Anda di halaman 1dari 22

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Demam tifoid (typhus abdominalis) merupakan penyakit infeksi
akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Rampengan, 2001: 53).
Typhus abdominalis (Demam tifoid) adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari
7 hari dan terdapat gangguan kesadaran (Suriadi, 2001: 281 ).
Demam tifoid (Typhus abdominalis, Enterie fever) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran percernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan gangguan
kesadaran (Ngastiyah, ed.2, 2000: 155).
Demam tifoid dan demam paratiroid adalah penyakit infeksi akut
usus halus (Sjaifoellah, 2002: 435).

2. Anatomi dan fisiologi


Anatomi Sistem Pencernaan

Sumber : Syaifuddin (2001: 81)

4
5

Struktur pencernaan terdiri dari:


a. Mulut (Oris)
Mulut adalah permukaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian,
yaitu:
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula, yaitu ruang diantara gusi,
gisgi, bibir dan pipi.
2) Bagian rongga mulut/ bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis
di sebelah belakang bersambung dengan faring.
b. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus).
c. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan antara tekak dengan
lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak di bawah lambung.
d. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak, terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limfa menempel di
sebelah kiri fundus uteri.
e. Usus halus atau intestinum minor
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan
makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum,
panjangnya  6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari: lapisan
6

usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar


(M.Sirkuler), lapisan otot memanjang (M.Longitudinal) dan lapisan
serosa (sebelah luar).
Lapisan usus halus: lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M.sirkuler), lapisan otot memanjang (M.longitudinal) dan
lapisan serosa (sebelah luar).
Duodenum disebut juga usus 12 jari panjangnya  25 cm berbentuk
sepatu kuda melengkung kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas
dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membulat
disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu
(duktus koledokus) dan saluran pankreas. Pankreas juga menghasilkan
amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan
tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau
albumin dan polipeptida. Dinding duodenum mempunyai lapisan
mukosa yang banyak mengandung kelenjar yang disebut kelenjar
brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum. Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar
 6 meter. Dua perlima atas adalah yeyenum, dan tiga perlima bagian
terminalnya adalah ileum. Yeyenum terletak diregio abdominalis
media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak diregio
abdominalis bawah kanan. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum
yang berbentuk.
Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat membantu
fungsi absorpsi yang merupakan fungsi utamanya. Lapisan mukosa
dan submukosa membentuk lipatan “sirkuler” yang dinamakan valvula
koniventes (lipatan kerckringi) yang menonjol ke dalam lumen sekitar
3 sampai 10 cm, lipatan ini nyata pada duodenum dan yeyenum dan
7

menghilang dekat pertengahan ileum. Vili merupakan tonjolan-


tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya sekitar empat
atau lima juta dan terdapat disepanjang usus halus.
Mukosa usus halus, permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorpsi. Lipatan
ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar
permukaan usus.
Absorpsi. Absorpsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya
berlangsung di dalam usus halus 2 saluran yaitu pembuluh kapiler
dalam darah dan saluran limfe di sebelah dalam permukaan vili usus.
Sebuah vilus berisi lakteal (saluran limfe sentral), pembuluh darah
epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid
seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium.
Fungsi usus halus yaitu:
Usus halus mempunyai dua fungsi utama: pencernaan dan absorpsi
bahan-bahan nutrisi dan air, diantaranya:
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap
melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus
yang menyempurnakan makanan:
1) Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
2) Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.
a) Laktase mengubah laktosa menjadi monosakarida.
b) Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida.
c) Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
8

Untuk mempermudah berlangsungnya proses pencernaan dan absorpsi,


usus halus dibantu oleh beberapa aktivitas lainnya. Proses pencernaan
dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida dan
pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan di dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yaitu amilase
dan tripsin yang berfungsi mencerna karbohidrat dan protein menjadi
zat-zat yang lebih sederhana. Sekresi empedu dari hati membantu
proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga
memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam
empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk
misel. Bagian sentral misel melarutkan dan mempertahankan asam-
asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak sampai dapat diabsorpsi. Pencernaan usus juga diatur oleh kerja
beberapa hormon, diantaranya kolesistokinin, pankreozimin dan
sekretin.
f. Intestinum mayor
Panjangnya ± ½ m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan 2 usus besar dari dalam
ke luar:
1) Selaput lendir
2) Lapisan otot melingkar
3) Lapisan otot memanjang
4) Jaringan ikat.
Fungsi usus besar terdiri dari :
1) Menyerap air dari makanan
2) Tempat tinggal bakteri coli
3) Tempat feses
4) Tempat pembuatan vitamin B dan K.
9

