Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KEBUTUHAN DASAR:DEFISIT NUTRISI

Nama Mahasiswa: Vilsaris Heu


Nim :213111081

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA

2021

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Defisit Nutrisi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
berat badan ataupun memiliki resiko mengalami penurunan berat badan, anoreksia
karena tidak adekuatnya asupan nutrisi atau metabolism nutrisi untuk kebutuhan
metabolik pada pasien yang menderita penyakit dengue haemorrhagic fever(Potter &
Perry, 2010).
Menurut Carpenito (2006) ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh adalah
sewaktu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau resiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau
metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik.
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidak cukupan
asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme (Aziz, 2012).
2. Anatomi dan fisiologi Nutrisi
Gambar 2.1.

1. Anatomi
Menurut Syaifuddin, ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :
1) Mulut Terdiri dari 2 bagian :
a. Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi, bibir, dan
pipi. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di
tutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir.
Levator anguli oris mengakat dan depresor anguli oris menekan ujung
mulut.
b. Pipi Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot yang
terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
c. Gigi
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya
oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring.
a. Palatum Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih
kebelakang yang terdiri dari 2 palatum.Palatum mole (palatum lunak)
terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
b. Lidah Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja
otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 9 bagian
yaitu : Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah
dan Apek Lingua +11ujung lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang
terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat putting puting
pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua merupakan selaput
lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah, jika
tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c. Kelenjar Ludah Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama
ductus wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar
ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang
rahang atas bagian tengah,kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar
sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.Di bawah
kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut
koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva).
Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar
parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid
kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar
dari glandula parotis menuju kerongga mulut melalui pipi (muskulus
buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian
belakang, duktusnya duktus 10 watoni bermuara di rongga 12 mulut
bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di dasari oleh saraf-saraf
tak sadar.
d. Otot Lidah Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis,
oshitoid dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk
anyamanbergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M
genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan
tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.
3) Faring (tekak) Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
4) Esofagus Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat
dengan kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus
melengkung ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan
masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia. 11
5) Gaster ( Lambung ) Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13 atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak
dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa,menempel di sebelah kiri fudus
uteri.
6) Intestinum minor ( usus halus ) Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter.
Lapisan usus halus terdiri dari :
a. Lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
b. Otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
1. Kontraksi pencampur (segmentasi) Kontraksi ini dirangsang oleh
peregangan usus halus yaitu.desakan kimus
2. Kontraksi Pendorong 12 Kimus didorong melalui usus halus oleh
gelombang peristaltik. Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan
oleh masuknya kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang
dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung
terutama di hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun
sepanjang dinding usus halus. Perbatasan usus halus dan kolon terdapat
katup ileosekalis yang berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus
halus. Derajat kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks
yang berasal dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di
perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula,
dan lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada
beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic
rusrf” merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus
halus dalam beberapa menit. 13 intesinum minor terdiri dari :
 Duodenum ( usus 12 jari ) Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan
bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan
di sebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu
( duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
 Yeyenum dan ileum Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua
perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan
ileum dengan panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum
melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar
mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang
arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke
ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang
tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium
ileoseikalis, orifisium ini di perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan
pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan 14 mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi.
Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat
memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang vili di
lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam
hormone jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam
pencernaan.

7). Intestinium Mayor ( Usus besar ) Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–
lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan
otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :

a. Seikum Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk


seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
b. Kolon asendens Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke
kiri, lengkungan ini di sebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon
transversum.
c. Appendiks ( usus buntu ) Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong
dari akhir seikum.
d. Kolon transversum Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai
ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
e. Kolon desendens Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum
kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
f. Kolon sigmoid Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S.Ujung bawahnya
berhubung dengan rectum.Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta
kimus dan menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada
2 macam :
1) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan
longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol
keluar menjadi seperti kantong.
2) Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar yang
mendorong feses ke arah anus.
3. Elemen – Elemen Nutrisi atau Zat Gizi
Zat gizi adalah zat yang diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan
perbaikan tubuh. Enam kelompok zat gizi tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak,
air, mineral, dan vitamin (Rosdahl & Mary, 2014).
a. Karbohidrat
Karbohidrat (CHO) tersusun atas karbon, hidrogen, dan oksigen, karbohidrat
diklasifikasikan sebagai sederhana atau kompleks, berdasarkan pada jumlah molekul
gula yang ada. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi. Karbohidrat
sederhana glukosa adalah sumber energi utama tubuh. Fungsi penting lain
karbohidrat adalah kemampuan untuk menghemat protein.
b. Protein
Protein adalah dasar semua sel dalam tubuh dan merupakan satu-satunya zat gizi
yang membentuk dan memperbaiki jaringan. Protein tersusun atas asam amino, yang
terdiri atas karbon, hirogen, oksigen, dan nitrogen. Protein menghasilkan dan
memperbaiki semua kandungan tubuh utama. Protein diperlukan untuk
pembentukan otot, jaringan ikat, kelenjar, organ, kulit, dan faktor pembekuan darah.
Protein juga membantu mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, protein darah
yang disebut albumin dan globulin membantu mempertahankan cairan intrasel dan
ekstrasel di tempatnya. Fungsi penting lain protein adalah kontribusinya terhadap
keseimbangan asam basa tubuh.
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi terkonsentrasi yang mudah disimpan
oleh tubuh. Kebanyakan lemak dalam makanan ada dalam bentuk trigliserida, yang
tersusun atas tiga asam lemak (tri-) dan satu gliserol (-gliserida). Fungsi lemak
adalah menyediakan energi. Lemak menghasilkan 9 kkal per gram lebih dari dua
kali lipat kalori karbohidrat atau protein. Lemak memberi bantalan pada organ
mayor untuk melindungi organ tersebut dari cedera dan menyekat tubuh dari suhu
yang ekstrem. Lemak berasal dari minyak hewani dan nabati. Lemak yang mudah
diidentifikasi dalam makana yang tampak berlemak, seperti daging cincang dan
mentega, dikenal sebagai lemak yang dapat terlihat. Lemak yang tersembunyi dalam
makanan dan tidak tampak berlemak, seperti keju, kuning telur, kacang, pencuci
mulut, dan daging yang dilapisi lemak, disebut lemak yang tidak terlihat.
d. Air
Sekitar 60% berat badan dewasa dan hingga 80% berat badan bayi adalah air. Air
merupakan penyusun terbesar sel. Darah didistribusikan zat gizi ke sel, air adalah
salah satu komponen esensial dalam darah. Air adalah pelarut tempat terjadinya
perubahan kimiawi penting dalam tubuh dan juga diperlukan untuk mengendalikan
suhu tubuh. Tidak ada organ tubuh yang dapat berfungsi tanpa air. Air sangat
diperlukan untuk hidup sehingga akan memberikan alat pengingat kepada manusia
semenjak lahir yaitu rasa haus yang merupakan nafsu makan terbesar kita.
e. Mineral
Mineral penting untuk pembentukan tulang dan gigi. Mineral membantu
mempertahankan tonus otot, mengatur proses tubuh, dan mempertahankan
keseimbangan asam basa. Tubuh lebih cepat mengabsorbsi beberapa mineral
dibandingkan mineral lain, dan makanan mengandung mineral dalam jumlah yang
sangat beragam. Beberapa mineral hilang ketika memasak dan beberapa mineral
lainnya hilang dari sampah tubuh.
f. Vitamin
“Vita” adalah kata lain untuk “kehidupan”. Kata “vitamin” menekankan pentingnya
vitamin bagi manusia. Viatmin terdiri atas karbon, oksigen, hidrogen, dan terkadang
nitrogen atau elemen lain. Sejumlah kecil vitamin diperlukan untuk membantu
mengatur proses tubuh, termasuk menyintesis komponen tubuh, seperti tulang dan
darah, serta mengekstraksi energi dari karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian
besar vitamin bekerja dalam bentuk koenzim yang meningkatkan kerja enzim. Tanpa
vitamin, ribuan reaksi kimia tidak dapat terjadi. Tubuh dengan beberapa
pengecualian, tidak dapat menghasilkan vitamin, dengan demikian, vitamin
merupakan komponen esensial dalam diet yang sehat.
4. Etiologi
Tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
Faktor predisposisi
Faktor pencetus dari gangguan nutrisi adalah karena berkurangnya napsu makan yang
di sebabkan oleh:
a. Rasa nyeri
b. Ansietas
c. Depresi
d. Perubahan situasi / lingkungan
e. Perbedaan makanan
f. Gangguan pemasukan makanan
g. Waktu pemberian makanan dan pemberian obat tidak tepat

