STUDI KASUS
Disusun Oleh:
Arief Puji Santoso
Etin Suhartini
Romi Apriansyah
Taufiq Hidayat
Zainab
PROGRAM PELATIHAN
FEBRUARI 2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PEMBIMBING
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Februari 2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan studi kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS) di
ICVCU Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta”.
Penulisan studi kasus ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas sebagai peserta
pelatihan keperawatan kardiologi tingkat dasar di Rumah Sakit Jantung &
Pembuluh Darah Harapan Kita. Penulisan studi kasus ini tidak terlepas dari
dukungan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada:
1) Ns. Maria Pramesthi, S.Kep, Sp.KV selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan, dukungan, dan motivasi dalam penulisan studi kasus ini.
2) Ns. Ade Priyanto, S.Kep, Sp.KV selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan dukungan dalam presentasi studi kasus ini.
3) Ns. Emireta Ratri Ingsih, S.Kep, Sp.KV selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan dukungan dalam presentasi studi kasus ini.
4) Seluruh staf pengajar diklat dan CI di lapangan yang telah memberikan ilmu
dan bimbingan selama kami mengikuti pelatihan.
5) Keluarga kami yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
6) Teman-teman peserta PKKvTD angkatan I tahun 2022 yang telah
membersamai dalam suka dan duka selama mengikuti pelatihan ini.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu penyusunan studi kasus ini. Semoga studi kasus ini
diterima dan bermanfaat. Kami memohon kritik dan saran yang membangun agar
studi kasus ini dapat lebih baik dalam pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan .................................................................... 2
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kasus Terkait dengan Faktor Risiko .......................... 62
4.2 Analisis Kasus Terkait dengan Klasifikasi Kategori ACS ....... 62
4.3 Analisis Diagnosa Keperawatan............................................... 63
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 65
iv
5.2 Saran .......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memahami konsep dasar ACS dan menerapkannya dalam
pelayanan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
darah Harapan Kita.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mampu memahami konsep dasar ACS
1.2.2.2 Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan ACS
3
4
KRITERIA SCORE
Pasien usia > 65 tahun 1
>3faktor risiko (Hipertensi, Diabetes Mellitus, 1
Merokok, Riwayat dalam Keluarga, Dislipidemia)
Pemakaian aspirin dalam 7 hari terakhir 1
≥ 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 jam terakhir 1
Peningkatan enzim jantung (CKMB dan Hs Trop T) 1
Deviasi Segmen ST >1 mm saat tiba 1
Angiogram koroner sebelumnya menunjukan stenosis 1
>50%
Kriteria risiko:
Low Risk : jika jumlah score 0-2
Middle Risk : jika jumlah score 3-4
High Risk : jika jumlah score 5-7
Tabel 2.3 TIMI score STEMI
Kriteria Score
Pasien usia ≥ 75 tahun 3
Usia 65-74 2
Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Angina 1
Tekanan darah sistolik < 100 mmHg 3
Nadi > 100x/ menit 2
Kelas Killip II-IV 2
Berat Badan < 67 kg 1
STEMI Anterior atau LBBB 1
8
30-60 28
60-90 17
9-120 7
>120 0
Laju denyut jantung (kali per menit)
< 70 0
71-80 1
81-90 3
91-100 6
101-110 8
111-120 10
> 121 11
Jenis kelamin
Pria 0
Wanita 8
Tanda gagal jantung saat datang
Tidak 0
Ya 7
Riwayat penyakit vascular
sebelumnya
Tidak 0
Ya 6
Diabetes
Tidak 0
Ya 6
Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
< 90 10
91-100 8
101-120 5
121-180 1
181-200 3
> 200 5
12
2.2.5 Evaluasi
Menurut Potter dan Perry (2009) langkah-langkah evaluasi terdiri dari
pengumpulan data-data perkembangan pasien, mengintrepetasikan
perkembangan pasien, membandingkan data keadaan sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan dengan kriteria pencapaian tujuan yang
ada telah ditetapkan, mengukur dan membandingkan perkembangan
pasien dengan standar normal yang berlaku. Setelah melakukan
evaluasi keperawatan tahap selanjutnya adalah mencatat hasil tindakan
keperawatan ke dalam dokumentasi asuhan keperawatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
42
43
Saat pengkajian di ICVCU, pasien compos mentis dan mengatakan nyeri dada sudah
berkurang, nyeri hilang timbul, kadang-kadang terasa seperti tertekan dan terasa pegal
sampai ke tangan kiri dengan skala nyeri 3. Pasien mengeluh lemas, merasa lelah saat
beraktivitas seperti saat makan atau minum. Pasien terpasang oksigen 3 lpm nasal
kanul, IABP di arteri femoralis communis dextra, dan vena dalam di vena jugularis line
dengan NaCl 0,9% 500 cc/24 jam, dobutamin 7 mcg/KgBB/menit, pantoprazole
8mg/jam dan lasix 20 mg/jam
5) Time: Waktu yang dirasakan nyeri tidak menetap, hanya beberapa menit dan hilang
dengan posisi yang nyaman dan beristirahat.
