DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
Preseptor Klinik
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Fraktur”. Penulisan laporan pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas dari siklus bedah.
Laporan Pendahuluan ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan
materi keperawatan medikal bedah, serta infomasi dari berbagai media yang berhubungan
dengan keperawatan medikal bedah. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Dosen atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan laporan pendahuluan ini, serta kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya
laporan pendahuluan ini.
Penulis berharap laporan pendahuluan ini dapat menambah wawasan mengenai
keperawatan medikal bedah, terutama materi mengenai fraktur, sehingga saat berkomunikasi kita
dapat meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi. Penulis berharap, pembaca untuk dapat
memberikan pandangan dan wawasan agar laporan pendahuluan ini menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan laporan pendahuluan ini
terdapat banyak kesalahan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Pengkajian………………………………………………………………………… 17
B. Diagnosa…………………………………………………………………………... 27
C. Intervensi………………………………………………………………………….. 28
D. Implementasi……………………………………………………………………… 33
E. Evaluasi…………………………………………………………………………… 33
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian………………………………………………………………………… 41
B. Diagnosa…………………………………………………………………………... 42
C. Intervensi................................................................................................................. 44
D. Implementasi……………………………………………………………………… 45
E. Evaluasi…………………………………………………………………………… 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..…………………… 47
B. Saran............................................................................................................……... 47
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas jaringan tulang. Fraktur paling
sering ditimbulkan oleh trauma eksternal langsung maupun deformitas tulang seperti
fraktur patologis pada osteoporosis sedangkan fraktur femur biasanya disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang
radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu
pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat
trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma
tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah
dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang
di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang yang disebut
fraktur dislokasi (Rosdahl dan Kowalski, 2014).
Pembedahan merupakan penanganan dari fraktur yang biasa dilakukan.
Pembedahan adalah sebuah proses invasif karena insisi dilakukan pada tubuh atau
ketika bagian tubuh diangkat. Setelah seseorang dilakukan pembedahan, sesuai
dengan rencana keperawatan akan dilakukan mobilisasi oleh perawat, namun yang
terjadi perawat hanya sekedar menganjurkan pada pasien untuk menggerak-gerakkan
anggota badan yang dioperasi. Ketidaktahuan pasien akan pentingnya mobilisasi
membuat pasien menjadi takut sehingga menyebabkan bengkak, kesemutan, kekakuan
sendi, nyeri, dan pucat anggota gerak yang dioperasi (Rosdahl dan Kowalski, 2014).
B. Tujuan Penulisan
Untuk laporan pendahuluan dan pengetahuan mengenai Fraktur, sehingga
menambah wawasan pembaca maupun penulis terutama bagi perawat dalam
menambah pengetahuan mengenai fraktur, keterampilan dalam tindakan dan sikap
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan pada pasien di rumah
sakit maupun di luar rumah sakit.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Tulang
dan vertebrata) dan skeleton apendikular (bahu, lengan, gelang panggul, dan
tungkai). Tulang dari struktur tubuh dan memberi sokongan untuk jaringan lunak.
Tulang melindungi organ vital dari cedera dan juga bertindak untuk
memindahkan bagian tubuh dengan memberi titik perlekatan pada otot. Tulang
juga sebagai tempat menyimpan mineral dan sebagai tempat untuk hematopoiesis
(Lemone, 2017).
juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan
fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung
keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis. Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak
2
bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari
31 pasang antara lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia,
setiap sisi dan di depan bersatu dengan simfisis pubis dan membentuk
membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan
bawah dari kolumna femoris terdapat laju yang disebut trokanter mayor
terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus lateralis dan medialis. Di
antara dua kondilus ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang tempurung
c. Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang
d. Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tulang
itu adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Sendi tibia
fibula dibentuk antara ujung atas dan ujung bawah, kedua tungkai bawah
perantara sendi.
