Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali
dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus dan pathogen parasitic.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi
buang air besar pada neonates lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.

B. Anatomi dan Fisiologi Gastrointestinal

Gambar 2.1.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaaan
Menurut Syaifuddin, ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :
1) Mulut, Terdiri dari 2 bagian :
a) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi, bibir, dan pipi.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di tutupi oleh selaput
lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat
dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.
b) Pipi
Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot yang terdapat pada
pipi adalah otot buksinator.
c) Gigi
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh
tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang
terdiri dari 2 palatum.Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa
dan selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini
dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu : Radiks Lingua
=pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua +11ujung
lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah
(dorsum lingua) terdapat putting puting pengecapatau ujung saraf pengecap.
Fenukun Lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-
kira ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni dan duktus
stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar
submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang atas bagian tengah,kelenjar
ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah
lidah.Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di
sebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva).
Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang
letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os
mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis
menuju kerongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar
submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus
watoni bermuara di rongga 12 mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar
ludah di dasari oleh saraf-saraf tak sadar.
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid dan prosesus
steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyamanbergabung dengan otot
instrinsik yang terdapat pada lidah. M genioglosus merupakan otot lidah yang
terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks
lingua.
2) Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
3) Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna
vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan,
menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam
lambung adalah kardia.
4) Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13 atas fundus uteri berhubungan
dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan
pankreas dan limpa,menempel di sebelah kiri fudus uteri.

5) Intestinum minor ( usus halus )


Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan
berakhir pada seikum, panjang + 6 meter.
Lapisan usus halus terdiri dari :
a) lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
b) otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
a) Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan kimus
b) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Aktifitas peristaltik
usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus ke dalam duodenum, tetapi
juga oleh yang dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan
lambung terutama di hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun
sepanjang dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang berfungsi
mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat kontraksi sfingter iliosekal
terutama diatur oleh refleks yang berasal dari sekum. Refleksi dari sekum ke
sfingter iliosekal ini di perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi
yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat
menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic rusrf” merupakan peristaltik sangat
kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa menit.
Intestinum minor terdiri dari :
a) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang
membuktikan di sebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran
empedu ( duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum
dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan
yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan
lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar
mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena
mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan
peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum
tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan
seikum dengan seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium
ileoseikalis, orifisium ini di perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian
ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini. Mukosa usus halus.
Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili
memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan
submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampangan
melintang vili di lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam
hormone jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
6) Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari dalam keluar :
selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat.
Lapisan usus besar terdiri dari :
a) Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
b) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari
ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini di sebut
Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
c) Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
d) Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens
berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah
kiri terdapat fleksura linealis.
e) Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas ke
bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis
sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S.Ujung bawahnya berhubung dengan
rectum.Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan menyimpan
feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam :1) Pergerakan
pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan longitudinal
namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi
seperti kantong.2) Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus
besar yang mendorong feses ke arah anus.
7) Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Anus adalah
bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar
( udara luar ). Terletak di antara pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :
a) Sfingter Ani Internus
b) Sfingter Levator Ani
c) Sfingter Ani Eksternus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement.Mekanisme :
a). Kontraksi kolon desenden
b) Kontraksi reflek rectum
c). Kontraksi reflek signoid
d). Relaksasi sfingter ani
C. Etiologi Gastroenteritis
a. Factor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, infeksi internal meliputi:
1) Infeksi bakteri
Vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeoromonas dan
sebagainya.
2) Infeksi virus
Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus
dan lain-lain.
3) Infeksi parasit
Cacing, protozoa dan jamur.
b. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi
lemak, malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi makanan.
d. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan
setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi makanan.
e. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan
peristaltic usus.

D. Patofisiologi Gastroenteritis
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi
saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menibulkan gangguan sekresi dan
reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat, dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,
penetrasi kelamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menibulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat
pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dengan gangguan sirkulasi darah.
E. Pathway gastroenteritis
F. Manifestasi Klinik Gastroenteritis
1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri abdomen
5. Membrane mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
Manifestasi Klinik
a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Berat badan menurun, Tidak nafsu makan
h. Malaise

G. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renyatan Hiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan berikut :
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang
3. Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
4. Dehidrasi berat
5. Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda dihidrasi
sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku sampai
sianosis.

H. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotic serta untuk
mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses berwarna pekat atau putih
kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi empedu). Feses
berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi buah merah
dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses berwarna pucat disebabkan karena
malabsorpsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu. Feses berwarna orange atau hijau
disebabkan karena infeksi usus. Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang
penyebabnya adalah bakteri. Feses seperti tepung berwarna putih disebabkan karena
diare yang penyebabnya adalah virus. Feses seperti ampas disebabkan karena diare
yang penyebabnya adalah parasit. Feses yang didalamnya terdapat unsure pus atau
mucus disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi peradanganpada usus, terdapat
lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorbsi lemak dalam usus halus.
2. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang
nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorbsi tekanan fungsi sumsum
tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar
ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.
4. Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.

I. Penatalaksanaan Keperawatan/Medis pada Pasien Gastroenteritis


1. Pemberian cairan
a Cairan per oral : pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan glukosa. Untuk
diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium
50-60 meg/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air
tajin yang diberi gula dengan garam.
b Cairan parenteral :
- Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
- Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/hari. Kemudian 125
ml/kgBB/oral.
- Dehidrasi berat :
a) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam
pertama 40 ml/kgBB/jam : 10 tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 15 tetes
atau 13 tetes/kgBB/menit), 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam : 3
tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125
ml/kgBB oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A
intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1 jam
pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml : 20 tetes), 7 jam
kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama 20
ml/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB
oralit per oral.
2. Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien dengan tujuan
meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal-hal yang perlu
diperhatikan : memberikan ASI, memberikan bahan makanan yang mengandung
cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
3. Obat-obatan
a. Obat antiseri
b. Obat anti spasmolitik
c. Obat antibiotic

J. Pencegahan
a. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
b. Memasak makanan dan air minum hingga matang
c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan
d. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat
e. Tidak Mengkonsumsi makanan yang basi
f. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare
g. Makan dan minum secara teratur
h. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor
II. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
di analisa untuk menentukan diagnose keperawatan. Adapun langkah-langkah dalam
pengkajian ini adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat rumah, suku
bangsa, agama dan nama orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau tanpa adanya
lender dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijau-hijauan dan
berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafasu makan,dan disertai dengan
demam ringan atau demam tinggi pada anak-anak yang menderita infeksi usus.
2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi lamanya keluhan : masing-masing orang
berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan social, ekonomi,
hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan gelisah,
badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang memperberat
adalah ibu mengehntikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan minum,
tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula garam).
3) Riwayat kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam
keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita
penyakit kronis sehingga harus dirawat di rumah sakit.
4) Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia anak sekarang
yang meliputi motorik kasar, motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa
dan personal social atau kemandirian.
5) Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat
imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian serta efek
samping dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan sebagainya.
6) Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis makanan,
makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan untuk makan dan minum.
Pola eliminasi seperti frekuensi buang besr dan buang air kecil di rumah dan di
rumah sakit. Selain itu juga ditanyakan tentang konsistensi, warna dan bau dari
objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan sebelum dan
sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik dirumah dan juga bagaimana pola
hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan ganti baju.

c. Pemeriksaan fisik
1) Secara umum Tingkat kesadaran : TTV:N,R,S
Pengukuran antropometri : BB, TB
2) Head to toe
Rambut :
Inspeksi : Turgor kulit kurang,kulit kering,tidak terdapat clubbingfinger, warna
kuku merah muda, warna rambut hitam
Kepala:
Inspeksi : Bentuk kepala oval,Ubun-Ubun cekung tidak terdapat
pembengkakan,tidak terdapat tanda-tanda infeksi,pertumbuhan rambut rata Palpasi :
Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala
Mata:
Inspeksi : Cekung, Tidak terdapat pembengkakan pada bagian mata, konjungtiva
merah mudah,sclera putih,tidak terdpat katarak infantir
Telinga :
Inspeksi : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah, telinga kiri simetris kiri
dan kanan
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada bagian telinga