8) Abdomen
Inspeksi: supel, tidak terdapat asites
Auskultasi: bising usus ada 12 kali/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: tympani
9) Ekstremitas
Inspeksi: tidak terlihat sianosis, tidak ada edema ektremitas
Palpasi: CRT 2 detik, teraba kuat nadi di dorsalis pedis, ulnaris dan radialis, akral
hangat, terpasang IABP di femoral kanan terfiksasi dengan baik tidak tampak
adanya hematom.
Nilai tonus otot:
5555 5555
5555 5555
10) Genetalia
Terpasang folley catheter. Genetalia tidak ada lecet dan tampak bersih.
3.3.16 Pemberian Terapi
INFEKSI / INFLAMASI
CRP - - 68 - < 5 mg / dL
c. Laporan Echokardiografi
Echo Tanggal 02 Februari 2022
(On Dobutamin 5 Mcg/kg/menit)
Tekanan Darah 99 / 61 mmHg (MAP69)
Heart Rate 116 x/menit
IVC 20/17 eRAP 8 LVOT VTI 13 SV 40,80 CO 4,7 SVR 1038
PvAccT 121 mPAP 24 RVOT 20 peak E 93,4 e Lat 12,5 e’med 7,73
49
Hasil :
Ro. Thorax AP Supine
Cor : Ukuran kesan membesar ke kiri, CTR > 50 %, Trakea di tengah hillus kanan
dan kiri tidak menebal, Tampak infiltrat di lapangan kedua paru,
Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip. Diafragma kanan dan kiri licin
Tulang-tulang dan jaringan lunak kesan baik
Kesan :
Cardiomegali
Infiltrat di lapang kedua paru
50
e. Elektrokardiogram
EKG dilakukan pada Tanggal 1 Februari 2022
Sinus : Takikardi
Irama : Reguler / teratur
Heart Rate :125 x/menit
Gelombang P : Gel P diikuti QRS gelombang T, Lebardurasi Gel P = 0,8 detik,
Tinggi durasi Gel P= 0,2 mV
PR Interval :0,16 detik
Gelombang QRS : Sempit, Lebar Gel QRS = 0,12 detik
Axis : Axis Jantung LAD ( Positif di lead I, Negatif di lead AvF)
Gelombang ST : ST Elevasi di Lead V1 sampai V6
Intepretasi EKG : STEMI Anterolateral di Lead V1 sampai V6
51
Objektif:
− P: Saat ini pasien merasa nyeri dada
hilang timbul, kadang nyeri saat
aktivitas seperti mengambil gelas
atau bergerak. Saat diistirahatkan
pasien mengatakan nyerinya hilang.
− Q : Jika nyerinya muncul, terasa
seperti tertekan dan pegal
− R : Nyeri yang dirasakan sekitar di
bawah leher hingga ulu hati dan
terasa hingga ke tangan kiri.
− S : Skala nyeri 3 (1-10)
− T : Waktu yang dirasakan nyeri tidak
menetap, hanya beberapa menit dan
hilang dengan posisi yang nyaman
dan beristirahat.
− EKG:
Sinus Takikardi, STEMI
Anterolateral di Lead V1 sampai V5,
LAD axis
− TTV:
TD : 75/52 mmHg
HR : 111x/menit
RR : 37x/menit
T : 36 C
SpO2 : 99 %
2. Subjektif: Penurunan Penurunan
− Pasien mengeluh merasa lemas saat Curah Kontraktilitas
beraktivitas seperti saat makan atau Jantung Miokard
minum
− Pasien mengatakan masih terasa
nyeri dada dan kadang hilang timbul
Objektif:
− Tekanan darah 75/52 mmHg (MAP
70 mmHg), nadi 111x/m, RR 37
x/menit, SpO2 99%, capillary refill
time 2 detik, dan akral hangat.