3
f. Falangus merupakan tulang-tulang pipa yang pendek yang masing-masing
terdiri dari 3 ruas kecuali ibu jari sebanyak 2 ruas, pada metatarsalia
bagian ibu jari terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar yang
oseus, ada dua jenis yaitu tulang laminar (tulang kuat dan matur pada
sebagai bagian penyembuhan fraktur, dan pada area sekitar tumor dan
infeksi tulang). Ada dua jenis tulang matur yaitu tulang padat dan tulang
atas struktur seperti kisi – kisi (trabekula) dan dilapisi dengan sel
(Lemone, 2017).
dikenal sebagai osteon). Sistem Havers terdiri atas kanal sentral, disebut
4
Kanal Havers, lapisan konsentrik matriks tulang disebut Lamella, ruang
(khususnya sternum) dan hanya pada dua tulang panjang yaitu humerus
B. Fisiologi
pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament, bursa dan
suatu jarigan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain: osteoblast,
tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,
sebagian fosfatase alkali memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar
fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis
5
kanker ke tulang. Osteosid adalah sel tulang deawasa yang bertindak sebagai
suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas
adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matrik tulang
dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament, bursa dan jaringan-
Tulang adalah suatu jarigan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel
dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan
jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
dan fosfat ke dalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali memasuki aliran
darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi
indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosid adalah sel tulang
deawasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui
tulang yang padat. Osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matrik tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit,
sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah (Lemone, 2017).
6
Metabolisme tulang di atur oleh beberapa hormon. Peningkatan kodar
hormon paratoid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang yang
Tulang mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan 90% dari
seluruh fosfat tubuh. Fungsi penting kalsium adalah dalam mekanisme dan
paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-
C. Definisi Fraktur
baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur
7
adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Zairin,
2016).
Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota gerak tubuh yang
terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan, lengan, siku,
bahu, pergelangan tangan, dan bawah (pinggul, paha, kaki bagian bawah,
Fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau
tidak lengkap (Krisanty, 2016). Sebagian besar patah tulang merupakan akibat
dari cedera atau benturan keras, seperti kecelakaan, olahraga atau karena jatuh.
Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada
D. Etiologi
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson ada 3 sebagai berikut
8
2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
fraktur klavikula.
3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
b. Fraktur patologik
c. Fraktur beban
yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima
dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.
E. Klasifikasi Fraktur
1. Berdasarkan tempat
Fraktur femur, humerus, tibia, clavicula, ulna, radius, cruris dan yang
2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
9
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
lunak sekitarnya.
10
b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
struktur neurovascular.
d) Grade III ini dibagi lagi kedalam: III A : fraktur grade III, tapi tidak
membutuh kan kulit untuk penutup (skin graft). III C:fraktur grade
1. Fraktur Transversal
11
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
2. Fraktur Oblik
3. Fraktur Spiral
trauma rotasi.
4. Fraktur Kompresi
5. Fraktur Avulsi
2. Adanya dislokasi
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
12
3. 1/3 distal
F. Manifestasi Klinis
Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
4. Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru
13
G. Patofisiologi dan Pathway Fraktur
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan,
pada kanal medul antara tepi tulang bawah periostrium dengan jaringan tulang
dengan fase vasodilatasi dari plasma dan leukosit, ketika terjadi kerusakan tulang,
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain (Suriya & Zuriati, 2019).
menstimulasi histamin pada otot yang iskemik dan menyebabkan protein plasma
hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema
yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa
H. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
fatal hanya dalam beberapa jam setelah kejadian,kemudian emboli lemak yang
14
kehilangan fungsi ekstremitas secara permanen jika terlambat ditangani
2. Komplikasi Lambat
mengalami patah terlambat, bahkan tidak ada penyatuan. Halini terjadi jika
penymbuhan tidak terjadi dalam dengan waktu normal untuk jenis dan fraktur
tertentu. Penyatuan tulang yang terlambat atau lebih lama dari perkiraan
berhubungan dengan adanya proses infeksi sistemik dan tarikan jauh pada
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Penatalaksanaan
1. Reduksi
dan traksi manual. Alat-alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat
15
yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna
2. Imobilisasi
3. Cara Pembedahan yaitu pemasangan screw dan plate atau dikenal dengan pen
merupakan salah satu bentuk reduksi dan imobilisasi yang dikenal dengan
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi (Appley & Louis, 1995).
biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers
16
BAB III
17
lemas, Klien mengatakan nyeri : P(nyeri post operasi), Q(nyeri terasa seperti
di tusuk-tusuk), R(Nyeri terasa pada bagian kaki sebelah kiri), S( skala nyeri
5), T(nyeri terasa hilang timbul), klien mengatakan nyeri pada luka masih
terasa saat bergerak, klien mengatakan takut menggerakkan kakinya, klien
mengatakan kakinya masih terasa kaku, klien mengatakan luka masih basah,
klien mengatakan gatal pada daerah luka, klien mengatakan sulit tidur karena
nyeri, klien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas dengan normal.