Hidung :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah mudah, tidak terdapat cairan
dalam hidung
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
Mulut :
Inspeksi : warna lidah merah muda, mukosa mulut kering
Leher :
Inspeksi : Warna leher sama dengan warna wajah, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid.
Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada simetris
Auskultasi : Bunyi napas bronkovesikuler, Bunyi jantung s1&s2 lup dup
Punggung :
Inspeksi : Bentuk tulang belakang normal
Abdomen :
Inspeksi : Warna abdomen sama dengan warna bagaian dada, kontur abdomen
sedikit cekung, tidak terdapat pembesaran hati dan limfa, tidak terdapat hernia
umbilikus
Auskultasi : Peristaltik ususk 40x/menit,
Perkusi : Bunyi timpani dan pekak pada bagian abdomen
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lambung
Ekstremitas Atas :
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkaka pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Genital dan anus
Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra, tidak ada lesi dan tidak terdapat
edema. Pada anus tidak tampak hemoroid.

2. Diagnose Keperawatan
Diagnose yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, intake inadekuat.
c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
e. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
f. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi.
g. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap
pathogen.
3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan

1. Kekurangan NOC: NIC:


Volume cairan a. Keseimbangan cairan a. Manajemen cairan
Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor status
Dengan keseimbangan cairan hidrasi (misalnya,
kehilangan didalam tubuh pasien
c. tidak membran
Monitor cairan mukosa
cairan terganggu, dengan Kriteria lembab, denyut nadi
Tindakan keperawatan:
hasil: adekuat)
1. Monitor berat badan
aktif,
1. Tekanan darah (5) 2. Jaga
2. Monitor intakeintake/asupan
dan
kegagalan
2. Denyut nadi perifer(5)
output yang akurat dan catat
mekanisme
3. Keseimbangan intake outputserum
3. Monitor nilai pasien
regulasi.
dan output dalam 24dan elektrolit
3. Monitor
urin
jam(4) makanan/cairan yang
4. Monitor
4. Berat badan stabil(5) dikonsumsi dan
serum albumin dan
5. Turgor kulit(5) hitung asupan kalori
total protein
6. Kelembaban membran harian
5. Monitor TD, nadi,
mukosa(5) 4. Kolaborasi
Keterangan: pernafasan
pemberian cairan IV
6. Monitor
(4): Sedikit terganggu kelembaban
5. Monitor status nutrisi
mukosa, turgor kulitberat badan
6. Timbang
(5): Tidak terganggu setiap hari dan
monitor status pasien
7. Monitor tanda-tanda
Vital
8. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
b. Manajemen
b. Hidrasi Hipovolemia
Setelah dilakukan tindakan Tindakan Keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor status cairan
ketersediaan air didalam termasuk intake dan
c. Status nutrisi:
tubuh pasien tidak output cairan
asupan makanan &
terganggu, dengan Kriteria 2. Pelihara IV line
cairan
hasil: 3. Monitor tingkat Hb
Setelah dilakukan tindakan
1. Turgor kulit(5) dan hematokrit
keperawatan diharapkan
2. Membran mukosa 4. Monitor tanda-tanda
jumlah makanan dan
lembab(5) vital
3. Intake cairan(5) 5. Monitor respon
4. Mata dan ubun-ubun pasien terhadap
5. Nadi cepat dan 6. Dorong pasien untuk
lemah(5): menambah intake
oral

2. Ketidakseimb NOC: NIC:


angan nutrisi: a. Status nutrisi a. Manajemen nutrisi
kurang dari Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
kebutuhan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi adanya
tubuh nutrisi pasien dapat alergi
terpenuhi, dengan Kriteria atau
hasil: intoleransi makanan
1. Asupan makanan(4) 2. Instruksikan pasien
2. Asupan cairan(5) mengenai kebutuhan
3. Rasio berat/tinggi nutrisi
badan(5) 3. Atur diet
4. Energi(4) yang diperlukan
5. Hidrasi(4) (yaitu, menyediakan
makana
protein tinggi,
menambah atau
mengurangi kalori,
menambah
atau menurangi
vitamin, mineral)
4. Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi
yang
dibutuhkan untuk
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan

1. Kekurangan NOC: NIC:


Volume cairan a. Keseimbangan cairan a. Manajemen cairan
Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor status
Dengan keseimbangan cairan hidrasi (misalnya,
kehilangan didalam tubuh pasien
c. tidak membran
Monitor cairan mukosa
cairan terganggu, dengan Kriteria lembab, denyut nadi
Tindakan keperawatan:
hasil: adekuat)
1. Monitor berat badan
aktif,
1. Tekanan darah (5) 2. Jaga
2. Monitor intakeintake/asupan
dan
kegagalan
2. Denyut nadi perifer(5)
output yang akurat dan catat
mekanisme
3. Keseimbangan intake outputserum
3. Monitor nilai pasien
regulasi.
dan output dalam 24dan elektrolit
3. Monitor
urin
jam(4) makanan/cairan yang
4. Monitor
4. Berat badan stabil(5) dikonsumsi dan
serum albumin dan
5. Turgor kulit(5) hitung asupan kalori
total protein
6. Kelembaban membran harian
5. Monitor TD, nadi,
mukosa(5) 4. Kolaborasi
Keterangan: pernafasan
pemberian cairan IV
6. Monitor
(4): Sedikit terganggu kelembaban
5. Monitor status nutrisi
mukosa, turgor kulitberat badan
6. Timbang
(5): Tidak terganggu setiap hari dan
monitor status pasien
7. Monitor tanda-tanda
Vital
8. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
b. Manajemen
b. Hidrasi Hipovolemia
Setelah dilakukan tindakan Tindakan Keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor status cairan
ketersediaan air didalam termasuk intake dan
Keterangan:
tubuh pasien tidak output cairan
(4): Sedikit menyimpang
terganggu, dengan Kriteria 2. Pelihara IV line
dari rentang normal
hasil: 3. Monitor tingkat Hb
(5): Tidak menyimpang
1. Turgor kulit(5) dan hematokrit
dari rentang normal
2. Membran mukosa 4. Monitor tanda-tanda
lembab(5) vital
3. Intake cairan(5) 5. Monitor respon
4. Mata dan ubun-ubun pasien terhadap
5. Nadi cepat dan 6. Dorong pasien untuk
lemah(5): menambah intake
oral

keperawatan diharapkan 1. Timbang pasien pada


berat badan pasien normal, jam yang sama
dengan Kriteria hasil: setiap hari
1. Berat badan(5) 2. Monitor mual dan
2. Persentil lingkar muntah
kepala (anak)(5) 3. Monitor asupan
3. Persentil berat badan kalori setiap hari
(anak)(5) 4. Instruksikan cara
meningkatkan
Keterangan: asupan kalori
(5): Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
3. Kerusakan NOC: NIC:
integritas kulit Integritas jaringan: Kulit Manajemen elektrolit/
& membran mukosa cairan
Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor kehilangan
keutuhan dan fungsi kulit cairan (misalnya,
pasien tidak terganggu, muntah, diare)
dengan Kriteria hasil: 2. Tingkatkan intake
1. Integritas kulit(5) asupan cairan per
2. Suhu kulit(5) oral
3. Elastisitas(5) 3. Pastikan bahwa
4. Hidrasi(4) larutan intravena
5. Perfusi jaringan(5) yang mengandung
elektrolit diberikan
Keterangan: dengan aliran yang
(4): Sedikit terganggu konstan dan sesuai
(5): Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC. http://www.kidshealth.org.nz/viral-
gastroenteritis-gastro http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gastroenteritis.html
http://www.patient.co.uk/health/gastroenteritis-in-children-leaflet
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gastroenteritis.html
http://www.patient.co.uk/health/gastroenteritis-in-children-leaflet
http://www.webmd.com/digestive-disorders/gastroenteritis

Anda mungkin juga menyukai