Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KOMUNIKASI SBAR DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK”

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep

DISUSUN OLEH:

NAMA : ELSA SHINTIA PARAMITA


NIM : (1710105048)
KELAS : VIII.B

PRODI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KOMUNIKASI SBAR DAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas dari Dosen Mata Kuliah Manajemen Keperawatan.

Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan


materi, serta infomasi dari berbagai media yang berhubungan dengan
“KOMUNIKASI SBAR DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK”. Tak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Manajemen Keperawatan
atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, dan juga kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai
Manajemen Keperawatan, terutama materi mengenai “KOMUNIKASI SBAR
DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK”, sehingga saat kita praktik, kita dapat
meminimalisir kesalahan yang akan terjadi. Penulis berharap bagi pembaca untuk
dapat memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih
sempurna.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan.

Padang, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... ii

Daftar Isi ...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 4


1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi SBAR......................................................................... 6


2.2 Metode komunikasi SBAR.......................................................................... 6
2.3 Fungsi SBAR Dalam Proses Komunikasi.................................................... 7
2.4 Pelaksanaan Komunikasi SBAR.................................................................. 7
2.5 Teknik Komunikasi SBAR.......................................................................... 9
2.6 Definisi Komunikasi Terapeutik.................................................................. 9
2.7 Tujuan Komunikasi Terapeutik .................................................................. 10
2.8 Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik................................................................. 10
2.9 Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik....................................................... 11
2.10 Tahapan Dalam Komunikasi Terapeutik.................................................... 11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mutu pelayanan keperawatan menjadi salah satu indikator citra
institusi pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Kualitas rumah sakit (RS)
sebagai sebuah institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan akan
bergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Institusi pelayanan kesehatan khususnya RS dikatakan
bermutu jika memenuhi 6 indikator utama kualitas pelayanan di RS yaitu:
keselamatan pasien (patient safety), pengelolaan nyeri dan kenyamanan, tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan, perawatan diri, kecemasan pasien, dan
perilaku pasien. Mutu pelayanan yang baik tersebut dapat dicapai salah satunya
dengan keterampilan berkomunikasi yang baik dan efektif antar tenaga medis
(Nursalam, 2012).
Komunikasi efektif dalam lingkup lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Hal tersebut termasuk
mengetahui kapan seorang harus berbicara, apa yang perlu dikatakan,
bagaimanakah cara mengatakannya dan mempunyai rasa percaya diri serta
mampu untuk mengetahui bahwa pesan telah diterima dengan benar. Walaupun
digunakan setiap saat dalam situasi klinis, keterampilan berkomunikasi harus
dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga perawat
dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba
cepat dan tepat. Pendekatan sistematik dibutuhkan untuk memperbaiki cara
berkomunikasi salah satunya dengan menggunakan teknik SBAR (Safitri, 2012).

1.2 Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga
kesehatan atau tenaga medis dapat memahami komunikasi SBAR dan
Komunikasi Terapeutik

5
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami komunikasi SBAR dan contohnya
2. Mengetahui dan memahami tentang komunikasi terapeutik dan
contohnya

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi SBAR


Komunikasi yang berbasis SBAR merupakan strategi komunikasi
yang dipakai oleh team pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun
menyampaikan keadaan pasien kepada teman sejawat. Menurut (KKP-RS Sanglah
2011), komunikasi SBAR dapat dilakukan pada saat petugas kesehatan melakukan
timbang terima, pindah ruang rawat maupun pada saat petugas kesehatan
melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain. Dari penjelasan
tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi SBAR merupakan metode komunikasi
yang digunakan oleh anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi
pasien dalam memberikan perawatan di rumah sakit.
Instrumen atau tools pada komunikasi SBAR meliputi informasi
pasien tentang : Situation, Background, Assessment dan Recommendation.
Metode ini merupakan teknik komunikasi dengan cara sederhana yang sangat
efekif dalam pelaksanaan komunikasi pada pelayanan kesehatan (Ashcraft dan
Owen 2017). Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi SBAR merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh tenaga
medis dalam mengkomunikasikan keadaan pasien.
2.2 Metode komunikasi SBAR
Komunikasi dengan menggunakan tehnik SBAR memiliki beberapa
langkah. Menurut (JCI 2011) tehnik komunikasi dengan metode SBAR terdiri dari
empat langkah yaitu :

A. Situasi (Situation)
Metode komunikasi dengan fokus menyampaikan masalah yang terjadi
pada pasien, diawali dengan memperkenalkan diri, menyampaikan
identifikasi pasien, dan masalah yang terjadi pada pasien. Komponen
situation ini secara spesifik perawat harus menyebut usia pasien, jenis
kelamin, diagnosis penyakit, status mental, dan kondisi pasien.