Kaki klien tampak dibalut kassa, klien tampak tidak mau menggerakkan
kakinya, klien tampak meringis, klien tampak gelisah, klien tampak posisi
menahan nyeri, klien tampak berfokus pada diri sendiri, klien tampak sulit
mengubah posisi, gerakan klien sangat berhati-hati dan sangat lambat dalam
bergerak, luka pasien masih terlihat basah dan terlihat sedikit ada cairan
eksudat pada luka, warna putih kuning, luka kemerahan, luka tidak berbau,
dan tidak ada pembengkakan di sekitar luka.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya, klien mengatakan tidak
ada riwayat diabetes melitus, klien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi,
klien mangatakan tidak ada riwayat alergi.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes melitus, dll.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
v v
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah
: Garis keturunan
18
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital : TD : 114/80 mmHg N: 101x/menit
S : 36,1oC RR: 17x/menit
2. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi Kepala : Bentuk : berbentuk normochepal
Karakteristik rambut : rambut berwarna hitam dan becampur uban
Kebersihan : bersih
Palpasi kepala : tidak adanya massa, tidak ada benjolan, tidak ada
lesi
3. Pemeriksaan Mata
Inspeksi : Sklera tidak ikterik, conjungtiva anemis, RCL (+
+) Pupil isokor diameter 2mm, mata simetris kiri dan kanan
Tanda-tanda radang : tidak ada peradangan pada mata
Edema palpebrae : tidak ada edema
Rasa sakit : tidak ada keluhan pada mata
4. Telinga
Inspeksi : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
tidak ada pendarahan dan pembengkakan.
Tes pendengaran : Klien dapat mendengar dengan baik
5. Hidung
Simetris/Tidak : hidung simetris kiri dan kanan
Membran mukosa : hipertermis/pucat (-/-), sekret (-/-)
Penciuman/ Ketajaman Membedakan Bau : Nervus 1 klien tidak ada masalah
Alergi terhadap sesuatu : Tidak ada alergi
6. Mulut & Tenggorokan
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak terdapat
sianosis, tidak terdapat stomatitis. gigi terdapat caries. lidah bersih, tidak ada
peradangan.
Tes rasa (ketajaman mengecap rasa)
Nervus IX, X, dan XII : Pengecapan baik
Kesulitan menelan (Nervus IX dan X) : Tidak ada gangguan menelan
19
7. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada kaku kuduk.
Palpasi : Arteri carotis teraba, , JVP 5+2 CM
H2O, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.
8. Thorak
Inspeksi : Bentuk thorak normo chest, warna kulit sawo matang, adanya
retraksi dinding dada.
Pola nafas : teratur, 20x/ menit
Palpasi : Vocal fremitus getaran nya sama kiri dan kanan
Perkusi : Batas paru garis ke 5 midklavikula dextra, bunyi sonor pada
seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
9. Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa
10. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba setinggi ICS V 1 cm medial dari garis
midklavikularis kiri.
Perkusi : Batas jantung kanan ( ICS V, lien strenalis dextra), Batas
kiri (ICS V, 1 cm dari garis midklavikularis sinistra), batas atas ICS III, linea
parasternalis sinistra)
Auskultasi :Bunyi jantung I (lup) & II (dup) , gallop (-), murmur(-)
11. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada distensi abdomen, spider nevi (-)
Auskultasi : Bising usus normal, frekuensi 7x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tympani keempat kuadran abdomen (-), area traube redup,
shifting dullness (+)
12. Neurologi
Tingkat kesadaran : GCS 15 (compos mentis)
Pemeriksaan Reflek
20
Reflek Fisiologis : Bicep (++), Tricep (++), Archiles (++), Patella tidak
dikaji
Reflek Patologis : Babinski (--)
Pemeriksaan motorik : tidak ada masalah
Pemeriksaan sensorik : tidak ada masalah
Kekuatan otot : sedang
13. Ekstremitas
Nyeri di ektremitas kiri bawah, P(nyeri post operasi), Q(nyeri terasa seperti di
tusuk-tusuk), R(Nyeri terasa pada bagian kaki sebelah kiri), S( skala nyeri 5),
T(nyeri terasa hilang timbul).
