2021
1. Anatomi
Menurut Syaifuddin, ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :
1) Mulut Terdiri dari 2 bagian :
a. Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi, bibir, dan
pipi. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di
tutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir.
Levator anguli oris mengakat dan depresor anguli oris menekan ujung
mulut.
b. Pipi Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot yang
terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
c. Gigi
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya
oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring.
a. Palatum Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih
kebelakang yang terdiri dari 2 palatum.Palatum mole (palatum lunak)
terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
b. Lidah Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja
otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 9 bagian
yaitu : Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah
dan Apek Lingua +11ujung lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang
terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat putting puting
pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua merupakan selaput
lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah, jika
tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c. Kelenjar Ludah Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama
ductus wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar
ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang
rahang atas bagian tengah,kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar
sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.Di bawah
kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut
koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva).
Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar
parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid
kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar
dari glandula parotis menuju kerongga mulut melalui pipi (muskulus
buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian
belakang, duktusnya duktus 10 watoni bermuara di rongga 12 mulut
bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di dasari oleh saraf-saraf
tak sadar.
d. Otot Lidah Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis,
oshitoid dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk
anyamanbergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M
genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan
tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.
3) Faring (tekak) Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
4) Esofagus Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat
dengan kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus
melengkung ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan
masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia. 11
5) Gaster ( Lambung ) Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13 atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak
dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa,menempel di sebelah kiri fudus
uteri.
6) Intestinum minor ( usus halus ) Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter.
Lapisan usus halus terdiri dari :
a. Lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
b. Otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
1. Kontraksi pencampur (segmentasi) Kontraksi ini dirangsang oleh
peregangan usus halus yaitu.desakan kimus
2. Kontraksi Pendorong 12 Kimus didorong melalui usus halus oleh
gelombang peristaltik. Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan
oleh masuknya kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang
dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung
terutama di hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun
sepanjang dinding usus halus. Perbatasan usus halus dan kolon terdapat
katup ileosekalis yang berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus
halus. Derajat kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks
yang berasal dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di
perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula,
dan lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada
beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic
rusrf” merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus
halus dalam beberapa menit. 13 intesinum minor terdiri dari :
Duodenum ( usus 12 jari ) Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan
bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan
di sebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu
( duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
Yeyenum dan ileum Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua
perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan
ileum dengan panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum
melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar
mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang
arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke
ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang
tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium
ileoseikalis, orifisium ini di perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan
pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan 14 mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi.
Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat
memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang vili di
lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam
hormone jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam
pencernaan.
7). Intestinium Mayor ( Usus besar ) Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–
lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan
otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
6. Patifisiologi
7. Penilaian Status Gizi
Penilaian Status Gizi menurut (Ida Mardalena, 2017) dibagi menjadi dua yaitu
penilaian status gizi secara langsung dan secara tidak langsung. Penilaian status gizi
secara langsung terdiri dari :
a. Antropometri
Antropometri memiliki arti sebagai ukuran tubuh manusia. Antropometri secara
umum berfungsi untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. .Antropometri sebagai
indikator status nutrisi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.
Parameter ini disebut dengan Indeks Antropometri yang terdiri dari : berat badan
menurut umur ( BB/U) , tinggi badan menurut umur (TB/U) , berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) , lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) indeks massa
tubuh ( IMT) dan Tebal lipatan kulit.
1) Berat Badan Menurut Umur ( BB /U)
Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan yang
ada pada tubuh.Berat badan dipakai sebagai indicator yang terbaik untuk
mengetahui keadaan gizi seseorang. Pemeriksaan berat badan ada beberapa
jenis alat ukur yang umum digunakan untuk mengukur baik yang bekerja
secara manual maupun dengan system digital elektronik. Di Indonesia alat
ukur yang lazim digunakan adalat alat ukur timbangan berat badan secara
manual. Terlepas dari jenis alat yang digunakan , ada beberapa hal yang
harus diperhatikan perawat ketika melakukan pengukuran berat badan yaitu
alat dan skala ukur yang digunakan harus sama setiap kali melakukan
pengukuran, pasien tanpa menggunakan alas kaki ketika melakukan
pengukuran berat badan selain itu waktu dilakukannya pengukuran berat
badan pasien relative sama , misalnya sebelum dan sesudah makan siang.
