Anda di halaman 1dari 19

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Diposting oleh Viliansyah Ners di Rabu, Februari 11, 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah
sistem organdalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya
menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem
pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luardan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan,
penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cairyang terbentang mulai dari mulut
(oris) sampai anus. Dari saluran pencernaan akan terbentuk sistem pencernaan yang terdiri
dari organ-organ pencernaan yang tergabung membentuk saluran pencernaan. saluran
pencernaan tersebut terdiri dari Oris(mulut), Faring(tekak), Esofagus(kerongkongan)
Ventrikulus(lambung), usus halus,usus besar, rektum, anus. Selain itu alat penghasil getah
cerna terdiri dari Kelenjar ludah, kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pankreas,
kelenjar getah usus.
Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan,
memecahnya menjadi molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut ke dalam
alirah darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakan organogenesis atau proses pembentukan sistem pencernaan?
2. Bagaimana histologi saluran cerna?
3. Bagaimanakah susunan saluran oencernaan?
4. Kelenjar apa saja yang terdapat dalam saluran pencernaan?
5. Apa fungsi dari sekresi?
6. Apa fungsi dari hati?
7. Bagaimana metabolisme karbohidrat, lemak dan protein?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 3
2. Mengetahui organogenesis sistem pencernaan
3. Mengetahui histologi saluran cerna
4. Mengetahui susunan saluran pencernaan
5. Mengetahui kelenjar yang terdapat pada sistem pencernaan
6. Mengetahui fungsi dari sekresi
7. Mengetahui fungsi dari hati
8. Mengetahui metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

BAB II
PEMBAHASAN

A. Organogenesis Sistem Pencernaan


Saluran pencernaan primitif terbagi menjadi 3 bagian, yaitu usus depan (fore gut), usus
tengah (mid gut), dan usus belakang (hind gut).
 Usus depan: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian anterior, yang akan
diikuti oleh mesoderm splanknik.
Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan duodenum.
 Usus tengah: daerah arkenteron antara usus depan dan usus belakang. Usus tengah akan menjadi
yeyunum, ileum dan kolon
 Usus belakang: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian posterior, yang
akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus
Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus – dari
ektoderm. Jaringan-jaringan/ struktur-struktur lain penyususn saluran pencernaan dibentuk oleh
mesoderm splanknik.
 Pembentukan mulut
Mulut terbentuk pada bagian anterior usus depan. Invaginasi ektoderm (= lekuk stomodeum)
yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus depan menyebabkan terbentuknya keping oral.
Keping oral makin lama makin menipis, akhirnya pecah → menjadi lubang mulut.
 Pembentukan anus
Anus terbentuk pada bagian posterior usus belakang. Invaginasi ektoderm (= lekuk
proktodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus belakang menyebabkan terbentuknya
keping anal. Keping anal makin lama makin menipis, akhirnya pecah → menjadi lubang anus.

B. Histologi Saluran Cerna


Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4
lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa.
1. Lapisan mukosa terdiri atas (1) epitel pembatas; (2) lamina propria yang terdiri dari jaringan
penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos,
kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid; dan (3) muskularis
mukosae.
2. Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh darah dan limfe,
pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), dan kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan
limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas: (1) sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2
sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen), umumnya tersusun
melingkar (sirkuler); pada sublapisan luar, kebanyakan memanjang (longitudinal). (2) kumpulan
saraf yang disebut pleksus mienterik (atau Auerbach), yang terletak antara 2 sublapisan otot. (3)
pembuluh darah dan limfe.
4. Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas (1) jaringan penyambung jarang, kaya akan
pembuluh darah dan jaringan adiposa; dan (2) epitel gepeng selapis (mesotel).
Fungsi utama epitel mukosa saluran pencernaan adalah:
 Menyelenggarakan sawar (pembatas), bersifat permeabel selektif antara isi saluran dan jaringan
tubuh.
 Mempermudah transpor dan pencernaan makanan
 Meningkatkan absorpsi hasil-hasil pencernaan (sari-sari makanan). Sel-sel pada lapisan ini selain
menghasilkan mukus juga berperandalam pencernaan atau absorpsi makanan.
Nodulus limfatikus yang banyak terdapat pada lamina propria dan lapisan submukosa
sebagai sistem pertahanan tubuh atau pelindung dari infeksi mikroorganisme dari invasi virus dan
bakteri. Muskularis mukosae dan lapisan otot untuk pergerakan lapisan mukosa secara independen
(otonom) dari pergerakan saluran pencernaan lain, sehingga meningkatkan kontak dengan
makanan. Kontraksi lapisan mukosa mendorong (peristaltik) dan mencampur makanan
(segmentasi) dalam saluran pencernaan. Pleksus-pleksus saraf mengatur kontraksi muskuler ini,
yang membentuk gangglia parasimpatis. Banyaknya jala-jala serabut pre- dan postganglionik
sistem saraf otonom dan beberapa serabut-serabut sensoris viseral dalam ganglia ini
memungkinkan komunikasi diantara mereka. Kenyataan bahwa saluran pencernaan menerima
banyak persyarafan dari sistem saraf otonom memberikan penjelasan anatomik akan besarnya
pengaruh gangguan emosi pada saluran pencernaan suatu fenomena yang penting pada pengobatan
psikosomatis.