Ekstremitas Atas : Kanan : terpasang IVFD RL 500mg, 8 jam/kolf
Kiri : tidak ada gangguan
Ekstremitas Bawah: Kanan : tidak ada gangguan
Ekstremitas Bawah: Kiri : terpasang ORIF, luka pasien masih terlihat basah dan
terlihat sedikit ada cairan eksudat pada luka, warna
putih kuning, luka kemerahan, luka tidak berbau, dan
tidak ada pembengkakan di sekitar luka.
Kekakuan : ada kekakuan otot pada ekstermitas kiri bawah
CRT : <3detik
Tonus otot : 5555 5555
4444 5555
14. Genetalia
Vagina : Terpasang Kateter, produksi urine 500ml/6jam
Anus : Klien managatakan tidak ada masalah pada
anus, tidak ada nyeri atau perlukaan
15. Kulit
Warna kulit : sawo matang
Ada tidaknya jaringan parut/lesi : tidak ada lesi
Turgor kulit : kering
21
V. Pola Nutrisi :
NO Pola Nutrisi Sehat Sakit
1. Berat badan 55 kg 54kg
IMT=23,06
2. Frekuensi makan 4 x sehari 3 x sehari
3. Jenis Makanan Makanan Diet MC
mengangdung
kabohidrat tinggi
4. Makanan yang disukai Gorengan Kue
5. Nafsu makan Sangat baik Baik
6. Pola Makan Pola makan tidak Pola makan dan jam
beraturan makan sesuai aturan
rumah sakit
22
VIII. Pola Aktivitas & Latihan
1. Kegiatan dalam pekerjaan : klien mengatakan tidak ada kebiasaan yang
mengganggu
2. Olah raga : klien mengatakan jarang olahraga
3. Kegiatan di waktu luang : klien mengatakan hanya beristirahat dirumah
X. Aspek Psikososial
1. Pola pikir & persepsi
Alat bantu yang digunakan : Klien tidak menggunakan alat bantuan
Kesulitan yang dialami : sulit menggerakkan kaki sebelah kiri
2. Persepsi diri
a) Hal yang amat dipikirkan saat ini : klien mengatakan ingin segera
sembuh
b) Harapan setelah menjalani perawatan : klien mengatakan sembuh dari
penyakit yang diderita
c) Perubahan yang dirasa setelah sakit : klien mengatakan tidak bisa bekerja
setelah jatuh Saki
3. Hubungan /Komunikasi
a) Bahasa utama : Indonesia Bahasa Daerah :
bahasa minang
b) Bicara :Jelas,elevan,mampu
mengekspresikan
c) Kehidupan keluarga
Adat istiadat yang dianut : minang
Pembuat keputusan dalam Keluarga : diri sendiri
Pola komunikasi : baik
Keuangan : sumber keuangan dari diri sendiri dan
anak
23
Kesulitan dalam keluarga : Hubungan dengan orang tua dan
sanak saudara baik
4. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
Klien mangatakan setelah suami meninggal, klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan seksualnya
5. Spiritual
a) Keyakinan agama ` : Islam
b) Kegiatan agama/ kepercayaan yg dilakukan : sholat 5 waktu
c) Kegiatan agama/ kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah sakit :
sholar, zikir, berdoa
24
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: Tindakan
Diskontuinitas
Insisi bedah
operasi
Klien mengatakan kaki jaringan
kiri masih terasa sakit Menimbulkan nyeri
karena post op
Nyeri Akut
pemasangan ORIF hari
pertama
Klien mengatakan nyeri : Nyeri akut
p(nyeri post operasi)
Q(nyeri terasa seperti di
tusuk-tusuk)
R(nyeri terasa pada
bagian kaki sebelah
kanan)
S( skala nyeri 5)
T(nyeri terasa hilang
timbul)
Klien mengatakan sulit
tidur karena nyeri klien
DO:
Klien tampak meringis
Klien tampak gelisah
Klien tampak posisi
menahan nyeri
Klien tampak berfokus
pada diri sendiri
TTV
TD : 114/80 mmhg
N : 83 x/i
RR : 17 x/i
S : 36,1 oc
25
klien mengatakan
kakinya masih terasa
kaku
klien mengatakan tidak Perubahan sistem
dapat melakukan muskuloskeletal
aktivitas dengan normal
Do:
klien post op
pemasangan ORIF hari Gangguan
pertama Mobilitas Fisik
Kaki klien tampak
dibalut kassa
klien tampak tidak mau
menggerakkan kakinya
klien tampak gelisah
klien tampak berfokus
pada diri sendiri
klien tampak sulit
mengubah posisi
