I. KONSEP MEDIS
A. Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali
dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus dan pathogen parasitic.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi
buang air besar pada neonates lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.
Gambar 2.1.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaaan
Menurut Syaifuddin, ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :
1) Mulut, Terdiri dari 2 bagian :
a) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi, bibir, dan pipi.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di tutupi oleh selaput
lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat
dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.
b) Pipi
Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot yang terdapat pada
pipi adalah otot buksinator.
c) Gigi
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh
tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang
terdiri dari 2 palatum.Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa
dan selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini
dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu : Radiks Lingua
=pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua +11ujung
lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah
(dorsum lingua) terdapat putting puting pengecapatau ujung saraf pengecap.
Fenukun Lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-
kira ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni dan duktus
stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar
submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang atas bagian tengah,kelenjar
ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah
lidah.Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di
sebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva).
Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang
letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os
mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis
menuju kerongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar
submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus
watoni bermuara di rongga 12 mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar
ludah di dasari oleh saraf-saraf tak sadar.
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid dan prosesus
steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyamanbergabung dengan otot
instrinsik yang terdapat pada lidah. M genioglosus merupakan otot lidah yang
terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks
lingua.
2) Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
3) Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna
vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan,
menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam
lambung adalah kardia.
4) Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13 atas fundus uteri berhubungan
dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan
pankreas dan limpa,menempel di sebelah kiri fudus uteri.
D. Patofisiologi Gastroenteritis
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi
saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menibulkan gangguan sekresi dan
reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat, dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,
penetrasi kelamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menibulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat
pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dengan gangguan sirkulasi darah.
E. Pathway gastroenteritis
F. Manifestasi Klinik Gastroenteritis
1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri abdomen
5. Membrane mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
Manifestasi Klinik
a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Berat badan menurun, Tidak nafsu makan
h. Malaise
G. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renyatan Hiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan berikut :
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang
3. Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
4. Dehidrasi berat
5. Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda dihidrasi
sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku sampai
sianosis.
H. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotic serta untuk
mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses berwarna pekat atau putih
kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi empedu). Feses
berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi buah merah
dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses berwarna pucat disebabkan karena
malabsorpsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu. Feses berwarna orange atau hijau
disebabkan karena infeksi usus. Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang
penyebabnya adalah bakteri. Feses seperti tepung berwarna putih disebabkan karena
diare yang penyebabnya adalah virus. Feses seperti ampas disebabkan karena diare
yang penyebabnya adalah parasit. Feses yang didalamnya terdapat unsure pus atau
mucus disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi peradanganpada usus, terdapat
lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorbsi lemak dalam usus halus.
2. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang
nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorbsi tekanan fungsi sumsum
tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar
ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.
4. Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.
J. Pencegahan
a. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
b. Memasak makanan dan air minum hingga matang
c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan
d. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat
e. Tidak Mengkonsumsi makanan yang basi
f. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare
g. Makan dan minum secara teratur
h. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor
II. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
di analisa untuk menentukan diagnose keperawatan. Adapun langkah-langkah dalam
pengkajian ini adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat rumah, suku
bangsa, agama dan nama orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau tanpa adanya
lender dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijau-hijauan dan
berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafasu makan,dan disertai dengan
demam ringan atau demam tinggi pada anak-anak yang menderita infeksi usus.
2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi lamanya keluhan : masing-masing orang
berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan social, ekonomi,
hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan gelisah,
badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang memperberat
adalah ibu mengehntikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan minum,
tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula garam).
3) Riwayat kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam
keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita
penyakit kronis sehingga harus dirawat di rumah sakit.
4) Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia anak sekarang
yang meliputi motorik kasar, motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa
dan personal social atau kemandirian.
5) Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat
imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian serta efek
samping dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan sebagainya.
6) Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis makanan,
makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan untuk makan dan minum.
Pola eliminasi seperti frekuensi buang besr dan buang air kecil di rumah dan di
rumah sakit. Selain itu juga ditanyakan tentang konsistensi, warna dan bau dari
objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan sebelum dan
sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik dirumah dan juga bagaimana pola
hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan ganti baju.
c. Pemeriksaan fisik
1) Secara umum Tingkat kesadaran : TTV:N,R,S
Pengukuran antropometri : BB, TB
2) Head to toe
Rambut :
Inspeksi : Turgor kulit kurang,kulit kering,tidak terdapat clubbingfinger, warna
kuku merah muda, warna rambut hitam
Kepala:
Inspeksi : Bentuk kepala oval,Ubun-Ubun cekung tidak terdapat
pembengkakan,tidak terdapat tanda-tanda infeksi,pertumbuhan rambut rata Palpasi :
Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala
Mata:
Inspeksi : Cekung, Tidak terdapat pembengkakan pada bagian mata, konjungtiva
merah mudah,sclera putih,tidak terdpat katarak infantir
Telinga :
Inspeksi : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah, telinga kiri simetris kiri
dan kanan
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada bagian telinga
Hidung :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah mudah, tidak terdapat cairan
dalam hidung
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
Mulut :
Inspeksi : warna lidah merah muda, mukosa mulut kering
Leher :
Inspeksi : Warna leher sama dengan warna wajah, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid.
Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada simetris
Auskultasi : Bunyi napas bronkovesikuler, Bunyi jantung s1&s2 lup dup
Punggung :
Inspeksi : Bentuk tulang belakang normal
Abdomen :
Inspeksi : Warna abdomen sama dengan warna bagaian dada, kontur abdomen
sedikit cekung, tidak terdapat pembesaran hati dan limfa, tidak terdapat hernia
umbilikus
Auskultasi : Peristaltik ususk 40x/menit,
Perkusi : Bunyi timpani dan pekak pada bagian abdomen
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lambung
Ekstremitas Atas :
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkaka pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Genital dan anus
Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra, tidak ada lesi dan tidak terdapat
edema. Pada anus tidak tampak hemoroid.
2. Diagnose Keperawatan
Diagnose yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, intake inadekuat.
c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
e. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
f. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi.
g. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap
pathogen.
3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan