Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH SISTEM PENCERNAAN DAN KOLELITIS

Disusun oleh :M.RAHMANDA

BAB I
PENDAHULUAN
SISTEM PENCERNAAN
A. Latar Belakang
Dengan mempelajari sistem pencernaan, kita dapat memahami keterkaitan
yang terjadi pada sistem pencernaan makanan, sehingga dapat mengetahui sistem
pencernaan pada manusia.Selain itu kita juga diharapkan dapat berusaha menjaga
kesehatan pada organ pencernaan serta dapat mencegah gangguan atau penyakit
yang mungkin timbul pada organ itu.
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:
menerima makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang
disebut pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah, membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organorgan yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu

Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia

terjadi di sepanjang dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran


makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses
penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses
pengeluaran sisa - sisa makanan. melalui anus.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ yang
berkaitan.Saluran pencernaan adalah sebuah tabung berlekuk melintang sepanjang
sekitar 7 m, tempat lewat makanan saat makanan terurai.Jalur pencernaan terdiri
dari mulut, kerongkongan (pharynx), oesophagus, lambung, usus-halus dan ususbesar, rektum, serta anus.Organ pencernaan yang terkait, mencakup tiga pasang
kelenjar ludah, hati, pankreas, serta empedu.Saluran pencernaan yang terletak di
bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal.
B.Fungsi sistem pencernaan
a. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
b. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.
Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan).
c. Peristalsis adalah gelombang kontaksi otot polos involunter yang menggerakkan
makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
d. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorpsi dapat berlangsung.
e. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernan dari lumen saluran pencernaan
ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
f. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga
bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan

C.Gambaran garis besar saluran pencernaan


a. Dinding saluran
Tersusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah luar.
Komponen lapisan pada setiap regia bervariasi sesuai fungsi regia.
1) Mukosa
Membran mukosa terdiri dari tiga lapisan :

a) Epitelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi dan absorpsi. Di


bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelum skuamosa
bertingkat tidak terkeranisasi untuk perlindungan. Lapisan ini terdiri dari epitelium
kolumnar sampel dengan sel goblet di area tersebut yang dikhususkan untuk
sekresi dan absorpsi.
b) Lamina propria adalah jaringan ikat areolat yang menopang epitelium. Lamina ini
mengandung pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe dan beberapa jenis kelenjar.
c) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot
polos longitudinal luar.
2) Submukosa
Terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfatik, beberapa kelenjar submukosal dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel
ganglion yang disebut pleksus Meissner (Pleksus submukosal).Submukosa
mengikat mukosa ke muskularis eksterna.
3) Muskularis eksterna
Terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan
longitudinal luar.Kontraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan
kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar saluran. Kontraksi
ini mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakkan isi saluran ke arah
depan.
4) Serosa (adventisia).
Lapisan ke empat dan paling luar juga disebut peritoneum viseral. Lapisan ini
terdiri dari membran serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epitelium
skuamosa simpel.
b. Peritoneum, mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membran serosa
terlebar dalam tubuh.
1) Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis
2) Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum
parietal oleh berbagai lipatan.
3) Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara viseral dan peritoneum parietal.
4) Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang
merefleks balik dari peritoneum viseral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat
organ-organ abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke dinding abdominal
belakang. Pembuluh darah, limfatik dan saraf terletak dalam lipatan peritoneal.
c. Kendali saraf pada saluran pencernaan
Susunan saraf otonom menginervasi keseluruhan saluran pencernaan, kecuali
ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara volunter.
1) Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X), mengeluarkan
efek stimulasi konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk

peningkatan keseluruhan aktivitas. Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan
pencernaan.
2) Impuls simpatis yang dibawa medula spinalis dalam saraf splanknik, menghambat
kontraksi otot polos saluran, mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan
pencernaan.
3) Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut raganglionik
parasimpatis.Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokal dan
aktivitas sekretori saluran.
D.Pergerakan saluran Cerna
1.Mulut / Oris
Proses pencernaan dimulai dari mulut. Rongga vestibulum (bukal) terletak di
antara gigi dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi
gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di
bagian bawah dan orofaring di bagian belakang
Di dalam rongga mulut terdiri dari :
a) Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (elveoli) pada mandibula dan maksila.Setiap
lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian
atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan
menutup (overlap) gigi bawah.
Gigi, ada 2 (dua) macam yaitu;
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap pada umur
2 tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri
(dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham
(premolare).
Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens insisiws),

4 buah gigi taring (dens kaninus), 8

buah gigi geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare).


Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring gunannya
untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi geraham gunannya untuk
mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.

b) Lidah
Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian;
Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis
yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu kita menelan makanan,
supaya makanan jangan masuk ke jalan napas.
Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf
pengecap.
Ujung lidah (Apeks lingua)
Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengcepa
dan menelan, serta merasakan makanan.
Otot lidah; otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah, (M. Mandibularis,
os Hioid dan prosesus stiloid) menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman
bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M. Genioglossus
merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam
yang menyebar sampai ke radiks lingua.
c)

Kelenjar ludah
Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:

Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid,
kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari
glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator).
Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya
bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua.
Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga mulut
bermuara di dasar rongga mulut.Kelenjar ludah disarafi oleh saraf-saraf tersadar.
2.

Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan


(osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi.
Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan
lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Bagian superior disebut nasofaring, Pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar
lidah bagian inferior.
Proses menelan (deglutisi) menggerakkan makanan dari faring menuju esofagus.
Aksi penelanan meliputi tiga fase :

1) Fase volunter

Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke
arah orofaring.

2) Fase faring

Bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim impuls
ke pusat menelan dalam medula dan batang otak bagian bawah.Refleks yang
terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga makanan bisa
masuk.

3) Fase esofagus

Sfingter esofagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah
esofagus dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan
gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam
lambung.Sfingter kemudian berkontriksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi
lambung ke dalam esofagus

3.

Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya
25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.Lapisan
dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa,
lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal.
Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang
Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung setelah
melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dengan lambung.
Esofagus dibagi mejadi tiga bagian;

Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)


Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
. Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke
lambung.
4.
Gaster / Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan
dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diapragma didepan
pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
a)

Bagian lambung terdiri dari;

Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.

Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pilorus.
Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari ostium kardiak
sampai ke pilorus.
Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minorterbentang dari sisi kiri
osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus
inferior.Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvantura mayor
sampai ke limpa.
Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk
ke lambung.Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
b)

Fungsi lambung terdiri dari;

1)

Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh


peristaltik lambung dan getah lambung

2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:


Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan, sebagai anti septik dan
desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi
pepsin.
Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
kasinogen (kasinogen dan protein susu).
Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak yang merangsang sekresi
getah lambung.
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi beberapa fase menurut Price,
Syvia, A, et al, 1995, yaitu :

1) Fase sefalik, yang dimulai bahkan sebelum makanan masuk kelambung,


yaitu sebagai akibat melihat, mencium memikirkan atau mengecap makanan.

Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks


serebri.

2) Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi


pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptorreseptor pada dinding lambung. Impuls-impuls ini merangsang pelepasan
hormone gastrin dan secara lanmgsung juga merangsang kelenjar-kelenjar
lambung. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh Ph alkali, garam empedu di
antrum dan terrutama oleh protein makanan dan alcohol. Gastrin adalah
stimulasi utama sekresi asam hidroklorida.

3) Fase intestinal, dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum.


Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya
merangsang gastrin usus, suatu hormone yang menyebabkan lambung terus
menerus mensekresikan cairan langsung.

5.
Pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah
panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum samapai ke limpa
dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebralumbalis I dan II di
belakang lambung. Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum
a) Bagian dari pankreas
Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam
lelukan duodenum yang melingkarnya.
Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di belakang
lambung dan di depan vertebra umbalis pertama.
Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenamnya menyentuh
limpa.
b) Fungsi pankreas
Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.

Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk pulau-pulau


kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang
mensekresikan insulin.
Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke duodenum
yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.
Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau
lanngerhans sendiri yang langsung dialirkan ke dalam peredaraan darah.Sekresinya
disebut hormon insulin dan hormon glukagon, hormon tersebut dibawa ke jaringan
untuk membantu metabolisme karbohidrat.
c) Hasil sekresi
Hormon insulin, hormon insulin ini langsung dialirkan ke dalam darah tanpa
melewati duktus.Sel-sel kelenjar yang menghasilkan insulin ini termasuk sel-sel
kelenjar endokrin.
Getah pankreas, sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini termasuk kelenjar
eksokrin, getah pankreas ini dikirim ke dalam duodenum melalui duktus
pankreatikus, duktus ini bermuara pada papila vateri yang terletak pada dinding
duodenum.
Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika dan mengalirkan darahnya ke
vena kava inteferior melalui vena pankreatika.
Jaringan pankreas terdiri dari atas lobulus dari sel sekretori yang tersusun mengitati
saluran-saluran kecil dari lobulus yang terletak di dalam ekor pankreas dan
berjalan melalui badan pankreas dari kiri ke kanan.
Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan kemudian bersatu untuk
membentuk saluran utama yaitu duktus wirsungi.
d) Struktur pankreas
Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran, saluran
dari masing-masing kelenjar bersatu menjadi duktus yang jari-jarinya 3 mm,
duktus ini disebut duktus pankreatikus.

Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel itu dikumpulkan dan
menyerupai pulau-pulau yang disebut pulau langerhans.Pulau-pulau ini membuat
insulin yang langsung masuk ke pembuluh darah dan kelenjar bagian tubuh.
Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang membuat ludah perut atau getah
perut yang mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh kelenjar.Pembuluh ini bersatu
ke dalam saluran wirsungi kemudian masuk ke dalam duodenum pada tempat
papilla/arteri kelenjar perut menghasilkan 1 liter ludah perut dalam satu hari.
6.

Kantung Empedu
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot, letaknya
dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 812 cm berisi 60 cm
Kantung empedu (berwarna hijau) dalam sistem pencernaan manusia

a)

Fungsi kantung empedu

Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental.


Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari
dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc sekresi yang digunakan untuk mencerna
lemak. 80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya.
b) Bagian dari kantung empedu
Fundus vesikafelea, merupakan bagian kantung empedu yang paling akhir setelah
korpus vesikafelea.
Korpus vesikafelea, bagian dari kantung empedu yang didalamnya berisi getah
empedu.

Leher kantung kemih.Merupakan leher dari kantung empedu yaitu saluran yang
pertama masuknya getah empedu ke badan kantung empedu lalu menjadi pekat
berkumpul dalam kantung empedu.
Duktus sistikus.Panjangnya 3 cm berjalan dari leher kantung empedu dan
bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum.
Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.
7.

Hati
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut
sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma.
Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa
yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh
hati disebut proses detoksifikasi.

8.

Usus Halus / Intestinum Minor


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar.Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), usus penyerapan (illeum).Pada usus
dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

a)

Bagian-bagian usus halus;

Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya
25

cm,

berbentuk

sepatu

kuda,

dan

kepalanya

mengelilingi

kepala

pankreas.Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada


satu lubang yang disebut ampulla hepatopankreatika, ampulla vateri, 10 cm dari
pilorus.
Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas pada usus halus yang
selebihnya.
Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.
9.

Usus Besar / Intestinum Mayor


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum.

a)

Fungsi usus besar;

Menyerap air dari makanan


Tempat tinggal bakteri koli
Tempat feses
b) Bagian-bagian usus besar atau kolon;
Kolon asendens.Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati.Di bawah hati melengkung ke kiri,
lengkungan ini disebut fleksura hepatika.
Kolon transversum.Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
Kolon desendens. Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
Kolon sigmoid.Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring, dalam
rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum.

Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor


dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
10.

Usus Buntu
Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks vermiformis. Pada awalnya
organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak memiliki fungsi, tetati saat
ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara
aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana
memiliki/berisi kelenjar limfoid.

11.

Umbai Cacing
Umbai cacing adalah organ tambahan pada usus buntu.Umbai cacing terbentuk
dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran 10
cm tetapi bisa bervariasi 2 sampai 20 cm.walaupun lokasi apendiks selalu tetap,
lokasi umbai cacing bisa berbeda-beda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.

12.

Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan
kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi.

13.

Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum


dengan dunia luar (udara luar).Terletak di dasar pelvis bagian posterior dari
peritoneum. Dindingnya diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu:
Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak.

E.PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN


A. Riwayat Kesehatan
Perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejalagejala umum disfungsi gastrointestinal.Gejala-gejala dimana pengkajian
difokuskan mencakup nyeri, kembung, bising usus, mual dan muntah,
hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi serta karakteristik feses.
Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal.Kaji lokasi,
durasi, pola, frekwensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri
Indigesti.Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan
bagian lain GI.Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan
karena lemak berada di lambung lebih lama
Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa
(pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan flatulensi
(pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan : kembung, distensi
atau merasa penuh.
Mual dan muntah.Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat
dicetuskankan oleh bau, aktifitas, atau makanan yang masuk.Muntah dapat berupa
partikel yang tidak dapat dicerna atau darah (hematemesis).
Diare dan konstipasi.Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan
bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk
absorbsi.Konstipasi adalah reternsi atau perlambatan pengeluaran feses dari

rectum.Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang yang
keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika
pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap minggu
Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan
keluarga dan riwayat psikososial.
B. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat dari
pasien.Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi.Pasien
ditempatkan pada posisi supine.Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat
dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang
peristaltik.Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah
terjadi perubahan motilitasi usus.Karakter, lokasi dan frekwensi usus dicatat,
timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk
mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regio-regio
untuk menggamban abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan
kwadran kiri bawah)
Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring
Inspeksi warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus
Kemampuan membuka dan menutup mulut
Isspeksi lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa
Keadaan gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi atau tanda-tanda
Perdarahan

