BAB I
PENDAHULUAN
SISTEM PENCERNAAN
A. Latar Belakang
Dengan mempelajari sistem pencernaan, kita dapat memahami keterkaitan
yang terjadi pada sistem pencernaan makanan, sehingga dapat mengetahui sistem
pencernaan pada manusia.Selain itu kita juga diharapkan dapat berusaha menjaga
kesehatan pada organ pencernaan serta dapat mencegah gangguan atau penyakit
yang mungkin timbul pada organ itu.
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:
menerima makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang
disebut pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah, membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organorgan yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ yang
berkaitan.Saluran pencernaan adalah sebuah tabung berlekuk melintang sepanjang
sekitar 7 m, tempat lewat makanan saat makanan terurai.Jalur pencernaan terdiri
dari mulut, kerongkongan (pharynx), oesophagus, lambung, usus-halus dan ususbesar, rektum, serta anus.Organ pencernaan yang terkait, mencakup tiga pasang
kelenjar ludah, hati, pankreas, serta empedu.Saluran pencernaan yang terletak di
bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal.
B.Fungsi sistem pencernaan
a. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
b. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.
Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan).
c. Peristalsis adalah gelombang kontaksi otot polos involunter yang menggerakkan
makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
d. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorpsi dapat berlangsung.
e. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernan dari lumen saluran pencernaan
ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
f. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga
bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan
peningkatan keseluruhan aktivitas. Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan
pencernaan.
2) Impuls simpatis yang dibawa medula spinalis dalam saraf splanknik, menghambat
kontraksi otot polos saluran, mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan
pencernaan.
3) Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut raganglionik
parasimpatis.Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokal dan
aktivitas sekretori saluran.
D.Pergerakan saluran Cerna
1.Mulut / Oris
Proses pencernaan dimulai dari mulut. Rongga vestibulum (bukal) terletak di
antara gigi dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi
gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di
bagian bawah dan orofaring di bagian belakang
Di dalam rongga mulut terdiri dari :
a) Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (elveoli) pada mandibula dan maksila.Setiap
lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian
atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan
menutup (overlap) gigi bawah.
Gigi, ada 2 (dua) macam yaitu;
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap pada umur
2 tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri
(dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham
(premolare).
Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens insisiws),
b) Lidah
Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian;
Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis
yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu kita menelan makanan,
supaya makanan jangan masuk ke jalan napas.
Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf
pengecap.
Ujung lidah (Apeks lingua)
Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengcepa
dan menelan, serta merasakan makanan.
Otot lidah; otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah, (M. Mandibularis,
os Hioid dan prosesus stiloid) menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman
bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M. Genioglossus
merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam
yang menyebar sampai ke radiks lingua.
c)
Kelenjar ludah
Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:
Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid,
kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari
glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator).
Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya
bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua.
Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga mulut
bermuara di dasar rongga mulut.Kelenjar ludah disarafi oleh saraf-saraf tersadar.
2.
Faring
1) Fase volunter
Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke
arah orofaring.
2) Fase faring
Bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim impuls
ke pusat menelan dalam medula dan batang otak bagian bawah.Refleks yang
terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga makanan bisa
masuk.
3) Fase esofagus
Sfingter esofagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah
esofagus dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan
gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam
lambung.Sfingter kemudian berkontriksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi
lambung ke dalam esofagus
3.
Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya
25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.Lapisan
dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa,
lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal.
Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang
Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung setelah
melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dengan lambung.
Esofagus dibagi mejadi tiga bagian;
Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pilorus.
Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari ostium kardiak
sampai ke pilorus.
Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minorterbentang dari sisi kiri
osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus
inferior.Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvantura mayor
sampai ke limpa.
Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk
ke lambung.Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
b)
1)
5.
Pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah
panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum samapai ke limpa
dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebralumbalis I dan II di
belakang lambung. Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum
a) Bagian dari pankreas
Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam
lelukan duodenum yang melingkarnya.
Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di belakang
lambung dan di depan vertebra umbalis pertama.
Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenamnya menyentuh
limpa.
b) Fungsi pankreas
Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.
Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel itu dikumpulkan dan
menyerupai pulau-pulau yang disebut pulau langerhans.Pulau-pulau ini membuat
insulin yang langsung masuk ke pembuluh darah dan kelenjar bagian tubuh.
Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang membuat ludah perut atau getah
perut yang mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh kelenjar.Pembuluh ini bersatu
ke dalam saluran wirsungi kemudian masuk ke dalam duodenum pada tempat
papilla/arteri kelenjar perut menghasilkan 1 liter ludah perut dalam satu hari.
6.
Kantung Empedu
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot, letaknya
dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 812 cm berisi 60 cm
Kantung empedu (berwarna hijau) dalam sistem pencernaan manusia
a)
Leher kantung kemih.Merupakan leher dari kantung empedu yaitu saluran yang
pertama masuknya getah empedu ke badan kantung empedu lalu menjadi pekat
berkumpul dalam kantung empedu.
Duktus sistikus.Panjangnya 3 cm berjalan dari leher kantung empedu dan
bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum.
Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.
7.
Hati
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut
sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma.
Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa
yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh
hati disebut proses detoksifikasi.
8.
a)
Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya
25
cm,
berbentuk
sepatu
kuda,
dan
kepalanya
mengelilingi
kepala
a)
Usus Buntu
Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks vermiformis. Pada awalnya
organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak memiliki fungsi, tetati saat
ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara
aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana
memiliki/berisi kelenjar limfoid.
11.
Umbai Cacing
Umbai cacing adalah organ tambahan pada usus buntu.Umbai cacing terbentuk
dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran 10
cm tetapi bisa bervariasi 2 sampai 20 cm.walaupun lokasi apendiks selalu tetap,
lokasi umbai cacing bisa berbeda-beda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.
12.
Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan
kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi.
13.
Anus
rectum.Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang yang
keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika
pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap minggu
Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan
keluarga dan riwayat psikososial.
B. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat dari
pasien.Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi.Pasien
ditempatkan pada posisi supine.Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat
dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang
peristaltik.Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah
terjadi perubahan motilitasi usus.Karakter, lokasi dan frekwensi usus dicatat,
timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk
mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regio-regio
untuk menggamban abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan
kwadran kiri bawah)
Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring
Inspeksi warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus
Kemampuan membuka dan menutup mulut
Isspeksi lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa
Keadaan gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi atau tanda-tanda
Perdarahan
Auskultasi
Bising usus bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap kwdran
abdomen, bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit
Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus
paralitik
Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro
enteritis, obstruksiusus
Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)
Perkusi
Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen
Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen
Dilakukan disemua kwadran
Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpa
Palpasi
Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyeri
Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam dilakukan
penekanan sedalam 4 cm
Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran
kwadran-kwadran abdomen
Kwadran kanan atas :
Sebagian besar hati
Kandung empedu
Duodenum
Bagian kepala pancreas
Fleksur hepatikus colon
Sebagian kolon asenden dan tranversum
>Kwadran kiri atas :
Lobus kiri hati
Lambung
Lien
Badan dan ekor pancreas
Pleksur splenikus colon
Sebagian kolon tranversum dan asenden
. Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau
melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan
barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi
kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus).Gambaran ini seringkali
direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium,
sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak
berkontraksi secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium
bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan
fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur
tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah
kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau
tidak.
4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan
melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan
karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk
menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
2. Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui
hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya
prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke
lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa
keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui
racunnya.Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan
yang bisa didapat.
Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa
secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur
diatas tidak menimbulkan nyeri.
3. Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung
serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar
dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan
fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk
mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan
jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah
yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang
abnormal.Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan
menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises
kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan
terlebih dahulu selama beberapa jam.Makanan di dalam lambung bisa menghalangi
4. Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat
pusar.Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga
perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
5. Rontgen
1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto
rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari
berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan
larutan antiseptik dan dibius lokal.Melalui kulit dan otot dinding perut,
dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut
dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96
liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
7. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organorgan dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan
pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran
pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab
perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki
resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan
gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut.
Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau
direkam dalam filem video.
8. Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan
maupun kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah
segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah
penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk
awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja .Contoh ini
diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah
ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.
Latar Belakang
teknik diagnosis yang baru USG, maka banyak penderita batu kandung empedu
yang ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya
komplikasi. Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya
tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan moralitas. Batu kandung
empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat
duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita
batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau
samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).
A.
Pengertian :
Kolelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur
padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan
dewasa muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40
tahun, semakin meningkat pada usia 75 tahun.
KOLELITIASIS
Infeksi pada kandung empedu ada yang akut dan kronis. Kolesistitis akut
biasanya disertai nyeri tekan dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas,
mual muntah dan tanda tanda yang umum dijumpai pada inflamasi akut.
Kolesistitis kalkulus terdapat pada > 90% pasien kolesistitis akut. Pada
kolesistitis kalkulus , batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu.
Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu akan menimbulkan
reaksi kimia, edema dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan terkompresi
sehingga suplai vaskulernya terganggu.
Patofisiologi :
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu: batu yang terutama tersusun dari
pigmen dan tersusun dari kolesterol
Batu pigmen : akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam empedu
mengalami presipitasi / pengendapan, sehingga terjadi batu. Risiko terbentuknya
batu semacam ini semakin besar pada pasien serosis, hemolisis dan infeksi
percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan
jalan operasi.
Batu kolesterol : merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak
larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfo
lipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan
terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam
hati, mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari
getah empedu mengendap membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh
kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berperan
sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung empedu 4 X
lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada wanita berusia > 40 tahun,
multipara, obesitas. Penderita batu empedu meningkat pada pengguna kontrasepsi
pil, estrogen dan klofibrat yang diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier.
Insiden pembentukan batu meningkat bersamaan dengan penambahan umur,
karena bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam
empedu juga meningkat akibat mal absorbsi garam-garam empedu pada pasien
dengan penyakit gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM.
C.
Manifestasi Klinik
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh, distensi
abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi
makanan berlemak / yang digoreng.
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
1.
Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,
kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas, teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik
bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung
atau bahu kanan , rasa nyeri disertai mual dan muntah akan bertambah hebat dalam
waktu beberapa jam sesudah makan dalam porsi besar. Pasien akan gelisah dan
membalik-balikkan badan, merasa tidak nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi
persisten. Seorang kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung
empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran
oleh batu. Dalam keadaan distensi bagian fundus kandung empedu akan
menyentuh dinding adomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh
bagian kanan, sehingga menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran
kanan atas ketika inspirasi dalam.
2.
3.
Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat
karena ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
4.
D.
Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
Kolesterol.
6.
Lisolesitin.
7.
E.
Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
USG: dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledokus
yang mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
3.
CT Scan Abdomen :
4.
MRI.
5.
Sinar X abdomen
6.
7.
Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG meragukan.
F.
Penatalaksanaan
1.
a.
b.
Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim, daging
babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.
c.
d.
e.
pecahannya akan bergerak perlahan secara spontan dari kandung empedu atau
duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan pelarut
atau asam empedu peroral.
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut. Sebuah
drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat
luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu
kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm,
bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus
Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan,
muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.
b.
Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai 48
jam pertama.
c.
Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan sekitarnya
d.
e.
G.
1.
2.
3.
4.
5.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (obstruksi, proses pembedahan)
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlbihan (mual, muntah, drainase selang yang berlebihan)
3. Ketidakseimbangan nutrisi behubungan dengan keditakmampuan untuk ingesti dan
absorbsi makanan
INTERVENSI
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1 Nyeri
akut meminimalkan a. Observasi dan catat
berhubungan
/menghilangka lokasi, beratnya (skala
dengan
agen n nyeri
0-10) dan karakter
injuri
fisik
nyeri (menetep, kolik,
(obstruksi,
hilang timbul)
proses
pembedahan)
Rasional
membantu
membedakan
penyebaab
nyeri
dan
memberikan
informasi tentang
kemajuan/perbaikan
penyakit, terjadinya
komplikasi
dan
keefektifan
b.
