ket :  Auskultasi bunyi napas
1: Memburuk  Monitor saturasi O2
2: Cukup Memburuk  Monitor nilai AGD
3: Sedang Terapeutik
4: Cukup Membaik

47
5: Membaik  Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2 15/03/2021 Nyeri Akut Luaran Utama : Manajeman Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Tingkat Nyeri (L.08066) Observasi
agen pencedera fisik Setelah dilakukan intervensi  Identifikasi skala nyeri
(prosedur operasi) keperawatan selama 1 x 24 jam, nyeri  Identifikasi respon nyeri non verbal
(D.0077) berkurang bahkan hilang dengan kriteria  Identifikasi faktor yang memperberat dan
hasil : meringankan nyeri
 Meringis ,dari tingkat 2→5  Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Ketegangan otot, dari tingkat 3→5 Terapeutik
Ket :  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
1: Meningkat pemilihan strategi meredakan nyeri
2: Cukup Meningkta  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
3: Sedang nyeri
4: Cukup Menurun Edukasi
5: Menurun

48
 Ajarkan tehnik nor farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik (jika perlu)
3 15/03/2021 Resiko penurunan Luaran Utama : Perawatan Jantung (I.02075)
curah jantung Curah Jantung (L.02008) Observasi
ditandai dengan Setelah dilakukan intervensi  Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
perubahan afterload keperawatan selama 1 x 24 jam, curah jantung (meliputi dyspnea, kelelahan,
(D.0011) penurunan curah jantung tidak terjadi edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal
dengan kriteria hasil : dspnea, peningkatan CVP)
 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
CRT, dari tingkat 3→5 curah jantung (meliputi peningkatan BB,
Ket : hepatomegaly, distensi vena jugularis,
1: Memburuk palpitasi, ronki basah, oliguria, batuk, kulit
2: Cukup Memburuk pucat)
3: Sedang  Monitor intake dan output cairan
4: Cukup Membaik  Monitor ECG 12 sadapan
5: Membaik  Monitor tekanan darah
 Monitor saturasi O2

49
Terapeutik
 Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler
 Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi O2 > 94 %
 Pertahankan suhu tubuh normal
 Berikan dukungan emosional dan spritual
Edukasi
 Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu
4 15/03/2021 Resiko perdarahan Luaran Utama : Pencegahan Perdarahan (I.02067)
berhubungan dengan Tingkat Perdarahan (L.02017) Observasi
tindakan pembedahan Setelah dilakukan intervensi  Monitor tanda dan gejala perdarahan
(D.0012) keperawatan selama 1 x 24 jam, risiko  Monitor nilai hematrokit atau hemoglobin
perdarahan tidak terjadi dengan kriteria sebelum dan setelah kehilangan darah
hasil:  Monitor tanda-tanda vital
 Perdarahn pasca operasi, dari tingkat
4→5 Terapeutik

50
Ket :  Pertahankan bedrest selama perdarahan
1: Meningkat  Batasi tindakan invasif jika perlu
2: Cukup Meningkat  Hindari pengukuran suhu rektal
3: Sedang
4: Cukup Menurun Edukasi

5: Menurun  Hindari pengukuran suhu rektal


Kolaborasi
 Pemberian produk darah jika perlu
5 15/03/2021 Resiko infeksi Luaran Utama : Pencegahan Infeksi (I.14539)
ditandai dengan Tingkat dan Jaringan (L.14125) Observasi
faktor risiko: efek Setelah dilakukan intervensi  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
prosedur invansif keperawatan selama 1 x 24 jam, risiko sistemik
(0142) infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil: Terapeutik
 Kerusakan jaringan, dari tingkat 3→5  Batasi jumlah pengunjung
 Kemerahan , dari tingkat 3→5  Berikan perawatan kulit pada area edema
 Hematoma, dari tingkat 3→5  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Ket : dengan pasien dan lingkungan pasien
1: Meningkat  Pertahankan tehnik aseptik pada pasien
2: Cukup Meningkat berisiko tinggi

51
3: Sedang Edukasi
4: Cukup Menurun  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5: Menurun  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu

52
3.2.2 Implementasi & Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan
Diagnosa
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Gangguan 15/03/2021 Jam 21.00 WIB
pertukaran gas 14.00  Memonitor frekuensi irama kedalaman dan S:-
berhubungan upaya napas O:
dengan 14.15  Memonitor pola napas - Kesadaran masih dalam pengaruh sedasi
ketidakseimbangan
14.20  Memonitor kemampuan batuk efektif - SpO2 100% dengan ventilator mode PS
ventilasi perfusi 14.25  Memonitor adanya produksi sputum 6, FiO2 40%, PEEP : 5
(D.0003))  Memonitor adanya sumbatan jalan napas - TD : 111/75 mmHg, HR : 69 x/menit,
14.30
 Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi suhu : 36,7 C, RR 16 x/menit ,CVP : 8
14.35
paru cmH2O, Spo2 100 %
- Hasil AGD: pH: 7,31, PCO2: 47.1
 Mengauskultasi bunyi napas
14.37
mmHg, HCO3: 23,7mmHg, po2: 139,9,
 Memonitor saturasi o2
14.39
tco2:25.2, BE: -2.1, Sao2: 99.2%
14.42  Memonitor nilai AGD
A: Gangguan pertukaran gas belum teratasi
14.45  Mengatur interval pemantauan respirasi
Luaran Target Capaian
sesuai kondisi pasien

53
14.50  Mendokumentasikan hasil pemantauan PCO2 ,dari tingkat 3→5 3→5 3
21.00  Melakukan evaluasi keperawatan PO2, dari tingkat 3→5 3→5 3
PH, dari tingkat 3→5 3→5 3
P: Intervensi di lanjutkan
2 Nyeri akut 15/03/2021 Jam 21.00 WIB
berhubungan 18.00  Mengidentifikasi skala nyeri DS:
dengan agen
18.10  Mengidentifikasi respon nyeri non verbal DO:
pencedera fisik
18.15  Mengidentifikasi faktor yang memperberat - Skala nyeri menggunakan Behavior
(prosedur operasi) dan meringankan nyeri Pain Scale, nilai: 5/12
(D.0077) 18.20  Memonitor efek samping penggunaan No Item Deskripsi Skor

analgetik 1 Tenang 1
18.25  Mempertimbangkan jenis dan sumber Tegang sebagian 2 
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan Gambaran
mengkerut
Wajah
nyeri Tegang 3
18.30
 Mengontrol lingkungan yang memperberat Meringis 4
rasa nyeri
Tidak ada gerakan 1
Gerakan
18.40  Mengkolaborasi pemberian analgetik 2
Ekstremitas Menekuk sebagian 2 
21.00  Melakukan evaluasi keperawatan

54
Atas Menekuk dengan 3
jari-jari fleksi
Kaku permanen 4

Ada gerakan 1 
toleransi
Kesesuaian
Batuk, tetapi 2
engan
toleransi ventilasi
ventilasi
3 Melawan 3
(pasien
ventilator
dengan
Tidak dapat 4
intubasi
mengontrol
ventilasi
Total skor 12 5/12

- TD : 111/75 mmHg, HR : 69 x/menit,


suhu : 36,7 C, RR 16 x/menit ,CVP : 8
cmH2O
- Terpasang ventilator dengan mode
spontan ASV MV 100 FIO2 50%, PEEP

55
: 5, SaO2 : 100%
- Terdapat luka post operasi di
midsternum dan di tungkai kanan post
CABG.
- Terpasang Endotracheal tube
- Terpasang Central Venous Pressure di
vena subklavia sinistra
- Terpasang arteri line di arteri brachialis
sinistra
- Terpasang drain substernal dan
intrapleura sinistra
- Terpasang kateter urine no. 14
- Terpasang terapi morphine 10
mcg/kgBB/jam
A: Nyeri akut belum teratasi
Luaran Target Capaian
Meringis ,dari tingkat 2→5 4
Ketegangan otot, dari 3→5 3
tingkat

56
P: Intervensi dilanjutkan
3 Resiko penurunan 15/03/2021 Jam 21.00 WIB
curah jantung 14.00  Mengidentifikasi tanda/gejala primer S:-
ditandai dengan penurunan curah jantung (meliputi O:
perubahan dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea, - Kesadaran dalam pengaruh anastesi dan
afterload (D.0011) paroxysmal nocturnal dspnea, peningkatan sedasi
CVP) - SpO2 100% dengan ventilator mode PS
14.15  Mengidentifikasi tanda/gejala sekunder 6, FiO2 40%, PEEP : 5
penurunan curah jantung (meliputi - TD : 111/75 mmHg, HR : 69 x/menit,

peningkatan BB, hepatomegaly, distensi suhu : 36,7 C, RR 16 x/menit ,CVP : 8


vena jugularis, palpitasi, ronki basah, cmH2O
oliguria, batuk, kulit pucat) - CRT < 3 detik, akral hangat
14.20  Memonitor intake dan output cairan A: Resiko penurunan curah jantung tidak