5. Faktor Yang Memepengaruhi Kebutuhan Nutrisi


Menurut Hidayat (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruh kebutuhan
nutrisi, yaitu:
1. Usia
Seiring pertambahan usia maka kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak
menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin dan mineral meningkat. Hal ini
karena protein, vitamin dan mineral berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi
sel-sel tubuh dari radikal bebas (Alimul, 2015).
2. Jenis Kelamin
Pada lansia laki-laki lebih banyak memerlukan kalori, protein dan lemak. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik pada laki-laki dan
perempuan (Alimul, 2015)
3. Perawatan Mulut yang Tidak Adekuat
Perawatan mulut yang tidak adekuat berpengaruh pada kesehatan mulut yang
dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi dan berpengaruh pada sistem pencernaan.
Faktor yang menyebabkan tidak adekuatnya perawatan gigi adalah tingkat ekonomi
rendah, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya pelayanan perawatan gigi dan
mahalnya pelayanan perawatan gigi (Alimul, 2015).
4. Efek Pengobatan
Pengobatan mempengaruhi nutrisi yang berhubungan dengan absorbsi dan
ekskresi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Pengobatan menjadi faktor resiko
terjadinya gangguan sistem pencernaan dan tidak adekuatnya nutrisi yang masuk ke
dalam sistem pencernaan. Selain itu, obat yang dikonsumsi dapat mengubah nafsu
makan, rasa atau bau yang mempengaruhi nutrisi ataupun memiliki efek samping
seperti mual, muntah atau diare (Alimul, 2015).
5. Gaya hidup
Mengkonsumsi alkohol dan rokok dapat mengubah status nutrisi. Alkohol
memepengaruhi absorbsi vitamin B dan vitamin C. Sedangkan merokok dapat
mengurangi kemampuan mencium dan merasakan makanan serta turut campur
dalam absorbsi vitamin C dan asam folat (Alimul, 2015). 25
6. Faktor Psikososial
Faktor psikososial dapat mempengaruhi selera dan pola makan. Cemas dan
juga stress dapat mempengaruhi proses sistem pencernaan melalui sistem saraf
autonomi. Depresi, masalah memori dan penurunan kognitif lainnya dapat
mempengaruhi pola makan dan kemampuan dalam menyiapkan makanan (Alimul,
2015).
7. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya
Latar belakang suku, kepercayaan dan faktor budaya dapat mempengaruhi
seseorang dalam mendefinisikan, memilih, menyiapkan dan memakan makanan
serta minuman. Faktor budaya dapat mempengaruhi pola makan seseorang sehingga
hal ini memiliki hubungan dengan status kesehatan seseorang. Status ekonomi masa
lalu dan sekarang juga mempengaruhi pola makan, menurut Fatmah (2010) bahwa
terdapat hubungan erat antara kekurangan nutrisi dan pendapatan yang rendah.
Manusi dengan pendapatan yang rendah akan memikirkan dan memilih dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk makan. Bahkan, orang yang kurang
pendapatan bisa saja makan hanya sekali dalam sehari karena kebutuhan yang
kurang mencukupi. Pendidikan juga mempengaruhi status nutrisi. Biasanya
pendidikan yang rendah akan diasosiasikan dengan kekurangan nutrisi dan kurang
pelayanan kesehatan (Alimul, 2015). 26 9. Faktor Lingkungan Menurut Fatmah
(2010), banyak hambatan dalam identifikasi dalam lingkungan perawatan, pelayanan
sosial dan rumah sakit.