− Pasien terpasang nasal canul 3 Lpm,
terpasang IABP dengan trigger ECG,
ratio 1:1, augmentasi maksimal
− Pasien terpasang infus NaCl 0,9%
500 cc, Pantoprazole 8
52
mg/jam,dobutamin 7
mcg/KgBB/menit dan Lasix
20mg/jam,
− Hasil EKG : Sinus Takikardi dengan
STEMI anterolateral, Axis LAD
− Hasil Ro Thorax : Kardiomegali
− Hasil echokardiografi:
IVC 20/17, eRAP 8, SV 40.80, CO
4.7, SVR 1038, PCWP 13, EF 38%,
TAPSE 12, TR moderate, TR V max
3.0 m/s, MR Mild, Akinetik di
Apikal mid inferoseptal, Hipokinetik
di Mid Anterior, mid inferior, mid
anteroseptal,mid inferolateral Blines
++/++
3. Subjektif: Intoleransi Kelemahan
Pasien mengeluh merasa lemas saat Aktivitas
beraktivitas seperti saat makan atau
minum
Objektif:
− Tekanan darah 75/52 mmHg (MAP
70 mmHg), Nadi 111x/m, RR 37
x/menit, SpO2 99%, capillary refill
time 2 detik, dan akral hangat.
− Pasien tampak lemah, Aktivitas
dibantu perawat,
T : 36 C - Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaboratif
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Ajarkan strategi koping
3.7 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal Diagnosa Kriteria Hasil Implementasi Evaluasi
/ Jam Keperawatan
04 Feb Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri S:
agen pencedera asuhan keperawatan Observasi : Pasien mengatakan
2022
fisiologis selama 3x24 jam 1. Mengidentifikasi lokasi, saat ini nyeri dada
Jam (iskemia) diharapkan nyeri karakteristik, durasi, berkurang, tidak ada
berkurang dengan frekuensi, intensitas dan pusing, maupun
10.00
kriteria hasil : kualitas nyeri mual
wib Tingkat nyeri : P : nyeri dirasakan saat O:
- Melaporkan beraktivitas - Kesadaran
keluhan nyeri Q : Seperti tertekan dan composmentis
menurun GCS 15 (E : 4
pegal
- Tidak tampak M: 6 V: 5)
ekspresi meringis R : Bawah leher ke ulu - Keadaan
- Tidak gelisah hati dan ke lengan kiri umum lemah,
Kontrol nyeri : S:3 dan tampak
- Melaporkan nyeri T : Ketika beraktivitas tenang
terkontrol 2. Mengidentifikasi skala - P: Saat ini
- Mampu nyeri : 3 pasien merasa
mengenali onset 3. Mengidentifikasi respon nyeri dada
nyeri nyeri non verbal hilang timbul,
- Mampu - Melakukan kontak mata, kadang nyeri
mengenali Intonasi suara, bahasa saat aktivitas
penyebab nyeri tubuh. Tapi pada pasien seperti
- Mampu mampu melakukan mengambil
menggunakan persepsi nyeri secara gelas atau
tehnik verbal bergerak. Saat
farmakologi 4. Mengntifikasi faktor yang diistirahatkan
- Keluhan nyeri memperberat dan pasien
berkurang memperngan nyeri mengatakan
- Nyeri Semakin berat nyerinya
apabila digunakan saat hilang.
beraktivitas - Q : Jika
- Nyeri berkurang apabila nyerinya
pasien istirahat muncul, terasa
5. Identifikasi pengetahuan seperti
dan keyakinan tentang tertekan dan
nyeri pegal
- Pasien belum mengetahui - R : Nyeri yang
bagaimana cara dirasakan
mengurangi nyeri sekitar di
6. Mengidentifikasi bawah leher
pengaruh budaya terhadap hingga ulu hati
respon nyeri dan terasa
- Pasien mengatakan jika hingga ke
tidur dapat mengurangi tangan kiri.
nyeri
56
57
Kolaboratif
58
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
- Paracetamol
3x500 mg K/P
4 Penurunan Setelah dilakukan Observasi S:
curah jantung asuhan keperawatan 1. mengidentifikasi gejala - Pasien
Februari
b.d penurunan selama 3x24 jam penurunan curah mengeluh
2022 kontraktilitas diharapkan masalah jantung merasa lemas
miokard penurunan curah 2. Memonitor tekanan saat beraktivitas
Jam
jantung dapat teratasi darah seperti saat
10.00 dengan kriteria hasil : 3. Memonitor keluhan makan atau
- Kekuatan nadi nyeri dada minum
wib
perifer (3) sedang 4. Memonitor nilai − Pasien
- Takikardi (3) laboratorium mengatakan
sedang masih terasa
- Tekanan darah (4) Terapeutik nyeri dada dan
cukup membaik 1. Posisikan pasien semi kadang hilang
fowler atau fowler timbul
dengan kaki kebawah O :
atau posisi nyaman − Tekanan darah
2. Fasilitasi pasien dan 86/52 mmHg
keluarga untuk (MAP 63
modifikasi gaya hidup mmHg), nadi
sehat 106x/m, RR 28
x/menit, SpO2
Kolaborasi 100%, capillary
1. Kolaborasi pemberian obat refill time 2
- Dobutamin 7 detik, dan akral
mg/BB/menit hangat.
