Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

PENURUNAN CURAH JANTUNG PADA PASIEN Tn. S DENGAN


Congesti Heart Failure (CHF)
DI RUANG Al-Kautsar RSI Fatimah CILACAP

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan dalam rangka penyelesaian pendidikan
D3 Keperawatan STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap
2018/2019

Oleh
ELIS SETIAWATI
NIM. 106118038

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL- ISLAMIYYAH CILACAP
2020/2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH

KEPERAWATAN PENURUNAN CURAH JANTUNG

Pada Paisen Tn,S Dengan CONGESTIVE HEART

FAILURE (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI Fatimah

CILACAP

Nama Mahasiswa : ELIS SETIAWATI

NIM : 106118038

Cilacap, 14 juli 2021

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Sodikin, M.Kep., Ns Sp.Kep MB Bejo Danang S, M.Kep.,

Ns
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Dewan Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah

Program Studi D3 Keperawatan STIKES Al-Irsayad Al-Islamiyyah Cilacap

Pada hari : Rabu

Tanggal : 14 juli - 2021

Dewan Penguji

Penguji Ketua

Agus Prasetyo, M.kep

Penguji Anggota I

Sodikin, M.Kep., Ns Sp.Kep MB

Penguji Anggota II

Bejo Danang S, M.Kep., Ns

Mengesahkan ,

Ketua STIKES Al-Irsyad Cilacap

Sarwa, AMK., S.Pd., M.Kes


SURAT PERNYATAAN

LAYAK UJI KTI

Nama Mahasiswa : ELIS SETIAWATI

NIM : 106118038

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH

KEPERAWATAN PENURUNAN CURAH JANTUNG

Pada Paisen Tn,S Dengan CONGESTIVE HEART

FAILURE (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI Fatimah

CILACAP

Dinyatakan telah layak untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Ujian KTI,

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap, Tahun Akademik 2020/2021.

Cilacap, 14 JULI 2021

Mengetahui

Pembimbing utama Pembimbing pendamping

Sodikin, M.Kep., Ns Sp.Kep MB Bejo Danang S, M.Kep.


Ns.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat allah subhanahu wa

Ta’alaa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karuniaNya . Sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “asuhan keperawatan pada

Tn,S dengan Masalah Keperawatan congestive heart failure (CHF) di ruang Al-

Kautsar RSI Fatimah Cilacap” dengan baik.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan serta doa dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih pada:

1. Sarwa, AMK.,S.Pd.,M.Kes Selaku ketua Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Cilacap Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menimba ilmu di Stikes Al-irsyad Al-islamiyyah Cilacap.

2. Liliek Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Al-irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap.

3. Sodikin, M.Kep., Ns., Sp.Kep MB selaku pembimbing I yang telah

memberikan perhatian, membimbing dan mengarahkan Karya Tulis Ilmiah

ini.

4. Bejo Danang, M. Kep,. Ns. selaku pembimbing II yang telah memberikan

perhatian, membimbing dan mengarahkan Karya Tulis Ilmiah ini.


5. Serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan secara moral dan

materil serta do’a yang tidak pernah putus mendo’akan untuk kesuksesan,

yang selama ini selalu senantiasa berjuang, memberi semangat kuliah,

mendukung semua kegiatan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Maka dari itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran membangun dalam upaya perbaikan penulis di

masa mendatang. Demikian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dibuat semoga dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Cilacap,14 juli 2021

Penulis

Elis Setiawati
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………………ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………….iii
SURAT PERNYATAAN LAYAK UJI PROPOSAL…………………………………….iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………...ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………...x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………5
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….5
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………….16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Konsep Medis CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)……………..7
1. Definisi……………………………………………………………...7
2. Etiologi………………………………………………………………8
3. Patofisiologi………………………………………………………...8
4. Manifestasi Klinis…………………………………...….………..…9
5. Komplikasi……...………………………………………………..…11
6. Penatalaksanaan………...…………………………………………..11
7. Intervensi Keperawatan……………………………………………..12
B. Konsep Penuruna Curah Jantung
1. Definisi………..……...………………………………………………12
2. Klarifikasi…………………………………………………………….
3. Etiologi……………………………………………………………….
4. Patofisiologi………………………………………………………….
5. Manifestasi Klinis……………………………………………………
6. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………
7. Komplikasi……………………………………………………………
8. Penatalaksanaan……………………………………………………...
9. Contoh Kasus Yang Berpotensi …………………………………….
10. Pathways…………………………………………………………….
C. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………………………
1. Diagnosa Keperawatan………………………………………………
2. Batasan Karakteristik………………………………………………..
3. Intervensi Keperawatan……………………………………………..
BAB III STUDI KASUS
A. Pengkajian ……………..………………………………………………….20
B. Analisa Data……………………………………………………………….20
C. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………….
D. Rencana Keperawatan……………………………………………………
E. Implementasi…………………………………………………………..
F. Evaluasi…………………………………………………………
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………..
BAB V PENUTUP………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….26
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Penurunan Curah Jantung .................... 16


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathways .................................................................................. 18


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan di mana pompa darah

oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh.

Penurunan curah jantung ini disebabkan akibat adanya gangguan pada jantung

(Wilkinson & Ahern, 2012).

Apabila jantung tidak dapat mencukupi jumlah darah yang dibutuhkan, maka

mekanisme kompensasi akan bekerja, sehingga jantung akan tetap dapat

mencukupi kebutuhan jaringan. Namun, apabila jantung harus melakukan

pekerjaan pada keadaan-keadaan yang lebih sulit, mekanisme kompensasi ini

tidak cukup untuk menanggulanginya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya

gagal jantung (Naga, 2012).

Congestive Heart Failure (CHF) adalah sebuah kondisi dari kardiovaskuler

dimana jantung tidak bisa memompa darah secara adekuat untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme dari jaringan tubuh (Desai, Lewis, Li, & Solomon, 2012).

beberapa faktor resiko gagal jantung adalah kebiasaan merokok, kurang aktivitas

fisik, perubahan pola diet, kelebihan berat badan, hiperlipidemia, diabetes,

hipertensi, usia, jenis kelamin dan keturunan.


CHF merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan

penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Berdasarkan data

World Health Organisations (WHO) risiko kematian akibat gagal jantung berkisar

antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi

30-40% pada gagal jantung berat (World Health Organization (WHO), 2015).

Penyakit CHF meningkat sesuai dengan perkembangan usia, prevalensi CHF di

dunia sekitar 1% pada orang yang berusia 50-59 tahun, 10% pada usia lebih dari

65 tahun, dan 50% pada usia lebih dari 85 tahun. (Collier et al., 2011).

Pada negara berkembang prevalensi CHF sekitar 1-2% dari populasi dewasa.

Prevalensi meningkat lebih dari 10% pada usia lebih dari 70 tahun (Murberg &

Bru, 2011). Prevalensi CHF di Indonesia adalah 0,13%, tertinggi di Yogyakarta

0,25%, disusul Jawa Timur 0,19%, dan ketiga di Jawa Tengah 0,18%.

Berdasarkan jenis kelamin kejadian CHF pada laki-laki adalah 0,1% dan

perempuan 0,2%. Berdasarkan usia pasien kejadian CHF pada usia 15-34 tahun

adalah 0,07%, usia 35-54 tahun 0,28%, 55-74 tahun 0,87%, lebih dari 75 tahun

0,41%. (Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2013)..

Gejala penyakit CHF yang berkaitan dengan retensi cairan adalah nyeri

epigastrik, distensi abdomen, ascites, oedema sakral dan oedema peripheral (Panel

,2011). Persentase gejala pada CHF adalah dispnoea (52%), orthopnoea (81%),

paroxysmal nocturnal dyspnoea (76%), oedema (80%) (Remme & Swedberg,

2018).
Hasil Survei awal yang dilakukan di RSUD Cilacap pada tahun 2013

(Januari-Nopember) diketahui jumlah kasus CHF yaitu pada pasien usia 30-60

tahun sebanyak 62 pasien (29,41%) dan usia lebih dari 60 tahun sebanyak 125

(70,59%) (Rekam Medis RSUDC, 2013). Penyebab CHF sebagian besar adalah

diabetes, hipertensi dan penyakit arteri koronaria. Gejala yang muncul pada pasien

CHF adalah sesak nafas, kelelahan, kelemahan, pusing dan oedema kaki. Pada

pasien CHF yang mengalami oedema kaki di RSUD Cilacap belum dilakukan

penatalaksanaan untuk mengurangi gejala oedema kaki tersebut.

Berdasarkan Latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah

Keperawatan Penurunan Curah Jantung Pada Paisen Tn,S Dengan congestive

heart failure (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI Fatimah Cilacap.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis

merumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn,S dengan

Masalah Keperawatan congestive heart failure (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI

Fatimah Cilacap
C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Mampu mendiskripsikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan

masalah keperawatan penurunan curah jantung pada Tn,S dengan Masalah

Keperawatan congestive heart failure (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI Fatimah

Cilacap pada tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada dengan dengan masalah

keperawatan penurunan curah jantung pada Tn,S dengan Masalah

Keperawatan congestive heart failure (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI

Fatimah Cilacap pada tahun 2021..

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah

keperawatan penurunan curah jantung pada Tn,S dengan Masalah

Keperawatan congestive heart failure (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI

Fatimah Cilacap pada tahun 2021.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan dengan masalah

keperawatan penurunan curah jantung pada Tn,S dengan Masalah

Keperawatan congestive heart failure (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI

Fatimah Cilacap pada tahun 2021.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan dengan masalah

keperawatan penurunan curah jantung pada Tn,S dengan Masalah

Keperawatan congestive heart failure (CHF) di ruang Al-Kautsar RSI


Fatimah Cilacap pada tahun 2021.

e. Penulis mampu mengevaluasi asuhan keperawatan sesuai tindakan yang

diberikan dengan masalah keperawatan penurunan curah jantung pada Tn,S

dengan Masalah Keperawatan congestive heart failure (CHF) di ruang Al-

Kautsar RSI Fatimah Cilacap pada tahun 2021.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan wawasan dan ketrampilan serta

sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh

selama menempuh pendidikan dalan menegakan asuhan keperawatan medikal

dalam dengan masalah keperawatan congestive heart failure (CHF)

2. Pembaca

Diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan, dan wawasan

mengenai penanganan dan tindakan dalam penanganan dan tindakan dalam

asuhan keperawatan medikal bedah, khususnya pada kasus dengan masalah

keperawatan congestive heart failure (CHF)

3. Institusi

Diharapkan dapat menjadi referensi keilmuan yang mampu memberikan

informasi dan menambah wawasan bagi mahasiswa STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap tentang masalah keperawatan khususnya masalah keperawatan

congestive heart failure (CHF)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Konsep Medis CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF )

1. Definisi

Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan

kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang

kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh

(Andra Saferi,2013). Gagal jantung keadaan patofisiologik dimana jantung

sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme

jaringan.Kesimpulan yang diambil dari pengertian tersebut adalah bahwa gagal

jantung congestive adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung tidak

mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme jaringan,

oksigen dan nutrient (Andre Saferi,2013).

