Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan
dan mempersiapkannya untuk di proses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat
atau bahan yang dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh
bahan-bahan untuk memperoleh tenaga atau energi. Selama dalam proses
pencernaan makanan dihancurkan menja dizat-zat sederhana dan dapat
diserap oleh usus, kemudian digunakan oleh jaringan tubuh.
Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena sintesis berbagai enzim
yang terkandung dalam berbagai cairan pencernaan. Setiap enzim mempunyai
tugas khusus dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai
pengaruh terhadap jenis makanan lainnya. Agar makan itu berguna bagi
tubuh, maka makanan itu harus di distribusi oleh darah sampai padas el-sel di
seluruh tubuh Sistem pencernaan terdiri atas suatu saluran panjang yaitu
saluran cerna yang dimulai dari mulut sampai anus, dan kelenjar-kelenjar
yang berhubungan yang letaknya di luar saluran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi ganstrointestinalis dan kelenjarnya?
2. Bagaimana struktur hati dan saluran empedu?
3. Bagaimana struktur pankreas?
4. Bagaimana proses pencernaan makanan?
5. Sebutkan dan jelaskan berbagai metabolisme nutrisi (sari makanan)!
6. Sebutkan dan jelaskan beberapa gangguan pada sistem pencernaan!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi ganstrointestinalis dan kelenjarnya.
2. Untuk mengetahui struktur hati dan saluran empedu.
3. Untuk mengetahui struktur pankreas.
4. Untuk mengetahui proses pencernaan makanan.
5. Untuk mengetahui berbagai metabolisme nutrisi (sari makanan).
6. Untuk mengetahui beberapa gangguan pada sistem pencernaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI GASTROINTESTINALIS DAN KELENJARNYA


Fungsi sistem gastrointestinalis sebagai pencerna dan absorpsi dari
bahan makanan merupakan proses teratur yang melibatkan banyak enzim
pencernaan untuk melunakkan makanan, mendorongnya melalui tractus GI
serta mencampurnya dengan empedu dari vesika biliari dan enzim pencernaan
yang disekresi oleh kelenjar saliva dari pankreas. Sejumlah mekanismenya
tergantung dari sifat intrinsik otot polos usus, lainnya melibatkan kerja reflek
visera atau kerja hormon gastrointesinalis. Hormon tersebut merupakan
humoral yang disekresi tunika mukosa kemudian diangkut dalam sirkulasi
untuk memengaruhi fungsi lambung, usus, pankreas dan tunika biliaris.1
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu. Berikut urutan sistem pencernaan manusia yang dijelaskan mulai
dari sistem pencernaan dan fungsinya, penjelasannya serta sistem pencernaan
manusia beserta gambarnya secara berurutan mulai dari mulut hingga anus.2
Anatomi Gastrointestinalis
a. Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri

1
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999), hlm 269
2
Heni Puji, Yuni Kusmiyati. Anatomi Fisiologi, (Jakarta: Kemenkes RI, 2017), hlm. 92

2
dari manis, asam, asin dan pahit. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan
enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Kelenjar air liur mengandung enzim amilase (ptialin) yang
berfungsi untuk mencerna polisakarida (amilum) menjadi disakarida. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.3

Gambar 1.1. Rongga mulut (tampak depan).

Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran
mukosa. Serabut-serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3
bidang, berkelompok dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan
penyambung. Pada permukaan bawah lidah, membran mukosanya halus,
sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh banyak tonjolan-
tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan tonjolan-
tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya
berbeda. Terdapat 4 jenis papilae pada lidah, yaitu sebagai berikut.
a. Papilae filiformis

3
Heni Puji, Yuni Kusmiyati. Anatomi Fisiologi, (Jakarta: Kemenkes RI, 2017), hlm. 92

3
Papilae filiformis mempunyai bentuk penonjolan langsing dan konis,
sangat banyak,dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak
mengandung puting kecap (reseptor).
b. Papilae fungiformis
Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mempunyai tangkai
sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini mengandung puting
pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur
terdapat di sela-sela antara papilae filiformis yang banyak jumlahnya.
c. Papilae foliatae
Papilae folitae tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat
sepanjang pinggir lateral belakang lidah. Papilae ini mengandung banyak
puting kecap.
d. Papilae circumvallatae
Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar yang
permukaannya pipih meluas di atas papilae lain. Papilae circumvallatae
tersebar pada daerah “V” pada bagian posterior lidah. Banyak kelenjar
mukosa dan serosa (von Ebner) mengalirkan isinya ke dalam alur dalam
yang mengelilingi pinggir masing-masing papila. Susunan yang
menyerupai parit ini memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas
banyak puting kecap yang terdapat sepanjang sisi papilae ini. Aliran
sekresi ini penting untuk menyingkirkan partikel-partikel dari sekitar
puting kecap sehingga mereka dapat menerima dan memproses
rangsangan pengencapan yang baru. Selain kelenjar-kelenjar serosa yang
berkaitan dengan jenis papilae ini, terdapat kelenjar mukosa dan serosa
kecil yang tersebar di seluruh dinding rongga mulut lain-epiglotis,
pharynx, palatum, dan sebagainya-untuk memberi respon terhadap
rangsangan kecap.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,

4
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang
belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak
terdiri dari 3 bagian sebagai berikut.
a. Bagian superior
Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring bermuara tuba
yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
b. Bagian media
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian
media disebut dengan orofaring.Bagian ini berbatas kedepan sampai
diakar lidah.
c. Bagian inferior
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
inferior disebut dengan laring gofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Sering juga
disebut dengan esofagus(dari bahasa Yunani). Panjang kerongkongan ± 20
cm dan lebar ± 2 cm. Organ ini berfungsi untuk menghubungkan mulut
dengan lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Gerak peristaltik kerongkongan meliputi
gerakan melebar, menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar
makanan terdorong ke lambung. Di kerongkongan, zat makanan tidak
mengalami pencernaan. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang. Menurut histologi, Esofagus dibagi menjadi tiga bagian,
yaitubagian superior (sebagian besar adalah otot rangka),bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), danbagian inferior (terutama terdiri
dari otot halus).4

4
Ibid., hlm. 94

5
Gambar 1.2. Kerongkongan/esofagus.
4. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai.

6
Gambar 1.3. Otot penyusun lambung. Lapisan muskular luar (atas) dan dalam (bawah) pada
lambung dilihat dari ventral. Dinding Gaster terdiri dari tiga lapis muskular (Tunica muscularis)
tapi tidak ditemukan secara konsisten di semua regio Gaster. Lapisan longitudinal eksterna
(Stratum longitudinale) berbatasan dengan lapis-lapisan sirkular (Stratum circulare). Lapisan
paling dalam terdiri dari serat otot oblik (Fibrae obliquae) yang hilang pada Curvatura minor.

7
Gambar 1.4. Dinding Gaster: dilihat secara mikroskopik. Serupa dengan seluruh usus, dinding
Gaster terdiri dari lapisan mukosa dalam (Tunica mucosa) yang dipisahkan dari lapisan muskular
oleh lapisan jaringan ikat longgar (Tela submucosa). Sebagai organ intraperitoneal, permukaan
luar lambung ditutupi oleh Peritoneum viscale yang membentuk Tunica serosa. 5

Lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu sebagai berikut.


a. Kardiak, yaitu bagian lambung yang paling pertama untuk tempat
masuknya makanan dari kerongkongan (esofagus).
b. Fundus, yaitu bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai penampung
makanan serta proese pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim.
c. Pilorus, yaitu bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan
keluar makanan menuju usus halus.

Gambar 1.5. Pembagian Lambung


Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam

5
F. Paulsen, J. Waschke. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia (Organ-organ dalam) Jilid 2. Hlm 76

8
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting, yaitu sebagai
berikut.
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin
Pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.
5. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar (muskulus sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus
longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).6

6
Ibid., Heni Puji... hlm. 96

9
Gambar 1.6. Proyeksi organ dalam (Viscera) Abdomen ke permukaan tubuh: dilihat dari ventral.
Usus halus (4-6 m) memiliki tiga bagian: a. Duodenum (25-30 cm), b. Jejunum (dua perlima
panjang total), c. Ileum (tiga perlima panjang total). Duodenum berawal di Pylorus lambung dan
berakhir pada Flexura duodenojejunalis. Selain bagian pertamanya (Pars superior), Duodenum
menetap pada posisi retroperitoneal dan terpisah dari bagian usus halus lain. Sebaliknya, bagian
yang tergulung intraperitorial yaitu Jejunum dan Ileum tidak dapat dipisahkan secara makroskopis
dan mencapai bagian distal menuju Valva iliocaecalis (katup bauhin) saat transisi menjadi usus
besar.

Gambar 1.7. Usus Halus, Intestinum tenue; potongan melintang.

10
Gambar 1.8. Struktur dinding usus halus (Intestinum tenue); dilihat secara mikroskopik.
Sama seperti bagian usus lain, dinding usus halus terdiri dari lapisan
mukosa paling dalam (Tunica mucosa) dengan Villi intestinale untuk
perluasan permukaan. Lapisan muskular (Tunica muscularis) yang terdiri dari
lapisan sirkular dalam (Stratum circulare) dan lapisan longitudinal luar
(Stratum longitudinale), dipisahkan dari Tunika mucosa oleh lapisan jaringan
ikat longgar (Tela submucosa). Bagian intraperitoneal (Pars superior duodeni,
Jejunum dan Ileum) ditutupi pada permukaan luarnya oleh Peritoneum
viscerale) yang membentuk Tunica serosa. Bagian retroperitoneal Duodenum
diikat oleh Tunica adventitia dalam jaringan ikat Spatium retroperitoneale.7
a. Usus dua belas jari (duodenum)

7
Ibid., F. Paulsen... hlm. 87

11
Gambar 1.9. Pembagian Duodenum sendiri (atas) dan bersama-sama Ductus billaris
ekstrahepatik (bawah); dilihat dari ventral. Duodenum memiliki empat bagian, yaitu Pars
superior, Pars descendens, Pars horizontalis, dan Pars escendens. Pars superior adalah
satu-satunya bagian intraperitoneal dan lumen proksimalnya yang lebih lebar disebut
Ampulla (Bulbus) duodeni. Ductus excretorius pada Pancreas (Ductus pancreaticus,
saluran WIRSUNG) sering masuk Pars descendens duodeni bersama-sama Ductus
choledochus pada Papilla duodeni major (Papilla VATERI) yang ditemukan 8-10cm di
sebelah distal Pylorus. Sering, 2cm proksimal-nya, ditemukan Papilla duodeni minor
yang lebih kecil tempat Ductus pancreaticus accessorius (saluran SANTORINI)
mengeluarkan sekresinya. Pars horizontalis menyilang Columna vertebralis dan berlanjut
sebagai Pars ascendens.

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

Gambar 1.10. Relief dalam Duodenum; potongan frontal; dilihat dari ventral. Duodenum
memiliki empat bagian (Pars superior, Pars descendens, Pars horizontalis dan Pars ascendens)
Untuk menambah permukaan absorptif, relief dalam Duodenum memperlihatkan lipatan mukosa
sirkular (Plicae circulares, lipatan KERCKRING) sama seperti bagian Iain pada usus halus. Pars
descendens berisi Papilla duodeni major (Papilla VATERI) ditempat masuknya Ductus
pancreaticus (saluran WIRSUNG) dan Ductus choledochus, keduanya bersatu membentuk
Ampulla hepatopancreatica. Pars ascendens melekat pada Aorta dekat pangkal A. mesenterica
superior melalui serat otot polos (M. Suspensorius duodeni, otot TREITZ) dan jaringan ikat padat
(Lig. Suspensorium duodeni), tepat sebelum transisi Duodenum menjadi Jejunum intraperitoneal
pada Flexura duodenojejunalis.

12
Gambar 1.11. Struktur dinding Duodenum, dengan Glandulae duodenales. Glandula duodenales
yang menghasilkan mukus (kalenjar Bruneri) terletak di Tela submucosa dan memungkinkan
identifikasi Duodenum pada potongan histologis.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak


terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.Usus dua belas jari
memiliki pH yang normal berkisar sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum)
dan usus penyerapan (ileum). Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune
yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal
dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti “kosong”. Pada orang dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, dimana 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua
belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak

13
Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia) illeum memiliki panjang sekitar 2-4
meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan gara-garam empedu. 8

Gambar 1.12. Perbedaan struktur dinding Jejunum (kanan) dengan Ileum (kiri). Struktur Jejunum
mirip dengan Duodenum tetapi tidak mengandung Glandulae duodenales (kelenjar Brunner).
Plicae circulares (lipatan kerckring) jauh lebih sedikit pada ileum bila dibandingkan dengan usus
halus bagian atas. Detail ileum distale (bawah), kumpulan besar folikel limfe khas untuk Pars
terminalis ilei. Semuanya merupakan bagian jaringan limfoid mukosa (malt). Kelenjar getah
bening dapat tersusun tunggal (Nodi lymphoidei solitari) pada Tela submucosa atau berkelompok
(Noduli lymphoidei aggregati; plak peyer) dibawah mukosa yang meninggi.