6. Patifisiologi
7. Penilaian Status Gizi
Penilaian Status Gizi menurut (Ida Mardalena, 2017) dibagi menjadi dua yaitu
penilaian status gizi secara langsung dan secara tidak langsung. Penilaian status gizi
secara langsung terdiri dari :
a. Antropometri
Antropometri memiliki arti sebagai ukuran tubuh manusia. Antropometri secara
umum berfungsi untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. .Antropometri sebagai
indikator status nutrisi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.
Parameter ini disebut dengan Indeks Antropometri yang terdiri dari : berat badan
menurut umur ( BB/U) , tinggi badan menurut umur (TB/U) , berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) , lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) indeks massa
tubuh ( IMT) dan Tebal lipatan kulit.
1) Berat Badan Menurut Umur ( BB /U)
Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan yang
ada pada tubuh.Berat badan dipakai sebagai indicator yang terbaik untuk
mengetahui keadaan gizi seseorang. Pemeriksaan berat badan ada beberapa
jenis alat ukur yang umum digunakan untuk mengukur baik yang bekerja
secara manual maupun dengan system digital elektronik. Di Indonesia alat
ukur yang lazim digunakan adalat alat ukur timbangan berat badan secara
manual. Terlepas dari jenis alat yang digunakan , ada beberapa hal yang
harus diperhatikan perawat ketika melakukan pengukuran berat badan yaitu
alat dan skala ukur yang digunakan harus sama setiap kali melakukan
pengukuran, pasien tanpa menggunakan alas kaki ketika melakukan
pengukuran berat badan selain itu waktu dilakukannya pengukuran berat
badan pasien relative sama , misalnya sebelum dan sesudah makan siang.
Dalam menilai berat badan perlu mempertimbangkan tinggi badan , bentuk
rangka , proporsi lemak , otot da tulang serta bentuk dada pasien. Selain itu
perawat juga perlu mengkaji kondisi patologi dari pasien yang dapat
berpengaruh terhadap berat badan (Proverawati, 2011).
2) Tinggi Badan Menurut Umur ( TB/U )
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting.
Tinggi badan Pengukuran tinggi badan dilakukan pada pasien dengan posisi
berdiri berbaring. Demikian juga pada pasien yang tidak dapat berdiri
pengukuran dapat dilakukan dalam posisi berbaring. Tinggi badan diukur
dengan menggunakan satuan sentimeter ( cm) atau inci (Proverawati, 2011)
Tabel 1
Penggolongan Tinggi Badan dan berat badan rata - rata berdasarkan
golongan umur menurut (Nurrachmah, 2001)

No Kategori Umur (Tahun) Berat (KG) Tinggi (CM)


1 Bayi 0 ,0 - 0,5 6 60
0 , 5 - 1 ,0 9 71
2 Anak-anak 1–3 13 90
4-6 20 112
9 – 10 28 132
3 Pria 11 – 14 45 157
15 - 18 66 176
19 - 24 72 177
25 - 50 79 176
51 ke atas 77 173
4 Wanita 11 – 14 46 157
15 – 18 55 163
19 - 24 58 164
25 - 50 63 163
51 ke atas 65 160
3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan ( BB/TB )
Berat Badan menurut Tinggi Badan merupakan salah satu indicator status
gizi saat ini. Kelebihannya yaitu tidak memerlukan data umur dan dapat
membedakan proporsi badan (Proverawati, 2011)
4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur ( LLA/U )
Lingkar lengan atas merupakan pengkajian umum yang dilakukan untuk
menilai status nutrisi pada pasien. Pengukuran LLA Dilakukan dengan
menggunakan sentimeter kain ( tape around) , pengukuran ini dilakukan pada
titik tengah lengan yang tidak dominan (Proverawati, 2011b)

Tabel 2
Perbandingan nilai nominal LLA pada pria dan wanita menurut usia
menurut (Nurrachmah, 2001)

Standar 100% 85% 80%


Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
15-16 25,0 24,5 21,0 20,5 20,0 19,0
16 26,0 24,5 22,0 21,0 20,5 19,5
17 27,0 25,0 23,0 21,5 21,5 20,5
Dewasa 29,5 28,5 25,5 23,5 23,5 23,0
5) Indeks Massa Tubuh ( IMT )
Indeks Massa Tubuh merupakan alat atau acara yang sederhana untuk
memantau status gizi pasien. Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
atau kelebihan berat badan.Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi. Untuk memantau indeks massa tubuh orang
dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan
(Mardalena, 2017). Untuk mengetahui nilai IMT dapat dihitung dengan
rumus berikut : Rumus IMT :

IMT = Berat badan (Kg)