2. Etiologi

Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013)

1. Meningkatkan preload: regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel.

2. Meningkatkan afterload: stenosis aorta, hypertensi sistemik.

3. Menurunkan kontraktilitas ventrikel: IMA, kardiomiopati.

4. Gangguan pengisian ventrikel: stenosis katup antrioventrikuler, pericarditif

konstriktif, tamponade jantung.


5. Gangguan sirkulasi: Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang

melalui respon mekanis.

6. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa

jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat.

7. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap

ejaksi ventrikel kanan.

3. Patofisiologi

Gagal jantung sering dipisahkan menjadi dua klasifikasi gagalan kanan

atau gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan tidak dapat

memompa darah ke dalam arteri pulmonalis, sehingga kurang darah yang

beroksigen oleh paru-paru dan meningkatkan tekanan di atrium kanan dan

sirkulasi vena sistemik. Hipertensi vena sistemik menyebabkan edema pada

ekstremitas. Pada gagal sisi kiri, ventrikel kiri tidak stabil untuk memompa darah

ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi peningkatan tekanan di atrium kiri dan

pembuluh darah paru. Paru-paru menjadi sesak dengan darah, menyebabkan

tekanan paru relevated dan edema paru. Meskipun, setiap jenis menghasilkan

perubahan arteri yang berbeda sistemik/paru, secara klinis tidak biasa untuk

mengamati kegagalan semata-mata gagal jantung kanan ataugagal jantung kiri.

Sejak kedua sisi jantung tergantung pada fungsi yang memadai dari sisi lain,

kegagalan satu ruang menyebabkan perubahan timbal balik di ruang berlawanan.

Misalnya, dalam peningkatan kegagalan sisi kiri kemacetan vaskular paru akan
menyebabkan tekanan meningkat pada ventrikel kanan, sehingga benar hipertrofi

ventrikel, penurunan efisiensi miokard, dan akhirnya mengumpulkan darah

dalam sirkulasi vena sistemik (Syaifuddin,2015).

4. Manifestasi Klinik

Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:

1. Gagal jantung kiri

Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme

kotrol pernapasan. Gejala:

a) Dispnea

Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang

mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau

di cetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.

b) Orthopnea

Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan

menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi,

bahkan saat tidur.

c) Batuk

Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif, tetapi

yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum

berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai dengan bercak darah.
d) Mudah Lelah

Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari srikulasi

normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga

terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan untuk bernafas dan

insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk.

e) Gelisah dan Cemas

Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan berfasan dan

pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.

2. Gagal jantung kiri

Menyebabkan peningkatan vena sistemik. Gejala:

1. Oedem perifer

2. Peningkatan BB

3. Distensi vena jugularis

4. Hepatomegaly

5. Asites

6. Pitting edema

7. Anoreksia

8. Mual

5. Komplikasi

Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung Yaitu:

a) Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.


b) Syok kardiogenik: stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan

curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan

otak).

c) Episode trombolitik

Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan

aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.

d) Efusi perikardial dan tamponade jantung

Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium

sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik vena kejantung menuju

tomponade jantung.

6. Penatalaksanaan

Menurut kosron (2015), penatalaksanaan pada CHF meliputi:

1) Glikosida Jantung

Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat

frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan: peningkatan curah jantung, penurunan

tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.

2) Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.

Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalenia.

3) Terapi vasodilator: Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi

tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki

pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan

pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.


7. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan NANDA 2018, NIC-NOC 2020

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Penurunan curah jantung a. pompa jantung a. perawatan jantung :


berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan 1) Evaluasi adanya nyeri dada
dengan penurunan keperawatan 3x24jam di harapkan (intensitas, lokasi, durasi,
kontraksi kontraksi frekuensi)
pompa jantung efektif .
ventrikel kiri. 2) Catat adnya disritmia
jantung
Indikator IR ER
3) Catat adanya tanda dan
Tekanan darah gejala penurunan cardiac
sistol output.
Tekanan darah 4)Monit status kardiovaskuler
5) Monitor status pernafasan
diastole yang menandakan Heart
Freksi ejeksi Failure
Kelelahan 6) Monitor abdomen sebagai
indicator adanya adanya
Intoleransi penurunan fungsi
aktifitas
Kriteria Hasil:
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran
normal
2. Deviasi yang cukup besar
dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran
normal
4. Deviasi ringan dari kisaran
normal
5. Tiadak ada deviasi dari kisaran
normal
B Konsep Penurunan Curah Jantung

1. Definisi
Gagal jantung kongestive atau congestive heart failure (CHF) merupakan

kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang

kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh

(Saferi, 2013). Gagal jantung kongestive merupakan ketidak mampuan jantung

untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

jaringan terhadap oksigen dan nutrien (Saferi, 2013).

Para ahli kesehatan yang lain juga mengajukan definisi yang kurang lebih

sama, diantaranya Daulat Manurung tahun 2014 yang mendefinisikan bahwa

gagal jantung adalah suatu sindrom klinis 8 9 kompleks, yang didasari oleh

ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruhan jaringan tubuh

adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Pasien

dengan gagal jantung biasanya terjadi tanda dan gejala sesak nafas yang spesifik

pada saat istirahat atau saat beraktivitas dan atau rasa lemah, tidak bertenaga,

retensi air seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur

dan fungsi jantung (Setiani, 2014).

Kesimpulan yang bisa diambil dari definisi diatas bahwa gagal jantung

adalah suatu keadaan abnormal dimana jantung tidak mampu memompa darah

sehingga tidak mencukupi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi untuk

melakukan metabolisme.
2. Klasifikasi

Klasifikasi gagal jantung berdasarkan derajatnya fungsional (Hidayat. 2011) :

Kelas 1 : Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik yang berat, aktivitas sehari

hari tidak terganggu

Kelas 2 : Timbul gejala sesak pada aktivitas sedang, aktivitas sehari-hari

sedikit terganggu

Kelas 3 : Timbul gejala sesak pada aktivitas ringan, aktivitas sehari-hari

terganggu

Kelas 4 : Timbul gejala sesak pada aktivitas sangat ringan atau istirahat

3. Etiologi

Faktor yang berhubungan dari penurunan curah jantung yaitu:

(NANDA 2018-2020)

a. Perubahan afterload

b.Perubahan frekuensi jantung

c. Perubahan irama jantung

d.Perubahan kontraktilitas

e. Perubahan preload, perubahan volume sekuncup.

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan

mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri


yang menurun mengurangi cardiac output dan meningkatkan volume ventrikel.

Dengan meningkatnya volume akhir diastolik ventrikel (EDV) maka terjadi pula

peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Meningkatnya LEDV, akan

mengakibatkan pula peningkatan tekanan atrium (LAP) karena atrium dan

ventrikel berhubungan langsung ke dalam anyaman vaskuler paru-paru

meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari

anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan osmotik vaskuler, maka akan terjadi

transudasi cairan melebihi kecepatan draenase limfatik, maka akan terjadi edema

interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan

merembes ke alveoli dan terjadi edema paru (Wijaya & Putri 2013).

a.Respon kompensatorik

1). Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik Menurunnya cardiac output akan

meningkatkan aktivitas adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung

dan kekuatan kontraktil akan meningkat untuk menambah cardiac output (CO),

juga terjadi vasokontriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan

retribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organorgan yang

rendah metabolismenya, seperti kulit dan ginjal agar perfusi ke jantung dan ke

otak dapat di pertahankan. Vasokontriksi akan meningkatkan aliran balik vena

kesisi kanan jantung yang selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi

(Wijaya & Putri 2013) .

2). Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron

(RAA). Aktivitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh ginjal,


meningkatkan volume ventrikel-ventrikel tegangan tersebut. Peningkatan

beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium .

3). Atropi ventrikel Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah

hidrotropi miokardium akan bertambah tebalnya dinding

4). Efek negatif dari respon kompensatorik pada awalnya respon kompensatorik

menguntungkan namun pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai gejala,

meningkatkan laju jantung dan memperburuk tingkat gagal jantung. Resistensi

jantung yang dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas dini

mengakibatkan bendungan paru-paru, vena sistemik dan edema, fase kontruksi

arteri dan redistribusi aliran darah mengganggu perfusi jaringan pada anyaman

vaskuler yang terkena menimbulkan tanda serta gejala, misalnya berkurangnya

jumlah air kemih yang dikeluarkan dan kelemahan tubuh.

Vasokontriksi arteri juga menyebabkan beban akhir dengan memperbesar

resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga kalau dilatasi ruang

jantung. Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen juga

meningkat, yang juga ditambah lagi adanya hipertensi miokard dan

perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika kebutuhan miokard akan oksigen tidak

terpenuhi maka akan terjadi iskemik miokard, akhirnya dapat timbul beban

miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung yang berulang (Wijaya &

Putri 2013).
5. Manifestasi Klinis

Menurut NHFA (2011) gejala Congestive Heart Failure (CHF) sebagai

berikut:

a. Sesak nafas saat beraktifitas muncul pada sebagian besar pasien,

awalnya sesak dengan aktifitas berat, tetapi kemudian berkembang

pada tingkat berjalan dan akhirnya saat istirahat.

b. Ortopnea, pasien menopang diri dengan sejumlah bantal untuk tidur. Hal

ini menunjukkan bahwa gejala lebih cenderung disebabkan oleh

Congestive Heart Failure (CHF), tetapi terjadi pada tahap berikutnya.

c. Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) juga menunjukkan bahwa gejala

lebih cenderung disebabkan oleh (CHF), 7 tetapi sebagian besar pasien

dengan Congestive Heart Failure (CHF) tidak memiliki PND.

d. Batuk kering dapat terjadi, terutama pada malam hari. Pasien

mendapatkan kesalahan terapi untuk asma, bronkitis atau batuk yang

diinduksi.

e. Kelelahan dan kelemahan mungkin jelas terlihat, tetapi umum pada

kondisi yang lain.

f. Pusing atau palpitasi dapat menginduksi aritmia.


6. Pemeriksaan penunjang

Menurut (Udjianti, 2010) pada pasien dengan (CHF) dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang antara lain:

a. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan

kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.

Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark

miokard menunjukkan adanya aneurisme ventricular.

b. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan

dalam fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

c. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan

dinding.

d. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan

membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan

stenosis katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat

kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan

ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.