8
Ibid., hlm. 97

14
6. Usus Besar (Colon)
Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki
tambahan usus yang berupa umbai cacing (appedix). Usus besar terdiri dari
tiga bagian yaitu bagian naik (ascending), mendatar (tranverse), dan menurun
(descending). Pada usus besar tidak terjadi pencernaan. Semua sisa makanan
akan dibusukkan dengan bantuan bakteri E. coli dan diperoleh vitamin K. Di
bagian akhir usus besar terdapat rektum yang bermuara ke anus untuk
membuang sisa makanan. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.

Gambar 1.13. Pembagian usus besar yaitu a. Caecum (blind gut) dengan Appendix vermiformis;
b. Colon dengan Colon ascendens, Colon transversum; Colon descendens dan Colon sigmoideum;
c. Rectum; dan d. Canalis analis.

15
Gambar 1.14. Struktur dinding usus besar, lntestinum crassum; dilihat secara mikroskopik. Sama
seperti bagian lain pada usus, dinding usus besar terdiri dari lapisan mukosa dalam (Tunica
mucosa) yang berbeda dengan Duodenum karena tidak memiliki Villi intestinales. Lapisan
muskular (Tunica muscularis) dipisahkan dari Tunica mucosa oleh lapisan jaringan ikat (Tela
submucosa). Lapisan ini terdiri dari lapisan sirkular dalam (Stratum circulare) dan lapisan
longitudinal luar (Stratum longitudinale). Namun, lapisan longitudinal tidak utuh tetapi berkurang
menjadi tiga pita (Taenia). Di luar, bagian-bagian intraperitoneal (Caecum dengan Appendix
vermiformis, Colon transversum, dan Colon sigmoideum) ditutupi oleh Peritoneum (Peritoneum
viscerale) yang membentuk Tunica serosa. Sebaliknya, bagian-bagian retroperitoneal (Colon
ascendens, Colon descendens, dan Rectum bagian atas) diikat oleh Tunica adventitia pada jaringan
ikat Spatium retroperitoneale.

Gambar 1.15. Karakteristik struktural usus besar, lntestinum crassum, Colon transversum diambil
sebagai contoh; dilihat dari kaudal ventral.
Usus besar memiliki empat perbedaan khas dibanding usus halus
a. diameter lebih besar ("tebal" bukan "tipis")
b. Taenia: lapisan otot longitudinal berkurang menjadi tiga pita. Pada
lapisan tersebut, Taenia libera dapat dilihat, sedangkan Taenia
mesocolica menempel pada Mesocolon transversum dan Taenia
omentalis berhubungan dengan Omentum majus.
c. Haustra dan Plicae semilunares: Haustra coli adalah sakulasi dinding
usus yang berhubungan dengan lipatan mukosa berbentuk sabit (Plicae
semilunares) pada permukaan dalam.
d. Appendices epiploicae: proyeksi lemak dari jaringan adiposa Tela
subserosa.9
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus

9
Ibid., F. Paulsen... hlm. 94

16
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Umbai cacing atau apendiks adalah
organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis
atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).10

Gambar 1.16. Caecum dengan Appendix vermiformis


Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada
tahap embrio. Pada orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm
tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda, bisa di retrocaecal atau di

10
Ibid., Heni Puji... hlm. 98

17
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang
percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
7. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa
menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar–BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.11
8. Pankreas

11
Ibi., Heni Puji... hlm. 99

18
Gambar 1.17. Struktur Pankreas.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).Pankraes terdiri dari
2 jaringan dasar yaitu Asini yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan, dan
pulau pankreas yangmenghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.
Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya
akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum
dengan cara menetralkan asam lambung.
9. Hati
Hati merupakan sebuah organ terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai
dalam hepat atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi

19
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Hati juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.

Gambar 1.18. Hati

20
Gambar 1.19. Struktur Hati
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
10. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk
buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh

21
untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah
sekitar 7-10cm dan berwarna hijau gelap, bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitumembantu pencernaan dan
penyerapan lemak, serta berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari
tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah
merah dan kelebihan kolesterol.12

Gambar 1.20. proyeksi organ-organ dalam ke permukaan tubuh. Hepar dan Vesica biliaris terletak
intraperitoneal pada Epigastrium kanan. Fundus Vesica biliaris berproyeksi ke Linea
medioclavicularis dextra setinggi Costa IX. Lobus hepatis sinister terletak pada Epigastrium kiri
(sampai Linea medioclavicularis sinistra) di anterior Gaster. Posisi Hepar bervariasi sesuai
respirasi (lebih rendah saat inspirasi, lebih tinggi saat ekspirasi) karena Area nuda-nya menempel
pada Diaphragma. Oleh sebab itu, posisinya juga bergantung pada ukuran paru. Karena
Diaphragma berbentuk kubah, sisi anterior dan posterior Hepar sebagian ditutupi Cavitas pleuralis.
Sampai Linea medioclavicularis, tepi inferior Hepar biasanya terletak sama seperti Arcus costalis
inferior kanan sehingga Hepar tidak dapat diraba. Dengan pembesaran paru, seperti emfisema paru
pada seorang perokok, Hepar dapat diraba tanpa terjadinya pembesaran. Topografi Hepar juga
penting untuk prosedur diagnostik seperti biopsi Hepar.

12
Ibid., Heni Puji... hlm. 100

22
Gambar 1.21. a sampai c; Perkembangan Hepar dan Vesica billiaris pada minggu ke-4 sampai 5.
Jaringan epitel Hepar dan Vesica biliaris berasal dari endoderm usus primordial setinggi bakal
Duodenum. Pada minggu ke-4 (dari hari ke-22) endoderm membentuk penebalan (divertikulum
hepatik) yang terbagi menjadi primordium Hepar superior dan primordium inferior untuk sistem
biliaris (a dan b). Epitel primordium Hepar tumbuh menjadi jaringan ikat pada Septum
transversum, tempat pulau hematopoiesis-nya berkembang. Dengan cara ini, komponen jaringan
ikat dan pembuluh darah intrahepatik (sinusoid) bercampur dengan primordium Hepar. Hepar
kemudian berkembang menjadi Mesogastrium ventrale (c), lalu terbagi menjadi Mesohepaticum
ventrale dan Mesohepaticum dorsale. Mesohepaticum ventrale berkembang menjadi Lig.
falciforme hepatis dan berhubungan dengan dinding tubuh ventrdl. Mesohepaticum dorsale
menjadi Omentum minus yang menghubungkan Hepar dengan Gaster dan Duodenum.

Kelenjar Kelenjar Pencernaan


Pencernaan makanan di dalam saluran pencernaan dibantu dengan enzim.
Enzim pencernaan dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Berikut adalah kelenjar
pencernaan pada manusia.
1. Kelenjar Ludah (Parotis)
Kelenjar ludah terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah kanan
dan kiri serta di bawah telinga, sebelah kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah
menghasilkan air ludah (saliva). Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikis
yang membayangkan makanan tertentu serta refleks karena adanya makanan
yang masuk ke dalam mulut. Saliva mengandung enzim ptialin atau amilase
ludah.
Kelenjar liur atau kelenjar ludah pada mamalia adalah kelenjar eksokrin,
yaitu kelenjar yang mempunyai saluran sendiri, yang memproduksi air liur.

23
Kelenjar ini juga menyekresi amilase, enzim yang memecah karbohidrat
menjadi maltosa. Kelenjar ini pada manusia terdapat di bawah lidah. Produksi
air ludah dapat terganggu apabila terjadi dehidrasi, panas dalam, atau
disebabkan oleh suatu penyakit.
2. Kelenjar Submandibula
Kelenjar Submandibula adalah sepasang kelenjar yang terletak di rahang
bawah, di atas otot disgatrik. Produksi sekresinya adalah campuran serous
dan mukous dan masuk ke mulut melalui duktus Wharton. Walaupun lebih
kecil daripada kelenjar parotis, sekitar 70% saliva di kavum oral diproduksi
oleh kelenjar ini. Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar tubuloasiner
bercabang. Bagian sekretorisnya tersusun atas sel-sel mukosa dan
seromukosa. Sel-sel seromukosa mengandung granula-granula sekresi protein
dengan aktivitas amilotik lemah. Sel-sel pada kelenjar submandibularis dan
sublingualis mengandung dan mengsekresi enzim lisosim, yang aktivitas
utamanya adalah menghancurkan dinding bakteri.
3. Kelenjar Sublingua
Kelenjar Sublingua adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah lidah
di dekat kelenjar submandibula. Sekitar 5% air liur yang masuk ke kavum
oral keluar dari kelenjar ini.Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar tubulo-
asiner bercabang.
4. Kelenjar Liur Minor
Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kavum oral di
dalam lamina propria mukosa oral. Diameternya 1-2mm. Kelenjar ini
biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam lobulus kecil.
Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali Kelenjar Von Ebner)
dan mempunyai banyak fungsi, seperti membasahi kavum oral dengan saliva.
Masalah gigi biasanya berhubungan dengan kelenjar liur minor.Kelenjar Von
Ebner terletak di papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini mensekresikan
cairan serous yang memulai hidrolisis lipid. Kelenjar ini adalah komponen
esensial indra perasa.
5. Kelenjar Lambung

24
Lambung memiliki kelenjar yang menghasilkan enzim pepsin, enzim
renin dan asam klorida (HCl). Enzim pepsin berasal dari pepsinogen yang
diaktifkan oleh asam lambung. Sekresi atau pengeluaran asam lambung
dipengaruhi oleh refleks jika ada makanan yang masuk ke dalam lambung,
serta dipengaruhi oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh dinding
lambung. Produksi asam lambung yang berlebih dapat membuat radang pada
dinding lambung.
6. Hati
Hati (bahasa Yunani: ἡ ha, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam
tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah
diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi.
Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah
beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan
asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses
pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal. Sel
parenkimal pada hati disebut hepatosit, menempati sekitar 80% volume hati
dan melakukan berbagai fungsi utama hati. 40% sel hati terdapat pada lobus
sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi oleh
jaringan mesenkimal secara terus-menerus pada saatembrio hingga
berkembang menjadi sel parenkimal. Selama masa tersebut, terjadi
peningkatan transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan proliferasi dan
diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit.
Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh hati dilakukan oleh hepatosit.
Hingga saat ini belum ditemukan organ lain atau organ buatan atau peralatan
yang mampu menggantikan semua fungsi hati. Beberapa fungsi hati dapat
digantikan dengan proses dialisis hati, namun teknologi ini masih terus
dikembangkan untuk perawatan penderita gagal hati.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan Empedu yang mencapai ½ liter
setiap hari. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit, berasal dari
hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di
dalam kantong empedu atau diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung

25
kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin.
Sekresi empedu berguna untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase,
membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut
dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati
tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita
menjadi kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit
kuning.
7. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas terletak di rongga perut didekat lambung. Pankreas
menghasilkan enzim pencernaan yang dialirkan menuju duodenum, yaitu
enzim amilase, enzim tripsinogen, enzim lipase dan NaHCO3. Sekresi enzim
dari pankreas dipengaruhi oleh hormon sekretin. Hormonsekretin dihasilkan
oleh duodenum pada saat makanan masuk duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas memiliki kelenjar endokrin dan eksokrin. Bagian yang
predominan adalah kelenjar eksokrin, yang terdiri atas kelompok-kelompok
sel sekretorik seperti anggur yang membentuk kantung-kantung (asinus).
Kelenjar endokrinnya terdiri atas pulau-pulau Langerhans yang tersebar di
seluruh pankreas. Kelenjar eksokrin pankreas menyekresikan:
a. Enzim pankreas, oleh sel-sel asinus. Enzim proteolitik berupa
tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase. Tripsinogen
merupakan bentuk inaktif yang ketika disekresikan ke lumen duodenum
akan diaktifkan oleh enterokinase di usus halus menjadi tripsin. Tripsin
kemudian mengubah kemotripsinogen dan prokarboksipeptidase menjadi
kimotripsin dan karboksipeptidase. Tiap-tiap enzim proteolitik tersebut
menyerang ikatan peptida yang berbeda. Produk akhir yang dihasilkan
adalah campuran asam amino dan rantai peptida pendek. Amilase
pankreas:mengubah polisakarida menjadi disakarida maltosa. Amilase
disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak membahayakan sel-sel
sekretorik. Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida menjadi
monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat
diabsorbsi. Defisiensi enzim pankreas menyebabkan maldigesti lemak

26
yang serius, sehingga dapat menimbulkan steatorea (kelebihan lemak
pada feses).
b. Alkali encer, oleh sel-sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus.
Cairan alkalis ini kaya akan NaHCO3. Fungsinya untuk menetralkan
kimus yang asam dari lambung, karena enzim-enzim pankreas bekerja
dengan baik pada pH netral atau sedikit basa.13

B. STRUKTUR HATI DAN SALURAN EMPEDU


Organ-organ yang berhubungan dengan saluran cerna meliputi kelenjar
liur, pankreas, hati, dan kandung empedu. Produk organ-organ ini
mempermudah pengangkutan dan pencernaan makanan di dalam saluran
cerna. Fungsi utama kelenjar liur adalah membasahi dan melumasi mukosa
mulut dan makanan yang masuk, memulai pencernaan karbohidrat dan lipid
oleh amilase dan lipase, serta menyekresi substansi bakteriostatis protektif
seperti imunoglobulin IgA, lisozim, dan laktoferin.
Pankreas memproduksi enzim pencernaan yang bekerja di usus halus dan
hormon yang penting untuk metabolisme nutrien yang diserap. Hati
memproduksi empedu, suatu getah yang penting pada pencernaan lemak.
Kandung empedu menyerap air dari empedu dan menyimpannya dalam
bentuk terkonsentrasi. Hati juga berperan penting pada metabolisme
karbohidrat dan protein dan menginaktifkan serta memetabolisme banyak zat
toksik dan obat. Hati juga mensintesis sebagian besar protein plasma darah
dan faktor yang diperlukan untuk pembekuan darah.14
1. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar berwarna abu-abu yang beratnya sekitar 60
gram. Panjangnya sekitar 12 hingga 15 cm, berada di regio epigastrik dan
hipokondriak rongga abdomen. Pankreas terdiri atas bagian kepala yang luas,
badan, dan ekor yang sempit. Kepala berada di lengkung duodenum, badan
berada di belakang lambung , sedangkan ekor berada di depan ginjal kiri dan

13
Ibid., Heni Puji... hlm. 98-101
14
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar JANQUEIRATeks & Atlas Edisi 12, hlm. 276

27
menyentuh limpa. Aorta abdomen dan vena kava inferior berada di belakang
kelenjar.
Pankreas memiliki kelenjar campuran eksokrin-endokrin yang
menghasilkan enzim pencernaan dan hormon. Pankreas eksokrin terdiri atas
banyak lobules yang tersusun dari alveoli berukuran kecil, yang dindingnya
15
terdiri atas sel sekretorik. Tiap lobules dialiri oleh duktus berukuran kecil
dan duktus ini menyatu akhirnya membentuk duktus pankreatik yang
memanjang di sepanjang kelenjar dan bersambung ke duodenum. Tepat
sebelum masuk ke duodenum, duktus pankreatik bergabung dengan duktus
biliaris komunis membentuk ampula hepatopankreatik. Pintu ampula di
duodenum dikendalikan oleh sfingter hepatopankreatik (Oddi). Suatu simpai
tipis jaringan ikat melapisi pankreas dan menjulurkan septa ke dalamnya, dan
memisahkan lobulus pankreas. Asini sekretorik dikelilingi oleh suatu lamina
basal yang disangga oleh selubung serat retikular halus dan suatu jalinan
kapiler yang luas.

Gambar 2.1. Anatomi dan Histologi Duodenum dan pankreas. (a): kepala pancreas di dalam
kelengkungan duodenum, dengan saluran pankreas mengosongkan ke dalam duodenum.(b):
histologi pankreas, menunjukkan baik sel asinar maupun sistem saluran pankreas.

Enzim digestif dihasilkan oleh sel bagian eksokrin dan hormon disintesis
oleh kelompok sel epitel endokrin yang dikenal sebagai pulau Langerhans.

15
Elly Nurachmah dkk, Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi , hlm.191

28
Bagian eksokrin pankreas adalah kelenjar asinar kompleks yang serupa
dengan struktur kelenjar parotis. Pada sediaan histologi, keduanya dapat
dibedakan karena tidak terdapat duktus striata dan adanya pulau Langerhans
pada pankreas. Ciri khas lain adalah bahwa pada pankreas, bagian awal
duktus interkalaris mempenetrasi lumen asinus. Sel sentroasinar kecil yang
terpulas pucat membentuk bagian intra-asinar di duktus interkalaris dan hanya
ditemukan pada asinus pankreas. Duktus interkalaris bergabung membentuk
duktus interlobular berukuran lebih besar yang dilapisi epitel silindris. Tidak
terdapat duktus striata di pankreas. Setiap asinus eksokrin pankreas terdiri
atas beberapa sel serosa yang mengelilingi lumen. Sel-sel asinar sangat
terpolarisasi, dengan inti sferis dan merupakan sel penghasil-protein yang
khas.

Gambar 2.2. (A) Pankreas, dibelah untuk menunjukkan saluran pankreas. Pankreas utama
saluran bergabung dengan saluran empedu umum. (B) Bagian mikroskopis menunjukkan asini
dengan saluran dan beberapa pulau Langerhans.
Pankreas menyekresikan 1,5 sampai 2 L getah per harinya. Getah
pankreas kaya akan ion bikarbonat (HCO3 ) dan enzim digestif, termasuk
beberapa Protease (tripsinogen, kimotripsinogen, proelastase, protease E,
kallikreinogen, prokarboksipeptidase), a-amilase, lipase, dan nuklease
(DNAase, RNAase). Protease disimpan sebagai zimogen inaktif dalam granul
sekretoris sel-sel asinus. Setelah sekresi, tripsinogen terurai dan menjadi aktif
oleh enterokinase di lumen usus halus, dan menghasilkan tripsin yang
mengaktilkan protease lain secara kaskade. Hal tersebut, beserta produksi
inhibitor protease oleh sel asinar, mencegah autodigesti pankreas.

29
Sekresi pankreas terutama dikendalikan oleh dua hormon polipeptida-
sekretin dan kolesistokinin (CCK) yang dihasilkan sel-sel enteroendokrin
mukosa usus (duodenum dan jejunum). Saraf vagus (parasimpatis) juga
merangsang sekresi pankreas dan sistem autonom bekerja bersamaan dengan
hormon untuk mengatur sekresi pankreas.
Asam dan makanan yang tercerna parsial dalam kimus lambung
memasuki duodenum dan merangsang pelepasan setempat CCK dan sekretin.
CCK merangsang eksositosis zimogen dan enzim dari sel asinar pankreas.
Sekretin membuat sel asinar dan duktus menambahkan air dan ion bikarbonat
ke dalam protein yang disekresi sehingga menghasilkan getah alkali dengan
enzim terlarut tetapi kaya akan ion elektrolitik. Getah tersebut menetralkan
kimus asam dan memungkinkan enzim pankreas berfungsi pada pH
optimalnya. Aksi terpadu kedua hormon tersebut melancarkan sekresi getah
pankreas alkali yang kaya akan enzim.16
2. Hati
Hati merupakan organ terbesar di tubuh dengan berat sekitar 1-2,3 kg
atau sekitar 27% berat tubuh orang dewasa. Dengan lobus kanan yang besar
dan lobus kiri yang lebih kecil, hati merupakan kelenjar terbesar dan terletak
dalam rongga perut di bawah diafragma. Hati merupakan perantara sistem
pencernaan dengan darah: organ dalam saluran cema tempat penyerapan
nutrien yang digunakan di bagian lain tubuh. Kebanyakan darah di hati (70-
80%) berasal dari vena porta yang berasal dari lambung, usus, dan limpa;
sisanya (20-30%) disuplai oleh a. hepatica. Seluruh materi yang diserap
melalui usus tiba di hati melalui vena porta, kecuali lipid kompleks
(kilomikron), yang terutama diangkut melalui pembuluh limfe. Posisi hati
dalam sistem sirkulasi sangat optimal untuk menampun & mengubah dan
mengumpulkan metabolit dari darah serta untuk menetralisasi dan
mengeluarkan zat toksik dalam darah. Pengeluaran ini terjadi dalam empedu,
suatu sekret eksokrin dari hati yang penting untuk pencernaan lipid di usus.
Hati juga menghasilkan protein plasma, seperti albumin, fibrinogen dan
berbagai protein pembawa lainnya.

16
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar JANQUEIRATeks & Atlas Edisi 12, hlm. 280

30
Gambar 2.3 Hati. Sebagai organ besar di kuadran kanan atas abdomen, tepat di bawah diafragma,
hati terdiri atas ribuan struktur poligonal yang disebut lobulus hati, yang merupakan unit
fungsional dasar organ tersebut. (a) Diagram memperlihatkan sebuah vena seniral kecil yang
menonjol melalui pusat setiap lobulus hati dan sejumlah set pembuluh darah yang membatasi
bagian tepi. Pembuluh perifer berkelompok terutama pada jaringan ikat yang membentuk saluran
portal, yang biasanya mencakup cabang vena porta dan cabang a. hepatica, serta cabang duktus
biligris. Ketiga struktur ini membentuk trias porta. (b) Kedua pembuluh darah di setiap lobulus
membentuk sinusoid yang terbentang melalui lempeng hepatosit dan bermuara ke dalam vena
sentralis. (c) Mikrograf yang memperlihatkan komponen trias porta. 17

3. Stroma
Hati dibungkus oleh suatu simpai tipis jaringan ikat yang menebal di
hilus, tempat vena porta dan a. hepatica memasuki organ dan keluarnya
duktus hepatika kiri dan kanan serta pembuluh limfe dari hati. Pembuluh-
pembuluh dan duktus ini dikelilingi jaringan ikat di sepanjang perjalanannya
ke bagian ujung (atau bagian asal) di dalam celah portal di antara lobules hati.
Di tempat ini, jalinan serat retikular halus mengelilingi dan menopang sel hati
dan se1 endotel sinusoid di lobulus hati.
4. Lobulus Hati
Sel-sel hati atau hepatosit merupakan sel epitel yang berkelompok
membentuk 1empeng lempeng yang saling berhubungan. Hepatosit tersusun
berupa ribuan lobulus hati kecil (-0,7 x 2 mm) polihedral yang merupakan
unit fungsional dan struktural hati yang klasik. Setiap lobulus memiliki tiga
sampai enam area portal di bagian perifernya dan suatu venula yang disebut
vena sentral di bagian pusatnya. Zona portal di sudut lobulus terdiri atas
jaringan ikat dengan suatu venula (cabang vena portal), arteriol (cabang a.

17
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar JANQUEIRATeks & Atlas Edisi 12, hlm. 281

31
hepatica), dan duktus epitel kuboid (cabang sistem duktus biliaris)-ketiga
struktur yang disebut trias porta. Venula tersebut mengandung darah dari
vena mesenterica superior dan inferior serta vena lienalis. Arteriol menerima
darah dari truncus coeliacus dari aorta abdominalis. Duktusnya membawa
empedu yang dibuat oleh sel-sel parenkim (hepatosit) dan akhirnya
rnencurahkan isinya ke dalam duktus hepatikus. Area portal juga memiliki
serabut saraf dan pembuluh limfe. Pada beberapa hewan (misalnya babi),
setiap lobulus terpisah dari lobulus lain oleh selapis jaringan ikat sehingga
lobulus dapat dikenali dengan jelas. Pada manusia, lebulus berkontak erat
hampir di setiap sisinya dan lebih sulit menentukan batas yang jelas antar
berbagai lobulus.

Gambar 2.4 Lobulus hati. Lobulus hati yang terpotong transversal adalah unit polygonal dengan
lempeng sel epitel yang disebut hepatosit yang menjalar dari suatu vena sentral (C). (a) Lobulus
hati sejumlah mamalia, seperti babi, dibatasi di semua sisinya oleh jaringan ikat. (b) Unit hepatik
manusia memiliki lebih sedikit jaringan ikat dan batasnya lebih sulit dibedakan. pada semua kasus,
jaringan ikat perifer area porta dengan mikrovaskular dan cabang duktus biliaris kecil (D) dapat
terllihat dan pada manusia serta pada mamalia lainnya, cabang tersebut tampak di perbatasan
antara dua lobulus hati atau lebih. Pembuluh darah di dekat cabang duktus biliaris adalah venula
(V), dari vena porta dan suatu arteriol (A) dari a. hepatica.