14.25  Memonitor ECG 12 sadapan terjadi


Luaran Target Capaian
14.30  Memonitor tekanan darah CRT 3→5 5
14.35  Memonitor saturasi O2 P: Intervensi di lanjutkan
14.37  Memposisikan pasien semi-Fowler atau
Fowler

57
14.39  Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi O2 > 94 %

14.42  Mempertahankankan suhu tubuh normal


21.00  Melakukan evaluasi keperawatan
4 Resiko perdarahan 15/03/2021 Jam 21.00 WIB
berhubungan
17.50  Memonitor tanda dan gejala perdarahan DS : -
dengan tindakan
18.00  Memonitor nilai hematrokit atau DO :
pembedahan
hemoglobin sebelum dan setelah - Terdapat luka post operasi di midsternum di
(D.0012)
kehilangan darah tungkai kanan post CABG
 Memonitor tanda-tanda vital - Hb : 11,1 g/dL
18.15
 Mempertahankan bedrest selama - Hematokrit : 33.4 vol.%
18.20 - Terpasang drain substernal dan intrapleura,
perdarahan
 Membatasi tindakan invasif jika perlu produksi drain 160 cc/ 6 jam
18.30
 Menghindari pengukuran suhu rektal - Warna produk drain merah
18.40
A: Resiko perdarahan tidak terjadi
21.00  Melakukan evaluasi keperawatan
Luaran Target Capaian

Perdarahn pasca operasi, 4→5 4


dari tingkat 4→5

58
P: Intervensi dilanjutkan

5 Risiko infeksi 15/03/2021 Jam 21.00 WIB


ditandai dengan
19.00  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan DS : -
faktor risiko: efek
sistemik DO :
prosedur invansif
19.10  Membatasi jumlah pengunjung - Leukosit : 24.630 µL
(0142)
19.20  Memberikan perawatan kulit pada area - Trombosit : 197.000 µL
edema - Terdapat luka post operasi di midsternum

19.40  Mencuci tangan sebelum dan sesudah dan di tungkai kanan post CABG

kontak dengan pasien dan lingkungan - Luka di midsternum dan tungkai kanan

pasien tampak bersih, tertutup kassa steril dan tidak


20.00 ada rembesan
 Mempertahankan tehnik aseptik pada
pasien berisiko tinggi - Terpasang Endotracheal tube no. 7.5
20.17 kedalaman 21 cm
 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
21.00 - Terpasang Central Venous Catheter ukuran
 Melakukan evaluasi keperawatan
7 Fr di vena subklavia sinistra
- Terpasang arteri line di arteri brachialis

59
sinistra
- Terpasang drain substernal ukuran 28 Fr dan
intrapleura sinistra ukuran 24 fr.
- Terpasang sideport ukuran 8,5 Fr di vena
jugularis dextra
- Terpasang kateter urine no. 14
- TD : 111/75 mmHg, HR : 69 x/menit, suhu :
36,7 C, RR 16 x/menit ,CVP : 8 cmH2O