7. Komplikasi

Menurut (Wijaya & Putri 2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu:

a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri


b. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat

penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan vital

(jantung dan otak)

c. Episode trombolitikTrombus terbentuk karena imobilitas pasien dan

gangguan sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh

darah.

d. Efusi perikardial dan tamponade jantung Masuknya cairan kekantung

perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran

maksimal. CPO menurunkan dan aliran balik vena kejantung menuju

tomponade jantung.

8. Penatalaksanaan

Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai

berikut:

a. Terapi farmakologi :Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan

diuretik, angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker,

angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis

aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan keluhan

konstipasi.

b. Terapi non farmakologi :Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah

baring, perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit,


prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan

kontrol faktor resiko.

9. Beberapa contoh Kasus Yang Berpotensi Pada Penurunan Curah Jantung

(Destryana 2013)

a. Penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan

penyebab gagal jantung yang paling sering. Penyakit ini terjadi akibat

penyempitan pada pembuluh darah yang memasok darah ke jantung.

b. Hipertensi. Hipertensi menyebabkan jantung bekerja lebih keras dalam

memompa dan mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sehingga

menimbulkan penebalan otot jantung. Jika dibiarkan, otot jantung akan

melemah dan jantung tidak lagi mampu memompa darah secara efektif.

c. Diabetes. Selain penderita diabetes rentan terkena penyakit jantung

koroner yang merupakan penyebab utama gagal jantung, gula darah yang

tinggi juga dapat merusak jantung.

d. Kelainan atau kerusakan otot jantung (kardiomiopati). Otot jantung

memiliki peran penting dalam memompa darah. Jika otot jantung

mengalami kerusakan atau kelainan (kardiomiopati), maka pemompaan

darah juga akan terganggu. Kondisi ini bisa terjadi pada siapapun,

termasuk ibu hamil atau yang baru melahirkan (kardiomiopati peripartum

atau kardiomiopati postpartum).


e. Radang otot jantung (miokarditis). Peradangan pada otot jantung

menyebabkan otot jantung tidak bekerja secara maksimal dalam

memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini paling sering disebabkan

oleh infeksi virus.

f. Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi mengatur aliran darah

di dalam jantung, sehingga jantung bisa memompa darah dengan efektif.

Jika katup jantung rusak, aliran darah akan terganggu. Kondisi ini akan

menyebabkan peningkatan beban kerja otot jantung.

g. Gangguan irama jantung (aritmia). Kondisi ini dapat menyebabkan

detak jantung menjadi terlalu lambat atau terlalu cepat, dan tidak teratur.

Aritmia membuat kerja jantung menjadi tidak efektif. Lama kelamaan,

kondisi ini akan mengubah struktur jantung dan akhirnya menimbulkan

gagal jantung.

h. Penyakit jantung bawaan. Sebagian bayi terlahir dengan sekat ruang

jantung atau katup jantung yang tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan

bagian jantung yang sehat harus bekerja lebih keras dalam memompa

darah, dan berpotensi menimbulkan gagal jantung.

i. Kadar hormon tiroid yang tinggi (hipertiroidisme). Tingginya kadar

hormon tiroid di dalam darah akan meningkatkan denyut jantung, sehingga

membuat jantung bekerja ekstra. Lama kelamaan, jantung akan menjadi

lelah dan gagal berfungsi.


10. pathways
INFARK MIOKARD

Pengisian diastolik Hipertensi Malfungsi katup Kontraktilitas


meningkat Disfungsi Ventrikel
Kiri
Nekrosis sel otot jantung
Penurunan isi Peningkatan beban

sekuncup awal
Tekanan ventrikel
Hipertrofi ventrikel
Beban ventrikel meningkat kiri naik

GAGAL JANTUNG

Menurunnya Curah Jantung


Kongesti pulmonalis

Aktivitas RAA Hipertrofi ventrikel


Perembesan cairan
alveoli
Peningkatan pengisian LVEP
Peningkatan reabsorbsi
Na⁺ dan H2O Aliran darah ke jantung dan otak tidak DX: Gangguan
adekuat Pertukaran Gas
DX: Penurunan Curah Jantung
Eksresi Na⁺ dan H2O dlm
urin Edema Paru
Syok kardiogenik

DX: Kelebihan Volume


kematian Pengembangan Paru
Cairan
Kurang Optimal

Gambar 2.1 Pathway Huddak & Gallo (2010)


DX:Resiko pola nafas
tidak efektif
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1) Diagnosa Keperawatan

Pada pasien penurunan curah jantung, diagnosa keperawatan yang

dapat di tegakkan adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan irama 11 jantung (palpitasi, radikardia, takikardi, gambaran

EKG, aritmia atau gangguan konduksi), perubahan preload (lelah, edema,

distensi vena jugularis, central venous pressure (CVP) meningkat atau

menurun, hepatomegali, berat badan bertambah, Pulmonary Artery Wedge

Pressure (PAWP) menurun), perubahan afterload (dypsnea, tekanan darah

meningkat atau menurun, nadi perifer teraba lemah, cafillaary refill time

>3 detik, oliguria, warna kulit pucat dan atau sianosis, pulmonary Vascular

Resistence (PVR) meningkat atau menurun, Sistem Vascular Resistence

(SVR) meningkat atau menurun), perubahan kontraktilitas (Proxymal

Nocturnal Dipsnea (PND), ortopnea, batuk, terdengar suara jantung S3 dan

atau S4, Ejection Fraction (EF) menurun, (NANDA, 2015-2017).

2). Batasan karakteristik :

Kriteria mayor : Subjektif : Lelah, Objektif : Edema, distensi vena

jugularis, central venous pressure (CVP) meningkat atau menurun.

Kriteria minor : Subjektif : - . Objektif : Murmur jantung, berat badan

bertambah, pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun Kondisi

klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif.


3). Intervensi keperawatan

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Penurunan Curah Jantung

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Penurunan curah NOC: Keefektifan pompa jantung NIC : Cardiac Care (perawatan
Setelah dilakukan Tindakan jantung )
jantung b/d respon
keperawatan di harapkan pompa 1. Evaluasi adanya nyeri dada
fisiologis otot jantung, 2. ( intensitas,lokasi, durasi)
jantung efektif .
3. Catat adanya disritmia jantung
peningkatan frekuensi, Kriteria Hasil: 4. Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
dilatasi, hipertrofi atau Indikator IR ER 5. Monitor status kardiovaskuler
6. Monitor status pernafasan yang
peningkatan isi Tekanan darah menandakan gagal jantung
sistol 7. Monitor abdomen sebagai
sekuncup indicator penurunan perfusi
Tekanan darah 8. Monitor balance cairan
diastole 9. Monitor adanya perubahan
tekanan darah
Freksi ejeksi 10. Monitor respon pasien terhadap
Kelelahan efek pengobatan antiaritmia
11. Atur periode latihan dan
Intoleransi istirahat untuk menghindari
kelelahan
aktifitas 12. Monitor toleransi aktivitas
pasien
13. Monitor adanya dyspneu,
Keterangan : fatigue, tekipneu dan ortopneu
1. Deviasi berat dari kisaran 14. Anjurkan untuk menurunkan
stress
normal Vital Sign Monitoring
2. Deviasi yang cukup besar dari 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
kisaran normal 2. Catat adanya fluktuasi tekanan
3. Deviasi sedang dari kisaran darah
3. Monitor VS saat pasien
normal berbaring, duduk, atau berdiri
4. Deviasi ringan dari kisaran 4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
normal
BAB III

STUDI KASUS

A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada Tn. S di ruang Al-Kautsar pada tanggal

18- juni- 2021 pukul 13.30 WIB hasil yang diperoleh, sebagai berikut: nama

pasien Tn. S dengan nomer register 336027, umur 71 tahun, status perkawinan

menikah, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SD, pekerjaan petani,

suku bangsa Jawa-Indonesia, alamat Dusun Kalenwedi / Patimuan.

Penanggung jawab Ny.S, umur 30 tahun, pekerjaan Ibu Rumah Tangga,

hubungan dengan Tn. S adalah Anak.

Keluhan utama pada pasien saat dikaji adalah pasien mengeluh sesak nafas

nyeri pada dada dengan skala 6, rasa seperti ditusuk ,hilang timbul, nyeri terjadi

apabila pasien sedang kelelahan atau beraktifitas berat, pasien mengeluh mual

dan nafsu makan menurun ,pasien juga mengeluh pusing dan lemas.

Penulis juga melakukan pengkajian berupa pemeriksaan fisik yaitu Tekanan

darah Tn. S 179/103 mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 36.5oC, pernafasan 26

kali per menit,. Bentuk kepala mesosepal, dengan rambut tipis berwarna hitam,

tidak rontok, mata simetris, sklera ikterik, konjungtiva anemis, tidak ada cuping

hidung, tidak ada pembesaran polip, telinga bersih tidak ada serumen, mukosa

bibir pucat, Jugular. Di jantung tampak cembung tidak ada kemerahan di dada,

tidak ada krepitasi ataupun nyeri tekan dengan dilakukan pemeiksaan perkusi

yaitu adanya murmur jantung.Bagian Paru-paru tidak ada retraksi dinding dada,

pengembangan paru-paru simetris, tidak ada bekas operasi atau luka, nafas
cepat, tidak ada nyeri tekan pada area paru-paru simetris pada kedua dada,

perkusi sonor, auskultasi vesikuler dan adanya suara tambahan yaitu (

wheezing). Bagian abdomen tidak ada asites, bising usus 25 kali per menit,

tidak ada nyeri tekan, saat diperkusi suaranya hipertimpani. Bagian ekstremitas

atas terpasang infus di punggung telapak tangan sebelah kanan, tidak ada nyeri,

tidak ada kesemutan, tidak ada odem. Bagian ekstremitas bawah tidak ada

nyeri, tidak ada kesemutan, terdapat odem.Bagian System integument warna

kulit sawo matang, turgor kulit bagus, mukosa bibir pucat,CRT <3 detik dan

tidak ada luka.

Persepsi pemeliharaan kesehatan, Tn. S mengatakan kesehatan sangat

penting. Pasien sudah 1 tahun merasakan gejala sesak nafas yang datang tiba

tiba serta nyeri pada dada ketika kelelahan , selama ini pasien melakukan

perawatan sederhana dengan menjaga pola makan dan istirahat serta pergi ke

puskesmas apabila sakit yang di rasa sudah mulai parah. Pola nutrisi dan

metabolic,

Subjektif : pasien mengatakan mual, tetapi tidak keluar apa-apa, nafsu

makan menurun dan hanya makan bubur 2 sendok makan dan minum 2 gelas.