5. Suplai Darah
Sebagai tempat pertemuan penting untuk pemrosesan darah dari sistem
pencernaan, hati menerima sebagian besar darah dari vena porta, yang
membawa darah miskin-oksigen tetapi kaya-nutrien dari organ visera
abdominal. Darah teroksigenasi dalam jumlah yang lebih sedikit berasal dari
arteria hepatica.
Sistem porta membawa darah dari pankreas, limpa dan usus. Nutrien
terakumulasi dan diubah dalam hati, dan zat toksik dinetralkan dan
dihilangkan di tempat tersebut. Pada hati, vena porta bercabang-cabang dan

32
menjadi venula porta kecil menuju celah portal. Venula portal bercabang
menjadi venula pendistribusi kecil yang berjalan di tepi setiap lobules dan
berujung ke dalam sinusoid. Sinusoid berjalan radiaf berkonvergensi di pusat
lobulus untuk membentuk vena sentralis atau vena sentrolobular. Pembuluh
ini, seperti sinusoid, berdinding tipis, dan hanya terdiri atas se1-sel endotel
yang ditunjang sedikit serat kolagen. Venula sentralis dari setiap lobulus
menyatu menjadi vena, yang akhirnya membentuk dua atau lebih vena
hepatica besar yang bermuara ke dalam vena cava inferior.
Arteria hepatica bercabang berulang kali dan membentuk arteriol di area
portal dan beberapa di antaranya berakhir langsung ke dalam sinusoid pada
jarak-jarak tertentu dari celah portal sehingga darah arteri yang kaya-oksigen
ditambahkan ke darah vena porta di sinusoid.
Darah selalu mengalir dari tepi ke pusat lobulus hati. Akibatnya, oksigen
dan metabolit, serta substansi toksik maupun nontoksik lain yang diserap
dalam usus, sampai di sel-sel bagian tepi lebih dulu dan kemudian baru tiba di
sel-sel bagian pusat lobulus. Arah aliran darah ini menjelaskan mengapa sifat
dan fungsi hepatosit periportai berbeda dari sel-sel sentrolobular. Hepatosit di
dekat area portal dapat bergantung pada metabolisme aerob dan sering lebih
aktif berperan pada sintesis protein, sedangkan sel yang berada lebih ke pusat
terpajan nutrien dan oksigen dengan konsentrasi rendah serta lebih berperan
pada detoksifikasi dan metabolisme glikogen.
6. Hepatosit
Hepatosit merupakan sel polihedral besar, dengan enam atau lebih
permukaan, dan berdiameter 20-30 µm. Pada sediaan yang dipulas dengan
hematoksilin dan eosin, sitoplasma hepatosit biasanya bersifat eosinofilik
karena banyaknya mitokondria, yang berjumlah hingga 2000 per sel.
Hepatosit memiliki inti sferis besar dengan nukleolus. Sel-sel tersebut sering
memiliki dua atau lebih nukleolus dan sekitar 50% darinya bersifat poliploid,
dengan dua, empat, delapan atau melebihi jumlah kromosom diploid normal.
Inti poliploid ditandai dengan ukuran yang lebih besar, yang proporsional
dengan sifat ploid-nya.

33
Permukaan setiap hepatosit berkontak dengan dinding sinusoid, melalui
celah Disse, dan dengan permukaan hepatosit lain. Di tempat dua hepatosit
berkontak, terbentuk suatu celah tubular di antara kedua sel ini yang disebut
kanalikulus biliaris.
Kanalikuli, bagian pertama sistem duktus biliaris, adalah celah panjang
berdiameter 1-2 µm. Kanalikuli hanya dibatasi membran plasma dari dua
hepatosit, yang menjulurkan sedikit mikrovili di bagian dalamnya. Membran
sel di dekat kanalikuli ini diikat dengan kuat oleh taut erat. Taut celah juga
terdapat di antara hepatosit, yang memungkinkan tempat komunikasi antarsel
dan koordinasi aktivitas sel-sel. Kanalikuli biliaris membentuk suatu jalinan
anastomosis kompleks di sepanjang lempeng lobulus hati dan berakhir di
daerah portal. Jadi, aliran empedu berlangsung dalam arah yang berlawanan
dengan arah aliran darah, yaitu dari pusat lobulus ke bagian tepi. Di area
portal periferal, kanalikulus biliaris bermuara ke dalam duktulus biliaris yang
tersusun dari sel-sel kuboid yang disebut kolangiosit. Setelah melalui jarak
yang pendek, duktulus melewati hepatosit pembatas di lobules dan berakhir
dalam duktus biliaris di celah portal. Duktus biliaris dilapisi epitet kuboid
atau silindris dan mempunyai selubung jaringan ikat khusus. Duktus-duktus
ini secara berangsur membesar, menyatu, dan membentuk duktus hepatikus
kiri dan kanan, yang akhirnya keluar dari hati.

Gambar 2.5 Duklulus biliaris. Di dekat tepi lobulus hati, kanalikuli biliaris bergabung dengan
duktulus biliaris yang dilapisi epitel kuboid yang disebut kolangiosit. Duktulus segera menyatu

34
dengan cabang duktus biliaris di celah portal. Cabang-cabang bergabung dari semua area hati dan
membentuk duktus hepatik kiri dan kanan yang meninggalkan organ di hilum.

Secara fungsional hepatosit mungkin adalah sel yang paling serbaguna


dalam tubuh. Hepatosit memiliki banyak retikulum endoplasma baik kasar
maupun halus. Retikulum endoplasma kasar untuk sintesis protein plasma
menimbulkan sifat basofilia sitoplasma, yang sering lebih jelas di hepatosit
dekat area porral. Berbagai proses penting terjadi dalam RE halus, yang
terdistribusi difus di seluruh sitoplasma. Organel ini bertanggungjawab atas
proses oksidasi, metilasi, dan konjugasi yang diperlukan untuk
menginaktifkan atau mendetoksifikasi berbagai zat sebelum diekskresi. RE
halus merupakan suatu sistem labi1 yang segera bereaksi terhadap molekul
yang diterima hepatosit.
Hepatosit sering mengandung tumpukan glikogen, yang tampak secara
ultrastruktural sebagai granul padat-elektron yang kasar dan sering berkumpul
dalam sitosol dekat dengan RE halu. Glikogen hati merupakan timbunan
glukosa dan dimobilisasi jika kadar glukosa darah menurun di bawah normal.
Dengan cara ini, hepatosit mempertahankan kestabilan kadar glukosa darah,
yakni salah satu sumber energi utama tubuh. Hepatosit juga biasanya
menyimpan trigliserida berupa droplet lipid kecil.
Hepatosit biasanya tidak menyimpan protein dalam granula sekretorik
tetapi secara kontinu melepaskannya ke dalam aliran darah. Sekitar 5%
protein yang diekspor oleh hati dihasilkan oleh makrofag stelata sinusoid.
Hepatosit bertanggung jawab atas konversi 1ipid dan asam amino
menjadi glukosa melalui suatu proses enzimatik kompleks yang disebut
gluconeogenesis. Hepatosit juga merupakan tempat utama deaminasi asam
amino yang menimbulkan produksi urea yang diangkut dalam darah ke ginjal
dan diekskresikan dalam tempat tersebut.
Lisosom hepatosit sangat penting untuk pergantian dan degradasi organel
intrasel. Peroksisom iuga banyak dijumpai dan penting untuk oksidasi
kelebihan asam lemak, penguraian hidrogen peroksida yang dibentuk oksidasi
tersebut (melalui aktivitas katalase), pemecahan kelebihan purin menjadi
asam urat, dan berpartisipasi dalam sintesis kolesterol, asam empedu, dan

35
sejumlah lipid yang digunakan neuron untuk membentuk mielin. Setiap
hepatosit dapat memiliki hingga 50 kompleks Golgi yang terlibat dalam
pembentukan lisosom dan sekresi protein, glikoprotein, dan lipoprotein ke
dalam plasma.
Sekresi empedu merupakan suatu fungsi eksokrin karena hepatosit
terlibat dalam ambilan, transformasi, dan ekskresi komponen darah ke dalam
kanalikuli biliaris. Empedu mempunyai sejumlah komponen penting lainnya
selain air dan elektrolit: asam empedu (asam organik dengan berat molekul
rendah seperti asam kolat dan bentuk deprotonasinya yang disebut garam
empedu), fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu yang mengandung heme
seperti bilirubin yang berwarna hijau kekuningan). Asam empedu memiliki
suatu fungsi penting dalam emulsifikasi lipid di saluran cerna sehingga
memudahkan proses pencernaan oleh lipase dan absorpsi selanjutnya.

Gambar 2.6 Sekresi asam empedu. Asam empedu merupakan molekul organik, terutama asam
kolat dan derivatnya, yang ditemukan dalam empedu yang diekskresikan dari hepatosit ke dalam
sistem kanalikuli dan duktus biliaris. Senyawa tersebut sering mengalami deprotonasi dan menjadi
garam empedu Setelah tersimpan dalam kandung empedu dan dilepaskan ke dalam duodenum
setelah makan, asam empedu mengemulsifikasi lemak, yang mempermudah penguraian lipid dan
absorpsi. Sekitar 90% asam empedu diserap dari epitel usus dan diangkut oleh hepatosit dari darah
ke kanalikuli biliaris (resirkulasi enterohepatik). Sekitar 10% asam empedu disintesis di RE halus
hepatosit melalui konjugasi asam kolat (disintesis di hepatosit dari kolesterol) dengan asam amino
glisin atau taurin, yang menghasilkan asam glikokolat dan taurokolat.

36
Kebanyakan pigmen empedu bilirubin berasal dari perombakan
hemoglobin pada eritrosit yang menua, yang terutama terjadi dalam makrofag
limpa, tetapi juga dalam makrofag lain, termasuk makrofag dalam sinusoid
hati. Setelah dilepaskan dari makrofag, bilirubin mengikat albumin, beredar
dan diambil dari plasma oleh hepatosit. Pada RE halus hepatosit, bilirubin
hidrofobik dikonjugasi dengan asam glukuronat, membentuk bilirubin
glukuronida yang larut air, yang kemudian disekresi ke dalam kanalikuli
biliaris. Setelah dilepaskan ke dalam usus bersama empedu, sejumlah
bilirubin dimetabolisme oleh bakteri menjadi pigmen lain yang menghasilkan
warna khas pada tinja. Bilirubin lain diserap dalam usus dan dihilangkan dari
dalam darah di ginjal sehingga menghasilkan warna kuning pada urine.
Berbagai zat dan obat yang berpotensi toksik dapat dinonaktifkan melalui
oksidasi, metilasi, atau konjugasi. Enzim yang berpartisipasi dalam proses ini
terutama berada pada RE halus hepatosit. Glukuroniltranferase, suatu enzim
yang mengkonjugasi asam glukuronat menjadi bilirubin, juga menimbulkan
konjugasi beberapa senyawa lain seperti steroid, barbiturat, antihistamin, dan
antikonvulsan. Pada keadaan tertentu, obat yang dinonaktifkan dalam hati
dapat menginduksi penambahan RE halus dalam hepatosit sehingga kapasitas
detoksifikasi hati meningkat.18
7. Struktur & Fungsi Lobulus Hati
Berbagai jenis fungsi hepatosit termasuk sekresi faktor protein ke dalam
darah, sekresi komponen empedu, dan pengangkutan oksigen dan senyawa
kecil lainnya dari darah telah menimbulkan tiga macam pemikiran mengenai
struktur lobulus hati. Lobulus hati ktasik dengan darah yang melalui hepatosit
dari enam area trias porta hingga vena sentral, menekankan fungsi endokrin
struktur yang membentuk faktor untuk ambilan plasma. Konsep lobulus porta
hepatosit lebih berguna ketika memikirkan fungsi eksokrin sel-sel tersebut,
yaitu sekresi empedu. Area portal memiliki duktulus biliaris di bagian tengah
dan empedu, yang bergerak dalam arah berlawanan saat darah mengalir
menuju area ini dari semua hepatosit di sekelilingnya. Jaringan yang
mengalirkan empedu ke dalam duktus di setiap area portal secara kasar

18
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar JANQUEIRATeks & Atlas Edisi 12, hlm. 282-287

37
berbentuk segitiga dengan vena sentral pada ketiga lobulus klasik di setiap
sudutnya.
Asinus hati, cara ketiga untuk menggambarkan sel hati, menekankan sifat
suplai darah ke hepatosit dan gradient oksigen dari a. hepatica yang
bercabang ke vena sentral. Asinus memiliki hepatosit berupa area berbentuk
berlian atau lonjong tak teratur yang terbentang dari dua trias porta hingga
dua vena sentral terdekat. Hepatosit yang terdekat dengan arteriol hepatika,
yaitu zona I pada konsep ini, memperoleh paling banyak oksigen dan nutrien
dan dapat dengan mudah melaksanakan sebagian besar fungsi yang
memerlukan metabolisme oksidatif seperti sintesis protein. Hepatosit di zona
III, dekat vena sentralis, memperoleh paling sedikit oksigen darr nutrien.
Hepatosit di zona tersebut merupakan tempat pilihan untuk glikolisis,
pembentukan lipid, dan biotransformasi obat dan merupakan hepatosit
pertama yang mengalami akumulasi lemak dan nekrosis iskemik. Di zona II
hepatosit memiliki kisaran pertengahan untuk fungsi metabolic antara fungsi
metabolik di zona I dengan zona III. Aktivitas utama di setiap hepatosit
terjadi karena sel beradaptasi terhadap lingkungan mikro yang diciptakan
kandungan dalam darah yang terpajan dengannya.