7
B. Latar belakang (Background)
Metode komunikasi dengan fokus menyampaikan latar belakang yang
menyebabkan munculnya keluhan pasien. Komponen background
menampilkan pokok masalah yang terjadi pada diri pasien, keluhan pasien
yang mendorong untuk dilaporkan, seperti nyeri hebat, sesak nafas, nyeri
dada, dan sebagainya. Selain itu dapat disampaikan juga tentang hasil
pemeriksaan penunjang diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung
masalah pasien dapat ditegakkan untuk mendapatkan tindakan yang tepat.
C. Penilaian (Assessment)
Metode komunikasi dengan fokus menyampaikan hasil pengamatan dan
evaluasi kondisi pasien. Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran
yang timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada
pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang
lebih buruk
D. Rekomendasi (Recomendation)
Menyampaikan atau meminta saran berdasar informasi yang ada.
Komponen recommendation menyebutkan hal-hal yang dibutuhkan untuk
ditindak lanjuti. Apa intervensi yang direkomendasikan oleh perawat.

2.3 Fungsi SBAR Dalam Proses Komunikasi


Proses komunikasi dengan metode SBAR perlu diterapkan karena
metode ini memiliki fungsi yang sangat baik. Beberapa di antaranya yaitu:

A. Meningkatkan patient safety


B. Menurunkan insiden keselamatan pasien akibat komunikasi yang kurang
C. Meningkatkan kerja tim dengan komunikasi yang efektif
D. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap

2.4 Pelaksanaan Komunikasi SBAR


Pelaksanaan pelayanan pada patient safety memiliki beberapa sasaran,
salah satu sasaran tersebut adalah pelaksanaan komunikasi efektif. Kerangka
komunikasi efektif yang digunakan adalah berbasis SBAR. Komunikasi

8
SBAR ini sebenarnya dapat digunakan pada saat perawat melakukan timbang
terima (handover), pindah ruang perawatan maupun dalam melaporkan
kondisi pasien kepada dokter melalui telepon (KKP-RS Sanglah 2011).
Penerapan komunikasi dengan teknik SBAR di rumah sakit
diimplementasikan dalam beberapa hal di bawah ini:

A. Operan
Operan adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan laporan yang
berkaitan dengan kondisi pasien yang bertujuan untuk menyampaikan
kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum
dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, dan
menyusun rencana kerja. Dalam hal ini metode komunikasi SBAR
diterapkan untuk mencapai tujuan agar tidak terjadi insiden keselamatan
pasien.
B. Pelaporan Kondisi Pasien
Pelaporan tentang kondisi pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga
medis lain terutama dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setiap
kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan
yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien secara
efektif dapat meningkatkan keselamatan pasien. Beberapa jurnal
penelitian tentang komunikasi efektif, menjelaskan komunikasi efektif
seperti SBAR dapat meningkatkan efektifitas komunikasi antara perawat
dan dokter sehingga angka keselamatan pasien meningkat.
C. Transfer Pasien
Transfer pasien adalah suatu proses perpindahan pasien dari satu ruangan
ke ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi dua
yaitu transfer pasien secara internal dan secara external. Transfer pasien
secara internal adalah transfer pasien dari satu ruangan ke ruangan lain di
dalam satu area rumah sakit. Sedangkan transfer pasien external adalah
transfer pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah

9
sakit). Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
terkait prosedur sebelum transfer, persiapan transfer, penggunaan
peralatan dan monitoring kondisi pasien serta komunikasi saat transfer.

2.5 Teknik Komunikasi SBAR


Pola komunikasi SBAR memiliki beberapa teknik. (JCI 2011),
menjelaskan bahwa komunikasi SBAR dilakukan dengan tujuan untuk
keselamatan pasien. Laporan kondisi pasien, pada dasarnya dilakukan oleh
perawat kepada dokter. Oleh karena itu, sebelum menghubungi dokter maka
perawat melakukan :

A. Pengkajian terhadap kondisi pasien pada saat itu


B. Melakukan pengumpulan data yang penting dan diperlukan yang
berhubungan dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan
C. Memastikan diagnosa pasien saat itu
D. Membaca dan memahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawat pada shift sebelumnya
E. Menyiapkan medical record pasien, informasi riwayat alergi, obat-
obatan/cairan infuse yang digunakan saat ini.