gerakan klien sangat
berhati-hati dan sangat
lambat dalam bergerak
Kekuatan Otot:
555 555
444 333
Tindakan
Resiko
Pertumbuhan
Infeksi
Invasif Resiko Infeksi
DS : mikroorganisme
klien mengatakan luka dan bakteri
masih basah
klien mengatakan gatal
pada daerah luka
DO :
luka pasien masih terlihat
basah dan terlihat sedikit
ada cairan eksudat pada
luka, warna putih kuning,
luka kemerahan
luka tidak berbau
tampak tidak ada
pembengkakan di sekitar
luka.
Leukosit : 8,73
10^3/mm’3
26
Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (Post Operasi)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan Integritas Struktur Tulang
3. Resiko Infeksi b.d Efek Prosedur Invasif
27
INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
10. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
11. Ajarkan teknik
28
nonfarmakaologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Pemberian Analgetik
Observasi
12. Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis: pencetus,
Pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
13. Identifikasi riwayat
alergi obat
14. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik
15. Monitor efektivitas
analgetik
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgetik yang disukai
untuk mencapai
analgesialoptimal, jika
perlu
2. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN
Fisik b.d Kerusakan keperawatan selama 3x24 AMBULASI
Integritas Struktur jam, Gangguan mobilitas
Tulang fisik teratasi dengan kiteria Observasi
hasil Identifikasi adanya
- gerakan ekstermitas nyeri atau keluhan
meningkat fisik lainnya
-kekuatan otot meningkat Identifikasi toleransi
- kekakuan sendi menurun fisik melakukan
- kelemahan fisik menurun ambulasi
Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum
memulai ambulasi
Monitor kondisi
umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas
29
ambulasi dengan
alat bantu (mis.
tongkat, kruk)
Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
Anjurkan
melakukan ambulasi
dini
Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
3. Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
Efek Prosedur Invasif keperawatan selama 3x24
jam diharapkan klien Observasi
terhindar dari resiko infeksi - Monitor monitor
dengan kriteria hasil: tanda dan gejala
Tidak ada tanda dan infeksi local dan
gejala infeksi sistemik
Integritas Kulit Baik
Leukosit dalam Terapeutik
batas normal - Batasi jumlah
Hemoglobin dalam pengunjung
batas normal
- Berikan perawatan
kulit pada area
edema
30
dan sesudah kontak
dengan pasien
- Pertahankan teknik
aseptik
Edukasi
- Ajarkan cara
memriksa kondisi
luka atau luka
operasi
- Anjurkan
meningkatkan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian antibiotic
31
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKes ALIFAH PADANG
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama klien : Ny. E
Diagnosa Medis : Fraktur Subtrochanter Femur Sinistra Tertutup
Ruang Rawat : Ruang Rawatan TC RSUP.Mdjamil Padang
33
melakukan teknik
relaksasi
O:
34
(14.10 wib)
Membantu klien
menggerakkan kaki
kanan agar tidak
kaku dengan
melibatkan keluarga
(14.15 wib)
Resiko Infeksi Mempertahankan S:
b.d Efek teknik aseptic klien mengatakan
Prosedur sebelum dan terasa gatal
Invasif sesudah melakukan O:
luka tampak basah,
tindakan
setelah dilakukan
Mencuci tangan 6 perawatan luka, luka
langkah bersih
Melakukan pasien tampak tenang
perawatan luka Antibiotic ceftriaxon
(08.00) telah diinjeksikan
Menginjeksikan (10.30)
antibiotic A : masalah belum teratasi
ceftriaxone (10.30 P : implementasi
wib) dilanjutkan
Memasang infuse