Pemeriksaan fisik pada abdomen


Inspeksi
Perubahan warna di abdomen
Distribusi rambut
Adanya ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterik
Kesimetrisan

Auskultasi
Bising usus bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap kwdran
abdomen, bising usus normal terdengar 5-12 kali/menit
Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus
paralitik

Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro
enteritis, obstruksiusus
Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)

Perkusi
Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen
Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomen
Dilakukan disemua kwadran
Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpa

Palpasi
Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyeri
Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam dilakukan
penekanan sedalam 4 cm
Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran

kwadran-kwadran abdomen
Kwadran kanan atas :
Sebagian besar hati
Kandung empedu
Duodenum
Bagian kepala pancreas
Fleksur hepatikus colon
Sebagian kolon asenden dan tranversum
>Kwadran kiri atas :
Lobus kiri hati
Lambung
Lien
Badan dan ekor pancreas
Pleksur splenikus colon
Sebagian kolon tranversum dan asenden

>Kwadran kanan bawah :


Sekum
Apendiks
Ureter kanan
Ovarium kanan dan tuba fallopi
Korda spermatikus kanan
>Kwadran kiri bawah :
Sebagian kolon desenden
Kolon sigmoid
Ureter kiri
Ovarium kiri dan tuba fallopi
Korda spermatikus kiri
H. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan
Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan
untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
Rontgen
Ultrasonografi (USG)
Perunut radioaktif
Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaandan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu;
ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan
puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat
medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali
bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan
secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.

. Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau
melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan
barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi
kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus).Gambaran ini seringkali
direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium,
sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak
berkontraksi secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium
bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan
fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur
tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah
kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau
tidak.
4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan
melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan
karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk
menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
2. Intubasi

Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui
hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya
prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke
lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa
keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui
racunnya.Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan
yang bisa didapat.
Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk


mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat
penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan
tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang,
karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa

digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa
secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur
diatas tidak menimbulkan nyeri.
3. Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung
serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar
dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan
fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk
mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan
jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah
yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang
abnormal.Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa
dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan
menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises
kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan
terlebih dahulu selama beberapa jam.Makanan di dalam lambung bisa menghalangi

pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.


Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya
menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi
biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan
ringan.

4. Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat
pusar.Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga
perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
5. Rontgen
1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto
rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari

kerongkongan, lambung dan usus halus.


Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi,
tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan
keberadaan barium.Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati
pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter
dapat menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian
bawah.Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor
atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang
ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan
sembelit yang berarti.Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat
pembuangan barium.
6. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil
cairannya.
Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya
mengandung sejumlah kecil cairan.Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan
tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya
limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan
pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis
untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang

berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan
larutan antiseptik dan dibius lokal.Melalui kulit dan otot dinding perut,
dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut
dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96
liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
7. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organorgan dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan
pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran
pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab
perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki
resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan
gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut.
Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau
direkam dalam filem video.
8. Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan
maupun kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah
segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah
penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk
awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.

Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja .Contoh ini
diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah
ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.

I.ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS DENGAN NANDA, NOC,


NIC
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat


diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan
autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 %
pria. Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti,
karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala
dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG,
atau saat operasi untuk tujuan yang lain. Dengan perkembangan peralatan dan

teknik diagnosis yang baru USG, maka banyak penderita batu kandung empedu
yang ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya
komplikasi. Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya
tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan moralitas. Batu kandung
empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat
duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita
batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau
samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).

A.

Pengertian :
Kolelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur
padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan
dewasa muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40
tahun, semakin meningkat pada usia 75 tahun.
KOLELITIASIS
Infeksi pada kandung empedu ada yang akut dan kronis. Kolesistitis akut
biasanya disertai nyeri tekan dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas,
mual muntah dan tanda tanda yang umum dijumpai pada inflamasi akut.
Kolesistitis kalkulus terdapat pada > 90% pasien kolesistitis akut. Pada
kolesistitis kalkulus , batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu.
Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu akan menimbulkan
reaksi kimia, edema dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan terkompresi
sehingga suplai vaskulernya terganggu.

Kolesistitis akalkulus merupakan inflamasi kandung empedu tanpa sumbatan


oleh batu empedu, tetapi timbul setelah tindakan bedah mayor, trauma berat, atau
luka bakar.
B.

Patofisiologi :
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu: batu yang terutama tersusun dari
pigmen dan tersusun dari kolesterol
Batu pigmen : akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam empedu
mengalami presipitasi / pengendapan, sehingga terjadi batu. Risiko terbentuknya
batu semacam ini semakin besar pada pasien serosis, hemolisis dan infeksi
percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan
jalan operasi.
Batu kolesterol : merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak
larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfo
lipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan
terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam
hati, mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari
getah empedu mengendap membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh
kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berperan
sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung empedu 4 X
lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada wanita berusia > 40 tahun,
multipara, obesitas. Penderita batu empedu meningkat pada pengguna kontrasepsi
pil, estrogen dan klofibrat yang diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier.
Insiden pembentukan batu meningkat bersamaan dengan penambahan umur,
karena bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam

empedu juga meningkat akibat mal absorbsi garam-garam empedu pada pasien
dengan penyakit gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM.
C.

Manifestasi Klinik
Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh, distensi
abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi
makanan berlemak / yang digoreng.
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :

1.

Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,
kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas, teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik
bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung
atau bahu kanan , rasa nyeri disertai mual dan muntah akan bertambah hebat dalam
waktu beberapa jam sesudah makan dalam porsi besar. Pasien akan gelisah dan
membalik-balikkan badan, merasa tidak nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi
persisten. Seorang kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung
empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran
oleh batu. Dalam keadaan distensi bagian fundus kandung empedu akan
menyentuh dinding adomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh
bagian kanan, sehingga menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran
kanan atas ketika inspirasi dalam.

2.

Ikterus. Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah


empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah empedu tidak
dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit dan mukosa membran
berwarna kuning, disertai gatal pada kulit.

3.

Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat
karena ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.

4.

Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu


pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran
tersebut akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis
generalisata.

D.

Etiologi

1.

Statis cairan empedu

2.

Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).

3.

Iskemik dinding kandung empedu.

4.

Kepekatan cairan empedu.

5.

Kolesterol.

6.

Lisolesitin.

7.

Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti


reaksi supurasi dan inflamasi.

E.

Pemeriksaan Penunjang

1.

laboratorium : lekositosis, blirubinemia ringan, peningkatan alkali posfatase.

2.

USG: dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledokus
yang mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.

3.

CT Scan Abdomen :

4.

MRI.

5.

Sinar X abdomen

6.

Koleskintografi / Pencitraan Radionuklida: preparat radioaktif disuntikkan


secara intravena. Pemeriksaan ini lebih mahal dari USG, waktu lebih lama,
membuat pasien terpajar sinar radiasi, tidak dapat mendeteksi batu empedu.

7.

Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG meragukan.

F.

Penatalaksanaan

1.

Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)

a.

Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT,


analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela,
kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.

b.

Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim, daging
babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.

c.

Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol,


chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran
kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek sampingnya dan dapat
diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme
kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga
terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada dikurangi besarnya, yang
kecil akan larut dan batu yang baru dicegah pembentukannya. Diperlukan waktu
terapi 6 12 bulan untuk melarutkan batu.

d.

Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu


bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung empedu.
Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam kandung
empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk melarutkan batu
yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui endoskopi ERCP, atau
kateter bilier transnasal.

e.

Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan


gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung
empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen.
Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan listrik yaitu
piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan kedalam tubuh lewat
rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu pecah secara bertahap,

pecahannya akan bergerak perlahan secara spontan dari kandung empedu atau
duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan pelarut
atau asam empedu peroral.
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut. Sebuah
drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat
luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu
kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm,
bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus

3. Pendidikan pasien pasca operasi :


a.

Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan,
muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.

b.

Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai 48
jam pertama.

c.

Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan sekitarnya

d.

Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang

e.

Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.

G.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:

1.

Nyeri Akut b/d agen injuri fisik

2.

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan


pemasukan nutrisi, faktor biologis

3.

Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, terpasangnya alat invasif.