Seikum. Di bawah seikum terdapat apendiks vermiformis yang


berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing,
panjangnya 6 cm, seluruhnya ditutupi oleh peritonium, mudah
bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba
melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
Kolon asenden. Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah
hati membengkak ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika,
dilanjutkan sebagai kolon transversum.
Appendiks (usus buntu). Bagian dari usus besar yang muncul seperti
lorong dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi
masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.
Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai
ke depan ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid.
g. Rektum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum
dan os koksigis.
h. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar, terletak di dasar pelvis, dindingnya
diperkuat oleh 3 spinter:
1) Spinter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak.
2) Spinter kuator ani, bekerja tidak menurut kehendak.
3) Spinter ani eksternus, bekerja menurut kehendak.
(Syaifuddin, 1997: 87-95).
10

3. Etiologi
Etiologi dari demam tifoid adalah bakteri salmonella typhosa
dengan ciri-ciri:
a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar.
b. Tidak berspora.
c. Masa inkubasi 10-20 hari.
d. Mempunyai 3 macam antigen yaitu:
1) Antigen O: Ohne Hauch: somatik antigen (tidak menyebar, berasal
dari tubuh kuman), bersifat spesifik grup.
2) Antigen H: Hauch (menyebar), yang merupakan komponen protein
berada dalam flagella dan bersifat spesifik.
3) Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul
yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen Vi dapat
menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum dan
melindungi antigen O dari proses fagositosis. Antigen Vi
berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektifitas vaksin.
S.typhi menghasilkan endotoksin yang merupakan bagian terluar
dari dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan,
lipopolisakarida dan lipid A.
Ketiga antigen di atas di dalam tubuh akan membentuk antibodi
aglutinin.
Ada tiga spesies utama yaitu:
a) Salmonella typhosa (satu serotipe).
b) Salmonella choleraesius (satu serotipe).
c) Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe).

4. Tanda dan gejala


11

Gejala klinis thypoid fever pada anak biasanya lebih ringan


daripada orang dewasa. Masa tunasnya 10-20 hari. Menurut perjalanan
penyakitnya, gejala klinis thypoid fever terdiri dari 3 tahap, yaitu:
a. Minggu pertama
1) Mulanya mirip dengan demam atau influenza
2) Sakit kepala dan sakit leher
3) Nadi relative lambat dibandingkan dengan tingginya panas
4) Suhu tubuh mulai naik turun, khususnya akan naik pada malam
hari dan menurun menjelang pagi dan siang hari
5) Kadang-kadang terdapat muntah, diare atau pun konstipasi
b. Minggu kedua
1) Suhu tubuh sangat tinggi, nadi relative lambat
2) Terlihat beberapa bercak (bintik) merah muda pada badan
3) Badan menggigil atau gemetar
4) Mengigau atau delirium
5) Lemah, berat badan turun, tubuh kekurangan cairan

c. Minggu ketiga
1) Suhu tubuh masih tetap tinggi tetapi lebih rendah dari fase
bakterimia dan berlangsung terus menerus
2) Lidah kotor dengan tepi lidah hiperemis
3) Dapat terjadi perdarahan usus, perporasi dan peritonitis dengan
tanda-tanda: distensi abdomen, peristaltic menurun bahkan hilang,
melena, tanda-tanda shock dan penurunan kesadaran
4) Jika tidak ada komplikasi, maka panas dan tanda-tanda lainnya
akan hilang perlahan-lahan
12

5. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limfa dan organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel
retikuloendoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan
menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk
ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung
empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa besar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi,
2001: 281).
Kuman S. typhi masuk ke tubuh manusia melalui mulut dengan makanan
dan air yang tercemar, sebagian kuman dimusnahkan oleh lambung,
sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque
peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman
S.typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan
mencapai kelenjar limfe mesentrial, yang juga mengalami hipertrofi.
Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini. S.typhi masuk ke aliran darah
13

melalui ductus thorocieus, kuman S. typhi lain mencapai hati dan bagian-
bagian lain sistem retikulo endotelial. Endotoksin S.typhi berperan pada
patogenesis demam tifoid karena membantu terjadinya proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat S.typhi berkembang biak. Demam tifoid
disebabkan karena S.typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan
pelepasan zat pirogen pada jaringan yang meradang (Sjaifoellah, 1999:
436).
14