C. Sususnan Saluran Pencernaan


Saluran pencernaan merupakan alat yang dilalui bahan makanan, saluran pencernaan
meliputi: mulut, kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus, dan usus besar.
1. Oris (Rongga Mulut)
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan. Rongga mulut dibatasi oleh beberapa bagian,
yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan langit-langit (palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-
otot pipi, serta sebelah bawah oleh rahang bawah. Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
 Pencernaan mekanik, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan yang
terjadi di lambung.
 Pencernaan kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan mengubah makanan yang ber-molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Fungsi rongga mulut:
 Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
 Untuk berbicara
 Bila perlu, digunakan untuk bernafas.
a. Pipi dan Bibir
Pipi dan bibir mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara,
disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah dalam diselimuti oleh selaput lendir
(mukosa).
b. Gigi
Berdasarkan bentuk dan fungsinya gigi dapat dibedakan menjadi:
 Gigi seri atau Incisivi (I) yang memiliki fungsi untuk menggigit dan memotong.
 Gigi taring atau Caninus (C) yang memiliki fungsi untuk menyobek.
 Gigi geraham dapat dibedakan menjadi gigi geraham kecil atau Premolar (P)dan gigi geraham
besar atau Molar (M) yang memiliki fungsi mengunyah dan melumatkan makanan.
c. Lidah
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap
yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan
bicara.Juga membantu membolak balik makanan dalam mulut. Lidah dibagi atas tiga bagian :
 Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglottis yang berfungsi untuk menutup jalan napas
pada waktu kitamenelan makanan, supaya makanan jangan masukn ke jalan napas.
 Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat putting-putting pengecap atau ujung saraf pengecap.
 Frenulum lingua merupakan selaput lender yang terdapat pada bagian bawah kira kira di tengah,
jika lidah digerakan ke atas Nampak selaput lender. Flika sublingual terdapat di sebelah kiri dan
kanan frenulun lingua, di sini terdapat pula lipatan selaput lender. Pada pertengahan flika
sublingual initerdapat saluran dari grandula parotis, submaksilaris dan glandula sublingualis.
Bagian lidah yang berperan dalam mengecap rasa makanan adalah papilla. Papilla ini
merupakan bentukan dari saraf-saraf sensorik (penerima rangsang).
Fungsi Lidah :
 Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
 Mencampur makanan dengan ludah
 Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
 Untuk berbicara
 Untuk mengecap manis, asin dan pahit
 Untuk merasakan dingin dan panas
2. Faring (Tekak/Tengggorokan)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari bagian superior (bagian yang sama tinggi dengan hidung), bagian media
(bagian yang sma tinggi dengan mulut) dan bagian inferior nasofaring, pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring,
bagian ini berbatas ke depan sampai di akarvlidah bagian inferior disebut laringofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring. Menelan (deglutisic), jalan udara masuk ke bagian depan
terus ke leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari jalan napas dan di
depan dari ruas tulang belakang. Makanan melewati epiglottis lateral melalui resus piriformis
masuk ke esophagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah masuknya
makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup sementara. Permulaan menelan,
otot mulut dan lidah berkontraksi secara bersamaan.
3. Esofagus (Kerongkogan)
Esophagus adalah yang menghubungkan tekak dengan lambung, yg letaknya dibelakang
trakea yg berukuran panjang ± 25 cm dan lebar 2 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
di bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar : lppisan selaput lender (mukosa),lapisan
submukosa, lapisan otot melingkar sekuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus
terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah mellui toraks menembus
diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung. Fungsi dari esofagus adalah
menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung dan tiap2 ujung esofagus dilindungi
oleh suatu spinter yang berperan sebagai barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus.
4. Gaster (Lambung)
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan
esophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan pancreas dan limpa,
menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Fungsi dari lambung:
 Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan oleh peristaltic lambung dan getah
lambung.
 Fungsi asam lambung sebagai pembunuh kuman atau racun yang masuk bersama makanan serta
untuk mengasamkan makanan agar mudah dicerna.
 Getah cerna lambung yang dihasilkan :
o Pepsi, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan peptone)
o Asam garam (HCl), fungsinya mengasamkan makanan dan membuat suasana asam pada
pepsinogen menjadi pepsin.
o Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dan dari karsinogen
(karsinogen dan protein susu)
o Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang marangsang
sekresi getah lambung.
5. Intestinum Minor (Usus Halus)
Usus halus atau intesnium minor adalah bagian dari system pencrnaan makanan yang
berpangkal pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang
tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus
(lapisan mukosa [sebelah dalam] lapisan otot melingkar [M.sirkuler], lapisan otot memanjang
[M.longitudinal] lapisan serosa [sebelah luar]).
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Kelenjar – kelenjar usus menghasilkan enzim – enzim pencernaan, yaitu :
 Peptidase, berfungsi mengubah peptide menjadi asam amino
 Sukrase, berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
 Maltase, berfungsi mengubah maltose menjadi glukosa
 Laktase, berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
Usus halus terdiri dari 3 bagian :
 Duodenum (usus dua belas jari)
Nama duodenum berasal dari bahasa latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya
ke jejunum. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu. Panjang duodenum adalah 20 cm.
 Jejunum (usus kosong)
Berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”. Menempati 2/5 sebelah atas dari
usus halus. Terjadi pencernaan secara kimiawi. Panjang dari jejunum adalah 2,5 m
 Ileum (usus penyerapan)
Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan menempati 3/5 bagian akhir usus
halus. Panjang dari ileum adalah 3,6 m.
6. Intestinum Mayor (Usus Besar)
Usus besar atau Intestinum mayor panjangnya ± 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan
usus besar dari dalam ke luar :
 Selaput lender
 Lapisan otot melingkar
 Lapisan otot memanjang
 Jaringan ikat.
Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini juga penting untuk fungsi normal dari usus. Fungsi
usus besar, terdiri dari :
 Menyerap air dari makanan
 Tempat tinggal bakteri E.Coli
 Tempat feses
Intestinum mayor terdiri dari :
Sekum
Sekum (bahasa latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang
terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Di bawah seikum
terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai
cacing, panjangnya ± 6 cm. Seluruhnya ditutupu oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak
mempunyai mesentrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
b. Kolon Asendens
Kolon assendens mempunyai panjang 13 cm, terletak di abdomen bawah sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini
disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
c. Kolon Transversum
Panjangnya ±38 cm membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di
bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapaat fleksura
lienalis.
d. Kolon desendens
Panjangnya ±25 cm terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur dari atas ke bawah
dan fleksura lienalisbsampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
e. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis
sebelah kiri, bentuknya menyerupai S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
7. Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
8. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dansebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkterFeses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Anus terletak di
dasar pelvis, dindingnya diperkuat voleh 3 sfingter yaitu :
 Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
 Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
 Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
Defekasi (buang air besar) didahului oleh transport. Feses ke dalam rectum yang
mengkibatkan ketegangan dinding rectum mengakibatkan rangsangan untuk reflex defekasi
sedangkan otot usus lainnya berkontraksi. M. levator ini relaksasi secara volunteer dan tekanan
ditimbulkan oleh otot otot abdomen.
D. Anatomi Kelenjar Pencernaan dan Ekskresinya
Bagian kedua sistem pencernaan mansia adalah kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan
membantu pemecahan zat makanan dn penyederhanaan senyawa melalui berbagai enzim yang
dikeluarkan di saluran pencernaan.
Berikut ini adalah kelenjar pencernaan yang berada dalam sistem pencernan mansia:
1. Kelenjar ludah
Klenjar ludah adalah kelenjar pertama yang dijumpai ketika makanan masuk kedalam