Dalam menilai berat badan perlu mempertimbangkan tinggi badan , bentuk
rangka , proporsi lemak , otot da tulang serta bentuk dada pasien. Selain itu
perawat juga perlu mengkaji kondisi patologi dari pasien yang dapat
berpengaruh terhadap berat badan (Proverawati, 2011).
2) Tinggi Badan Menurut Umur ( TB/U )
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting.
Tinggi badan Pengukuran tinggi badan dilakukan pada pasien dengan posisi
berdiri berbaring. Demikian juga pada pasien yang tidak dapat berdiri
pengukuran dapat dilakukan dalam posisi berbaring. Tinggi badan diukur
dengan menggunakan satuan sentimeter ( cm) atau inci (Proverawati, 2011)
Tabel 1
Penggolongan Tinggi Badan dan berat badan rata - rata berdasarkan
golongan umur menurut (Nurrachmah, 2001)
Tabel 2
Perbandingan nilai nominal LLA pada pria dan wanita menurut usia
menurut (Nurrachmah, 2001)
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Mutaqqin, 2008) pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita deficit
nutrisi yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium 1)
1 Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
2 Transferin (N:170-25 mg/100 ml)
3 Hb (N: 12 mg%)
4 BUN (N:10-20 mg/100ml)
5 Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N : Laki-laki : 0,6-1,3 MG/100 ml,Wanita : 0,5
1,0 MG/ 100 ML)
b. Pengukuran antropometri :
BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
Lingkar pergelangnan tangan
Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm
Pria : 12,5 -. 16,5 cm
c. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang digunakan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti : kulit,
rambut, dan mata.
d. Diet
Makanan yang dimakan jenisnya dan porsinya.
9. Penatalaksanaan
Klien yang sakit atau lemah biasanya memiliki nafsu makan yang buruk.
Defisiensi terhadap vitamin tertentu dan mineral bisa menyebabkan anoreksia. Perawat
dapat membantu klien untuk memahami faktor-faktor yang mengurangi nafsu makan
menggunakan pendekatan kreatif untuk menstimulasi nafsu makan. Perawat dapat
menstimulasi nafsu makan klien dengan adaptasi lingkungan, berkonsultasi dengan ahli
gizi, ketentuan diet khusus dan memilih makanan, pemberian obat yang menstimulasi
nafsu makan, dan melakukan konseling klien dan keluarga. Klien menerima perawatan
pada lingkungan yang beragam. Apapun keadaan lingkungan, perawat menyediakan
lingkungan yang kondusif untuk makan. Ruangan klien harus bebas dari sisa material
suatu prosedur, bebas dari bau, dan pasien diposisikan nyaman sehingga makan lebih
menyenangkan. Selain itu, perawatan mulut juga disediakan untuk makan dan
diperlukan untuk menghilangkan rasa yang tidak menyenangkan (Potter & Perry, 2010).
Perawat berbagi tanggung jawab dengan ahli gizi untuk mengevaluasi asupan
makanan. Pengetahuan ahli gizi akan nutrisi normal dan terapi nutrisi membantu
perawat dalam merancang suatu rencana yang dapat memenuhi tujuan nutrisi klien.
Klien diberikan diet terapeutik dan suplemen diet. Diet teratur kurang lebih terdiri dari
2500 kkal dan mengandung porsi beragam kelompok makanan. Diet yang dimodifikasi
atau yang terapeutik menunjukkan kebutuhan khusus pada suatu penyakit. Komponen-
komponen yang dimodifikasi terdiri dari nutrien yang spesifik, jumlah kilokalori, tekstur
makanan, atau bumbu makanan (Potter & Perry, 2010).
Faktor psikologis
(mis. Stres,
keenganan untuk
makan)
Kondisi Klinis Terkait:
Parkinson
Mobius syndrome
Cerebral plasy
Celft lip
Celf plate
Amvotropic lateral
sclerosis
1. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu kepada rencana tindakan atau
intervensi yang telah ditetapkan atau di buat.
2. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu kepada kriteria
evaluasi.