Gambar 2.7 Konsep hubungan struktur-fungsi di hati. Studi anatomi mikro, fisiologi dan
patologi hati telah menimbulkan tiga pemikiran untuk menggambarkan susunan hati yang
menekankan berbagai aspek aktivitas hepatosit. (a) Konsep lobulus klasik menawarkan
pemahaman mendasar hubungan struktur-fungsi pada susunan hati dan menekankan fungsi
endokrin hepatosit sebagai aliran darah yang melaluinya menuju vena sentral. (b) Lobulus porta
menekankan fungsi eksokrin hepatosit dan aliran empedu dari iegio ketiga lobulus klasik menuju
duktus biliaris di trias porla di bagian tengah gambar ini" Area yang dialiri setiap duktus biliaris
secara kasar berbentuk segitiga. (c) Konsep asinus hati menekankan perbedaan kandungan oksigen

38
dan nutrien dalam jarak yang berbeda di sepanjang sinusoid, dengan darah dari setiap area porta
yang menyuplaj sel di dua lobulus klasik atau lebih. setiap aktivitas utama hepatosit ditentukan
oleh lokasinya di sepanjang gradien oksigen/nutrien: sel periportal zona I memperoleh paling
banyak oksigen dan nutrien dan memperlihatkan aktivitas metabolik yang biasanya berbeda dari
hepatosit perisentral zona lll, yang terpapar dengan kadar oksigen dan nutrien terendah. Banyak
perubahan patologls di hati paling baik dipahami dari sudut pandang asinus. 19

8. Regenerasi Hati
Tidak seperti kelenjar liur dan pankreas, hati memiliki kapasitas
regenerasi yang besar. meskipun laju pergantian selnya lambat. Hilangnya
jaringan hati dari kerja zat toksik memicu mekanisme pembelahan hepatosit
yang masih normal, dalam suahr proses yang disebut hiperplasia
kompensatorik, yang berlanjut sampai massa aslinya kembali. Pengangkatan
bagian hati melalui pembedahan menimbulkan respons serupa di hepatosit
lobus yang tersisa. Jaringan hati yang beregenerasi biasanya tersusun baik
dengan susunan lobulus yang khas, dan menggantikan fungsi jaringan yang
rusak. Pada manusia, kapasitas ini penting karena satu lobus hati dapat sering
didonasikan oleh kerabat yang masih hidup untuk transplantasi pembedahan
dan fungsi hati dapat sepenuhnya pulih baik pada pendonor maupun penerima
donor. Selain proliferasi hepatosit yang tersisa, peran sel punca hati dalam
regenerasi telah dibuktikan dalam beberapa percobaan. Sel punca yang
disebut sel lonjong terdapat pada epitel awal duktulus biliaris di dekat area
portal dan sel ini dapat menghasilkan hepatosit dan kolangiosit. 20
9. Saluran Empedu & Kandung Empedu
Empedu yang dihasilkan hepatosit mengalir melalui kanalikuli biliaris,
duktulus biliaris, dan duktus biliaris. Struktur ini secara berangsur bergabung,
membentuk anyaman yang berkonvergensi membentuk duktus hepatik.
Duktus hepatik, setelah bergabung dengan duktus sistikus dari kandung
empedu, beilanjut ke duodenum sebagai duktus koledokus.

19
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar JANQUEIRATeks & Atlas Edisi 12, hlm. 287
20
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar JANQUEIRATeks & Atlas Edisi 12, hlm. 288

39
Gambar 2.8 Saluran empedu dan kandung empedu. Empedu meninggalkan hati di duktus
hepatik kanan dan kiri, yangbersatu (1) membentuk ductus hepaticus communis, yang
menghubungkanductus cysticus yang menyuplai kandung empedu.Dua duktus yang disebutkan
terakhir bergabung (2) membentukductus biliaris communis. Ductus pancreatis major
bergabungdengan ductus choledochus di ampulla hepatopancreatica (3) yang memasuki dinding
duodenum. Empedu dan getah pancreas bersama-sama disekresikan dari papilla duodeni major
(Vater) ke dalam lumen duodenum (4). Semua duktus yang membawa empedu ini dilapisi dengan
sel kolumnar rendah atau kuboid yang disebut kolangiosit, yang serupa dengan kolangiosit di
duktulus biliaris kecil di hati.

Duktus hepatikus, duktus sistikus, dan duktus koledokus dilapisi


membran mukosa dengan epitel selapis silindris kolangiosit. Lamina propria
dan submukosanya relatif tipis, dengan kelenjar mukosa di seiumlah area
duktus sistikus, dan dikelilingi muscularis yang tipis. Lapisan otot ini
bertambah tebal dekat duodenum dan akhirnya, pada bagian intramural,
membentuk sfingter yang mengatur aliran empedu.
Kandung empedu adalah organ berongga berbentuk buah pir, yang
melekat pada permukaan bawah hati, dan mampu menyimpan 30-50 ml
empedu Dinding kandung empedu terdiri atas mukosa yang terdiri atas epitel
selapis silindris dan lamina propria, muscularis tipis dengan berkas serabut
otot vang tersusun dalam beberapa arah, dan lapisan adventisia eksternal atau
serosa. Mukosa memiliki banyak sekali lipatan yang sangat jelas ketika
kandung empedu kosong.

40
Sel epitel pelapis memiliki banyak mitokondria, mikrovili, dan ruang
antarsel, yang kesemuanya mengindikasikan sel absorptif aktif. Fungsi utama
kandung empedu adalah menyimpan empedu, memekatkan dengan menyerap
airnya dan melepaskan bila diperlukan ke dalam saluran cerna. Proses
tersebut bergantung pada mekanisme transpor aktif natrium pada epitel
kandung empedu dengan penyerapan air dari empedu, suatu konsekuensi
osmotik pompa natrium. Kontraksi otot polos kandung empedu diinduksi oleh
kolesistokinin (CCK) yang dilepaskan dari sel enteroendokrin usus halus.
Pelepasan CCK selanjutnya dirangsang oleh keberadaan lemak dalam diet di
usus halus. Pengangkatan kandung empedu akibat obstruksi atau peradangan
kronis menyebabkan aliran langsung empedu dari hati ke usus, dengan sedikit
pengaruh bermakna terhadap pencernaan. 21
10. Struktur Pankreas
Anatomi Pankreas
Pankreas merupakan sebuah kelenjar retroperitoneal panjangnya sekitar
12–15 cm (5–6 inci) dan tebal 2,5 cm (1 inci) posterior ke lengkungan yang
lebih besar dari perut. Pankreas terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor dan
biasanya terhubung duodenum oleh dua duktus. Kepala adalah bagian organ
yang diperluas dekat lekuk duodenum; superior ke dan ke kiri kepala adalah
tubuh pusat dan ekor meruncing. Jus pankreas disekresikan oleh sel-sel
eksokrin menjadi saluran kecil yang akhirnya bersatu membentuk dua saluran
yang lebih besar, saluran pankreas dan duktus aksesori. Hal ini berfungsi
untuk menyampaikan sekresi ke dalam usus kecil. Saluran pankreas, atau
saluran Wirsung adalah yang lebih besar dari dua saluran. Pada kebanyakan
orang, saluran pankreas bergabung dengan saluran empedu umum dari hati
dan kandung empedu dan memasuki duodenum sebagai duktus umum dilatasi
yang disebut ampulla hepatopancreatic, atau ampulla Vater. Ampula
membuka pada elevasi mukosa duodenum yang dikenal sebagai papilla
duodenum mayor, yang terletak sekitar 10 cm (4 inci) lebih rendah daripada
sfingter pilorus lambung. Perjalanan jus pankreas dan empedu melalui
ampulla hepatopancreatik ke usus kecil diatur oleh massa otot polos yang

21
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar JANQUEIRATeks & Atlas Edisi 12, hlm. 289

41
mengelilingi ampula yang dikenal sebagai sfingter ampulla hepatopancreatic,
atau sfingter Oddi. Saluran utama lainnya dari pankreas, duktus aksesori
(saluran Santorini), mengarah dari pankreas dan bermuara ke duodenum
sekitar 2,5 cm (1 in.) Lebih superior dibandingkan ampulla hepatopancreatic.

Histologi Pankreas
Pankreas terdiri dari kelompok kecil sel epitel kelenjar. Sekitar 99% dari
gugus, yang disebut acini yang merupakan bagian organ eksokrin. Sel-sel
dalam acini mensekresikan campuran cairan dan enzim pencernaan yang
disebut jus pankreas. Sisanya 1% dari kelompok, yang disebut pulau pankreas
(pulau Langerhans), membentuk bagian endokrin pankreas. Sel-sel ini

42
mensekresi hormon glukagon, insulin, somatostatin, dan polipeptida
pankreas.22
Suatu simpai tipis jaringan ikat melapisi pankreasdan menjulurkan septa
ke dalamnya, dan memisahkan lobuluspankreas. Asini sekretorik dikelilingi
oleh suatu lamina basalyang disangga oleh selubung serat retikular halus dan
suatujalinan kapiler yang luas.Enzim digestif dihasilkan oleh sel bagian
eksokrin danhormon disintesis oleh kelompok sel epitel endokrin yang
dikenal sebagai pulau Langerhans. Bagian eksokrinpankreas adalah kelenjar
asinar kompleks yang serupa denganstruktur kelenjar parotis. Pada sediaan
histologi, keduanyadapat dibedakan karena tidak terdapat duktus striata
danadanya pulau Langerhans pada pankreas. Ciri khas lain adalahbahwa pada
pankreas, bagian awal duktus interkalaris mempenetrasi lumen asinus.
Sel sentroasinar kecil yang terpulas pucat membentuk bagian intra-asinar
di duktus interkalaris dan hanya ditemukan pada asinus pankreas. Duktus
interkalaris bergabung membentuk duktus inter lobular berukuran lebih besar
yang dilapisi epitel silindris. Tidak terdapat duktus striata di pankreas. Setiap
asinus eksokrin pankreas terdiri atas beberapa sel serosa yang mengelilingi
lumen (Gambar 1,6-9). Sel-sel asinar sangat terpolarisasi, dengan inti sferis
dan merupakan sel penghasil-protein yang khas (Gambar 16-10). Jumlah
granul zimogen yang terdapat di setiap sel bervariasi dan mencapai
maksimum pada hewan yang berpuasa.

22
Gerard J. Tortora dan Bryan Derrickson, Principles of ANATOMY & PHYSIOLOGY 13th
Edition, hlm.988

43
Komposisi dan Fungsi Getah Pankreas
Setiap hari pankreas menghasilkan 1200–1500 mL (sekitar 1,2–1,5 qt)
getah pankreas, cairan bening, tidak berwarna sebagian besar air, beberapa
garam, natrium bikarbonat, dan beberapa enzim. Natrium bikarbonat
menghasilkan sedikit jus pankreas pH (7.1–8.2) yang mengalirkan sari asam
lambung ke dalam chyme, menghentikan aksi pepsin dari perut, dan
menciptakan pH yang tepat untuk aksi enzim pencernaan di usus kecil.
Enzim dalam getah pankreas termasuk enzim pencerna pati disebut amilase
pankreas; beberapa enzim yang mencerna protein menjadi peptida yang
disebut tripsin, chymotrypsin, carboxypeptidase, dan elastase; trigliserida
utama (lemak dan minyak) enzim yang ditemukan pada orang dewasa, yang
disebut lipase pankreas; dan asam nukleat mencerna enzim yang disebut
ribonuklease dan deoksiribonuklease yang mencerna asam ribonukleat
(RNA) dan asam deoksiribonukleat (DNA) menjadi nukleotida. Enzim
pencerna protein pankreas diproduksi di bentuk tidak aktif sama seperti
pepsin diproduksi di perut sebagai pepsinogen. Karena mereka tidak aktif,
enzim tidak mencerna sel-sel pankreas itu sendiri. Trypsin disekresikan
dalam bentuk tidak aktif disebut trypsinogen. Sel-sel asinar pankreas juga
mensekresi protein yang disebut inhibitor tripsin yang menggabungkan
dengan apapun tripsin terbentuk secara tidak sengaja di pankreas atau pada

44
getah pankreas dan memblokir aktivitas enzimatiknya. Ketika trypsinogen
mencapai Lumen dari usus kecil, dan menemukan sikat pengaktif enzim
perbatasan yang disebut enterokinase yang memisahkan bagian dari molekul
trypsinogen untuk membentuk tripsin. Gantinya, tripsin bertindak pada
prekursor tidak aktif (disebut chymotrypsinogen, procarboxypeptidase, dan
proelastase) untuk menghasilkan chymotrypsin, carboxypeptidase, dan
elastase, masing-masing.23
Asam dan makanan yang tercerna parsial dalam kimus lambung
memasuki duodenum dan merangsang pelepasan setempat CCK dan
sekretin. CCK merangsang eksositosis zimogen dan enzim dari sel asinar
pankreas. Sekretin membuat sel asinar dan duktus menambahkan air dan ion
bikarbonat ke dalam protein yang disekresi sehingga menghasilkan getah
alkali dengan enzim terlarut tetapi kaya akan ion elektrolitik. Getah tersebut
menetralkan kimus asam dan memungkinkan enzim pankreas berfungsi
pada pH optimalnya. Aksi terpadu kedua hormon tersebut melancarkan
sekresi getah pankreas alkali yang kaya akan enzim.24

C. PROSES PENCERNAAN
Dorongan primitif untuk makan merupakan usaha organisme untuk
bertahan hidup, umumnya dihubungkan dengan lapar murni. Selera makan
diatur oleh korteks serebrum, rangsangannya datang dari berbagai sumber
seperti distensi lambung, kadar glukosa darah, asosiasi psikis seperti bau,
melihat dan mengecap makanan. Daerah hipotalamus dengan nukleus
ventomedial merupakan pusat kenyang dan nukleus lateral dinamakan pusat
makan atau lapar. Nukleus- nukleus tersebut merespon terhadap kadar
glukosa darah. Bila kadar rendah, maka hipotalamus melepas impuls ke
batang otak sehingga timbul respon seperti salivari, kontraksi lambung, gerak
mengunyah, dan reflek telan. Rangsangan dari serebrum (korteks orbital,
hipotalamus, dan badan amegdaloid) ke hipotalamus mempengaruhi respon
makan.