metrodinazole
(10.30 wib)
Kamis, Nyeri Akut b.d mengidentifikasi S:
05 Agen skala nyeri (08.05 Klien mengatakan
Januari Pencedera Fisik wib) nyeri
2022 (Post Operasi) mengidentifikasi P(Klien mengatakan
respon nyeri non nyeri disebabkan
verbal (08.00 wib) karna post operasi. Q
mengukur tanda- (Klien mengatakan
tanda vital (10.00 masih terasa ditusuk-
wib) tusuk), R (Klien
menganjurkan mengtakan nyerti
teknik relaksasi terasa di bagian kaki
nnafas dalam (10.30 sebelah kiri, S (klien
wib) mengatakan skala
35
menginjeksikan nyeri 5), T (klien
katerolac 3x1 (10.30 mengatakan nyeri
wib) hilang timbul)
O:
36
Memonitor klien tampak duduk dan
frekuensi jantung menggerakkan kaki
dan tekanan darah
sebelum memulai Frekuensi nadi: 76x/i
ambulasi (14.00 A : gangguan mobilitas
wib) fisik teratasi sebagian
Memonitor kondisi P : intervensi dilanjutkan
umum selama
melakukan ambulasi
(14.00 wib)
Mengajarkan duduk
di tempat tidur
(14.10 wib)
Membantu klien
menggerakkan kaki
kanan agar tidak
kaku dengan
melibatkan keluarga
(14.15 wib)
Resiko Infeksi Mempertahankan S:
b.d Efek teknik aseptic klien mengatakan
Prosedur sebelum dan terasa gatal
Invasif sesudah melakukan O:
luka tampak basah,
tindakan
setelah dilakukan
Mencuci tangan 6 perawatan luka, luka
langkah bersih
Melakukan pasien tampak tenang
perawatan luka Antibiotic ceftriaxon
(08.00) telah diinjeksikan
Menginjeksikan (10.30)
antibiotic A : masalah belum teratasi
ceftriaxone (10.30 P : implementasi
wib) dilanjutkan
Memasang infuse
metrodinazole
(10.30 wib)
Jumat, Nyeri Akut b.d mengidentifikasi S:
37
06 Agen skala nyeri (08.05 Klien mengatakan
Januari Pencedera Fisik wib) nyeri
2022 (Post Operasi) mengidentifikasi P(Klien mengatakan
respon nyeri non nyeri disebabkan
verbal (08.00 wib) karna post operasi. Q
menguukur tanda- (Klien mengatakan
tanda vital (10.00 masih terasa ditusuk-
wib) tusuk), R (Klien
menganjurkan mengtakan nyerti
teknik relaksasi terasa di bagian kaki
nnafas dalam (10.30 sebelah kiri, S (klien
wib) mengatakan skala
menginjeksikan nyeri 5), T (klien
katerolac 3x1 (10.30 mengatakan nyeri
wib) hilang timbul)
O:
38
17x/menit)
39
Mencuci tangan 6 perawatan luka, luka
langkah bersih
Melakukan pasien tampak tenang
perawatan luka Antibiotic ceftriaxon
telah diinjeksikan
(08.00)
(10.30)
Menginjeksikan A : masalah belum teratasi
antibiotic
ceftriaxone (10.30 P : implementasi
wib) dilanjutkan
Memasang infuse
metrodinazole
(10.30 wib)
40
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Januari 2022, hari ini merupakan hari ke-10 setelah klien terjatuh, klien
mengatakan kaki kiri masih terasa sakit, klien mengatakan badan terasa lemas,
Klien mengatakan nyeri : P(nyeri post operasi), Q(nyeri terasa seperti di tusuk-
tusuk), R(Nyeri terasa pada bagian kaki sebelah kiri), S( skala nyeri 5), T(nyeri
terasa hilang timbul), klien mengatakan nyeri pada luka masih terasa saat
kakinya masih terasa kaku, klien mengatakan luka masih basah, klien
mengatakan gatal pada daerah luka, klien mengatakan sulit tidur karena nyeri,
klien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas dengan normal. Kaki klien
tampak dibalut kassa, klien tampak tidak mau menggerakkan kakinya, klien
tampak meringis, klien tampak gelisah, klien tampak posisi menahan nyeri, klien
tampak berfokus pada diri sendiri, klien tampak sulit mengubah posisi, gerakan
klien sangat berhati-hati dan sangat lambat dalam bergerak, luka pasien masih
terlihat basah dan terlihat sedikit ada cairan eksudat pada luka, warna putih
kuning, luka kemerahan, luka tidak berbau, dan tidak ada pembengkakan di
sekitar luka.