Catat
respon intervensi:
terhadap obat, dan
laporkan
kepada nyeri berat yang
dokter
jika
nyeri tidak hilang dengan
hilang
suhu
Resiko defisit
volume cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan
yang
berlbihan
(mual, muntah,
drainase selang
yang
berlebihan)
meningkatkan
homeostatis
dan memenuhi
kebutuhan
cairan
a. Perhatikan masukan
dan haluaran akurat,
pertahankan haluaran
kuran dari masukan,
peningkatan
berat
jenis
urine.
Kaji
memberan
mukosa/kulit,
nadi
perifer, dan pengisian
kapiler.
memberikan
informasi tentang
status
cairan/volume
sirkulasi
dan
kebutuhan
penggantian.
b. Awasi tanda/gejala
peningkatan/berlanjut
nya
mual/muntah,
kram
abdomen,
kelemahan
kejang,
kejang
ringan,
kecepatan
denyut
jantung tak teratur,
parestesia, hipoaktif
atau tak adanya bising
usus,
depresi
pernapasan
muntah
berkepanjangan,
aspirasi gaster, dan
pembatasan
pemasukan
oral
dapat menimbulkan
defisit
natrium,
kalium, dan klorida.
menurunkan
rangsangan
pada
c. Hindarkan dari
lingkungan
yang
berbau
pusat muntah
menurunkan
kekeringan
memberan mukosa,
d. Lakukan kebersihan menurunkan resiko
oral dengan pencuci perdarahan oral
mulut; berikan minyak
menurunkan
trauma,
resiko
e. Gunakan jarum perdarahan/pembent
kecil untuk injeksi dan ukan hematoma.
melakukan
tekanan
pada bekas suntikan
lebih
lama
dari protrombin darah
biasanya
menurun dan waktu
koagulasi
f. Kaji perdarahan memanjang bila
yang tidak biasanya, aliran empedu
contoh
perdarahan terhambat,
terus menerus pada meningkatkan
sisi injeksi, mimisan, resiko
perdarahan
gusi, perdarahan/hemora
ekimosis,
petekie, gi.
hematemesis/melena.
menurunkan
g. Pertahankan pasien seksresi
dan
puasa sesuai keperluan motalitas gaster
h. Masukkan selang memberikan
NG, hubungkan ke istirahat
penghisap
dan traktus GI
pertahankan patensi
sesuai indikasi
3
Ketidakseimba memenuhu
ngan
nutrisi kebutuhan
behubungan
nutrisi
pada
a.
Kaji
distensi tanda
nonverbal
abdomen,
bertahak, ketidaknymanan
berhati-hati
berhubungan
dengan
keditakmampua
n untuk ingesti
dan
absorbsi
makanan
dengan gangguan
pencernaan, nyeri
gas.
b. Perkirakan/hitung
pemasukan
kalori.
Jaga komentar tentang
napsu makan sampai
minimal.
c. Timbang
indikasi
sesuai
d. Konsul tentang
kesukaan/ketidaksuka
an pasien, makanan
yang
menyebabkan
distress, dan jadwal
makan yang disukai.
mengidentifikasi
kekurangan/kebutuh
an nutrisi. Berfokus
pada
masalah
membuat suasana
negatif
dan
mempengaruhi
masukan.
mengawasi
keefektifan rencana
diet
melibatkan pasien
dalam pencernaan,
memampukan
pasien memiliki
rasa control dan
mendorong untuk
makan
.
e. Berikan suasana
menyenangkan pada
saat makan, hilangkan untuk meningkatkan
napu
rangsangan berbau.
makan/menurunkan
f. Berikan kebersihan mual
oral sebelum makan
mulut yang bersih
meningkatkan
g.
Tawarkan napsu makan
minuman seduhan saat
makan, bila toleran
dapat mengurangi
mual dan
menghilangkan gas.
Catatan: mungkin
dikontraindiksikan
bila menyebabkan
h.
Ambulasi
dan pembentukan
tingkatkan
aktivitas gas/ketiknyamanan
sesuai toleransi
gaster
membantu
dalam
mengeluarkan
flatus, menurunkan
distensi abdomen.