Objektif : Hb 11,7 g/dl, diit dm makanan lunak(bubur), BB sebelum sakit: 60

kg, BB sesudah sakit: 55 kg, TB : 160 cm, , IMT= BB/ TB2 (m) =60/160 2 (m)

=60/160 2 (m) =60. BB Ideal = (TB-100) – 10% (TB-100)

=(160-100) – 10% (160-100)

=60 – 10% (60)

=60 – 5,4= 54,6 kg


Pola eliminasi, sebelum dirawat Tn. S mengatakan BAB 1 kali sehari dan

BAK 2-5 kali sehari. Selama dirawat Tn. S mengatakan belum pernah BAB, BAK

3/4 kali sehari. Pola aktivitas dan latihan, status higienis mandi sekali 1 kali

sehari, gosok gigi dilakukan, keramas tidak dilakukan. Aktivitas sehari-hari

dilakukan ditempat tidur dan dibantu oleh keluarga. Pola tidur dan istirahat,

sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan istirahat di malam hari. Selama di

rumah sakit, pasien mengatakan istirahat lebih sering dari biasanya. Pola

perseptual, Tn. S tidak mengalami halusinasi. Pola persepsi diri, Tn. S menyukai

seluruh bagian tubuhnya, Identitas diri: pasien seorang laki-laki usia 71 tahun,

memiliki 1 istri dan 4 anak, dalam keluarga Tn. S berperan sebagai seorang suami

dari seorang istri , ayah dari 4 orang anak, , Tn. S berharap penyakit yang

dideritanya sekarang dapat sembuh, dengan kondisi yang dialami sekarang Tn. S

merasa dirinya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan menyusahkan

seluruh anggota keluarganya.

Pola seksualitas dan reproduksi, subjektif: Pasien mengatakan pasien

adalah seorang berjenis kelamin laki-laki, pasien mempunyai 1 istri, dan 4 anak.

Objektif: Pasien berjenis kelamin laki-laki . pasien mempunyai 1 istri dan 4 orang

anak. pola peran dan hubungan, dalam keluarga Tn. S berperan sebagai suami dari

seorang istri, ayah dari 4 orang anak. dalam masyarakat Tn. S adalah seorang

anggota masyarakat yang aktif dalam kegiatan masyarakat Pola manajemen dan

koping, dalam keluarganya, masalah yang timbul adalah masalah yang sepele. Tn.

S tidak berkenan menceritakan masalah yang ada dikeluarganya. sistem dan

keyakinan, bagi klien penyakit yang diderita sekarang adalah ujian dari alloh ,
pasien menerima dengan ikhlas dan pasien yakin akan ada hikmah yang baik

untuk dirinya. sistem imunitas Tn. S tidak mempunyai alergi terhadap jenis

makanan dan minuman. Antibiotik: pasien tidak mempunyai alergi terhadap

berbagai jenis antibotik. setatus ekonomi-keluarga Tn. S yang berprofesi sebagai

petani, , dengan penghasilan yang tidak menentu menjalani perawatan dirumah

sakit dengan menggunakan fasilitas BPJS.

Pada tanggal 17 juni 2021 pasien mendapatkan keterangan hasil

laboratorium dari berbagai pemeriksaan sebagai berikut: hemoglobin: 11,7 g/dl

dengan nilai normal P 12,0-16,0, Leukosit: 5.400 U/L dengan nilai normal 4400-

10000, Hematocrit: 38% dengan nilai normal P: 40-48, Eritrosit: 4,6000.000 U/L

dengan nilai normal P:4,5-5,5, Trombosit:333.000 U/L dengan nilai normal: 150.000-

400.000, Segmen:77% dengan nilai normal:40-70, Limfosit:12% dengan nilain normal

30-45, S.G.O.T:3 U/L dengan nilai normal: 05-40, S.G.P.T: 3U/L dengan nilai normal:

05-35, ALT(SGPT:9 U/L dengan nilai normal: 9-52,Ureum:16 Mg/dl dengan nilai normal

15-50. Kreatin:0,89 Mg/dl dengan nilai normal: 0,7-1,20, Glucose:94 Mg/dl, HJL-

EDSINOFIL: 6% Dengan nilai normal:1-3. HJL-BASOFIL: 0% dengan nilai normal 0-1,

HJL-NETROFI BATANG: 2% dengan nilai normal: 2-5, HJL-LIMPOSIT: 28% dengan

nilai normal: 50-70, HJL- MONOSIT:4% dengan nilai normal:22-40, NERFOIL

SEGMEN:60% dengan nilai normal: 4-8.

Terapi: Infus Nacl 20 tpm, OBAT ORAL: PCT(Paracetamol) 3x1, ND

(Natrium Diklofenak) 3x1,NaC ( N-Acetylcysteine) 3x1, B. Complex 3x1,

Sucralfat Syr 3x1. Furosemide 2x40g, Ranitidin 1x50g,, Dexamethason 2x0,5mg,

Ceftriaxone 2x0,5mg,Ondan 2x0,5mg, diit DM makanan lunak (bubur).


B. Analisa Data

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan Gangguan Irama

Jantung

Pada 18-juni-2021 pada jam 10.00 WIB, didapatkan Data

Subjektif: pasien mengeluh nyeri dada,Pasien mengatakan sesak nafas,

Pasien mengeluh pusing, Pasien mengeluh lemas. Data Objektif: CRT 3

detik, JVP meningkat, TD: 179/103 mmHg, N: 88 x/menit.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

Pada 18 juni 2021 pada jam 10.30 WIB, didapatkan Data Subjektif:

Pasien mengeluh nyeri dada P: nyeri dirasakan akibat kelelahan atau

aktifitas berat, Q:rasa seperti ditusuk. R:di dada, S:6. T: hilang timbul Data

Objektif: BB sebelum 60 kg, BB sesudah 55 kg, TB: 160 cm, , Hb: 11,7

g/dl, CRT: <3 detik, Membrane mukosa pucat, Tampak meringis

kesakitan.

3. Mual berhubungan dengan Biofisika

Pada tanggal 18 juni 2021 pada jam 11.00 WIB, Di dapatkan Data

Subjektif Pasien mengeluh mual dan lemas setiap makan selalu merasa

mual dan ingin muntah. Data Objektif: Pasien terlihat pucat dan tidak

bertenaga dan lemas.


4. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hiperventilasi

Pada tanggal 18 juni 2021 pada jam 11.30 WIB, Di dapatkan Data

Subjektif: pasien mengeluh sesak nafas , nafas terasa berat akral dingin.

Data Objektif:RR:26, S:36,5⁰C , pasien terpasang oksigen.

5. Ketidak seimbangan nutria kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang terhadap kebutuhan metabolism tubuh

Pada tanggal 18 juni 2021 pada jam 12.00 WIB didapatkan Data

Subjektif: pasien mengeluh tidak nafsu makan atau hilangnya selera

makan , pasien mengeluh lemas dan tidak ada tenaganya. Data Objektif:

pasien terlihat lemas dan terbaring di tempat tidur , HB: 11,7 g/dl.

C. Diagnose Keperawatan

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan Gangguan Irama

Jantung

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

3) Mual b/d Biofisika

4) Pola Nafas Tidak Efektif b/d Hiperventilasi

5) Ketidak seimbangan nutria kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang

kurang terhadap kebutuhan metabolism tubuh.


D. Rencana keperawatan

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan Gangguan Irama

Jantung

NOC:(POMPA JANTUNG) Setelah dilakukan tindakan keprawatan

3x24 jam masalh keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil: TTV

normal dengan keadaan saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang

ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), tidak ada edema saat ini 3 (cukup

terganggu), tidak ada penurunan kesadaran saat ini 3 (cukup terganggu)

dan harapan yang ingin di capai 5 (tidak terganggu), NIC: Perawatan

jantung: Pasien tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah

jantung atau memprovokasi serangan jantung, Monitor tanda-tanda vital,

Evaluasi adanya nyeri dada, monitor status pernafasan.

2) Nyeri akut berhubungan.dengan agen injuri

NOC:(KONTROL NYERI) Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan dapat teratasi degan

kriteria hasil: Manajemen nyeri, melaporkan adanya nyeri saat ini 3 (cukup

terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), mampu

mengontrol nyeri saat ini 3 (cukup terganggu), dan harapan yang ingin di

capai 5 (tidak terganggu). NIC: Manajemen nyeri: Lakukan pengkajian

nyeri secara komperhensif, Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian

analgesic, Tingkatkan istirahat


3) Mual b/d Biofisika

NOC: (CONTROL NUTRISI) Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah teratasi dengan kriteria

hasil: bebas dari mual , saati 3 (cukup terganggu) dan harapan yang ingin

dicapai 5 ( tidak terganggu),, Nutrisi adekuat , saat 3 ( cukup terganggu)

dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), status hidrasi baik,

saat ini 3 ( cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak

terganggu), NIC: Manejemen Cairan : monitor status nutria, anjurkan

makan pelan pelan, berikan terapi IV

4) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hiperventilasi

NOC: (STATUS PERNAFASAN) Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam di harapan masalah pola nafas dapat teratasi

dengan kriteria hasil : suara nafas yang bersih, saat ini 3 (cukup

terganggu), dan harapan yang ingin dicapai 5, jalan nafas yang paten , saat

ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5, TTV normal

,saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5.

NIC:Manajemen Jalan Nafas: berikan oksigen yang cukup, monitor RR,

posisikan pasien sebaik mungkin,monitor TTV.


5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang terhadap kebutuhan metabolism tubuh

NOC:(STATUS NUTRISI) Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil: Hemoglobin saat ini 3 (cukup

terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), asupan

makan teratur saat ini 3 (cukup terganggu), BB meningkat saat ini 3

(cukup terganggu) dan harapan yang ingin di capai 5(tidak terganggu),

NIC: Manajemen nutrisi: Mengetahui jumlah kalori pasien, mengetahui

status gizi pasien, meningkatkan nafsu makan klien.