A: Resiko infeksi tidak terjadi


Luaran Target Capaian

Kerusakan jaringan 3→5 3

Kemerahan 3→5 3

Hematoma 3→5 3

P: Intervensi dilanjutkan

60
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesesuaian antara landasan teori dan tinjauan
kasus pada pasien pasca operasi CABG di ruang ICU Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita.
Tindakan CABG dilakukan pada Ny. C (55 tahun) dengan tujuan perbaikan
aliran darah ke koroner dapat kembali normal. Pada saat pasien datang dari kamar
operasi, tindakan pertama yang dilakukan mengikuti prosedur yang ada di ICU RS
PJNHK. Prosedur yang terlebih dahulu dilakukan di ruangan ICU diantaranya
adalah observasi terhadap tanda-tanda vital pasien, pemasangan alat-alat seperti
ventilator, monitor jantung, pemasangan selang Water Seal Drainage dan
pemasangan alat invasif lainnya. Kemudian perawat melakukan serah terima
pasien yang meliputi pengkajian masalah selama intra operasi, tanda-tanda vital,
jumlah urine output dan drain dari ruang operasi serta obat-obatan yang telah
diberikan, Selanjutnya dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mengkaji masalah
yang terjadi pada pasien dan melakukan intervensi keperawatan.
Pasien atas nama Ny. C pengkajian di ruang ICU yang baru datang dari kamar
operasi pada tanggal 15 – 03– 2021 pukul 14.00 WIB setelah dilakukan operasi
CABG 3X Off PUMP merupakan salah satu metode revaskularisasi yang umum
dilakukan pada pasien yang mengalami atherosclerosis dengan 3 atau lebih
penyumbatan pada arteri koroner (Chulay & Burn, 2016). Berdasarkan teori
tersebut, pada kasus Ny. C dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan kasus.
Asuhan keperawatan bedah meliputi asuhan keperawatan yang diberikan saat
pasca bedah. Pembedahan ini memperbaiki aliran darah miokard melalui BYPASS
ARTERY CORONER (Handbook of Medical surgical Nursing, 20016). Pemberian
asuhan keperawatan pasca bedah ini bertujuan untuk membantu memulihkan
pasien dalam memenuhi aktivitas yang berguna dalam mempertahankan hidup,
kesejahteraan dan kesehatan (Wilkinson & Ahern, 2015)

61
4.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan. Kegiatan yang dilakukan pada saat pengkajian yakni
mengumpulkan data, memvalidasi data, mengorganisasi data dan mencatat
data yang diperoleh. Pengkajian pada Ny.C dilakukan tanggal 15 – 03 –
2021 pukul 14.00 WIB. Pengkajian didapat melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium dan
hemodinamik pasien. Hasil yang di dapat adalah pasien baru datang dari
kamar operasi pada tanggal 15-03-2021 jam 14.00 WIB, kesadaran pasien
masih dalam pengaruh obat sedasi, monitor EKG : Sinus rythem,
terpasang ETT No.7.5 kedalaman 21 cm, dengan modus ventilator ASV
100, FIO2 50%, PEEP 5 cmH2O, terpasang CVP di vena subclavia sinistra,
terpasang arteri line di arteri brachialis sinistra, WSD di substernal dan
intra pleura sinistra, sideport di vena jugularis dextra, dower catheter no.
14, terpasang syring pump dengan vascon 0.05 mcg/kg/jam, morfin 20
mcg/kg/jam,

4.2 Diagnosa keperawatan


Dalam pembahasan diagnosa keperawatan kami membandingkan
antara diagnosa keperawatan pada teori 3S dan Nursing Intervention
Classification dengan diagnosa keperawatan pada Ny. C dengan pasca
operasi CABG. Adapun masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus
Ny. C (55 Tahun) antara lain :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi.
2. Nyeri berhubungan agen pencedera fisik (prosedur operasi).
3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload
4. Resiko perdarahan ditandai dengan faktor resiko tindakan
pembedahan.
5. Resiko infeksi ditandai dengan faktor resiko efek prosedur invasif

62
4.3 Intervensi Keperawatan
Sebelum menentukan perencanaan keperawatan, terlebih dahulu
menentukan masalah keperawatan pada pasien, kemudian menentukan
prioritas berdasarkan kegawatan.

4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Pada tahap implementasi, kelompok menemukan beberapa kesulitan
dalam melaksanakan rencana tindakan keperawatan karena beberapa
keterbatasan waktu dan lain-lainya. Hal inilah yang menyulitkan
kelompok untuk melihat seberapa keberhasilan dari tindakan keperawatan
yang telah diberikan pada pasien. Tapi berkat kerjasama pasien dan
perawat ruangan yang koperatif semua rencana tindakan keperawatan dari
lima diagnosa keperawatan yang ada dapat dilakukan secara optimal.
Evaluasi adalah tahap dari proses keperawatan yang ahkir, dari
rencana tindakan yang dilakukan kelompok selama satu hari dapat di
temukan hasil atau capaian dari lima diagnosa yang telah dibuat
kelompok. Masalah yang terjadi pada Ny.C dua diagnosa tidak teratasi
,dan tiga diagnosa tidak terjadi. Kelompok hanya dapat melakukan asuhan
keperawatan pada Ny.C selama satu hari dikarenakan waktu yang
terbatas.