Meningkatkan aktivitas seluler Salmonella typhosa masuk Hospitalisasi


sehingga merangsang sel-sel epitel ke saluran pencernaan 
monosit, netrofil, dan makrofag untuk  Kurangnya pengetahuan
melepaskan zat pirogen dan endogen Bakteri sampai di lambung keluarga serta informasi
  mengenai proses penyakit
Impuls disampaikan ke hypothalamus sSebagian besar bakteri mati dan program terapi
bagian thermoregulator bagian ductus oleh asam lambung 
thoraxius  Stressor psikologis bagi
 Bakteri yang tetap hidup masuk keluarga
Peningkatan suhu tubuh ke dalam ileum melalui 
 mikrovili Stres
Hipertermi  
Terjadi infeksi di usus halus Koping keluarga tidak
  efektif
Dilatasi pembuluh darah Melalui pembuluh limfe masuk 
 ke dalam peredaran darah Kecemasan keluarga
Evaporasi tubuh berlebih 
 Bakteri menuju ke organ system 
Dehidrasi retikuloendotelial yaitu hati, Penurunan motivasi
 limpa, sumsum tulang dan organ keluarga untuk memenuhi
Resiko kekurangan volume cairan dan lain kebutuhan personal
elektrolit  hygine
Basil yang tidak dihancurkan 
berkembang biak dalam hati dan Personal hygine klien
limpa tidak terpenuhi
Merangsang medulla spinalis untuk  
mengeluarkan neurotransmitter Pembesaran hati dan limpa Defisit perawatan diri
(histamine, bradikinin, prostaglandin, 
dan asetilkolin) Basil masuk kembali ke dalam  Istirahat total/
 darah dan menyebar ke seluruh Perasaan asing dengan
Thalamus tubuh terutama ke dalam tempat yang ditinggali
 kelenjar limfoid usus sekarang, banyaknya
Impuls saraf disampaikan ke korteks  orang yang tidak dikenal,
serebri Menimbulkan tukak berbentuk dan adanya tindakan yang
 lonjong pada mukosa di atas dilakukan
Hypothalamus plak peyeri 
  Perasaan takut
Persepsi nyeri PK: Perdarahan dan perforasi 
 usus Stressor psikologis pada
Nyeri akut anak

 Merangsang nervus vagus dalam Koping anak tidak efektif
Merangsang norefinefhrin menyampaikan reflex ke 
 nasofaring Kecemasan pada anak
Mengaktivasi RAS 
 Sekresi asam lambung
Mengaktifkan kerja seluruh area otak meningkat dan merangsang Menghambat
 thalamus bagian distal sebagai pembentukan ATP yang
pusat yang menimbulkan mual disintesa dari ADP
15

REM menurun  sebagai sumber energy


 Anoreksia 
Klien terjaga  Tubuh menjadi lemah
 Asupan nutrisi tidak adekuat 
Gangguan pola istirahat tidur  Kelemahan tonus otot
Ketidakseimbangan nutrisi 
kurang dari kebutuhan Intoleransi aktivitas

Sumber: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (2005: 594), Mansjoer. Dkk (2000:

432).

6. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam:
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perforasi usus
3) Ileus paralitik.
b. Komplikasi ekstra intestinal:
1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan
sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositofenia dan atau
Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) dan sindrom
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan konjung empedu: hepatitis dan kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis.

7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnosa dan laboratorium termasuk sebagai bagian
dari proses pengumpulan data. Beberapa pemeriksaan digunakan untuk
16

mendiagnosa penyakit, sementara yang lainnya sangat berguna dalam


mengikuti perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi.
a. Pemeriksaan darah tepi
Leukopenia, aneosinofilia, anemia, trombositopenia.
b. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Menunjukkan gambaranhiperaktif sumsum tulang.
c. Biakan empedu (gall kultur)
Terdapat basil salmonella typhosa pada urine dan tinja, jika pada
pemeriksaan selama 2 kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typhosa pada urine dan tinja, maka pasien dinyatakan
benar-benar sembuh.
d. Tes widal
Pada pemeriksaan widal didapatkan antigen O adalah 1/200 atau lebih,
sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak
bermakna untuk menegakkan diagnosa, karena titel H dapat tetap
tinggi setelah dilakukan IM atau bila penderita telah lama sembuh.
e. IGM Salmonella atau Tubex Salmonella

8. Manajemen medik
a. Isolasi klien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
Klien tidak harus dirawat dikamar isolasi yang dilengkapi dengan
peralatan untuk merawat klien yang menderita penyakit menular,
seperti: cairan desinfektan untuk cuci tangan, merendam pakaian kotor
dan pot/urinal bekas klien yang sedang menolong atau merawat klien
agat memakai celemak.
b. Istirahat atau tidur
Baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
selama 14 hari setelah suhu normal kembali (istirahat tidur), kemudian
17

boleh duduk, apabila tidak panas lagi boleh berdiri, kemudian berjalan
diruangan, perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi,
mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
c. Diet
Makan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein,
bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan timbul gas, susu dua gelas sehari bila kesadaran klien
menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung jika
kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga diberikan makanan lunak.