E. Implementasi

1) Penurunan curah jantung b.d perubahan Gangguan Irama Jantung

Implementasi pada 19 juni 2021 pada jam 10.00 WIB, 1)

Memberikan pasien posisi yang nyaman dengan respon pasien subjektif

Pasien mengatakan sudah nyaman, Objektif: Pasien tampak nyaman

dengan posisinya. Pada jam 10.20 2) Memonitor ttv dengan respon

subjektif: pasien bersedia untuk dilakukan pemeriksaan, Objektif: TD:

179/103 mmHg, N: 82 x/menit, RR:26 x/menit, S: 36,5 C. pada jam

10.45 WIB 3) Evaluasi adanya nyeri dada dengan respon subjektif: Pasien

bersedia dilakukan pemeriksaan, Objektif pasien terlihat merasakan nyeri

pada dadanya
Implementasi pada 20 juni 2021 pada jam 09.15 WIB, 1)

Memonitor ttv dengan respon subjektif: pasien bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan, Objektif: TD: 110/100 mmHg, N: 82 x/menit, RR:26

x/menit, S: 36,0 C. pada jam 10.20 WIB, 2) Memberikan pasien posisi

yang nyaman dengan respon subjektif: Pasien mengatakan sudah nyaman,

Objektif: Pasien tampak rilek. Pada jam 11.00 3) Evaluasi adanya nyeri

dada dengan respon subjektif: Pasien bersedia dilakukan pemeriksaan,

Objektif pasien terlihat merasakan nyeri pada dadanya

Implementasi pada 21 juni 2021 pada jam 09.15 WIB, 1)

Memonitor ttv dengan respon subjektif: pasien bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan, Objektif: TD: 168/100 mmHg, N:88 x/menit, RR: 24

x/menit, S; 36,0 C, , pada jam 10.20 WIB, 2) Memberikan pasien posisi

yang nyaman dengan respon subjektif Subjektif: Pasien mengatakan sudah

nyaman, Objektif: Pasien tampak rilek. Pada jam 11.00 3) Evaluasi adanya

nyeri dada dengan respon subjektif: Pasien bersedia dilakukan

pemeriksaan, Objektif nyeri pada dada sudah berkurang

Implementasi pada 22 juni 2021 pada jam 10.15 WIB, 1)

Memonitor ttv dengan respon subjektif: pasien bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan, Objektif: TD: 130/80 mmHg, N:88 x/menit, RR: 23 x/menit,

S; 36,0 C, , pada jam 10.35 WIB, 2) Memberikan pasien posisi yang

nyaman dengan respon subjektif Subjektif: Pasien mengatakan sudah

nyaman, Objektif: Pasien tampak rilek. Pada jam 11.00 3) Evaluasi adanya
nyeri dada dengan respon subjektif: Pasien bersedia dilakukan

pemeriksaan, Objektif nyeri pada dada pasien sudah tidak ada.

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

Implementasi pada 19 juni 2019 pada jam 10.00 WIB, 1) Mengkaji

karakter nyeri dengan respon pasien subjektif: pasien mengatakan nyeri

pada dada, seperti tertusuk-tusuk, , skala 6, hilang timbul saat bergerak

atau kelelahan, Objektif: Pasien tampak meringis kesakitan pada jam 10.20

WIB 2)Tingkatkan Istirahat dengan respon pasien Subjektif:pasien

mengatakan sulit istirahat karena nyeri yang mengganggu, Objektif: pasien

terlihat lesuh, pada jam .11.00 3) Memberikan injeksi paracetamol 3x1,

ND 3x1, Subjektif : pasien bersedia disuntik. Objektif: Injeksi melalui iv

Implementasi pada 20 juni 2021 pada jam 09.10 WIB, 1)

Memberikan injeksi paracetamol 3x1, ND 3x1 melalui iv, Subjektif :

pasien bersedia disuntik. Objektif: Injeksi melalui iv,pada jam 10.30 WIB,

2) Memberikan kompres hangat pada daerah yang sakit, Subjektif: Pasien

mengatakan lebih nyaman saat dikompres Objektif: Pasien tampak rileks

Pada Jam 11.00 WIB 3) Mengkaji karakter nyeri dengan respon pasien

subjektif: pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, , skala 4, hilang

timbul saat bergerak atau kelelahan, Objektif: Pasien sudah sedikit lebih

tenang

Implementasi pada 21 juni 2021 pada jam 10.00 WIB, 1)

Memberikan injeksi paracetamol 3x1, ND 3x1 melalui iv, Subjektif :


pasien bersedia disuntik. Objektif: Injeksi melalui iv,pada jam 10.30 WIB,

2) Memberikan kompres hangat pada daerah yang sakit, Subjektif: Pasien

mengatakan lebih nyaman saat dikompres Objektif: Pasien tampak rileks

Pada Jam 11.00 WIB 3) Mengkaji karakter nyeri dengan respon pasien

subjektif: pasien mengatakan nyeri sudah hilang, skala 0, hilang timbul

saat bergerak atau kelelahan, Objektif: Pasien terlihat tenang

3) Mual berhubungan dengan Biofisika

Implementasi pada 19 juni 2021 pada jam 10.00 WIB 1)Monitor

status cairan respon Subjektif: pasien mengatakan mual apabila makan,

Objektif: pasien terlihat lemas . pada jam 10.15 WIB 2) berikan terapi IV

Respon Subjektif: cairan RL diberikan melalui iinfus , Objektif: pasien

terpasang infus. Pada jam 10.40: anjurkan makan pelan pelan , Respon

Subjektif: pasien mengatakan tidak mau makan karna tidak mau

merasakan mual, Objektif: pasien terlihat terbaring lemah..

Implementasi pada 20 juni 2021 pada jam 10.00 WIB 1)Monitor

status cairan respon Subjektif: pasien mengatakan mualnya sudahmulai

hilang apabila makan, Objektif: pasien terlihat tidak terlalu lemas . pada

jam 10.15 WIB 2) berikan terapi IV Respon Subjektif: cairan RL diberikan

melalui iinfus , Objektif: pasien terpasang infus. Pada jam 10.40: anjurkan

makan pelan pelan , Respon Subjektif: pasien mengatakan sudah makan,

Objektif: pasien terlihat sedikit bertenaga.


Implementasi pada 21 juni 2021 pada jam 10.00 WIB 1)Monitor

status cairan respon Subjektif: pasien mengatakan mual sudah hilang

apabila makan, Objektif: pasien terlihat lemas . pada jam 10.15 WIB 2)

berikan terapi IV Respon Subjektif: cairan RL diberikan melalui iinfus ,

Objektif: pasien terpasang infus. Pada jam 10.40: anjurkan makan pelan

pelan , Respon Subjektif: pasien mengatakan makan sudah lancarkarna

tidak mau merasakan mual, Objektif: pasien terlihat sehat.

4) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hiperventilasi

Implementasi pada tanggal 19 juni 2021 pada jam 10.00 WIB 1)

memberikan terapi oksigen respon Objektif: pasien mengatakan sesak dan

sulit bernafas , makin lama makin memberat, Objektif: pasien terpasang

oksigen. Pada jam 10.20 WIB 2) monitor RR respon Subjektif pasien

mengeluh nafas semakin lama semakin memberat, Objektif: RR;26. Pada

jam 10.40 WIB 3) memposisikan semi fowler respon Subjektif: pasien

mengatakan jika posisi tidur membuat nafas semakin susah, Objektif:

pasien diberikan posisi semifowler.

Implementasi pada tanggal 20 juni 2021 pada jam 10.15 WIB 1)

memberikan terapi oksigen respon Objektif: pasien mengatakan sesak dan

sulit bernafas , makin lama makin memberat, Objektif: pasien terpasang

oksigen. Pada jam 10.30 WIB 2) monitor RR respon Subjektif pasien

mengeluh nafas semakin lama semakin memberat, Objektif: RR;27. Pada

jam 10.45 WIB 3) memposisikan semi fowler respon Subjektif: pasien


mengatakan jika posisi tidur membuat nafas semakin susah, Objektif:

pasien diberikan posisi semifowler.

Implementasi pada tanggal 21 juni 2021 pada jam 10.00 WIB 1)

memberikan terapi oksigen respon Objektif: pasien mengatakan sesak

sudah berkurang , Objektif: pasien terpasang oksigen. Pada jam 10.20

WIB 2) monitor RR respon Subjektif pasien mengeluh nafas semakin

lama semakin memberat, Objektif: RR;26.

Implementasi pada tanggal 22 juni 2021 pada jam 10.00 WIB 1)

memberikan terapi oksigen respon Objektif: pasien mengatakan sesak

sudah hilang, Objektif: pasien terlihat nyaman. Pada jam 10.20 WIB 2)

monitor RR respon Subjektif pasien mengeluh nafas semakin lama

semakin memberat, Objektif: RR;20.

5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang terhadap kebutuhan metabolism tubuh

Implementasi pada 19 juni 2021 pada jam 10.00 WIB, 1).

Mengkaji status nutrisi pasien meliputi tanda-tanda vital dengan respon

pasien Subjektif: pasien mengatakan mual. emas,pusing dan hilangnya

nafsu makan, Objektif: TB:160 cm, BB 55 kg, Hb:11,7 g/dl, CRT: 3

detik. Pada jam 10.15 WIB 2) mengetahui status gizi pasien dengan respon

pasien subjektif pasien mengatakan sejak tidak nafsu makan berat

badannya berkurang secara signifikan Objektif: Pasien tampak lemas, BB

sebelum sakit 60 kg, BB setelah sakit 55 kg. Pada jam 10.35 WIB, 3)
Membantu pasien makan dengan respon pasien subjektif : Pasien

mengatakan tidak nafsu makan, Objektif: Pasien menghabiskan 2 sendok

makan.

Implementasi pada 20 juni 2021 pada jam 10.00 WIB, 1).

Mengkaji status nutrisi pasien meliputi tanda-tanda vital dengan respon

pasien Subjektif: pasien mengatakan mual sudah sedikit berkurang.dan

sudah mau makan sedikit sedikit, Objektif: TB:160 cm, BB 55 kg,. Pada

jam 10.15 WIB 2) mengetahui status gizi pasien dengan respon pasien

subjektif pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik Objektif: Pasien

tampak sedang memakan buah. Pada jam 10.35 WIB, 3) Membantu

pasien makan dengan respon pasien subjektif S: Pasien mengatakan nafsu

makan sudah normal , Objektif: Pasien menghabiskan 1 buah pisang dan

bubur

Implementasi pada 21 juni 2021 pada jam 10.00 WIB, 1).

Mengkaji status nutrisi pasien meliputi tanda-tanda vital dengan respon

pasien Subjektif: pasien mengatakan mual sudah hilang .dan sudah mau

makan banyak, Objektif: pasien terlihat tidak lemas lagi. Pada jam 10.15

WIB 2) mengetahui status gizi pasien dengan respon pasien subjektif

pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik Objektif: Pasien tampak

sedang memakan roti. Pada jam 10.35 WIB, 3) Membantu pasien makan

dengan respon pasien subjektif : Pasien mengatakan nafsu makan sudah

normal , Objektif: Pasien menghabiskan 2 buah melon dan bubur.