2.6 Definisi Komunikasi Terapeutik

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communicatio yang


artinya pemberitahuan atau pertukaran ide. Pemberitahuan atau pertukaran ide
dalam suatu proses komunikasi akan ada pembicara yang menyampaikan
pernyataan ataupun pertanyaan yang dengan harapan akan ada timbal balik atau
jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2015).

Terapeutik merupakan suatu hal yang diarahkan kepada proses dalam


memfasilitasi penyembuhan pasien. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri
merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi yang dilakukan
secara terencana dan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan pasien
(Damayanti, 2008). Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang

10
direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan
klien (Ina dan Wahyu, 2010).

2.7 Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi Terapeutik bertujuan untuk mengembangkan segala yang
ada dalam fikiran dan diri pasien ke arah yang lebih positif yang nantinya akan
dapat mengurangi beban perasaan pasien dalam menghadapi maupun mengambil
tindakan tentang kesehatannya. Tujuan lain dari komunikasi terapeutik menurut
Suryani (2015) adalah:

A. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap


diri;
B. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
saling bergantung dengan orang lain;
C. Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
pasien serta mencapai tujuan yang realistik;
D. Menjaga harga diri;
E. Hubungan saling percaya.

2.8 Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik

A. Keikhlasan (genuiness)
Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki
terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa
ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap
pasien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikan secara tepat
B. Empati (emphaty)
Empati merupakan perasaan, pemahaman dan penerimaan perawat
terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia
pribadi pada klien.

11
C. Kehangatan (warmth)
Kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-
ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki
atau dikonfrontasi.

2.9 Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik

A. Menjadikan klien sebagai fokus utama dalam interaksi


B. Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman
C. Mempergunakan sikap membuka diri hanya untuk tujuan terapeutik
D. Menerapkan profesional dalam mengatur hubungan terapeutik
E. Menghindari hubungan sosial dengan klien.

2.10 Tahapan Dalam Komunikasi Terapeutik

A. Fase preinteraksi
Pre interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, kekuatan
diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien
B. Fase orientasi
Pada tahap orientasi, perawat dapat mengucapkan salam saat menemui
pasien, memperkenalkan dirinya, membuat kontak awal dengan pasien,
menanyakan kabar pasien sebelum operasi, menunjukkan sikap siap
membantu dan tidak memaksa pasien untuk bercerita keadaannya pada
perawat
C. Kerja
Pada fase kerja perawat menggunakan komunikasi dua arah, menanggapi
keluhan pasien dengan serius, bersikap jujur kepada pasien, menepati janji
yang telah diberikan, menciptakan suasana lingkungan yang nyaman
sehingga mendukung terjadinya komunikasi yang efektif, mengulang
pertanyaan dengan lebih jelas jika pasien belum mengerti tentang
pertanyaan yang disampaikan perawat, jangan mendesak pasien untuk
segera menjawab pertanyaan yang diajukan, jangan memotong di tengah-

12
tengah pembicaraan pasien, dan jangan membandingkan dengan pasien
lain
D. Fase terminasi
Perawat dapat mengucapkan salam perpisahan, membuat kontrak untuk
pertemuan berikutnya, memberikan pendidikan kesehatan post operasi,
mengevaluasi respon pasien terhadap komunikasi yang telah disampaikan
dan meninggalakan petunjuk cara menghubungi pasien (Damayanti,
2008).

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Komunikasi yang berbasis SBAR merupakan strategi komunikasi
yang dipakai oleh team pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun
menyampaikan keadaan pasien kepada teman sejawat. Instrumen atau tools pada
komunikasi SBAR meliputi informasi pasien tentang : Situation, Background,
Assessment dan Recommendation.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan
secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan klien.
Tahapan dalam komunikasi terapeutik meliputi fase preorientasi, fase orientasi,
fase kerja dan fase terminasi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ashcraft, Alyce S., dan Donna C. Owen. 2017. “Comparison of Standardized and
Customized SBAR Communication Tools to Prevent Nursing Home
Resident Transfer.” Applied Nursing Research 38 (Desember): 64–69.
https://doi.org/10.1016/j.apnr.2017.09.015.
Joint Commission International (JCI), (2011) Standar Akreditasi Rumah Sakit :
Enam. Sasaran Keselamatan Pasien. Edisi ke-4. Jakarta. KARS
Suryani. (2015). Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktik. Ed 2. Jakarta: EGC
Wahyu dan Karlina, Ina. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Damayanti. (2008). Komunikasi terapeutik dalam praktek keperawatan. Bandung:
Refika Aditama

15

Anda mungkin juga menyukai