9. Dampak penyakit terhadap kebutuhan dasar manusia


a. Nutrisi
Pada penderita demam tifoid kebutuhan nutrisi akan terganggu. Gejala
yang mungkin ditemukan yaitu: mual/ muntah, nyeri tekan abdomen,
anoreksia yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung.
b. Kekurangan volume cairan
Pada penderita demam tifoid biasanya akan terjadi kekurangan volume
cairan yang disebabkan oleh peningkatan suhu.
c. Nyeri atau ketidaknyamanan
Dapat disebabkan oleh adanya mual, muntah, nyeri pada daerah
abdomen dan demam dengan adanya peningkatan suhu tubuh akibat
proses infeksi.

d. Kebutuhan istirahat dan tidur


Serabut nyeri merangsang sistem saraf sehingga RAS terangsang
akibatnya REM menurun, sehingga tidur klien terganggu.
e. Gangguan rasa aman
18

Disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi tentang


penyakit serta prosedur akibat kurangnya informasi yang diterima oleh
keluarga pasien.
f. Intoleransi aktivitas
Pada klien demam tifoid dianjurkan untuk bedres, sehingga pola
aktivitas terganggu.

10. Diagnosa keperawatan


T: Timing (ada kurun waktu).
Adapun perencanaan pada klien dengan demam tifoid adalah:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Anak akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Kriteria : - Suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36-370C.
- Bebas dari kedinginan atau menggigil
Intervensi dan Rasional Hipertermi
Intervensi Rasional
(1) (2)
Mandiri
- - S
(derajat dan pola), uhu 38,90C-41,10C menunjukan proses
perhatikan menggigil penyakit infeksius akut. Pola demam
atau diaforesis. dapat membantu dalam diagnosis,
misal kurva lanjut berakhir lebih dari
24 jam menunjukkan pneumonia
- pnemokokal, demam tifoid.
batasi/tambahkan unen - S
tempat tidur sesuai uhu ruangan atau jumlah selimut harus
indikasi. di ubah untuk mempertahankan suhu
19

- mendekati normal.
-
hangat, hindari
penggunaan alkohol. - D
apat membantu mengurangi demam
penggunaan air atau alkohol mungkin
Kolaborasi menyebabkan kedinginan, peningkatan
- suhu secara aktual, selain itu, alkohol
misalnya ASA (aspirin), dapat mengeringkan kulit.
asetaminofen (tylenol). Digunakan untuk mengurangi demam
- dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan outodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.
Sumber: Doenges, 2000: 875-876.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,


muntah, anoreksia.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi adekuat.
Kriteria : - Peningkatan
BB sesuai sasaran atau BB stabil, yaitu untuk usia
6 tahun berat badannya 20 kg.
- Anorexia, mual
tidak ada.

Intervensi dan Rasional Perubahan Nutrisi


Kurang dari Kebutuhan
Intervensi Rasional
20

(1) (2)
- -
kebutuhan diet atau keefektifan
terapi.
- -
pembatasan aktifitas selama untuk mencegah penurunan kalori
fase sakit akut. dan simpanan energi.
- -
makan. meningkatkan energi untuk makan
- -
meningkatkan rasa makan.
- -
ventilasi yang baik, menurunkan stress dan lebih
lingkungan yang kondusif untuk makan.
menyenangkan dengan situasi
tidak terburu-buru. -
- diakibatkan oleh takut makanan
masalah mulai makan diet. akan menyebabkan eksaserbasi
gejala dan menurunkan masukan.
-
muntah dan meningkatkan asupan
- nutrisi.
-
Sumber: Doenges, 2000: 478

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake


cairan dan peningkatan suhu.
Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan cairan.
Kriteria : - Turgor kulit
21

baik
- Mukosa bibir
tidak kering dan pecah-pecah.
- Haluaran urine
adekuat.