23
Gerard J. Tortora dan Bryan Derrickson, Principles of ANATOMY & PHYSIOLOGY 13th
Edition, hlm.288-290
24
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar JANQUEIRATeks & Atlas Edisi 12, hlm.281

45
1. Digesi di mulut
Digesi adalah pemecahan makanan melalui proses fisika dan kimia.
Pengunyahan (mastikasiI) memcah partikel makanan yang besar dan
mencampur makanan dengan sekresi kelenjar salivaris. Saliva mengandung
dua enzim pencernaan yaitu, lipase lingualis yang disekresi oleh kelenjar
pada lidah, dan ptialin (α-amilase saliva) yang disekresi oleh kelenjar
salivaria. Enzim ptialin membongkar tepung di mulut yang merupakan digesi
kimiawi (pemecahan makan melalui proses kimia). Pembongkaran pati oleh
ptialin tergantung pH enzim 6,7 dan kerja ini akan berhenti setelah sampai di
lambung, karena dihambat oleh getah lambung yang asam.
Gerakan menelan (deglutisio) diatur oleh serangkaian gerakan dengan
satu fase volunter dan diikuti dua fase involunter. Pada masa volunter
mengumpulkan isi mulut ke atas lidah dan mendorongnya ke belakang ke
dalam faring. Waktu mendorong ke faring yang berfungsi adalah kontraks
otot-otot dasar mulut (m. Mylohyoideus, m. Digastik dan m. Trylohyoideus)
dan lidah. Kontraksi dasar mulut ini akan membantu mengangkat tulang
hyoid dan laring, sementara aditus laringis mendekati epligotis. Epligotis
direndahkan oleh radiks lidah dengan bantuan m. Aryepigloticus sehingga
aditus laringis ditutup. Secara serentak rimalotis di tutup dan pernafasan
berhenti, bolus melewati faring, mulailah gelombang kontraksi involunter
dalam otot faring yang mendorong materi ke dalam esofagus. Pada
sambungan faring esofagus ada segmen esofagus (13 cm) tempat tegangan
diding saat istirahat. Segmen ini berelaksasi refleks dengan menelan,
sehingga materi yang ditelan masuk ke korpus esofagus. Kontraksi cincin
esofagus terbentuk dibelakang bolus yang terus diikuti gelombang peristaltik,
sampai esofagus bersih dari bolus masuk ke lambung. Bolus yang lewat di
esofagus di permudah oleh kelenjar esofagus. Reflek menelan tetap aktif
sewaktu tidur. Serabut saraf aferen dan eferen berjalan di dalam beberapa
nervus kranialis yaitu nervus glossofaringeus dan nervus vagus yang keluar
dari medula oblongata (batang otak).
2. Digesi di lambung

46
Sekresi getah lambung ditentukan oleh dua fase yang berebeda yaitu:
pertama, fase sekresi saraf, diatur oleh saraf, vagus yang dirangsang oleh
pengaruh sensorik seperti rasa, penciuman dan penglihatan, bahkan fase ini
dapat terjadi jika lambung kososng. Kedua, fase sekresi gastrik (fase
pencernaan), dimulai segera saat makanan masuk ke lambung, di rangsang
oleh hormon gastrin yang dihasilkan oleh sel-sel granula basal di dalam pars
pilorika.
Pencernaan protein dimulai di lambung, tempat pepsin memecah rantai
protein menjadi fragmen kecil-kecil. Pepsin disekresi dalam bentuk prekusor
tak aktif (proenzim) dan diaktifkan di dalam traktus gastrointestinalis.
Prekusor pepsin dinamai pepsinogen dan diaktifkan oleh HCl lambung. HCl
yang disekresi kelenjar korpus lambung berfungsi membunuh bakteri yang
ditelan, membantu pencernaan protein dengan memberikan pH yang
diperlukan untuk memulai pencernaan protein serta merangsang aliran
empedu dan getah pankreas. Mukosa lambung manusia mengandung
sejumlah pesinogen yang dibagi menjadi 2 gugusan berbeda secara
imunohistokimia yaitu: pepsinogen I dan pepsinogen II. Pepsinogen I hanya
ditemukan di daerah pensekresi asam dan pepsinogen II di daerah pilorus.
Pepsin menghidrolisis ikatan antara asam amino aromatik seperti feilalanin
atau tirosin dan asam amino lain, sehingga produk pencernaan pesin
merupakan polipeptida yang ukurannya beragam. Gelatinose untuk
mencairkan gelatin juga ada di lambung. Renin/ kimosin suatu enzim
pembeku susu ditemukan pada hewan muda, tetapi tidak pada manusia.
Lipase lidah disekresi oleh kelenjar ebner pada permukaan dorsal lidah,
lambung juga mensekresi lipase tetapi hanya sedikit kegunaannya, kecuali
dalam insufisiensi pankreas. Lipase lidah aktif dalam lambung dan dapat
mencerna 30% trigliserida diet. Mukus dibentuk oleh glikoprotein, disekresi
oleh sel mukosa leher serta permukaan dalam korpus dan fundus dan di
tempat lain yang serupa. Mukus membentuk gel fleksibel yang menyelubungi
mukosa. Mukosa lambung juga mensekresi bikarbonat: bikarbonat dan mukus
membentuk lapisan tak bertanduk dengan ± ph 7.0. lapisan ini dengan

47
membran permukaan sel mukosa membentuk sawar bikarbonat mukosa yang
melindungi sel mukosa dari kerusakan oleh asam lambung.
3. Digesi di usus halus
Kelenjar Brunner dalam duodenum mensekresi mukus alakali kental
yang akan melindungi duodenum dari asam lambung. Digesi lemak yang
sebagian kecil di lakukan di lambung dikerjakan oleh lipase lidah, setelah
kim sampai di duodenum, digesi lemak dikerjakan oleh lipase pankreas.
Enzim ini menghidrolisis ikatan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan
monogliserida. Lemak diemulsikan halus di dalam usus halus oleh kerja
cairan garam empedu, lesitin dan monogliserida menjadi partikel-partikel
dengan diameter 200-500 nm. Bila konsentrasi garam empedu dlam usus
tinggi (karena kontraksi kantung empedu), maka lipid dan garam empedu
berinteraksi spontan untuk membentuk “micellses”, suatu kompleks larut air,
dimana lipid dapat lebih mudah diabsorbsi. Kerja ini dinamai efek
hidrotropik. Keadaan asam di duodenum menghambat penggabungan asam
lemak dan micells.
Di dalam usus halus polipetida hasil pencernaan dalam lambung dicerna
lebih lanjut oleh enzim proteolitik pankrean dan mukosa usus. Tripsisn,
kimotripsin dan elastase bekerja pada ikatan peptida interior dalam molekul
petida dinamai endopeptdase. Karboksipeptidase pankreas dan amino
peptidase batas sikat (brush border membran) merupakan eksopeptidase yang
menghidrolisis asam amino pada ujung karbosi dan amino dari polipeptida.
Sejumlah asam amino bebas dibebaskan di dalam lumen usus, tetapi lainnya
dibebaskan pada permukaan sel oleh amino peptidase dan dipeptidase di
dalam batas sikat sel mukosa. Beberpa dipeptida dan tripeptida ditranspor
aktif ke dalam sel usus dan dihidrolisis oleh peptidase intrasel bersama asam
amino yang memasuki aliran darah. Jadi, pencernaan akhir protein ke asam
amino timbul dalam 3 lokasi di lumen usus, di batas sikat dan di sitoplasma
sel mukosa.
4. Motilitas dan pengosongan lambung
Jika makan sampai di lambung maka terjadi relaksasi otot lambung yang
disebabkan gerakan faring dan esofagus. Kemudian diikuti oleh kontraksi

48
peristaltik yang mencampur makanan dan mendorong makanan ke duodenum.
Gerakan peristaltik dalam lambung dikoordinasi oleh gelombang lambat
lambung, suatu gelombang depolarisasi sel otot polos yang berlanjut dari otot
sirkuler fundus ke dalam pilorus sekitar setiap 20 detik. Gerakan ini lambat-
halus, melembutkan makan menjadi suatu cairan encer yang disebut chyme
(kim). Setiap gelombang pencampuran memaksa sejumlah kecil isi lambung
ke duodenum melalui spingter pilorika. Sebagian makanan dipaksa kembali
ke korpus lambung untuk pencampuran lebih lanjut. Gelombang berikutnya
mendorong ke arah depan lagi dan memaksa sedikit lagi makanan ke
duodenum. Begitu seterusnya gerakan mencampur dari lambung sampai kim
dalam lambung habis.
Kecepatan pengososngan lambung ke duodenum tergantung jenis
makanan yang ditelan. Makanan kaya karbohidrat meninggalkan lambung
lebih lambat daripada yang mengandung lemak. Kecepatan pengososngan
juga tergantung pada tekanan osmotik yang memasuki duodenum. Produk
pencernaan protein dan ion hidrogen yang melapisi mukosa duodenum akan
menurunkan motilitas lambung yang diperantarai saraf reflek enterogaster.
5. Motolitas usus halus dan kolon
Kontraksi usus halus dikoordinasi oleh gelombang lambat usus halus,
gelombang depolarisasi otot polos yang bergerak ke kaudal dari otot sirkuler
duodenum. Frekuensi gelombang lambat menurun dari12 per menit di dalam
jejunum menjadi 9 per menit di ileum. Ada 2 jenis gerakan yaitu kontraksi
segmentasi dan gelombang peristaltik. Kontraksi segmentasi merupakan
kontraksi seperti cincin dengan interval cukup teratur sepanjang usus,
kemudian tulang diganti oleh kelompok kontraksi cincin dan dalam segmen
diantara kontaksi sebelumnya. Kontraksi segmentasi menggerakkan kim maju
mundur dan meningkatkan pemaparannya ke permukaan mukosa.
Gerakan peristaltik, menggerakkan kim sepanjang usus. Bila dinding
usus diregangkan, maka kontraksi sirkuler profunda (gelombang peristaltik)
terbentuk di belakang titik rangsangan dan bergerak sepanjang usus ke arah
rektum dengan kecepatan bervariasi ± 2-25 cm per detik. Gerak peristaltik ini
tidak terlihat pada individu normal, tetapi timbul bila usus tersumbat.

49
Gerakan kolon seperti pada usus halus yaitu kontraksi segmentasi dan
gelombang peristaltik. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon akan lebih
banyak memaparkan isi kolon ke mukosa untuk memfasilitasi absorbsi.
Gelombang peristaltik mendorong isisnya ke arah rektum. Gerakan kolon
dihantarkan dalam otot polos sirkuler oleh gelombang lambat kolon.
Frekuensi gelombang meningkat sepanjang kolon, ± 2 kali/ menit pada vulva
iliosekalis sampai 6 kali/ menit pada kolon sigmoid. Valva ilieosekalis sedikit
menonjol ke sekum, jika tekanan kolon meningkat valva menutup, dan jika
tekanan ileum meningkat maka valva membuka, sehingga efektif mencegah
refleksi isi kolon ke ileum.
Jenis kontraksi yang hanya terdapat pada kolon yaitu kontraksi kerja
masal, yaitu kontraksi serentak otot polos pada area besar. Kontraksi ini
menggerakkan materi dari satu bagian kolon ke bagian lain dan ke dalam
rektum, dan distensi rektum memulai reflek defekasi.
6. Defekasi
Defekasi rektum karena feses memulai reflek ototnya dan keinginan
berdefekasi. Pada manusia, persarafan simpatis ke spingter ani interna
(involunter) bersifat eksitasi, sedangkan persrfan parasimpatis bersifat
inhibisis. Persarafan otot lurik spingter ani eksterna berasal dari n. Pudendus.
Keinginan berdefekasi mula-mula timbul jika tekanan rektum meningkat ± 18
mmHg. Bila tekanan mencapai 55 mmHg maka spingter ani eksterna maupu
interna berelaksasi dan isi rektum dikeluarkan. Sebelum tekanan yang
merelaksasi volunter spingter eksterna dan mengkontraksikan otot abdomen
(untuk mengejan), sehingga membantu reflek pengososngan bagi rektum.
Distensi lambung oleh makanan, rektum memulai kontraksi dan sering
timbul keinginan berdefekasi. Respon ini disebut refleks gastrokolika. Karena
reflek ini, maka defekasi setelah makan selalu terjadi pada anak. Pada orang
dewasa, kebiasaan dan faktor kebudayaan berperan besar dalam menentukan
kapan timbul defekasi.
7. Absorbsi usus halus dan kolon
Heksosa dan pentosa cepat diabsorbsi melewati dinding usus. Transport
sejumlah gula dipengaruhi oleh jumlah Na+ dalam lumen usus. Konsentrasi