- Captopril 3x50 mg − Posisi pasien
- Spironolaktone 1x50 semi fowler
mg − Pasien
terpasang nasal
- Inj. Arixtra 1x2,5 mg
canul 3 Lpm,
- Lasix drip inj. 20 terpasang IABP
mg/jam dengan trigger
ECG, ratio 1:1,
Augmentasi
maksimal
− Pasien
terpasang
Dobutamin 7
mcg/KgBB/me
nit dan Lasix
20mg/jam
− Hasil EKG :
Sinus Takikardi
dengan STEMI
59
anterolateral,
Axis LAD
− Hasil Ro
Thorax :
Kardiomegali
- Hasil
Keseimbangan
cairan
Intake : 2652cc
Output : 3200 cc
Balance Cairan :
-548 cc
A:
Penurunan curah
jantung
P : Lanjutkan
intervensi
1. Monitor status
Hemodinamik
(Target Balance
Cairan -1000 s/d –
2000 cc)
2. Atur posisi
senyaman
mungkin
3. Kolaborasi
dalam
pemberian obat
4. Rencana IVS
Clossure dan
CABG (Masih
dijadwalkan)
4 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi Tindakan S:
aktifitas b.d asuhan keperawatan Observasi Pasien mengeluh
februari
kelemahan selama 3x24 jam 1. mengidentifikasi merasa lemas saat
2022 diharapkan toleransi gangguan fungsi tubuh beraktivitas seperti
aktifitas membaik yang mengakibatkan saat makan atau
Jam
dengan kriteria hasil kelelahan minum
10.00 - Frekuensi nadi 2. Memonitor kelelahan
normal fisik dan emosional O:
wib
- Saturasi oksigen 3. Memonitor pola dan − Tekanan darah
meningkat jam tidur 86/52 mmHg
- Perasaan lemah 4. Memonitor lokasi dan (MAP 63
menurun ketidaknyamanan mmHg), Nadi
- Aritmia saat selama melakukan 106x/m, RR 28
aktivitas : menurun aktivitas x/menit, SpO2
- Aritmia setelah 100%, capillary
aktivitas : menurun Terapeutik refill time 2
60
4.2 Analisis Kasus Terkait dengan Klasifikasi Kategori ACS disertai Komplikasi IVS
Ruptur
Karakteristik utama Acute Coronary Sydrome (ACS) dengan STEMI ditandai dengan adanya
angina tipikal dan perubahan EKG dengan gambaran elevasi yang didiagnosa untuk infark
miokard akut. Sebagian besar pasien ACS dengan STEMI mengalami peningkatan biomarka
jantung, sehingga akan berlanjut menjadi infark miokard tanpa elevasi segment ST. Oleh
karena itu pasien ACS dengan STEMI dapat segera mendapatkan terapi reperfusi sebelum
hasil pemeriksaan marka jantung tersedia.
Komplikasi IVS ruptur / VSD yang bukan karena kelainan kongenital, tetapi memang akibat
dari komplikasi Acute Coronary Syndrome sehingga terjadi gangguan hemodinamik
kemudian dipasang IABP untuk mencegah gangguan tersebut, Intervensi yang dilakukan
tidak langsung dilakukan PCI hanya dilakukan POBA(Percutaneus Ballon Angioplasty)
yang merupakan tindakan pelebaran pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan.
karena akan dilanjutkan ke CABG IVS Clossure. Letak anterior jantung yang memperdarahi
LAD (Left Anterior Descending Artery). LAD yang melintasi bagian depan dan bawah
Septum, sehingga jantung tidak mendapat aliran/nutrisi menyebabkan gangguan
kontraktilitas jantung, tekanan di ventrikel kiri lebih tinggi dari ventrikel kanan, sementara
dinding sekat septum tersebut menjadi rapuh dan ruptur akibat infark / kekurangan supplay.