4.

Kurang perawatan diri b/d kelemahan

5.

Kurang Pengetahuan tentang penyakit, diet dan perawatannya b/d mis


interpretasi informasi
RENPRA CHOLELITIASIS
DIAGNOSA

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (obstruksi, proses pembedahan)
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlbihan (mual, muntah, drainase selang yang berlebihan)
3. Ketidakseimbangan nutrisi behubungan dengan keditakmampuan untuk ingesti dan
absorbsi makanan
INTERVENSI
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1 Nyeri
akut meminimalkan a. Observasi dan catat
berhubungan
/menghilangka lokasi, beratnya (skala
dengan
agen n nyeri
0-10) dan karakter
injuri
fisik
nyeri (menetep, kolik,
(obstruksi,
hilang timbul)
proses
pembedahan)

Rasional
membantu
membedakan
penyebaab
nyeri
dan
memberikan
informasi tentang
kemajuan/perbaikan
penyakit, terjadinya
komplikasi
dan
keefektifan
b.
Catat
respon intervensi:
terhadap obat, dan
laporkan
kepada nyeri berat yang
dokter
jika
nyeri tidak hilang dengan

hilang

tindakan rutin dapat


menunjukkan
terjadinya
komplikasi/kebutuh
an
terhadap
intervensi
lebih
c. Tingkatkan tirah lanjut
baring, biarkan pasien
melakukan posisi yang tiarh baring pada
posisi
Fowler
nyaman
rendah menurunkan
tekanan
intra
abdomen;
namun
pasien
akan
melakukan posisi
d. Gunakan sprei yang
halus/katun;
cairan menghilangkan
kalamin;
minyak nyeri secara alami
mandi (alpha keri); menurunkan
kompres
iritasi/kulit kering
dingin/lembab sesuai dan sensasi gatal
indikasi
e.
Kontrol
lingkungan

suhu

dingin pada sekitar


ruangan membantu
meminimalkan
f.
Dorong ketidaknyamanan
menggunakan .teknik kulit
relaksasi,
contoh
bimbing
imajinasi, meningkatkan
visualisasi,
latihan istirahat,
jalan napas dalam. memusatkan
Berikan
aktivitas kembali perhatian,
senggang.
dapat meningkatkan
koping.
g. Sediakan waktu
untuk mendengar dan
mempertahankan

kontak dengan pasien membantu


dalam
sering
menghilangkan
cemas
dan
memusatkan
kembali perhatian
h. Pertahankan status yang
dapat
puasa,
menghilangkan
masukan/pertahankan nyeri.
penghisapan
NG
sesuai indikasi.
membuang secret
gaster
yang
merangsang
pengluaran
kolesistokinin dan
kontraksi kandung
empedu
2.

Resiko defisit
volume cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan
yang
berlbihan
(mual, muntah,
drainase selang
yang
berlebihan)

meningkatkan
homeostatis
dan memenuhi
kebutuhan
cairan

a. Perhatikan masukan
dan haluaran akurat,
pertahankan haluaran
kuran dari masukan,
peningkatan
berat
jenis
urine.
Kaji
memberan
mukosa/kulit,
nadi
perifer, dan pengisian
kapiler.

memberikan
informasi tentang
status
cairan/volume
sirkulasi
dan
kebutuhan
penggantian.

b. Awasi tanda/gejala
peningkatan/berlanjut
nya
mual/muntah,
kram
abdomen,
kelemahan
kejang,
kejang
ringan,
kecepatan
denyut
jantung tak teratur,
parestesia, hipoaktif
atau tak adanya bising
usus,
depresi
pernapasan

muntah
berkepanjangan,
aspirasi gaster, dan
pembatasan
pemasukan
oral
dapat menimbulkan
defisit
natrium,
kalium, dan klorida.

menurunkan
rangsangan

pada

c. Hindarkan dari
lingkungan
yang
berbau

pusat muntah

menurunkan
kekeringan
memberan mukosa,
d. Lakukan kebersihan menurunkan resiko
oral dengan pencuci perdarahan oral
mulut; berikan minyak
menurunkan
trauma,
resiko
e. Gunakan jarum perdarahan/pembent
kecil untuk injeksi dan ukan hematoma.
melakukan
tekanan
pada bekas suntikan
lebih
lama
dari protrombin darah
biasanya
menurun dan waktu
koagulasi
f. Kaji perdarahan memanjang bila
yang tidak biasanya, aliran empedu
contoh
perdarahan terhambat,
terus menerus pada meningkatkan
sisi injeksi, mimisan, resiko
perdarahan
gusi, perdarahan/hemora
ekimosis,
petekie, gi.
hematemesis/melena.
menurunkan
g. Pertahankan pasien seksresi
dan
puasa sesuai keperluan motalitas gaster
h. Masukkan selang memberikan
NG, hubungkan ke istirahat
penghisap
dan traktus GI
pertahankan patensi
sesuai indikasi
3

Ketidakseimba memenuhu
ngan
nutrisi kebutuhan
behubungan
nutrisi

pada

a.
Kaji
distensi tanda
nonverbal
abdomen,
bertahak, ketidaknymanan
berhati-hati
berhubungan

dengan
keditakmampua
n untuk ingesti
dan
absorbsi
makanan

dengan gangguan
pencernaan, nyeri
gas.
b. Perkirakan/hitung
pemasukan
kalori.
Jaga komentar tentang
napsu makan sampai
minimal.

c. Timbang
indikasi

sesuai

d. Konsul tentang
kesukaan/ketidaksuka
an pasien, makanan
yang
menyebabkan
distress, dan jadwal
makan yang disukai.

mengidentifikasi
kekurangan/kebutuh
an nutrisi. Berfokus
pada
masalah
membuat suasana
negatif
dan
mempengaruhi
masukan.
mengawasi
keefektifan rencana
diet
melibatkan pasien
dalam pencernaan,
memampukan
pasien memiliki
rasa control dan
mendorong untuk
makan

.
e. Berikan suasana
menyenangkan pada
saat makan, hilangkan untuk meningkatkan
napu
rangsangan berbau.
makan/menurunkan
f. Berikan kebersihan mual
oral sebelum makan
mulut yang bersih
meningkatkan
g.
Tawarkan napsu makan
minuman seduhan saat
makan, bila toleran
dapat mengurangi
mual dan
menghilangkan gas.
Catatan: mungkin
dikontraindiksikan

bila menyebabkan
h.
Ambulasi
dan pembentukan
tingkatkan
aktivitas gas/ketiknyamanan
sesuai toleransi
gaster
membantu
dalam
mengeluarkan
flatus, menurunkan
distensi abdomen.
Mempengaruhi
penyembuhan dan
rasa
sehat
dan
menurunkan
kemungkinan
masalah sekunder
sehubungan dengan
imobilisasi (contoh
pneumonia,
tromboflebitis).

IMPLEMENTASI
no No
Implementasi
Evaluasi Tindakan
Diagnosa
a.Mengobservasi
dan Dapat membedakan
catat lokasi, beratnya penyebab nyeri
(skala 0-10) dan karakter
nyeri (menetep, kolik,
hilang timbul)
b. Mencatat
respon Nyeri berat belum hilang
terhadap
obat,
dan
laporkan kepada dokter
jika nyeri hilang
Pasien merasa nyaman
c. Meningkatkan tirah dengan posisi semi
baring, biarkan pasien powler
melakukan posisi yang
nyaman
Sensasi gatal pada kulit

Paraf

d. menggunakan sprei pasien berkurang


halus/katun;
cairan
kalamin; minyak mandi
(alpha keri); kompres
dingin/lembab
sesuai
indikasi
Suhu dingin dapat
e. Mengontrol suhu mengurangi
lingkungan
ketidaknyamanan kulit
pasien
f.
Mendorong
menggunakan
.teknik Mengurangi kepanikan
relaksasi,
contoh pasien
bimbing
imajinasi,
visualisasi, latihan jalan
napas dalam. Berikan
aktivitas senggang.
g. Menyediakan waktu Pasien kembali fokus
untuk mendengar dan pada perhatian yang
mempertahankan kontak dapat mengurangi nyeri
dengan pasien sering
h.
Mempertahankan Secret gester pasien
status
puasa, dapat dibuang
masukan/pertahankan
penghisapan NG sesuai
indikasi.

a.
Memperhatikan Mengetahui informasi
masukan dan haluaran tentang volume cairan
akurat,
pertahankan pasien
haluaran kuran dari
masukan, peningkatan
berat jenis urine. Kaji
memberan mukosa/kulit,
nadi
perifer,
dan
pengisian kapiler.
defisit natrium, kalium,
b.
Mengawasi dan
klorida
pasien
tanda/gejala
bertambah
peningkatan/berlanjutny
a mual/muntah, kram
abdomen,
kelemahan
kejang, kejang ringan,
kecepatan
denyut
jantung
tak
teratur,
parestesia, hipoaktif atau
tak adanya bising usus,
Muntah
pasien
depresi pernapasan
berkurang
c. Menghindarkan dari
lingkungan yang berbau
kekeringan memberan
dan
resiko
d. Melakukan kebersihan mukosa
oral dengan pencuci perdarahan oral pada
pasien dapat menurun
mulut; berikan minyak
trauma,
resiko
e. Menggunakan jarum perdarahan/pembentuka
kecil untuk injeksi dan n hematoma pada pasien
melakukan tekanan pada tidak terlihat
bekas suntikan lebih
lama dari biasanya
f. Mengkaji perdarahan protrombin darah
yang tidak biasanya, menurun.
contoh perdarahan terus

menerus
pada
sisi
injeksi,
mimisan,
perdarahan
gusi,
ekimosis,
petekie,
hematemesis/melena.
g.
Mempertahankan seksresi dan motalitas
pasien puasa sesuai gaster menurun
keperluan
h. Memasukkan selang traktus
GI
NG,
hubungkan
ke beristirahat
penghisap
dan
pertahankan
patensi
sesuai indikasi

dapat

a. Mengkaji distensi Kebutuhan nutrisi


abdomen,
bertahak, terpenuhi
berhati-hati
b.
Memperkirakan/hitung
pemasukan kalori. Jaga Pemenuhan kalori
komentar tentang napsu tercukupi
makan sampai minimal.
c. Menimbang
indikasi

sesuai
Rencana diet pasien
lebih efektif

d.
Konsul
tentang
kesukaan/ketidaksukaan Nafsu makan pasien
pasien, makanan yang bertambah
menyebabkan distress,

dan jadwal makan yang


disukai.
.e. Memberikan suasana
menyenangkan pada saat Nafsu makan pasien
makan,
hilangkan meningkat dan rasa mual
rangsangan berbau.
berkurang
f.
Memberikan
kebersihan oral sebelum Kebutuhan higine
makan
terpenuhi
g.
Menawarkan
minuman seduhan saat
makan, bila toleran
Menurunkan resiko mual
h.
Ambulasi
dan
tingkatkan
aktivitas
sesuai toleransi

Flatus dapat keluar dan


kurangnya distensi
abdomen

EVALUASI
Pukul
No Diagnosa
Evaluasi
1
S : Pasien
mengatakan nyeri
yang di rasakan
berkurang
O : Wajah pasien
terlihat lebih tenang
A : Masalah teratasi
sebagian
P :n dilanjutkan
dengan intervensi
1. Kaji ulang skala
nyeri

Paraf

2. Penuhi kebutuhan
nutrisi
3. Berikan posisi semi
poeler
2

S :pasien
mengatakan rasa
mual sudah tidak di
alami lagi
O:

A : masalah teratasi
P : intervensi di
hentikan
S : pasien
mengatakan nafsu
makan sudah mulai
bertambah
O : pasien sudah mau
makan
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Saluran pencernaan adalah sebuah tabung berlekuk melintang sepanjang
sekitar 7 m, tempat lewat makanan saat makanan terurai.
Fungsi sistem pencernaan

Ingesti,Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh


gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan
(menelan).,Peristalsis,Digesti ,Absorpsi , Egesti (defekasi)
Pergerakan saluran Cerna
Mulut / Oris,Faring,Esofagus,Gaster / Lambung,Pankreas,Kantung
Empedu,Hati,Usus Halus / Intestinum Minor,Usus Besar / Intestinum Mayor,Usus
Buntu,Umbai Cacing,Rektum,Anus
Pengkajian sistem pencernaan
A. Riwayat Kesehatan
B. Pemeriksaan Fisik
C. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan dengan koletiliasis
Pengkajian
Diagnosa
Intervensi
Implementasi
evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/yudhasetya01/kolelitiasiskolestasiskolesistitis
http://rianurse.blogspot.com/2012/06/askep-gi-kolelitiasis.html
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/kolelitiasis-_951000103304
http://perawatsoppeng.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-kolelitiasis.html
http://medlinux.blogspot.com/2008/12/kolelitiasis.html
http://apakataloeajah.blogspot.com/2011/01/askep-kolelitiasis.html
Pengkajian kep krtis,edisi 2,laura atalbot,rnbsn,ccrn
(http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).
(http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).
saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pencernaan),
http://radenbeletz.com/sistem-pencernaan-pada-manusia.html).

Anda mungkin juga menyukai