F) Evaluasi

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung

Evaluasi pada tanggal 19 juni 2021 pada jam 17.00 WIB, Subjek:

Pasien mengatakan sesak nafas, pusing, lemas dan nyeri pada dada,

Objektif : Pasien tampak lemas, mukosa bibir pucat, CRT <3 detik, , JVP:

meningkat, TD: 179/103 mmHg, RR: 26x/menit, A: masalah belum

teratasi, TTV normal dengan keadaan saat ini 3 (cukup terganggu) dan

harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), tidak ada edema saat ini 3

(cukup terganggu), tidak ada penurunan kesadaran saat ini 3 (cukup

terganggu) dan harapan yang ingin di capai 5 (tidak terganggu). P:

lanjutkan intervensi

Evaluasi pada tanggal 20 juni 2021 pada jam 16.00 WIB, Subjek:

Pasien mengatakan sesak nafas, pusing, lemas dan nyeri pada dada,

Objektif : Pasien tampak lemas, mukosa bibir pucat, CRT <3 detik, , JVP:

meningkat, TD110/100 mmHg, N: 82 x/menit, RR:26 x/menit, S: 36,0 C.,

A: masalah belum teratasi, TTV normal dengan keadaan saat ini 3 (cukup

terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), tidak ada

edema saat ini 3 (cukup terganggu), tidak ada penurunan kesadaran saat ini

3 (cukup terganggu) dan harapan yang ingin di capai 5 (tidak terganggu),

P: lanjutkan intervensi

Evaluasi pada tanggal 21 juni 2021 pada jam 17.00 WIB, Subjek:

Pasien mengatakan sesak nafas sudah berkurang, dan nyeri pada dada

sudah mulai membaik, Objektif : Pasien tampak tidak terlalu lemas seperti
hari sebelumnya, A: masalah belum teratasi, TTV normal dengan keadaan

saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak

terganggu), tidak ada edema saat ini 3 (cukup terganggu), tidak ada

penurunan kesadaran saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang ingin

di capai 5 (tidak terganggu), P: lanjutkan intervensi

Evaluasi pada tanggal 22 juni 2021 pada jam 15.00 WIB, Subjek:

Pasien mengatakan sudah tidak merasakan sesak nafas, pusing, lemas dan

nyeri pada dada, Objektif : Pasien tampak terlihat sehat A: masalah

teratasi, TTV normal dengan keadaan saat ini 5 ( tidak terganggu), tidak

ada edema saat ini 5 (tidak terganggu. P: hentikan intervensi

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri.

Evaluasi pada tanggal 19 juni 2021 pada jam 17.00 WIB, Subjektif

pasien mengeluh nyeri dada, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala 6, hilang

timbul, Objektif: pasien tampak meringis kesakitan, A: Masalah belum

teratasi, melaporkan adanya nyeri saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan

yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), mampu mengontrol nyeri saat ini

3 (cukup terganggu), dan harapan yang ingin di capai 5 (tidak terganggu).

P: monitor nyeri, monitor ttv, dukung istirahat,

Evaluasi pada tanggal 20 juni 2021 pada jam 15.00 WIB, Subjektif

pasien mengeluh nyeri dada sudah mulai berkurang, nyeri seperti tertusuk-

tusuk, skala 4, hilang timbul, Objektif: pasien tampak meringis kesakitan,

A: Masalah belum teratasi, melaporkan adanya nyeri saat ini 3 (cukup


terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), mampu

mengontrol nyeri saat ini 3 (cukup terganggu), dan harapan yang ingin di

capai 5 (tidak terganggu). P: monitor nyeri, monitor ttv, dukung istirahat,

Evaluasi pada tanggal 21 juni 2021 pada jam 16.00 WIB, Subjektif

pasien mengatakan nyeri dada sudah hilang, skala 0, Objektif: pasien

tampak lebih tenang, A: Masalah teratasi, melaporkan adanya nyeri saat

ini 5 ( tidak terganggu), mampu mengontrol nyeri saat ini 5 (tidak

terganggu). P: hentikan intervensi.

3. Mual berhubungan dengan Biofisika

Evaluasi pada tanggal 19 juni 2021 pada jam 17.00 WIB S: Pasien

mengatakan mual dan tidak mau makan . O: pasien terlihat lemas dan

terbaring lemah. A: Masalah belum teratasi : bebas dari mual , saati 3

(cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu),,

Nutrisi adekuat , saat 3 ( cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai

5 ( tidak terganggu), status hidrasi baik, saat ini 3 ( cukup terganggu) dan

harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), P: lanjutkan intervensi.

Evaluasi pada tanggal 20 juni 2021 pada jam 16.00 WIB S: Pasien

mengatakan mual sudah mulai berkurang . O: pasien terlihat lemas . A:

Masalah belum teratasi : bebas dari mual , saati 3 (cukup terganggu) dan

harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu),, Nutrisi adekuat , saat 3 (

cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu),


status hidrasi baik, saat ini 3 ( cukup terganggu) dan harapan yang ingin

dicapai 5 ( tidak terganggu), P: lanjutkan intervensi.

Evaluasi pada tanggal 21 juni 2021 pada jam 16.00 WIB S: Pasien

mengatakan mual sudah hilang . O: pasien terlihat bertenaga . A: Masalah

teratasi : bebas dari mual , saat ini 5 ( tidak terganggu),, Nutrisi adekuat ,

saat 3 ( cukup terganggu) status hidrasi baik, saat ini 5 ( tidak terganggu),

P: hentikan intervensi.

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi

Evaluasi pada tanggal 19 juni 2021 pada jam 16.00 WIB . S: pasien

mengatakan sesak nafas semakin lama semakin memberat. O: Pasien

terpasang Oksigen RR:26. A: masalah belum teratasi, suara nafas yang

bersih, saat ini 3 (cukup terganggu), dan harapan yang ingin dicapai 5,

jalan nafas yang paten , saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang

ingin dicapai 5, TTV normal ,saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan

yang ingin dicapai 5. P: lanjutkan intervensi.

Evaluasi pada tanggal 20 juni 2021 pada jam 17.00 WIB . S: pasien

mengatakan sesak nafas semakin lama semakin memberat. O: Pasien

terpasang Oksigen RR:25. A: masalah belum teratasi, suara nafas yang

bersih, saat ini 3 (cukup terganggu), dan harapan yang ingin dicapai 5,

jalan nafas yang paten , saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang

ingin dicapai 5, TTV normal ,saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan

yang ingin dicapai 5. P: lanjutkan intervensi


Evaluasi pada tanggal 21 juni 2021 pada jam 17.00 WIB . S: pasien

mengatakan sesak nafas sudah mulai membaik. O: Pasien terpasang

Oksigen RR:24. A: masalah belum teratasi, suara nafas yang bersih, saat

ini 3 (cukup terganggu), dan harapan yang ingin dicapai 5, jalan nafas

yang paten , saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5,

TTV normal ,saat ini 3 (cukup terganggu) dan harapan yang ingin dicapai

5. P: lanjutkan intervensi

Evaluasi pada tanggal 22 juni 2021 pada jam 15.00 WIB . S: pasien

mengatakan sesak nafas semakin lama semakin memberat. O: Pasien

terpasang Oksigen RR:20. A: masalah teratasi, suara nafas yang bersih,

saat ini 5, jalan nafas yang paten , saat ini 5, TTV normal ,saat ini 5. P:

lanjutkan intervensi

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang terhadap metabolisme tubuh

Evaluasi pada tanggal 19 juni 2021 pada jam 16.00 WIB, S: pasien

mengatakan mual, tidak nafsu makan,pusing. O: Pasien tampak lemas,. A:

Masalah belum teratasi, Hemoglobin 11,7 saat ini 3 (cukup terganggu)

dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), asupan makan teratur

saat ini 3 (cukup terganggu), BB meningkat saat ini 3 (cukup terganggu)

dan harapan yang ingin di capai 5(tidak terganggu), P: Anjurkan makan

sedikit tapi sering, membantu pasien makan


Evaluasi pada tanggal 20 juni 2021 pada jam 16.00 WIB, S: pasien

mengatakan nafsu makan membaik. O: Pasien tampak sedang memakan 1

buah pisang dan bubur,. A: Masalah belum teratasi, saat ini 3 (cukup

terganggu) dan harapan yang ingin dicapai 5 ( tidak terganggu), asupan

makan teratur saat ini 3 (cukup terganggu), BB meningkat saat ini 3

(cukup terganggu) dan harapan yang ingin di capai 5(tidak terganggu), P:

Anjurkan makan sedikit tapi sering, membantu pasien makan

Evaluasi pada tanggal 21 juni 2021 pada jam 16.00 WIB, S: pasien

mengatakan nafsu makan membaik. O: Pasien tampak sedang memakan 2

buah melon dan bubur,. A: Masalah teratasi, saat ini 5 ( tidak terganggu),

asupan makan teratur saat ini 5 ( tidak terganggu), BB meningkat saat ini

5(tidak terganggu), P: hentikan intervensi


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan mengenai kasus yang

diambil pada tanggal 18-22 juni 2021 di Ruang Al-Kautsar RSI Fatimah Cilacap.

Kasus ini diambil dengan memperhatikan setiap tahap dalam keperawatan mulai

dari pengkajian, perumusan diagnosa, penyusunan perencanaan, implementasi dan

evaluasi. Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang masalah

keperawatan yang muncul pada studi kasus. Pembahasan ini meliputi pengertian

masing-masing diagnosa keperawatan, mengapa masalah tersebut diangkat,

bagaimana memprioritaskannya, apa rasional dari tindakan serta evaluasi dari

masalah keperawatan.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi atau mengenal masalah-masalah yang dialami klien, kebutuhan

kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.

(Hutahaean, 2010).

Pengkajian yang dilakukan pada Tn,S meliputi identitas klien,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yang bertujuan untuk

menjabarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien di rumah

sakit dan memudahkan mnengidentifikasi masalah klien. Sedangkan, data


identitas penanggung jawab dimaksudkan untuk mendukung keakuratan data

yang diperoleh.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Juni 2021 dengan data yang

diperoleh dari keluarga dan Tn, S. Pada saat dilakukan pengkajian tentang

keluhan utama, didapatkan Tn, S mengatakan Sesak nafas ,dimana Tn, S makin

lama nafas makin memberat,kemudian pasien mengeluh nyeri pada dada

seperti di tusuk dengan skala 6, hilang timbul , pusing dan mual.

Pada saat pengkajian, Tn, S terlihat sangat lemas, dengan berat badan 55

kg, tinggi badan 160 cm. Selain dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik,

penulis juga mendapatkan hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil hemoglobin

11,7 g/dL. Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan berdasarkan teori

hirarki Maslow, yaitu kebutuhan paling dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis

yang meliputi kebutuhan oksigen, makanan, air dan suhu tubuh relatif konstan.

(Asmadi, 2010).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan Gangguan Irama

Jantung

Penurunan curah jantung adalah ketidakadekuatan pemompaan darah

oleh jantung dalam memenuhi kebutuhan metabolic tubuh (NANDA,2013)..

Masalah Penurunan Curah Jantung di tegakan karena di dukung oleh data

Tn,S mengatakan nyeri di dada seperti di tusuk dengan skala 6, nyeri hilang
timbul , kemudian Tn,S mengeluh sesak nafas dimana nafas semakin lama

semakin memberat CRT <3detik (NANDA,2013).

Tujuan yang ingin dicapai untuk masalah penurunan curah jantung

yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

pasien sesaknya berkurang. Berdasarkan pencapaian dari rencana

keperawatan meliputi memonitor tanda tanda vital, memonitor sesak nafas,

memastikan pasien dalam posisi yang nyaman .