63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien pasca bedah Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) merupakan hal yang sangat penting karena menentukan
keberhasilan pasien dalam melewati masa-masa kritis pasca pembedahan.
Keberhasilan ini akan dapat dicapai apabila perawat dapat melakukan
pengkajian yang spesifik hingga implementasi yang tepat pada pasien.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. C setelah selesai
menjalani pembedahan, didapatkan beberapa diagnosa keperawatan.
Adapun diagnosa keperawatan pada Ny. C yaitu:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload.
2. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan gangguan metabolik.
3. Nyeri berhubungan agen pencedera fisik (prosedur operasi).
4. Resiko perdarahan ditandai dengan faktor resiko tindakan pembedahan.
5. Resiko infeksi ditandai dengan faktor resiko efek prosedur invasif

Pada asuhan keperawatan yang telah diberikan selama 1 hari terdapat


beberapa pencapaian yang telah dilalui oleh pasien yang ditandai dengan
perubahan fungsi kardiovaskuler yang stabil, masalah penurunan curah
jantung teratasi, gangguan ventilasi spontan belum teratasi, nyeri akut belum
teratasi, perdarahan sementara masih ada dalam batas normal serta infeksi
tidak terjadi.

5.2. Saran
Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualiatas pelayanan
keperawatan pada pasien dengan post operasi CABG, maka penulis ingin
menyampaikan beberapa pemikiran/saran sebagai berikut:
1. Untuk pasien pasca operasi CABG
Sebaiknya pasien yang telah melakukan operasi CABG agar dapat
menjaga kesehatan untuk mencegah faktor resiko yang dapat
menyebabkan kejadian aterosklerosis kembali, seperti gaya hidup yang

64
dijelaskan pada BAB II. Pembatasan aktivitas post operasi di bulan-
bulan pertama sangat perlu diperhatikan, sebaiknya pasien post operasi
CABG mengurangi aktivitas agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi
post pembedahan seperti terjadinya perdarahan. Pasien juga diharapkan
untuk mengikuti rehabilitasi sesuai program untuk membantu
pemulihan fungsi fisik, mental, dan spritual kembali optimal.
2. Untuk keluarga pasien pasca operasi CABG
Diharapkan Keluarga dapat memberikan dukungan baik secara moril
maupun spritual kepada pasien. Support dari keluarga sangat membantu
dalam pemulihan pasca operasi CABG.
3. Untuk teman sejawat perawat
Sebagai perawat yang profesional diharapkan mampu memahami
dan dapat melakukan prosedur perawatan post bedah CABG. Maka dari
itu perawat harus dapat memahami definisi, indikasi, komplikasi, dan
asuhan keperawatan dalam merawat pasien pasca operasi CABG, agar
dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan pada pasien
pasca operasi CABG.

65
DAFTAR REFERENSI

Amin, Huda dkk. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : Medication
Black P.G, et al. (2019). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for
Positive Outcomes. eight ed, Elseiver Saunders. St louis Missouri.
Chulay, M., & Burn, S.M., (2016). AACN Essentials Of Critical Care Nursing,
Davis. (2011). Percutaneous Coronary Intervention.Diperoleh tanggal 20 Maret
2021.dari.http://ww.emedicinehealth.com/percutaneous_coronary_interventio
n_pci/page10_em.htm
International Edition. McGrawhill Company : New York.
Dakota, Iwan. (2019). Modul Pelatihan Keperawatan Kardiovaskular Tingkat
Dasar, Edisi 1 Cetakan Kedua. Jakarta: Askara Bermakna.
Fenomenologudi Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Mngunkusumo, Jakarta. Tesis tidak dipublikasikan.
Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun. Diperoleh tanggal 20 Maret
2021.dari.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Ris
kesdas%202013.pdf
Muttaqin, Arif. 2016. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1
Cetakan 3. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1 Cetakan
2. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),Edisi 1 Cetakan 2.
Jakarta: PPNI.
Smeltzer S.C, & Bare, B.G. (2015). TEXT BOOK Medical Surgical Nursing
BrunnerSuddart. 8th ed, Philadelphia : Mosby Company
Terry, Cynthia Lee. (2015). Keperawatan Kritis. Yogyakarta :Rapha Publhishing
Udjianti, Wajan Juni. (2015). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba
Medik.
Yahya. A.F. (2017). Menaklukan Pembunuh No. 1: Mencegah dan Mengatasi
Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat. Jakarta: Mizan.

Anda mungkin juga menyukai