50
Na+ tinggi di permukaan mukosa sel memfasilitasi penyerapan, konsentrasi
Na+ rendah menghambat aliran masuk gula ke dalam sel epitel. Gula bergerak
bersama Na+ dan dilepaskan di dalam sel. Na+ diangkut ke dalam ruang
intersel lateral dan glukosa berdifusi ke dalam interstisium sehingga masuk ke
kapiler. Transport glukosa ini merupakan contoh aktif sekunder. Absorbsi
fruktosa tak tergantung Na+, fruktosa diabsorbsi melalui difusi terbantu.
Beberapa fruktosa di ubah menjadi glukosa di dalam sel mukosa. Pentose
diabsorbsi oleh difusi sederhana. Kecepatan maksimum absorbsi glukosa di
usus adalah ±120 g/jam.
Absorbsi lemak terbesar dalam bagian usus halus yaitu 95%, dan di feses
sebesar ± 5%. Monogliserida, kolesterol, atau lemak “micell” memasuki sel
mukosa dengan difusi pasif. Kolesterol mudah diabsorbsi usus halus jika ada
empedu, asam lemak, dan getah pancreas. Hamper semua kolesterol yang
diabsorbsi di gabung ke dalam kilomikron yang memasuki sirkulasi melalui
pembuluh limfe.
Dalam keadaan normal protein makanan dicerna menjadi asam amino,
kemudian dengan cepat diabsorbsi dari usus halus ke dalam darah vena porta.
Ada perbedaan kecepatan absorbs di usus halus antara 2 isomerrasam amino.
Isomer L-asam amino ditransport secara aktif melalui usus halus dari mukosa
ke serosa. Isomer D-asam amino ditransfer hanya secara difusi pasif.
Transport aktif L-asam amino digabung ke transport Na+, seperti transport
glukosa. Absorbs asam amino berlangsung cepat di dalam jejunum dan
duodenum, tetapi lambat di ileum. Sejumlah protein (2-5%) yang lolos
diabsoprbsi masuk ke kolon yang kemudian di cerna oleh bakteri. Absorbs
protein menurun dengan penuaan, tetapi orang dewasa masih mengabsorbsi
sejumlah kecil.
Hanya sedikit air yang bergerak melintasi mukosa lambung, tetapi air
bergerak dalam dua arah melintasi mukosa usus halus dan usus besar karena
respon terhadap perbedaan osmotic. Sejumla Na+ yang berdifusi atau keluar
usus halus tergantung pada perbedaan konsentrasi. Na+ juga ditransfer aktif
keluar dari lumen usus halus dan kolon karena pompa dinding basal. Di
dalam jejunum dan ileum transport Na+ dari usus ke darah difasilitasi oleh

51
aldosteron. Gerakan K+ melintasi mukosa usus karena difusi. Ca+ diangkut
secara aktif dan gerakannya tergantung pada hormone paratiroid dan vitamin
D. Elektrolit lain misalnya besi, potassium, magnesium, dan fosfat bergerak
dengan transport aktif.25

D. METABOLISME
Metabolisme secara harfiah mempunyai arti “perubahan”, yang dipakai
untuk menunjukkan semua transformasi kimia dan tenaga yang timbul di
dalam tubuh, atau secara sederhana adalah penggunaan makana oleh tubuh.
Pembakaran atau oksidasi karbohidrat, protein dan lemak yang
menghasilkan CO₂, H₂O dan tenaga diperlukan bagi proses hidup. CO₂, H₂O,
dan tenaga juga dihasilkan jika makanan dibakar di luar tubuh. Didalam
tubuh, oksidasi merupakan suatu proses rumit lambat bertahap yang disebut
katabolisme. Tenaga dapat disimpan di dalam tubuh dalam bentuk senyawa
fosfat bertenaga yang khusus, serta dalam bentuk protein, lemak, karbohidrat
kompleks yang disintesis dari molekul lebih sederhana. Pembentukan
senyawa ini disebut anabolisme.
1. Metabolisme Dan Nutrisi
Metabolisme, Nutrisi, dan Homeostasis Reaksi metabolik berkontribusi
pada homeostasis dengan menghasilkan energi kimia dari nutrisi yang
dikonsumsi untuk digunakan dalam pertumbuhan, perbaikan, dan fungsi
normal tubuh.
Makanan yang kita makan adalah satu-satunya sumber energi kita untuk
berlari, berjalan, dan bahkan bernapas. Banyak molekul yang dibutuhkan
untuk menjaga sel dan jaringan dapat dibuat dari prekursor yang lebih
sederhana oleh reaksi metabolisme tubuh; yang lain asam amino esensial,
asam lemak esensial, vitamin, dan mineral — harus diperoleh dari makanan
kita. Seperti yang Anda pelajari di Bab 24, karbohidrat, lipid, dan protein
dalam makanan dicerna oleh enzim dan diserap di saluran pencernaan.
Produk pencernaan yang mencapai sel-sel tubuh adalah monosakarida, asam
lemak, gliserol, monogliserida, dan asam amino. Beberapa mineral dan

25
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999),hlm307-309

52
banyak vitamin adalah bagian dari sistem enzim yang mengkatalisis
pemecahan dan sintesis karbohidrat, lipid, dan protein. Molekul makanan
yang diserap oleh saluran gastrointestinal (GI) memiliki tiga nasib utama:26
a. Kebanyakan molekul makanan digunakan untuk memasok energi
untuk mempertahankan proses kehidupan, seperti transportasi aktif,
replikasi DNA, sintesis protein, kontraksi otot, pemeliharaan suhu
tubuh, dan mitosis.
b. Beberapa molekul makanan berfungsi sebagai blok bangunan untuk
sintesis molekul struktural atau fungsional yang lebih kompleks,
seperti protein otot, hormon, dan enzim.
c. Molekul makanan lainnya disimpan untuk digunakan di masa depan.
Misalnya, glikogen disimpan dalam sel hati, dan trigliserida
disimpan dalam sel adiposa.27
2. Metabolisme Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan
bakar untuk oksidasi dan menyediakan energi untuk proses-proses
metabolisme lainnya. Karbohidrat yang di pakai oleh sel-sel terutama dalam
bentuk glukosa. Monosakarida utama yang dihasilkan dari proses pencernaan
adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa. Metabolisme karbohidrat pada
mamalia dibagi menjadi:
a. Glikolisis : oksidasi glukosa atau glikogen menjadi piruvat dan laktat
dengan jalan Embden -Meyerhof.
b. Glikogenesis : sintesis glikogen dari glukosa.
c. Glikogenolisis : pemecahan glikogen. Hasil utama glikogenolisis
dalam hati adalah glukosa, dan hasil dari utama dalam otot adalah
piruvat dan laktat.
d. Oksidasi asam piruvat menjadi asetil-KoA: ini merupakan tingkat
yang penting sebelum pemasukan hasil glikolisis ke dalam siklus

26
Gerard, J. Torotora dan Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, (America:
John Wiley & Sons, Inc. 2009), hlm 1024
27
Gerard, J. Torotora dan Bryan Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, (America:
John Wiley & Sons, Inc. 2009), hlm 1024

53
asam sitrat, yang merupakan jalan akhir bersama oksidasi
karbohidrat, protein dan lemak.
e. Heksosa monofosfat shunt (jalan oksidasi langsung, jalan oksidasi
fosfoglukonat, siklus pentose fosfat): merupakan jalan lain
disamping jalan Embden-Meyerhof untuk oksidasi glukosa.
f. Glukoneogenesis : Pembentukan glukosa atau glikogen dari sumber
non karbohidrat. Substrat utama untuk glukoneogenesis adalah asam
amino glukogenik, laktat dan gliserol, pada memamah biak
substratnya propionate.28

Gambar 4.1.
Glikolisis dengan jalan Embden-Meyerhof merupakan fase anaerob
karena proses pemecahan glukosa terjadi tanpa adanya oksigen. Pada proses
ini 6 atom karbon dari glukosa dipecah menjadi molekul yang lebih kecil
yang mengandung 3 atom karbon disebut gliseraldehid-3-PO₄yang akhirnya
terbentuk 2 molekul asam piruvat.
Glikogenesis adalah pembentukan glikogen. Proses ini menyangkut
proses fosforilasi dari glukosa glukosa -6-PO₄, kemudian berubah menjadi
glukosa -1-PO₄. Dari sini bereaksi dengan UTP (Uridin trifosfat) membentuk
UDPG (uridin difosfat glukosa), dan dengan bantuan enzim glikogen
sintetase akan terbentuk glikogen.
Glikogenolisis adalah proses pemecahan glikogen menjadi glukosa.
Glikogen akan berdegradasi langsung menjadi glukosa -1-PO₄ dengan

28
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999),hlm 310

54
bantuan enzim glikogen fosforilase, kemudian glukosa -1-PO₄ menjadi
glukosa -6-PO₄ dan berakhir dengan pembentukan glukosa. Metabolisme
glikogen diatur oleh hormone insulin yang mempercepat penggunaan glukosa
oleh jaringan sehingga glukosa cepat hilang dari darah untuk produksi energi,
glikogen, lemak sehingga berperan pada proses gliko-genesis. Epinefrin dan
glukagon yang menstimulir glikogen fosforilase dan menekan glikogen
sintetase menyebabkan penurunan simpanan glikogen dan mempertinggi
glukosa darah, sehingga berperan dalam proses glikogenesis.29
Piruvat dioksidasi menjadi asetl -koA. Sebelumnya piruvat dapat masuk
ke dalam siklus Krebs, piruvat harus diangkut ke dalam mitokondria. Di
dalam mitokondria piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-
koA.
Heksosa monofosfat shunt atau jalan pentosafosfat, jalan ini dipakai
untuk oksidasi glukosa yang taat terhadap jaringan, yang penting adalah hati,
kelenjar susu periode laktasi dan jaringan lemak. Enzim-enzim jalan shunt
diperoleh dari cairan sel di luar mitokondria.
Reaksi jalan shunt di bagi 2 fase. Pertama, glukosa 6-PO₄ mengalami
dehidrogenasi dan dekarboksilasi menghasilkan pentose, yaitu ribolosa -5-
PO₄ diubah kembali menjadi glukosa -6-PO₄ oleh serangkaian reaksi yang
memerlukan 2 enzim : transketolase dan transaldolase.
Glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari glikogen nonkarbohidrat
bila karbohidrat makanan tidak terdapat dalam jumlah yang cukup.
Mekanisme glukogenik dipakai untuk membersihkan hasil metabolisme
jaringan lain dalam darah, misalnya laktat yang dihasikan oleh otot dan
eritrosit dan gliserol yang secara terus menerus dihasilkan oleh jaringan
adiposa. Glikogen otot akan digunakan sebagai energi melalui glikolisis
anaerob yang berakhir dengan pembentukan asam laktat. Jika cukup istirahat
berarti tubuh cukup mendapat o₂, maka hati dapat mengubah kembali asam
laktat menjadi glikogen (glikogen hati). Peristiwa ini disebut proses
glukoneogenesis yang selanjutnya bila diperlukan dapat terjadi proses
glukoneogenisis yaitu glikogen dapat diubah menjadi glukosa bebas yang

29
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999),hlm310

55
beredar dalam darah. Keseluruhan proses yang sifatnya bolak-balik
(reversibel) disebut siklus Cori.
3. Metabolisme Lemak
Lemak yang penting dalam metabolisme mamalia adalah triasilgliserol
(trigliserida, lemak netral), fosfolipid dan sterol. Trigliserida dibentuk dari
tiga asam lemak yang terikat ke gliserol. Fosfolipid merupakan unsur
membrane sel, sterol mencakup berbagai hormon steroid dan kolesterol.
Didalam tubuh asam lemak dipecah ke asetil-KoA, yang kemudian memasuki
siklus Krebs.30
Oksidasi asam lemak dimulai dengan aktivasi asam lemak yang terjadi di
dalam dan di luar mitokondria. Asam lemak rantai Panjang aktif (asetil-KoA)
yang terbentuk di luar mitokondria harus dihubungkan ke karnitin (suatu
turunan lisin) untuk melewati membran mitokondria, sehingga karnitin
merangsang oksidasi lemak. Tahap oksidasi terjadi di dalam mitokondria,
tempat fragmen 2-karbon dipecah secara berseri dari asam lemak.
Knoop mengemukakan bahwa asam lemak dioksidasi secara fisiologis
dengan beta oksidasi. Tenaga yang dihasilkan dari proses ini besar, misalnya
untuk katabolisme 1 mol asam lemak 6-karbon melalui siklus Krebs sampai
CO₂ dan H₂O membentuk 44 ml ATP, sedangkan katabolisme 1 mol glukosa
karbohidrat 6 karbon dibentuk 38 mol ATP.
Dalam keadaan metabolisme tertentu yang berhubungan dengan
kecepatan oksidasi yang tinggi, hati menghasilkan sejumlah besar asetoasetat
dan D(-)-beta-hidroksibutirat yang dengan cara difusi masuk ke dalam darah.
Asetoasetat terus menerus mengalami dekarboksilasi secar spontan untuk
menghasilkan aseton. Tiga zat ini secara keseluruhan dikenal sebagai benda-
benda keton (benda aseton, keton-keton). Konsentrasi benda-benda keton
total dalam darah mamalia dengan gizi baik yidak melebihi 1 mg/dl. Jumlah
yang lebih dari normal darah atau urine disebut ketonemia atau ketonuria.
Keadaan keseluruhan disebut ketosis. Asam asetoasetat dan beta-
hidroksibutirat keduanya merupakan asam yang kekuatannya sedang dan di
buffer bila terdapat dalam darah atau jaringan. Akan tetapi ekskresinya yang

30
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999), hal 310-311

56
terus menerus banyak membawa sejumlah kation buffer (walaupun dibentuk
ammonia oleh ginjal) yang secara progresif menurunkan cadangan alkali dan
menyebabkan ketosidosis. Ini dapat menyebabkan kematian pada diabetes
mellitus yang tidak terkontrol. Bentuk-bentuk paling sederhana dari ketosis
terdapat pada kelaparan dan menyangkut penurunan persendian karbohidrat
yang dikaitkan dengan asam lemak bebas.31
Hormon-hormon yang mempercepat oengeluaran asam lemak bebas dari
jaringan adiposa dan meningkatkan asam lemak bebas dalam plasma dengan
menambah kecepatan liposis triasigliserol yang disimpan adalah epinefrin,
neropinefrin, glukagon, adrenokortikotropic (ACTH), hormone perangsang
melanosit alfa dan beta (alfa dan beta melanicyt stimulating hormone/MSH),
hormone perangsang tiroid (thyroid stimulating hormone/TSH), hormone
pertumbuhan (growth hormone/GH), dan vasopressin.
4. Metabolisme protein
Asam amino diserap melalui dinding usus → vena porta → hati ke
sirkulasi darah umum→seluruh jaringan tubuh. Asam amino diperlukan untuk
pembentukan jaringan baru/menggantikan yang rusak. Asam amino yang
dipecah dan disintesa dapat berupa persenyawaan yang mengandung N atau
tidak mengandung N.
Beberapa proses yang berkaitan dalam metabolisme protein yaitu: proses
dekarboksilasi yang memisahkan gugusan karboksil dari asam amino,
sehingga terjadi ikatan baru yang merupakan zatara yang masih mengandung
N; proses transaminase; pemindahan amino (NH₂) dari suatu asam amino ke
ikatan lain yang biasanya asam keton sehingga terjadi asam amino; proses
deaminasi, memisahkan guusan amino (NH₂) dari suatu asam amino.
Biasanya diikuti produksi asam alfa yang bila diolsidasi menjadi CO₂ dan
H₂O atau disintesa menjadi asetat mengikuti metabolisme asam lemak.
Jaringan tubuh bukan merupakan ikatan-ikatan statis, tetapi harus selalu
diperbaharui dengan dilepaskannya molekul-molekul yang lama dan diganti
dengan yang baru, yang berasal dari makanan. Asam amino yang terikat
sebagai protein sel mengadakan keseimbangan dinamik dengan asam amino

31
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999),hlm310-311

57
bebas di dalam cairan jaringan. Kumpulan-kumpulan asam amino ini disebut
pool asam amino yang dapat dipergunakan sebagai cadangan energi.32
5. Metabolisme Vitamin, Mineral, dan Air
Bentuk awal vitamin A dalam makanan hewani terdapat dalam bentuk
ester dengan asam lemak, terutama asam stearate, aayam, bebek) dan telur
ikan. Di dalam bahan makanan tidak terdapat asam vitamin A (retinoic acid)
secara alamiah. Didalam saluran pencernaan, ester vitamin A dihidrolisa dan
retinol yang terbebas diserap dengan proses penyerapan aktif melalui epitel
dinding saluran usus halus.Pro-vitamin A diserap sambil diubah menjadi
vitamin A (retinol) didalam epitel usus. Untuk menghidrolisa ester vitamin A
diperlukan enzim hydrolase dan untuk mengubah karotin menjadi vitamin A
diperlukan enzim 5,5’-dioksi hydrolase yang terdapat di epitel mukosa usus
dan sel hati.
Setelah diabsorpsi vitamin A dijadikan ester kembali dan ditranspor
opleh kilomikron melalui ductus torasikus, masuk ke aliran darah di angulus
venosus. Vitamin A yang ditangkap oleh sel-sel parenkim hati, sebagian
disimpan di sel-sel hati, sebagian lagi dihidrolisa menjadi retinol dan di
konjungsikan dengan pRBP (plasma Retinol Binding Protein) dan
dikeluarkan lagi dari sel hati ke dalam aliran darah. Di dalam plasma diikat
lagi oleh prealbumin dan sebagai komplek retinol-Prbp-PA, vitamin A ini
ditransport dari tempat penimbunan di hati ke sel-sel target yang memerlukan
vitamin A di seluruh tubuh.
Bentuk transport vitamin A di dalam plasma ada 2 jenis, yaitu vitamin
ester dalam VLDL dan LDL (very low density lipoprotein; dan low density
lipoprotein) sebagai bentuk transport dari usus ke hati dan retinol -Prbp-PA
kompleks merupakan bentuk transport dari tempat penimbuanan dari hati ke
jaringan sel-sel target yang memerlukan vitamin tersebut.
Didalam jaringan bawah kulit terdapat 7-dehidroksikolesterol yang akan
diubah menjadi vitamin kholekalsiferol (vitamin D₃) karena adanya
penyinaran ultraviolet yang terdapat di dalam sinar matahari. Pada daerah

32
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999),hlm310-311

58
tropis defisiensi vitamin D tidak perlu terjadi, asal kulit cukup kena sinar
matahari.33
Penyerapan vitamin D yang baik diperlukan adanya garam empedu.
Mengenai transport, katabolisme dan ekskresi vitamin D belum banyak
diketahui.
Ester vitamin E dihidrolisa enzim lipase dari sekresi pancreas dan
vitamin E yang dibebaskan diserap bersama lipoid dan asam lemak dari hasil
pencernaan. Vitamin E mempergunakan misel yang dibentuk oleh asam
lemak dan garam empedu sebagai karier dalam proses penyerapan, bersama
dengan vitamin A, D, K, kemudian ditranspor dalam kilomikron melalui jalur
duktus torasikus.
Jaringan tumbuhan dan hewan tertentu dapat mensintesa vitamin C dalam
beberapa jenis gula: D-glukosa, fruktosa, sukrosa dan D-galaktosa . Pentosa
tidak dapat diubah menjadi vitamin C. Marmot, primate dan manusia tidak
mempunyai kesanggupan untuk mensintesa vitamin C. Vitamin C dioksidasi
secara reversible menjadi dehidrovitamin C, dan katabolisme berikutnya
menghasilkan asam oksalat. Vitamin C tersebar di berbagai jaringan, dengan
urutan konsentrasi semakin menurun yaitu: retina, kelenjar pituitary, korpus
luteum, korteks adrenalis, timus, hati, otak, testis, ovarium. Definisi vitamin
C memberi gejala penyakit skorbut. Kerusakan terjadi pada jaringan rongga
mulut, pembuluh darah kapiler dan jaringan tulang.
Thiamin (Vitamin B₁), mudah larut di dalam air sehingga mudah diserap
di dalam usus ke jaringan mukosa. Didalam epitel mukosa usus, thiamin
difosforilisasi dengan pertolongan ATP menjadi TTP dank e hati melalui
vena porta.
Riboflavin (Vitamin B₂) bebas mengalami fosforilisasi dengan
pertolongan ATP me34njadi FMN kemudian dialirkan ke hati melalui vena
porta.

33
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999),hlm 313
34
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999),hlm.313

59
Dalam bahan makanan, vitamin B₁₂ sebagian besar terdapat dalam
bentuk ko-enzim 5’-adonesil-kobalamin yang terkonjungasi lagi pada
molekul protein seluluar.
Vitamin B₁₂ terutama ditimbun di hati, kemudian diekskresikan di dalam
cairan empedu yang sebagian diserap kembali di dalam usus halus, ini yang
disebut mengalami lingkaran entrerohepatik.
Data menunjukkan bahwa cairan empedu ini mengandung FI (Faktor
Intrinsik=yang disekresi gaster adalah enzim transferase) mendorong
penyerapan kembali vitamin B₁₂.
Garam mineral juga berguna bagi hidup dan kesehatan. Tidak hanya
melakukan fungsinya sebagai bagian mekanisme kendali8 kimia tubuh tetapi
ikut juga menyusun komponen struktur jaringan tubuh, misalnya kalsium dan
fosfor adalah unsur penting tulang dan gigi. Contoh mineral yang berfungsi
sebagai mekanisme kendali adalah : garam sodium memainkan peran dalam
memelihara keseimbangan air, juga untuk gerak jantung. Garam kalsium
membantu meneruskan irama jantung dan kontraksi usus serta perlu bagi
normalnya gerak otot kerangka dan normalnya pertumbuhan. Sejumlah enzim
juga berisi mineral.
Air metabolisme melalui beberapa cara:
a. Air merupakan penyusun penting setiap sel tubuh, yang merupakan lebih
dari separuh substansi penyusun sel, bila sedikit didehidrasi, sel-sel
kehilangan daya untuk tahan terhadap infeksi dan bila didehidrasi
sempurna akan mati.
b. Air berguna untuk sebagian besar tujuan, setidak-tidaknya fungsi tubuh,
misalnya sekresi kelenjar, digesi, absorpsi, anabolisme, eliminasi zat
sampah, regulasi panas, respirasi, sirkulasi, tahan atas penyakit dan
sebagainya. Semua kegiatan sel bergantung pada adanya sejumlah air
yang memadai. Bahan-bahan harus dilarutkan untuk melewati membrane
sel dan agar memudahkan reaksi kimia.
c. Air penting untuk mengencerkan sampah racun sehingga mencegah
rusaknmya sel-sel ginjal ketika sel-sel ginjal mengeliminasi racun.35

35
Soewolo,Fisiologi Manusia,(Malang: Universitas Negeri Malang,1999),hlm. 314-315

60
E. Gangguan Pada Sistem Pencernaan
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola
makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan.Gangguan-
gangguan ini antara lain adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik,
hingga infeksi usus buntu (apendisitis).
Berikut adalah gangguan dan kelainan sistem pencernaan manusia.
1. Parotitis (penyakit gondong)
Parotitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang
kelenjar air ludah di bagian bawah telinga akibatnya kelenjar air ludah
menjadi bengkak atau membesar.

Gambar 5.1. Penderita penyakit Parotis.


2. Xerostomia
Xerostomia adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang ditandai
dengan rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering membuat
makanan kurang tercerna dengan baik. Banyak keluhan yang dapat timbul di
rongga mulut, salah satu keluhan tersebut adalh mulut kering atau xerostomia.
Keadaan ini merupakan suatu gejala dan bukan penyakit, yang umumnya
berhubungan dengan berkurangnya saliva oleh berbagai faktor penyebab.

61
Keadaan ini bagi pasien sangat tidak menyenangkan, demikian juga bagi
dokter gigi merupakan masalah yang menyulitkan.36

Gambar 5.2. Kondisi lidah pada penderita Xerostomia


3. Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak
3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Penyebab diare antara lain ansietas
(stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus.
Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam
mineral, sehingga terjadi dehidrasi.

Gambar 5.3. Salah satu penyebab diare yaitu organisme yang melukai dinding usus.
4. Konstipasi (Sembelit)
Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin karena
feses keras atau kering sehingga terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak
teratur, faktor psikogenik, kurang aktifitas, asupan cairan yang tidak adekuat

36
HasibuanSuyuti, dan Harum sasanti, Xerostomia : Faktor Etiologi, Etiologi Dan Penanggulanga
(Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia: 2000), hlm : 242

62
dan abnormalitas usus.Sembelit terjadi jika kim (bubur makanan) masuk ke
usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka
feses menjadi keras dan kering.37
5. Tukak Lambung (Ulkus)
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung
enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan
bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini
adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan
berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut.
Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis
tertentu.

Gambar 5.4. Tukak lambung yang parah dapat menyebabkan dinding lambung berlubang dan
terjadi pendarahan.
6. Gangguan Lain
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain yaitu
peritonitis, yang merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium).
Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang
lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang
disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul
rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau
lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada

37
Wahyuningsih, Heni Puji dan Yuni Kusmiyati, Anatomi Fisiologi, (Jakarta, Pusdik SDM
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, 2017),
halaman 103-104

63
akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada
lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks
terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.

Gambar 5.5. Peritonitis pada saluran cerna.

64

Anda mungkin juga menyukai