Implementasi yang dilakukan pada tanggal 19-22 juni 2021 untuk

mengatasi penurunan curah jantung adalah memeberikan pasien posisi semi

fowler rasionalnya meningkatkan relaksasi, memonitor tanda-tanda vital

memberikan oksigen melalui nasal kanul dan mengajarkan teknik nafas

dalam.

Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan adalah pasien sesaknya

berkurang, RR: 20 x/menit , SPO2:98.

2) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injuri

Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau

potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti; perlahan dengan

intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (International

Association for the Study of Pain). (Wilkinson & Nancy, 2011).


Masalah Nyeri Akut di tegakan oleh penulis karna di dukung oleh

data Tn,S mengeluh merasakan nyeri pada dada seperti ditusuk dengan

skala 6, hilang timbul.

Apabila diagnosa nyeri akut tidak ditegakkan padahal terdapat data-

data yang mendukung untuk ditegakkannya diagnosa tersebut maka

individu akan merespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan

respon fisik dan psikis. Respon psikis meliputi perubahan keadaan umum,

ekspresi wajah, nadi, pernafasan, suhu, sikap tubuh, dan menghambat

penyembuhan. Respon yang lebih parah mengarah pada ancaman merusak

diri (Rustinawati, 2015).

Tujuan yang ingin dicapai untuk masalah nyeri akut yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat

mengenali kapan nyeri terjadi, menyebutkan faktor penyebab, dan

menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri. Intervensi

yang telah disiapkan penulis adalah lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif, ajarkan teknik non farmakologi (tarik nafas dalam dan

relaksasi distraksi) untuk mengurangi nyeri, monitor tanda-tanda vital, dan

evaluasi keefektifan teknin non farmakologi. Teknik relaksasi Kompres

hangat merupakan metode yang efektif untuk menghilangkan rasa nyeri.

Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,

kecemasan sehingga mencegah menghebatkannya stimulus nyeri (Prasetya,

2010).
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 19-21 juni 2021 untuk

mengatasi nyeri akut adalah mengkaji nyeri secara komprehensif,

mengobservasi reaksi non verbal, dan mengajarkan teknik nafas untuk

mengurangi nyeri rasionalnya meningkatkan relaksasi.

Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan adalah Tn,S merasakan

nyeri sudah membaik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24jam.

3) Mual berhubungan dengan Biofisika

Mual adalah rasa seperti ingin muntah dan tidak nyaman pada perut,

NANDA (2011). Masalah mual di tegakan oleh penulis karna di dukung oleh

data Tn,S mengeluh selalu merasakan mual apabila pasien makan, dengan

HB:11,7 g/dl pasien terlihat lemas dengan BB sebelum sakit 60kg sedangkan

selama pasien sakit BB turun menjadi 55kg yang di ukur setelah pasien

masuk rumah sakit. Alasan mengapa penulis mengangkat diagnosa Mual

karena apabila tidak segera di berikan penanganan pasien akan kekurangan

nutrisi dan cairan di karenakan pasien akan cenderung tidak makan atau

minum karena merasakan mual.

Tujuan yang ingin dicapai untuk masalah mual yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat bebas dari

mual membuat status hidrasi menjadi baik, Intervensi yang telah disiapkan

penulis adalah monitor status nutrisi, anjurkan makan pelan pelan, berikan

terapi IV.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 19-21 juni 2021 untuk

mengatasi mual adalah monitor status nutrisi untuk mengetahui nutrisi yang

diperlukan untuk menujang kesehatan pasien, menganjurkan pasien untuk

makan sedikit sedikit tapi sering agar kebutuhan nutrisi pasien masih

tercukupi.

Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan adalah Tn,S merasakan

mual sudah membaik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24jam.

4) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hiperventilasi

Pola Nafas Tidak Efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak

memberi ventilasi adekuat , NANDA (2011). Masalah Pola Nafas Tidak

Efektif di tegakan oleh penulis karena di dukung oleh data Tn,S mengeluh

sesak nafas , nafas semakin lama semakin memberat dengan hasil

pemeriksaan: SP02:86 , RR:26x/menit,serta pasien perlu di berikan oksigen

tambahan untuk membantu mencukupi kebutuhan oksigen yang adekuat

untuk tubuhnya.

Alasan penulis menegakan diagnosa Pola Nafas Tidak Efektif karena

apabila masalah tersebut tidak di berikan penanganan maka pasien akan

kekurangan banyak oksigen yang akan membahayakan keselamatan

nyawanya karena oksigen adalah kebutuhan utama dalam tubuh kita , apabila

terjadi masalah dan tidak segera di berikan penanganan makan akan sangat

membahayakan (Wilkinson & Nancy, 2011).


Tujuan yang ingin dicapai untuk masalah pola nafas tidak efektif

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapankan

suara nafas yang bersih, jalan nafas yang paten, TTV normal, Intervensi yang

telah disiapkan penulis adalah memberikan oksigen yang cukup, monitor RR,

posisikan pasien sebaik mungkin,monitor TTV serta mengajarkan teknik

nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam adalah Teknik relaksasi yang

sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi yang lambat dan

berirama ,Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari

pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah,

Indaryani, & Suratun, 2017).

Implementasi yang dilakukan pada tanggal 19-22 juni 2021 untuk

mengatasi pola nafas tidak efektif adalah memberikan oksigen yang cukup,

monitor RR, posisikan pasien sebaik mungkin,monitor TTV serta

mengajarkan teknik nafas dalam agar pasien dapat mengontrol nafas dengan

mandiri.

Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan adalah Tn,S merasakan

mual sudah membaik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24jam.

5) Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan

dengan Intake Yang Kurang Terhadap Kebutuhan Metabolisme Tubuh.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

asupan nutrisi kurang yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolik. (NANDA, 2012).. Masalah Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang


Dari Kebutuhan Tubuh di tegakan oleh penulis karena di dukung oleh data

Tn,S Mengeluh tidak nafsu makan selama sakit di karenakan rasa mula yang

di rasakan sehingga Tn,S mengalami penurunan BB dimana BB sebelum sakit

60kg dan selama sakit menjadi 55kg , HB: 11,7 g/dl. Alasan mengapa penulis

menegakkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh yaitu karena status gizi klien penderita diabetes militus sangat penting

dipertahankan dan ditingkatkan. Status gizi yang baik dapat menurunkan

komplikasi dari terapi pengobatan dan membuat penderita merasa lebih baik.

Proses keberhasilan pengobatan antara lain ditentukan oleh status gizi pasien.

Dukungan nutrisi merupakan bagian yang penting dalam menunjang terapi

pengobatan penderita. (Raubun, 2018).

Tujuan yang ingin dicapai untuk masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan

dan kenyamanan saat menelan. Intervensi yang penulis siapkan untuk

mengatasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

tentukan status gizi pasien dan kemampuan memenuhi kebutuhan nutrisi,

anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien, modifikasi diit

yang diperlukan, tawarkan makanan dan minuman yang pada gizi, kolaborasi

dengan tenaga medis lain, anjurkan makan sedikit tapi sering, ubah posisi

semifowler saat makan dan minum. Makanan tambahan yang dibawa oleh

keluarga pasien diluar diit yang diberikan rumah sakit diharapkan dapat
meningkatkan nafsu makan pasien, karena makanan tersebut adalah makanan

kesukaan pasien. (Proverawati, 2010).

Implementasi yang dilakukan pada tanggal 19-21 Juni 2021 untuk

mengatasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

menghitung status nutrisi gizi pasien, menganjurkan keluarga untuk selalu

menyuapi pasien makan, menganjurkan makan sedikit tapi sering, dan

memonitor asupan nutrisi.

Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan adalah nafsu makan Tn,S

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam mendapatkan hasil

dimana nafsu makan pasien sudah membaik dibuktikan dengan pasien telah

menghabiskan 1 buah pisang dan buburdi siang hari dan menghabiskan 1

buah melon dan roti di malam hari.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengkajian dilakukan tanggal 18 Juni 2021. Tn,S mengeluh sesak

nafas , semakin lama semakin memberat, pasien mengeluh nyeri dada

seperti di tusuk dengan skala 6 , hilang timbul dan mual disertai

pusing.

2. Diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas adalah Penurunan Curah

Jantung berhubungan dengan Gangguan Irama Jantung. Selain

diagnosa tersebut, diagnosa lain yang penulis tegakkan adalah nyeri

akut berhubungan dengan agen injuri, mual berhubungan dengan

biofisika , Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan

Hiperventilasi dan Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang kurang terhadap kebutuhan

metabolisme tubuh.

3. Tanggal 19-22 Juni 2021 penulis melakukan tindakan yang telah

direncanakan. Tujuan nya yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kriteria hasil yang telah

direncanakan dapat tercapai untuk setiap diagnosa dari perawatan

jantung, manajemen nyeri manajemen cairan dan manajemen jalan

nafas.

4. Implementasi dilakukan setiap hari dari tanggal 19-22 Juni 2021.

Penulis melakukan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncakan


untuk setiap diagnose seperti memonitor TTV, memberikan posisi

semifowler kepada pasien, memberikan oksigen melalui nasal kanul

untuk membantu pernafasan pasien , mengkaji nyeri , menghitung

kebutuhan nutrisi pasien, melatik teknik relaksasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri yang pasien rasakan, serta mengajarkan pasien untuk

makan sedikit sedikit tapi sering.

5. Evaluasi dilakukan setiap selesai shift tiap harinya, yaitu pukul 14.00

WIB. Selama 4 hari evaluasi, masalah yang ditegakkan oleh penulis

sudah dapat teratasi dari diagnosa penurunan curah jantung

berhubungan dengan gangguan irama jantung kondisi dada yang

sudah tidak merasakan nyeri lagi kemudian nyeri akut berhubungan

dengan agen injuri pasien mengatakan tidak merasakan nyeri lagi,

untuk mual behubungan dengan biofisika pasien mengatakan mual

sudah tidak lagi dirasakan selanjtunya untuk pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan hiperventilasi pasien mengatakan sudah tidak

merasakan sesak serta yang terakhir kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh yaitu dimana nafsu makan pasien sudah kembali

membaik bahkan pasien sudah bisa makan dengan normal.


B. SARAN

1. Bagi penulis

Karya tulis ilmiah ini merupakan tambahan pengetahuan bagi penulis

dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya pada penderita

congestive heart failure (CHF) .

2. Bagi institusi

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat melengkapi sumber

perpustakaan sebagai referensi dan bahan informasi penting untuk

mendukung penyusunaan karya tulis ilmiah khususnya tentang

penyakit congestive heart failure (CHF).