Intervensi dan Rasional Kekurangan Volume Cairan


Intervensi Rasional
(1) (2)
- -
kapiler, status membran cairan dapat mengurangi tekanan
mukosa. darah. Mekanisme kompensasi awal
dari takikardi untuk meningkatkan
tekanan darah sistemik. Demam
dapat menunjukkan respon terhadap
efek kehilangan cairan.
- -
berat jenis, catat ketidak jenis akan menyebabkan
seimbangan masukan dan hipovolemia. Keseimbangan berat
haluaran. badan dapat mengindikasikan edema
ruang ketiga dan edema jaringan,
menunjukkan perlunya mengubah
terapi/ komponen pengganti.
- -
pada sakrum, skrotum, vaskuler ke dalam ruang intestitial
punggung kaki. akan menyebabkan edema jaringan.
- -
dibutuhkan untuk mengatasi
hipovolemia relatif.
22

Sumber: Doenges, 2000: 278


d. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : Nyeri hilang
Kriteria : - Tampak rileks.
- Skala nyeri 0.
- Tanda-tanda
infeksi tidak ada.
- Tanda-tanda
vital normal.
- Penggunaan
metoda meningkatkan kenyamanan.

Intervensi dan Rasional Nyeri Akut


Intervensi Rasional
(1) (2)
- - Mencoba untu
- daripada meminta analgesik
nyeri, catat lokasi, lamanya, - Perubahan pad
intensitas selidiki dan laporkan menunjukan penyebaran penyakit
perubahan karakteristik nyeri atau terjadinya komplikasi, misalnya
- perforasi
gelisah, menolak untuk
bergerak, berhati-hati dengan - Bahasa tubuh
abdomen, menarik diri dan dapat secara psikologis dan fisiologis
depresi, selidiki perbedaan dan dapat digunakan pada hubungan
petunjuk verbal dan non verbal petunjuk verbal untuk
- mengidentifikasi luas atau beratnya
meningkatkan atau meng- masalah
hilangkan nyeri. - Dapat menunju
pencetus atau faktor pemberat atau
23

- mengidentifikasi terjadinya
yang nyaman, misalnya untuk komplikasi
fleksi - Menurunkan te
- meningkatkan rasa kontrol
adanya distensi abdomen.
- Mengetahui re
inflamasi, dapat menunjukan
- terjadinya obstruksi usus karena
misalnya analgetik, antibiotik. inflamasi, edema, jaringan perut.
- Nyeri bervaria
beraet dan perlu penanggulangan
untuk memudahkan istirahat adekuat
dan penyembuhan
Sumber: Doenges, 2000: 481

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan : Aktivitas adekuat
Kriteria : Menunjukkan hygiene optimal, kebutuhan aktivitas
bermain dapat ditolelir dan terpenuhi.

Intervensi dan Rasional Intoleransi Aktivitas


Intervensi Rasional
(1) (2)
- -
dilakukan anak sesuai dengan hospitalisasi.
tugas perkembangan anak.
- -
aktivitas yang dapat dan tidak terhadap pasien dan keluarga.
dapat dilakukan anak hingga
demam berangsur turun.
- -
24

kebutuhan dasar anak berdampak dalam pemenuhan


termasuk perawatan diri. aktivitas sehari-hari memerlukan
bantuan.
- -
maksimum keluarga dalam keluarga maka akan mengurangi
aktivitas makan, mandi, rasa ketergantungan terhadap
toileting, berpakaian. perawat.
-
memenuhi kebutuhan dasar -
anak. memberikan bantuan atau
dukungan guna mempercepat
- proses penyembuhan.
dengan kemamuan kondisi -
anak yang bisa ditolelir. meningkatkan proses tumbang
yang optimal.

Sumber: Carpenito, 1999: 41, Nursalam, 2005: 29 dan Suriadi, 2001: 286.

f. Kurang pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya


informasi tentang penyakit.
Tujuan : Orang tua dapat memahami kondisi dan penyakti yang
dialami anaknya.
Kriteria : - Orang tua tidak
selalu bertanya tentang keadaan anaknya.
- Orang tua
mampu menyebutkan proses penyakit yang terjadi
pada anaknya.

Intervensi dan Rasional Kurangnya Pengatahuan Keluarga


25

Intervensi Rasional
(1) (2)
- -
keluarga tentang proses meningkatkan pemahaman orang
penyakit dan kondisi anaknya. tua terhadap kondisi anaknya.
- -
penyembuhan anaknya yang beberapa bulan atau minggu dan
memungkinkan dapat informasi yang tepat tentang
berlangsung lama. harapan dapat mengatasi perasaan
tidak nyaman orang tua.

Sumber: Doenges, 2000: 279

Anda mungkin juga menyukai