4
5
3. Etiologi
Etiologi dari demam tifoid adalah bakteri salmonella typhosa
dengan ciri-ciri:
a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar.
b. Tidak berspora.
c. Masa inkubasi 10-20 hari.
d. Mempunyai 3 macam antigen yaitu:
1) Antigen O: Ohne Hauch: somatik antigen (tidak menyebar, berasal
dari tubuh kuman), bersifat spesifik grup.
2) Antigen H: Hauch (menyebar), yang merupakan komponen protein
berada dalam flagella dan bersifat spesifik.
3) Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul
yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen Vi dapat
menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum dan
melindungi antigen O dari proses fagositosis. Antigen Vi
berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektifitas vaksin.
S.typhi menghasilkan endotoksin yang merupakan bagian terluar
dari dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan,
lipopolisakarida dan lipid A.
Ketiga antigen di atas di dalam tubuh akan membentuk antibodi
aglutinin.
Ada tiga spesies utama yaitu:
a) Salmonella typhosa (satu serotipe).
b) Salmonella choleraesius (satu serotipe).
c) Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe).
c. Minggu ketiga
1) Suhu tubuh masih tetap tinggi tetapi lebih rendah dari fase
bakterimia dan berlangsung terus menerus
2) Lidah kotor dengan tepi lidah hiperemis
3) Dapat terjadi perdarahan usus, perporasi dan peritonitis dengan
tanda-tanda: distensi abdomen, peristaltic menurun bahkan hilang,
melena, tanda-tanda shock dan penurunan kesadaran
4) Jika tidak ada komplikasi, maka panas dan tanda-tanda lainnya
akan hilang perlahan-lahan
12
5. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limfa dan organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel
retikuloendoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan
menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk
ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung
empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa besar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi,
2001: 281).
Kuman S. typhi masuk ke tubuh manusia melalui mulut dengan makanan
dan air yang tercemar, sebagian kuman dimusnahkan oleh lambung,
sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque
peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman
S.typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan
mencapai kelenjar limfe mesentrial, yang juga mengalami hipertrofi.
Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini. S.typhi masuk ke aliran darah
13
melalui ductus thorocieus, kuman S. typhi lain mencapai hati dan bagian-
bagian lain sistem retikulo endotelial. Endotoksin S.typhi berperan pada
patogenesis demam tifoid karena membantu terjadinya proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat S.typhi berkembang biak. Demam tifoid
disebabkan karena S.typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan
pelepasan zat pirogen pada jaringan yang meradang (Sjaifoellah, 1999:
436).
14
Sumber: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (2005: 594), Mansjoer. Dkk (2000:
432).
6. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam:
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Ileus paralitik.
b. Komplikasi ekstra intestinal:
1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan
sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositofenia dan atau
Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) dan sindrom
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan konjung empedu: hepatitis dan kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis.
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnosa dan laboratorium termasuk sebagai bagian
dari proses pengumpulan data. Beberapa pemeriksaan digunakan untuk
16
8. Manajemen medik
a. Isolasi klien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
Klien tidak harus dirawat dikamar isolasi yang dilengkapi dengan
peralatan untuk merawat klien yang menderita penyakit menular,
seperti: cairan desinfektan untuk cuci tangan, merendam pakaian kotor
dan pot/urinal bekas klien yang sedang menolong atau merawat klien
agat memakai celemak.
b. Istirahat atau tidur
Baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
selama 14 hari setelah suhu normal kembali (istirahat tidur), kemudian
17
boleh duduk, apabila tidak panas lagi boleh berdiri, kemudian berjalan
diruangan, perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi,
mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
c. Diet
Makan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein,
bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan timbul gas, susu dua gelas sehari bila kesadaran klien
menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung jika
kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga diberikan makanan lunak.
- mendekati normal.
-
hangat, hindari
penggunaan alkohol. - D
apat membantu mengurangi demam
penggunaan air atau alkohol mungkin
Kolaborasi menyebabkan kedinginan, peningkatan
- suhu secara aktual, selain itu, alkohol
misalnya ASA (aspirin), dapat mengeringkan kulit.
asetaminofen (tylenol). Digunakan untuk mengurangi demam
- dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan outodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.
Sumber: Doenges, 2000: 875-876.
(1) (2)
- -
kebutuhan diet atau keefektifan
terapi.
- -
pembatasan aktifitas selama untuk mencegah penurunan kalori
fase sakit akut. dan simpanan energi.
- -
makan. meningkatkan energi untuk makan
- -
meningkatkan rasa makan.
- -
ventilasi yang baik, menurunkan stress dan lebih
lingkungan yang kondusif untuk makan.
menyenangkan dengan situasi
tidak terburu-buru. -
- diakibatkan oleh takut makanan
masalah mulai makan diet. akan menyebabkan eksaserbasi
gejala dan menurunkan masukan.
-
muntah dan meningkatkan asupan
- nutrisi.
-
Sumber: Doenges, 2000: 478
baik
- Mukosa bibir
tidak kering dan pecah-pecah.
- Haluaran urine
adekuat.
- mengidentifikasi terjadinya
yang nyaman, misalnya untuk komplikasi
fleksi - Menurunkan te
- meningkatkan rasa kontrol
adanya distensi abdomen.
- Mengetahui re
inflamasi, dapat menunjukan
- terjadinya obstruksi usus karena
misalnya analgetik, antibiotik. inflamasi, edema, jaringan perut.
- Nyeri bervaria
beraet dan perlu penanggulangan
untuk memudahkan istirahat adekuat
dan penyembuhan
Sumber: Doenges, 2000: 481
Sumber: Carpenito, 1999: 41, Nursalam, 2005: 29 dan Suriadi, 2001: 286.
Intervensi Rasional
(1) (2)
- -
keluarga tentang proses meningkatkan pemahaman orang
penyakit dan kondisi anaknya. tua terhadap kondisi anaknya.
- -
penyembuhan anaknya yang beberapa bulan atau minggu dan
memungkinkan dapat informasi yang tepat tentang
berlangsung lama. harapan dapat mengatasi perasaan
tidak nyaman orang tua.