3. Bagi pasien

Untuk mempercepat pemulihan pasien maka pasien diharapkan

mematuhi nasihat dari perawat atau dokter yang telah disampaikan dan

memanfaatkan kesehatan yang ada di lingkungan untuk meningkatkan

kesehatan pasien yang tebih efektif.


Daftar Pustaka

Aspani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Dinas Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Riset
Kesahatan Dasar, 111–116. https://doi.org/1 Desember 2013

Destriyana.2013.Kenali 11 Penyakit Jantung yang Berbahaya.


https://www.merdeka.com/sehat/kenali-11-jenis-penyakit-jantung-yang-
berbahaya.html (diakses tanggal 25 April 2021).

Geneva. Cited July 15th 2014. Available from URL :


http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_cvd/en/ diakses
tanggal (25 April 2021).

Heather, T. H. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020.


In NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Hermawan,Joko.2018. Gagalnya fungsi pompa jantung


https://rkzsurabaya.com/gagalnya-fungsi-pompa-jantung/ (diakses tanggal
25 April 2021).

Hidayat, Abdul Azizi Atimul. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Kemenkes.2016. PROFIL_Penyakit_Tidak_Menular_Tahun. Jakarta.


https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_K
OTA_2014/3301_Jateng_Kab_Cilacap_2019.pdf.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar: RISKESDA. Jakarta; Balitbang


Kemenkes RI. Http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-
sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html. Diakses 31 mei 2019

Morton, P. G., Fontaine, D.,Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2011).


KEPERAWATAN KRITIS. Jakarta : EGC.

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan :Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014.Jakarta : EGC

NANDA. 2010. Diagnosis Keperawatan :Definisi dan Klasifikasi 2010-


2012.Jakarta : EGC
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017.Jakarta : EGC

Nanda (2018-2020), Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC

NANDA. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda


(north Americam Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.Jilid 2.
Yogyakarta: Media Action Publishing

NANDA 2015, NIC-NOC 2016 Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2015-2017.Jakarta : EGC
Prasetya,S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.

Rosdahl, C B dan Mary T. Kowalski. (2015). Buku Ajar Keperawatan


Dasar.Jakarta: EGC.

Setiani, Siti, dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing:
Jakarta.

Syandi, Janrizky Praerda. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan


Oksigenasi pada Tn. S Di Ruang Inayah Pku Muhammadiyah Gombong
Jurnal Stikes Muhammadiyah Gombong.

Udjianti,W.J.(2010).Keperawatan Kardiovaskuler.Jakarta:Salemba Medika.

WHO. (2013). About Cardiovascular diseases. World Health Organization.

Wijaya, Andre & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika.
LAMPIRAN
Lampiran 1
PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN
FISIOTHERAPY DADA

NAMA : TANGGAL :
NIM :

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A FASE PREINTERAKSI
1 Cek program Fishiotherapy dada 2
2 Menyiapkan alat 2
B FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/ menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 2
4 Menjelaskan langkah prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien 2

C FASE KERJA
Mengucap basmallah
1 Mencuci tangan 4
2 Menjaga privacy pasien 4
3 Mengatur posisi fowler 4
4 Memasang perlak , pengalas dan bengkok ( dipangkuan pasien 4
bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring )
5 Memakai sarung tangan 4
6 Melakukan clapping dengan dengan cara tangan perawat menepuk 8
punggung pasien secara bergantian
7 Menganjurkan pasien inspirasi dalam,tahan sebentar kedua tanggan 10
perawat dipunggung pasien
8 Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi,pada saat yang 10
bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi
9 Meminta pasien untuk menarik nafas,menahan nafas dan m 10
membatukkan dengan kuat
10 Menampung lendir dalam sputum pot 10
11 Melakukan auskultasi paru 4
12 Merapihkan pasien dan alat 4
13 Mencuci tangan 4
Mengucap hamdallah
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 2
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 2
3 Berpamitan 2
TOTAL 100
Lampiran 2

PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN


PEMBERIAN O2 DENGAN MASKER/NASAL KANUL

NAMA : TANGGAL :
NIM :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE PREINTERAKSI
1 Cek program pemberian oksigen dengan masker/kanul 3
2 Menyiapkan alat 3

B FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/ menyapa klien 3
2 Memperkenalkan diri 3
3 Menjelaskan tujuan tindakan 3
4 Menjelaskan langkah prosedur 3
5 Menanyakan kesiapan pasien 3

C FASE KERJA
Mengucap basmallah
1 Mencuci tangan 3
2 Menjaga privacy pasien 3
3 Memastikan tabung masih terisi oksigen 5
4 Megisi botol pelembab dengan aqua sesuai batas 8
5 Menyambungkan selang binasal/masker oksigen dengan 8
humidifier
6 Mengatur posisi pasien semi fowler 8
7 Membuka flowmwter dengan ukuran sesuai yang diinstruksikan 10
dan pastikan ada aliran oksigen (tes dengan menggunakan
punggung tangan)
8 Memasang kanul pada hidung pasien dengan benar dan di fiksasi 8
9 Memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien 8
10 Merapihkan pasien 3
11 Merapihkan alat 3
12 Mencuci tangan 3
Mengucap hamdallah
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 3
TOTAL 100

Keterangan :
tidak : Tidak dilakukan
ya : Dilakukan dengan sempurna
Observer,

Standar kelulusan
nilai 75

( )
Lampiran 3

PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN


LATIHAN NAFAS DALAM

NAMA : TANGGAL :
NIM :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE PREINTERAKSI
1 Cek program latihan nafas dalam 3
2 Menyiapkan alat 3

B FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/ menyapa klien 3
2 Memperkenalkan diri 3
3 Menjelaskan tujuan tindakan 3
4 Menjelaskan langkah prosedur 3
5 Menanyakan kesiapan pasien 3

C FASE KERJA
1 Mencuci tangan 4
2 Menjaga privacy pasien 4
3 Meminta pasien meletakan satu tangan di dada dan satu 5
tangan diabdomen
4 Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam 8
melalui hidung hingga 3 hitungan ,jaga mulut tetap tertutup)
5 Meminta pasien merasakan pengembangannya abdomen 8
(cegah lengkung pada punggung )
6 Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan 8
7 Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan 8
(lewat mulut bibir seperti meniup)
8 Meminta pasien merasakan mengepisnya abdomen dan 8
kontraksi dari otot
9 Menjelaskan pada pasien untuk melakukan latihan ini bila 5
mengalami sesak nafas
10 Merapihkan pasien 4
11 Merapihkan alat 4
12 Mencuci tangan 4
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 3
TOTAL 100

Keterangan
:
tidak : Tidak dilakukan
ya : Dilakukan dengan sempurna
Observer,
Standar
kelulusan
nilai 75

( )
Lampran 4 PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN

MEMASANG EKG

NAMA : TANGGAL :
NIM : OBSERVER :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE PREINTERAKSI
1 Cek program Pemasangan EKG 2
2 Menyiapkan alat 2

B FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/ menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 2
4 Menanyakan kesiapan pasien 2

C FASE KERJA
Mengucap bismillah
1 Mencuci tangan 2
2 Mengatur posisi pasien 3
3 Membebaskan daerah dada dari pakaian 3
4 Mengolesi jelly pada tempat tempat sadapan 5
5 Memasang AVR ditangan kanan 5
6 Memasang AVL ditangan kiri 5
7 Memasang AVF di kaki kiri 5
8 Memasang ground/netral di kaki kanan 5
9 Memasang v1 di ICS 4 dextra 5
10 Memasang v2 di ICS 4 sinistra 5
11 Memasang v4 di ICS 5 sinistra sejajar garis mid axilla sinistra 5
12 Memasang v3 diantara v2 dan v4 5
13 Memasang v5 di ICS 5/sejajar v4 di garis axilla anterior sinistra 5
14 Memasang v6 di ICS 5/sejajar v4,v5 di garis mid axilla sinistra 5
15 Menyalakan mesin EKG dan mengeprint kertas EKG 5
16 Mematikan mesin EKG 5
17 Melepas sadapan sambil membersihkan jelly dengan tisue 5
18 Merapihkan pasien dan alat EKG 2
19 Mencuci tangan 2
Mengucap hamdallah
D FASE TERMINASI
1 Menyimpulkan hasil pengkajian 2
2 Melakukan kontrak pertemuan selanjutnya 2
3 Berpamitan 2
TOTAL 100

Keterangan
: Observer
TIDAK : Tidak dilakukan
YA : Dilakukan dengan sempurna

Standar kelulusan nilai 75 ( )


lampiran 5
PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN
PEMERIKSAAN JANTUNG

NAMA : TANGGAL :
NIM : OBSERVER :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/ menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 2
4 Menjelaskan langkah prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien 2

B FASE KERJA
1 Mengucap bismillah 3
2 Mencuci tangan 3
3 Mengatur posisi pasien supinasi 6
4 Membuka baju hingga area thoraks terlihat jelas 10

Inspeksi: Lihat bentuk dada, konfigurasi dada, ictus cordis dan


pulsasi-pulsasi.
a. Ictus cordis biasa terlihat pada intercosta V sinistra sejajar
dengan midclavicula sinistra.
b. Pulsasi berupa denyutan selain di ictus cordis

5 Palpasi: Palpasi pada denyutan masing-masing katup jantung: 10


a. Aorta: intercosta II dextra 2 cm dari linea midsternalis
b. Pulmonal: intercosta II sinistra 2 cm dari linea midsternalis
c. Tricuspid: intercosta IV/V sinistra 2 cm dari linea midsternalis
d. Bicuspid: intercosta V sinistra sejajar linea midclavicula sinistra

6 Perkusi: Perkusi secara vertikal dan horizontal melewati 10


batasbatas jantung, minimal 2 garis vertikal dan horizontal yang
terbentuk a. Vertical mulai dari intercosta II
sinistra sampai ke area abdomen b. Horizontal
pada intercosta IV dan V mulai dari sisi tengah hingga lateral
7 Auskultasi: Gunakan stetoskop pada 6 titik Auskultasi (sama letak 10
saat palpasi)
a. Titik Aorta
b. Titik Pulmonal
c. Titik Erbs (intercosta II sinistra 2 cm dari linea midsternalis
d. Titik Tricuspid
e. Titik Bicuspid
f. Titik Epigastrik (2 sm dibawah procesus xipoideus)

8 Mencuci tangan 3
9 Mengucap hamdallah 3
C FASE TERMINASI
1 Menyimpulkan hasil pengkajian 6
2 Mennyampaikan rencana tindak 6
3 Berpamitan 6
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
Ketenangan selama melakukan tindakan 6
Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 6
Ketelitian selama tindakan 6
Keamanan pasien selama tindakan 6
TOTAL 110

Keterangan
: Observer
TIDAK : Tidak dilakukan
YA : Dilakukan dengan sempurna

Standar kelulusan nilai 75 ( )

Anda mungkin juga menyukai