[Tinggi badan (m)] 2
Tabel 3
Kategori batas ambang IMT menurut (Nurrachmah, 2001)

Kategori Ambang batas


Underweight < 18,5
Normal 18,5 – 22,9
Underweight > 23,0
At – risk 23 ,0 - 24 , 9
Obese I 25 , 0 - 29 ,9
Obese II >30,0

6) Tebal Lipatan Kulit


Pengukuran tebal lipatan lipatan kulit merupakan salah satu cara menentukan
presentasi lemak pada tubuh. Pengukuran lipatan kulit mencerminkan lemak
jaringan sub cutan , massa otot dan status kalori.Ketebalan lipatan kulit dapat
diukur pada beberapa area tubuh. Pengukuran tebal lipatan kulit pada trisep
atau tricep skinfold (TSF ) adalah area yang sering digunakan untuk
penilaian. Selain di daerah itu area scapula dan suprailiaka memperlihatkan
total lemak pada tubuh. Namun , demikian tidak jarang pada orang dewasa
persentasi jumlah lemak trisep mereka lebih tinggi dari standar normal yang
ada.(Nurrachmah, 2001).

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Mutaqqin, 2008) pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita deficit
nutrisi yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium 1)
1 Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
2 Transferin (N:170-25 mg/100 ml)
3 Hb (N: 12 mg%)
4 BUN (N:10-20 mg/100ml)
5 Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N : Laki-laki : 0,6-1,3 MG/100 ml,Wanita : 0,5
1,0 MG/ 100 ML)
b. Pengukuran antropometri :
 BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
 Lingkar pergelangnan tangan
 Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
 Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm
Pria : 12,5 -. 16,5 cm
c. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang digunakan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti : kulit,
rambut, dan mata.
d. Diet
Makanan yang dimakan jenisnya dan porsinya.

9. Penatalaksanaan
Klien yang sakit atau lemah biasanya memiliki nafsu makan yang buruk.
Defisiensi terhadap vitamin tertentu dan mineral bisa menyebabkan anoreksia. Perawat
dapat membantu klien untuk memahami faktor-faktor yang mengurangi nafsu makan
menggunakan pendekatan kreatif untuk menstimulasi nafsu makan. Perawat dapat
menstimulasi nafsu makan klien dengan adaptasi lingkungan, berkonsultasi dengan ahli
gizi, ketentuan diet khusus dan memilih makanan, pemberian obat yang menstimulasi
nafsu makan, dan melakukan konseling klien dan keluarga. Klien menerima perawatan
pada lingkungan yang beragam. Apapun keadaan lingkungan, perawat menyediakan
lingkungan yang kondusif untuk makan. Ruangan klien harus bebas dari sisa material
suatu prosedur, bebas dari bau, dan pasien diposisikan nyaman sehingga makan lebih
menyenangkan. Selain itu, perawatan mulut juga disediakan untuk makan dan
diperlukan untuk menghilangkan rasa yang tidak menyenangkan (Potter & Perry, 2010).
Perawat berbagi tanggung jawab dengan ahli gizi untuk mengevaluasi asupan
makanan. Pengetahuan ahli gizi akan nutrisi normal dan terapi nutrisi membantu
perawat dalam merancang suatu rencana yang dapat memenuhi tujuan nutrisi klien.
Klien diberikan diet terapeutik dan suplemen diet. Diet teratur kurang lebih terdiri dari
2500 kkal dan mengandung porsi beragam kelompok makanan. Diet yang dimodifikasi
atau yang terapeutik menunjukkan kebutuhan khusus pada suatu penyakit. Komponen-
komponen yang dimodifikasi terdiri dari nutrien yang spesifik, jumlah kilokalori, tekstur
makanan, atau bumbu makanan (Potter & Perry, 2010).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI


1. Pengkajian
a) Identitas: Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan,status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama: Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan
ditemukan asupan nutrisi tidak cukup, nyeri ulu hati, mual muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang: Riwayat penyakit sekarang merupakan
pengalaman klien saat ini yang membentuk suatu kronologi dari
terjadinya etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu: Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM
atau penyakit-penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasadigunakan oleh penderita
 Alergi
 Imunisasi
 Kebiasaan/Pola hidup
4) Riwayat penyakit keluarga: Riwayat keluarga merupakan penyekit yang
pernah dialami atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama
dengan keluhan klien ataupun penyakit lain. Dari genogram keluarga
biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama.
c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif, tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu2)
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
a. Kepala: Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan
kasar,penampilan, depigmentasi.
b. Muka/ Wajah: Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap
dipipi dan di bawah mata, Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar
hidung dan mulut.
c. Mata: Apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
d. Telinga: Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-
tandaadanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakangtelinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen
telingaberkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang
berdenging,adakah gangguan pendengaran.
e. Hidung: Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri
tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,
jumlahnya?
f. Mulut: Lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
g. Tenggorokan: Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah
tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat?
h. Leher: Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid?
Adakahpembesaran vena jugularis?
i. Thorax: Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana
gerakpernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah
retraksiIntercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan?
Adakahsesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
j. Jantung: Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
k. Abdomen: Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot
padaabdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah
tandameteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?(
l. Kulit: Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya? Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka,kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar
stoma, kemerahan padakulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
m. Ekstremitas: Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak,
penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas?
n. Genetalia: Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?
Apakah ada kesulitan untuk berkemih?.
o. Data fokus yang perlu dikajia:
Pola tidur & istirahat: pada pasien degan gangguan kebutuhan
istirahat tidur pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas
tidur meliputi durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur.
Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium Untuk
mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat
dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap:
 Pola tidur penderita
 Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
 Tingkatan stres psikis
 Riwayat medis
 Aktivitas fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Defisit nutrisi yang di sebabkan oleh:
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Faktor ekonomi ( mis. Finansial tidak mencukupi )
5. Faktor psikologis ( mis. Stres, keenganan untuk makan )
3. Itervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Defisit nutrisi (D.0019) SLKI SIKI:
Definisi: Asupan nutrisi Status Nutrisi (L.06053) Manajemen Nutrisi (I.03119)
tidak cukup untuk Kriteria Hasil: Tindakan
memenuhi metabolisme.  Porsi makan yang Observasi:
Gejala dan tanda Mayor: dihabiskan meningkat 1. Identifikasi status nutrisi
 Berat badan (5) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
menurun minimal  Kekuatan otot menelan makanan
10% dibawah meningkat (5) 3. Identifikasi makanan yang disukai
rentan ideal.  Verbalisasi keinginan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
Gejala dan tanda Minor: untuk meningkatkan jenis nutrien
 Kram/nyeri nutrisi meningkat (5) 5. Monitor asupan makanan
abdomen  Penetahuan tentang 6. Monitor berat badan
 Bising usus pilihan makanan yang Terpeutik:
hiperaktif sehat meningkat (5) 1. Lakukan oran hygiene sebelum
 Otot menelan  Nyeri abdomen makan, jika perlu
lemah menurun (5) 2. Sajikan makanan secara menarik dan
 Membran mukosa  Berat badan meningkat sushu yang sesuai
pucat membaik (5) 3. Berikan makanan tinggi serat untuk
Penyebab: mencegah konstipasi
 Indeks masa tubuh
 Ketidakmampuan 4. Berikan makanan tinggi kalori dan
(IMT) membaik (5)
tinngi protein
menelan makanan  Napsu makan membaik
5. Berikan suplemen makanan, jika
(5)
 Ketidakmampuan perlu
 Bising usus membaik
mencerna makanan Edukasi:
(5)
1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
 Ketidakmampuan  Membran mukosa
Kilaborasi:
membaik (5)
mengabsorbsi 1. Kolaborasi pemebrian medikasi
nutrien sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Faktor ekonomi 2. Kolaborasi dengan akhli gizi untuk
(mis. Finansial tidak menentukan jumlah kalori dan jenis
mencukupi) yang dibutuhkan, jika perlu

 Faktor psikologis
(mis. Stres,
keenganan untuk
makan)
Kondisi Klinis Terkait:
 Parkinson
 Mobius syndrome
 Cerebral plasy
 Celft lip
 Celf plate
 Amvotropic lateral
sclerosis

1. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu kepada rencana tindakan atau
intervensi yang telah ditetapkan atau di buat.
2. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu kepada kriteria
evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai