Disusun Oleh :
Rahma Tiana Putri
2114901032
A. Definisi Hernia
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan
isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding
rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin.
Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan
dari:
a. Mulut / Oris
dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah
- Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan, gigi
sudah dipotong-potong.
makanan.
ke radiks lingua.
3) Kelenjar ludah
c. Esofagus
bagian;
d. Gaster / Lambung
pilorik.
e. Pankreas
menyentuh limpa.
Fungsi pankreas
dan elektrolit.
2) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk
intestinum.
karbohidrat.
Hasil sekresi
4) Jaringan pankreas terdiri dari atas lobulus dari sel sekretori yang
dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badan pankreas dari kiri ke
kanan.
5) Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan kemudian
f. Kantung Empedu
kantung empedu
kental.
2) Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah
setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500- 1000 cc sekresi yang
g. Hati
fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini dikarenakan
yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum),
usus penyerapan (illeum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
halus;
1) Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
3) Tempat feses
fleksura lienalis.
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai
j. Usus Buntu
Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak
memiliki fungsi, tetati saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah
limfoid.
k. Umbai Cacing
cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,
l. Rektum
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
m. Anus
rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis bagian
C. Klasifikasi
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia ada beberapa jenis, yaitu:
1. Hernia hiatal
2. Hernia epigastrik
Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk
digaris tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali
3. Hernia umbilikal
yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Hernia jenis ini biasanya menutup secara
4. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
celah.
5. Hernia femoralis
Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih
6. Hernia insisional
Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia
ini muncul sebagai tonjolan didekat pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar
belakang.
D. Etiologi
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh
2019).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena
faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia
keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2019).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada
abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
5. Obesitas
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
6. Kehamilan
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
8. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal dari
pada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
E. Patofisologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding
perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus
WOC
F. Manifestasi Klinis
atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra
7. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di
daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia
(Jennifer, 2017). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus
inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus
yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien
9. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke
medial bawah.
10. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung
isinya.
11. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.
G. Komplikasi
2. Hernia irreponibel
4. Infeksi
H. Pemeriksaan Diagnostik
2. Herniografi.
3. USG
4. CT dan MRI
5. Laparaskopi
I. Penatalaksanaan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
1. Pengertian Laparatomi
Laparatomi adalah pembedahan mayor yang meliputi penyayatan abdomen guna
memperoleh organ abdomen yang bermasalah (hemoragi, perforasi, kanker, obstruksi)
(Anggraeni, 2018).
Laparatomi merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan di bagian perut
sampai membuka selaput perut. Pembedahan ini menggunakan 4 cara yaitu Midline
incision, Paramedian, Trasverse upper, lower abdomen incision (Jitowiyono, dkk.,
2021).
Tindakan pembedahan laparatomi dapat dilakukan jika seseorang mengalami
trauma abdomen terkena benda (tajam/tumpul), peritonitis, perdarahan saluran
pencernaan (internal blooding), sumbatan pada usus halus dan usus besar dan masa
pada abdomen (Padila, dkk., 2015).
Post laparatomi sendiri adalah bentuk dari pelayanan yang diberikan pada pasien
pasca pembedahan. Keadaan pasien post laparatomi menurut Smeltzer dan Bare (2016),
antara lain nyeri tekan pada daerah insisi pembedahan, peningkatan respirasi, tekanan
darah, nadi, kelemahan pada ekstremitas, mual muntah bahkan sampai dapat
menimbulkan anorexia (tidak nafsu makan), dapat mengalami kontipasi, sianosis bibir,
gusi dan lidah, akral teraba dingin.
2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal
(Smeltzer, 2015) yaitu:
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2) Peritonitis
3) Perdarahan saluran cernas
4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5) Massa pada abdomen
3. Manifestasi Klinis
1) Nyeri tekan.
2) Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3) Kelemahan.
4) Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5) Konstipasi.
6) Mual dan muntah, anoreksia.
4. Komplikasi
1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena
dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan
tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
2) Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens,
organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan. Untuk menghindari
infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan
aseptik dan antiseptik.
3) Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
4) Ventilasi paru tidak adekuat.
5) Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2015).
5. Patofisiologi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011)
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan,
benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set- belt) dapat
mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif
Muttaqin, 2013).
Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan darah,
memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ- organ, nyeri, iritasi cairan usus.
Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau
sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan
respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas
kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi,
nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013).
e. Expossure
1) Lihat adanya jejas atau tidak, adanya pembengkakan atau tidak, dan
pada saat pasien stabil dapat ditanyakan riwayat dan pemeriksaan
lainnya.
2. Data Demografi
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja,
alamat, tanggal masuk RS, status perkawinan, suku, dan data keluarga terdekat
yang dapat dihubungi.
3. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama: pada kasus peritonitis, biasanya nyeri hebat pada sebagian perut atau
seluruh perut
Faktor pencetus, lamanya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan
untuk mengatasi, dan diagnosa medik.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien sebelumnya, adanya alergi, adanya
kebiasaan merokok, minum kopi, alkohol, obat-obatan yang sering digunakan,
pola nutrisi, pola eliminasi, pola tidur dan istirahat, pola aktivitas dan latihan, dan
pola bekerja.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan Fisik Head to Toe:
a) Kepala
Inpeksi : bentuk simetris kiri dan kanan/tidak
Karakteristik rambut : kaji warna rambut, rontok atau tidak
Kebersihan : bersih/tidak
Palpasi : ada massa, benjolan, lesi/tidak
b) Mata
Inspeksi : simetris kiri kanan/tidak, sklera ikterik/tidak, konjungtiva anemis/tidak,
kornea normal/tidak, iris normal/tidak, kaji reflek pupil.
Edema palpebra : ada/tida
Rasa sakit : ada/tidak
c) Telinga
Inspeksi : daun telinga lengkap/tidak, simetris kiri dan kanan/tidak, liang telinga
kotor/tidak, ada kelainan/tidak, membran tympani ada/tidak, ada
perdarahan/tidak, terdapat resume/tidak
Tes pendengaran : pendengaran baik/tidak
d) Hidung dan sinus
Simetris/tidak, membran mukosa lembab/tidak, tes penciuman baik/tidak, ada
alergi/tidak, terdapat polip/tidak
e) Mulut dan tenggorokan
Keadaan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi, dan tonsil, tes rasa, kesulitan menelan.
f) Leher
Apakah ada pembengkakan kelenjer tiroid dan kelenjer getah bening/tidak
g) Thoraks
I : apakah simetris atau tidak
P : apakah fremitus kiri dan kanan
P : sonor
A : bunyi nafas vesikuler, bronkovesikuler, dan abdominal thorakal
h) Kardiovaskuler
I: ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba
P : batas jantung batas atas RIC II, kanan LSD, kiri 1 jari medial LMCS RIC VII
A : bunyi jantung I dan II, kaji apakah ada suara tambahan/tidak
i) Abdomen
I : perut membuncit atau tidak, ada lesi atau tidak, biasanya terdapat bekas op
P : hepar teraba/tidak
P : biasanya
A : bising usus
j) Genitouria
Apakah terpasang kateter, genitalia bersih/tidak
k) Reproduksi
l) Ekstremitas
Kaji kekuatan otot, biasanya pada pasien ICU, kekuatan otot tidak dapat dikaji
7. Data Laboratorium
Meliputi hasil pemeriksaan hematologi, kimia klinik, elektrolit, imunologi, AGD.
B. Diagnosa yang Mungkin Muncul
2. Resiko Infeksi
3. Intoleransi aktivitas
C. Intervensi
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Terapi Aktivitas
Observasi
- Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
- Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
- Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
- Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
- Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu
luang
- Monitor respon
emosional, fisik, social,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan
deficit yang dialami
- Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi danrentang
aktivitas
- Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan social
- Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasikan
aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
- Fasilitasi akvitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
- Tingkatkan aktivitas
fisik untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas
dengan komponen
memori implicit dan
emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu)
untuk pasien dimensia,
jika sesaui
- Libatkan dalam
permaianan kelompok
yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan keterlibatan
dalam aktivotasrekreasi
dan diversifikasi untuk
menurunkan
kecemasan ( mis. vocal
group, bola voli, tenis
meja, jogging,
berenang, tugas
sederhana, permaianan
sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan
teka-teki dan kart)
- Libatkan kelarga dalam
aktivitas, jika perlu
- Fasilitasi
mengembankan
motivasi dan penguatan
diri
- Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
- Berikan penguatan
positfi atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
- Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
- Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
- Anjurka terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
- Anjurkan keluarga
untuk member
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
2017)
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi
ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing Group.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. 2011. Diagnosis Keperawatan Edisi 9. ECG: Jakarta.