41
Pengkajian di atas sesuai dengan salah satu tanda dan gejala dari fraktur
yaitu nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
B. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik. Menurut SDKI (2018), batasan
wajah nyeri, dilatasi pupil, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, laporan
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, putus asa, sikap melindungi are
anyeri, dan sikap tubuh melindung. Menurut analisa penulis pada kasus
Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (Post Operasi) d.d klien
mengatakan kaki kiri masih terasa sakit, klien mengatakan badan terasa
lemas, klien mengatakan nyeri : P(nyeri post operasi) Q(nyeri terasa seperti
nyeri 5) T(nyeri terasa hilang timbul), klien mengatakan sulit tidur karena
42
nyeri klien. Klien tampak meringis, klien tampak gelisah, klien tampak
posisi menahan nyeri, klien tampak berfokus pada diri sendiri. TTV : TD :
Menurut SDKI (2018), keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
dari pasien kelolaan sesuai dengan tanda gejala diatas, klien mengalami
pergerakan, fisik menjadi lemah, merasa cemas saat ingin bergerak, ini
3. Resiko Infeksi b.d Efek Prosedur Invasif. Menurut SDKI (2018), berisiko
penulis, data yang didapatkan dari pasien kelolaan sesuai dengan tanda
gejala diatas, klien mengatakan luka masih basah, klien mengatakan gatal
pada daerah luka, luka pasien masih terlihat basah dan terlihat sedikit ada
cairan eksudat pada luka, warna putih kuning, luka kemerahan, luka tidak
10^3/mm’3.
43
C. Intervensi
Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah klien yang perlu
ditegakan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil.
Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat diaplikasikan dan
diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau
melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang dapat memberikan
kenyamanan pada pasien dan kompres dingin juga berfungsi untuk melancarkan
sirkulasi darah. Intervensi yang dilakukan pada diagnose kedua yaitu identifikasi
dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu pertahankan teknik aseptic sebelum dan
sesudah melakukan tindakan, cuci tangan 6 langkah, lakukan perawatan luka, dan
44
D. Implementasi
terhadap klien sesuai dengan intervensi yang sudah dirancang sebelumnya dan
a. Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik. Pada diagnosa yang pertama yaitu nyeri
pemberian terapi nafas dalam untuk mengurangi nyeri klien. Pada kasus
45
sesudah melakukan tindakan, mencuci tangan 6 langkah, melakukan
E. Evaluasi
a. Nyeri akut. Berdasarkan kasus didapatkan evaluasi setelah dilakukan tiga hari
pertama dari nyeri skala 5 ke nyeri skala 2. Klien mengatakan lebih baik
dan melakukan teknik relaksasi agar klien merasa tenang dan nyaman,
dilakukan tiga hari implementasi yaitu klien dapat menggerakkan kaki secara
perlahan, klien dapat duduk ditempat tidur, dan klien bisa melakukan gerakan
selama tiga hari implementasi yaitu luka klien tampak bagus, dan tidak ada
tanda-tanda infeksi.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tulang adalah suatu jarigan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel
antara lain : osteoblast, osteosit dan osteoklas. Fraktur dapat terjadi di bagian
ekstremitas atau anggota gerak tubuh yang disebut dengan fraktur ekstremitas.
Fraktur ekstremitas merupakan fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk
lokasi ekstremitas atas (tangan, lengan, siku, bahu, pergelangan tangan, dan
bawah (pinggul, paha, kaki bagian bawah, pergelangan kaki). Ketika patah
jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
tepi tulang bawah periostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
B. Saran
mengatasi nyeri dengan cara memberikan Health Educatiaon (HE) pada pasien
47
DAFTAR PUSTAKA
48