Mempengaruhi
penyembuhan dan
rasa
sehat
dan
menurunkan
kemungkinan
masalah sekunder
sehubungan dengan
imobilisasi (contoh
pneumonia,
tromboflebitis).
IMPLEMENTASI
no No
Implementasi
Evaluasi Tindakan
Diagnosa
a.Mengobservasi
dan Dapat membedakan
catat lokasi, beratnya penyebab nyeri
(skala 0-10) dan karakter
nyeri (menetep, kolik,
hilang timbul)
b. Mencatat
respon Nyeri berat belum hilang
terhadap
obat,
dan
laporkan kepada dokter
jika nyeri hilang
Pasien merasa nyaman
c. Meningkatkan tirah dengan posisi semi
baring, biarkan pasien powler
melakukan posisi yang
nyaman
Sensasi gatal pada kulit
Paraf
a.
Memperhatikan Mengetahui informasi
masukan dan haluaran tentang volume cairan
akurat,
pertahankan pasien
haluaran kuran dari
masukan, peningkatan
berat jenis urine. Kaji
memberan mukosa/kulit,
nadi
perifer,
dan
pengisian kapiler.
defisit natrium, kalium,
b.
Mengawasi dan
klorida
pasien
tanda/gejala
bertambah
peningkatan/berlanjutny
a mual/muntah, kram
abdomen,
kelemahan
kejang, kejang ringan,
kecepatan
denyut
jantung
tak
teratur,
parestesia, hipoaktif atau
tak adanya bising usus,
Muntah
pasien
depresi pernapasan
berkurang
c. Menghindarkan dari
lingkungan yang berbau
kekeringan memberan
dan
resiko
d. Melakukan kebersihan mukosa
oral dengan pencuci perdarahan oral pada
pasien dapat menurun
mulut; berikan minyak
trauma,
resiko
e. Menggunakan jarum perdarahan/pembentuka
kecil untuk injeksi dan n hematoma pada pasien
melakukan tekanan pada tidak terlihat
bekas suntikan lebih
lama dari biasanya
f. Mengkaji perdarahan protrombin darah
yang tidak biasanya, menurun.
contoh perdarahan terus
menerus
pada
sisi
injeksi,
mimisan,
perdarahan
gusi,
ekimosis,
petekie,
hematemesis/melena.
g.
Mempertahankan seksresi dan motalitas
pasien puasa sesuai gaster menurun
keperluan
h. Memasukkan selang traktus
GI
NG,
hubungkan
ke beristirahat
penghisap
dan
pertahankan
patensi
sesuai indikasi
dapat
sesuai
Rencana diet pasien
lebih efektif
d.
Konsul
tentang
kesukaan/ketidaksukaan Nafsu makan pasien
pasien, makanan yang bertambah
menyebabkan distress,
EVALUASI
Pukul
No Diagnosa
Evaluasi
1
S : Pasien
mengatakan nyeri
yang di rasakan
berkurang
O : Wajah pasien
terlihat lebih tenang
A : Masalah teratasi
sebagian
P :n dilanjutkan
dengan intervensi
1. Kaji ulang skala
nyeri
Paraf
2. Penuhi kebutuhan
nutrisi
3. Berikan posisi semi
poeler
2
S :pasien
mengatakan rasa
mual sudah tidak di
alami lagi
O:
A : masalah teratasi
P : intervensi di
hentikan
S : pasien
mengatakan nafsu
makan sudah mulai
bertambah
O : pasien sudah mau
makan
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saluran pencernaan adalah sebuah tabung berlekuk melintang sepanjang
sekitar 7 m, tempat lewat makanan saat makanan terurai.
Fungsi sistem pencernaan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/yudhasetya01/kolelitiasiskolestasiskolesistitis
http://rianurse.blogspot.com/2012/06/askep-gi-kolelitiasis.html
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/kolelitiasis-_951000103304
http://perawatsoppeng.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-kolelitiasis.html
http://medlinux.blogspot.com/2008/12/kolelitiasis.html
http://apakataloeajah.blogspot.com/2011/01/askep-kolelitiasis.html
Pengkajian kep krtis,edisi 2,laura atalbot,rnbsn,ccrn
(http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).
(http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).
saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pencernaan),
http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).