61
62
Terapi reperfusi harus segera dilakukan untuk pasien infark hal ini bertujuan agar infark
tidak semakin meluas dengan rentang waktu door to ballon < 90 menit. Ny. M dilakukan
rekanulasi dengan menggunakan GC EBU 3.5/6F. Namun terasa ada hambatan saat kateter
dimasukkan kedalam sheat. Dilakukan grafi tampak spasme arteri radialis. Diberikan NTG
200 mcg. Kateter EBU 3.5/56F didorong melewati daerah spasme dengan teknik ballon
assisted tracking (BAT) menggunakan ballon Ryujin 2.0x15 mm dengan bantuan wire Asahi
Sion Blue. Kateter berhasil dimasukkan wire diganti dengan J-wire. Dilakukan kanulasi ke
LCA, dilanjutkan wiring menggunakan wire asahi sion blue. Berhasil menembus lesi hingga
distal LAD. Dengan back up ballon Ryuijin 2.0x15mm dilakukan predeletasi dengan balon
Ryuijin 2.0x15 mm beberapa kali di mid LAD dengan tekanan maksimal 8 atm selama 20
detik. Dilakukan evaluasi angiografi : TIMI 2 flow, diseksi (-), perforasi (-), trombus (-),
residual stenosis (+). Tindakan selesai. TD 82/53 mmHg,nadi 110x/mnt total perdarahan 30
ml. Jenis dan jumlah media kontras lopamiro 370 sebanyak 140 cc,FT 17:54 menit . DAP
127,37 Gy.cm2. kesimpulan hasil tindakan post POBA di mid LAD pada CAD 1 VD , syock
kardiogenik , Stemi anterior ,IVS ruptur.
Sesuai dengan komplikasi yang mungkin muncul, pasien ini mengalami syok kardiogenik.
Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi beban kerja jantung yaitu pemasangan IABP.
Saat di ICVCU, pasien sudah terpasang IABP dan hemodinamik mulai stabil. Tindakan
keperawatan yang perlu dilakukan yaitu pemantauan hemodinamik.
5.1 Kesimpulan
Acute Coronary Sindrome (ACS) adalah sebuah kondisi yang melibatkan
ketidaknyamanan di dada atau gejala lain yang disebabkan oleh kurangnya
oksigen ke otot jantung (miokardium), serta adanya manifestasi atau gejala akibat
gangguan pada arteri koronaria. Faktor risiko dari ACS dapat klasifikasikan
menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat diubah seperti
hiperlipidemia, hipertensi, diabetes dan sindrom metabolik lainnya dan faktor
risiko yang tidak dapat diubah seperti usia dan jenis kelamin. Faktor - faktor risiko
tersebut sangat berpengaruh dalam proses terbentuknya aterosklerosis pada arteri
koroner. Klasifikasi ACS berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung, ACS dibagi menjadi:
STEMI: ST segment elevation myocardial infarction, NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction, dan UAP: unstable angina pectoris.
Komplikasi IVS ruptur / VSD yang bukan karena kelainan kongenital, tetapi
memang akibat dari komplikasi Acute Coronary Syndrome sehingga terjadi
gangguan hemodinamik kemudian dipasang IABP untuk mencegah gangguan
tersebut, Intervensi yang dilakukan tidak langsung dilakukan PCI hanya dilakukan
POBA(Percutaneus Ballon Angioplasty) yang merupakan tindakan pelebaran
pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan. karena akan dilanjutkan
ke CABG IVS Clossure. Letak anterior jantung yang memperdarahi LAD (Left
64
65
Anterior Descending Artery). LAD yang melintasi bagian depan dan bawah
Septum, sehingga jantung tidak mendapat aliran/nutrisi menyebabkan gangguan
kontraktilitas jantung, tekanan di ventrikel kiri lebih tinggi dari ventrikel kanan,
sementara dinding sekat septum tersebut menjadi rapuh dan ruptur akibat infark
/ kekurangan supplay.
Dari data diatas setelah perawatan hari ke-1, maka ditegakkan diagnosis
keperawatan, yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (
iskemik), penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
5.2 Saran
Studi kasus ini diharapkan mampu memberi gambaran tentang asuhan
keperawatan pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS). Saran yang dapat
penulis berikan adalah sebagai berikut:
5.2.1 Rumah Sakit
Tingginya angka kejadian pasien dengan ACS, rumah sakit dapat meningkatkan
pencegahan sekunder dan tersier agar pasien dengan ACS tidak mengalami
komplikasi. Selain itu, perlu dilakukan health promotion pada keluarga pasien
yang mempunyai faktor risiko ACS.
5.2.2 Pengembangan Ilmu Keperawatan
Studi kasus ini dapat dijadikan pembelajaran dan pengembangan ide untuk
intervensi keperawatan dalam memberikan asuhan pada pasien dengan ACS
DAFTAR PUSTAKA
66
67
LEMBAR KONSULTASI
2022
2. Selasa, 08 1. Acc s/d Bab Teori
Februari 2. Untuk Diagnosa s/d Intervensi Keperawatan