rongga mulut. Kelenjar ludah menghasilkan mukus dan enzim amilase saliva (ptialin). Menurut
letaknya kelenjar ludah terdiri atas empat pasang:
 Glandula parotis : dibawah telinga
 Galandula submandibularis : dibawah rahang
 Galndula sublingualis : dibawah lidah
 Glansula liur minor : tersebar dirongga mulut
2. Kelenjar Lambung
Kelenjar lambung menghasilkna beberapa enxzim seperti pepsin, renin, dan HCl atau asam
klorida. Pepsinogen yang diaktifkan oleh asam lambung merupakan sikal bakal enzim pepsin.
Keluarnya asam lambung dipengaruhi oleh gerak refleks yang timbul ketika masuknya makanan
ke dalam lambung. Asam lambung jga dipengaruhi oleh hormon gastrin yang keluar melalui
dinding-dinding lambung.
3. Kelenjar Hati
Hati atau hepar adalah kelenjar paling besar didalam tubuh manusia. Fungsi hepar sebagai
kelenjar, diantaranya sebagai berikut:
 Hati menghasilkan empedu sebagai kelenjar ensi=okrin
 Hati mampu menyimpan cadangan lemak, glikogen, vitamin A, vitamin B12, vitamin D dan
albumin.
 Hepar bertugas mensintesis protein dari cairan darah dan mampu menjadi bengkel sel darah merah
yang rusak atau mati
 Fungsi utama hati biasanya dikaitkan dengan detoksifikasi zat0zat beracun didalam pencernaan
 Hati mamapu menghasilkan enzim arginase yang mengubah arginia menjadi ornitina dan urea,
sehingga menetralisasi racun didalam tubuh.
4. Penkreas
Kelenjar pankreas berada diantara lambung (ventrikulus) dan usus halus. Pankreas
menghasilkan beberapa enzim pencernaan makanan, dinataranya protease, nujlease, amilase, dan
lipase. Keluarnya enzim dari pankreas bergantung pada aktixitas hormon sekretin yang dihasilkan
oleh usus duabelas jari (duodenum) pada saat makanan masuk kedalamnya.
5. Kelenjar dalam Usus Halus
Enzim yang dihasilkan antara lain enterokinase, erepsin (peptidase), maltase, sukrase,
laktase, nuklease, dan lipase. Hormon enterokrinin yang dihasilkan oleh duodenum mempengaruhi
kluarnya enzim-enzim tersebut, sehingga mempermudah penyerapan sari-sari makanan.
E. Pembagian Regio Abdomen
Dinding abdomen tampak luar terdiri dari
 Umbilicus
 Linea alba, yaitu:
o Berupa garis putih
o Tendinous
o Membentang dari Processus Xiphoideus ke symphisis pubis
 Linea semilunaris
Batas-batas dinding abdomen:
 Bagian atas (superior)
 processus xiphoideus dan cartilago costalis
 Bagian bawah (inferior)
 crista iliaca
 Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS)
 Ligamen Inguinalis
 Symphisis pubis, crista pubicum, dan tubercularis pubis
Regio-regio abdomen dan organ-organnya:
 Hypochondrium dextra, yaitu regio kanan atas:
 Hepar dan Vesica fellea
 Epigastrium, regio yang berada di ulu hati
 Gaster, Hepar, Colon transversum
 Hypochondrium sinistra, regio yang berada di kiri atas:
 Gaster, Hepar, Colon Transversum
 Lumbaris dextra, regio sebelah kanan tengah:
 Colon ascendens
 Umbilicalis, regio tengah:
 Intestinum tenue, Colon transversum
 Lumbaris sinistra, regio sebelah kiri umbilikalis:
 Intestinum tenue, Colon descendens
 Inguinalis dextra, regio kanan bawah:
 Caecum, Appendix vermiformis
 Hypogastrium / Suprapubicum, regio di tengah bawah:
 Appendix vermiformis, Intestinum tenue, Vesica urinaria
 Inguinalis sinistra, regio kiri bawah:
 Intestinum tenue, Colon descendens, Colon sigmoideum
F. Prinsip Umum : Motilitas, Pengaturan Saraf, Sirkulasi Darah
 Motilitas
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran
pencernaan. Seperti otot polos vaskuler, otot polos di dinding saluran pencernaan terus
berkontraksi dengan kekuatan rendah yang dikenla dengan tonus. Tonus ini fungsinya untuk
mempertahankan tekanan pada isi saluran pencernaan tetap serta untuk mencegah dinding saluran
pencernaan yang melebar permanen setelah mengalami distensi. Pada mayat tonus usus sudah
tidak ada lagi, sehingga usus cadavert akan terlihat sangat besar (6,5 m, sedang pada orang hidup
3 meter).
Paling kuat terjadi di usus besar. Gerakan motilitas terdapat 2 jenis:
1. Gerak peristaltik
Merupakan gerak untuk mendorong bolus (sebutan makanan yag sudah menggumpal bulet
padat) atau kimus (sebutan makanan setelah melewati lambung) ke arah distal. Gerakan ini terjadi
karena adanya doronga dari otot proksimal dari bolus/kimus. Otot yang berkontraksi adalah otot
longitudinal, sedang otot sirkular berelaksasi. Sebagai pengingat, di lapisan muskular ada 2 lapisan
yaitu sirkular di sebelah dalam dan longitudinal di sebelah luar.
2. Gerak segmentasi
Kontraksi timbul di tengah-tengah bolus sehingga bolus bergerak ke proksimal dan distal
sehingga kontraksi akan memecah-mecah bolus ke partikel lebih kecil juga mencampur partikel
tersbut. Kemudian bolus ini akan dipajankan ke dinding permukaan saluran pencernaan.
 Pengaturan saraf
Rangsangan saraf parasimpatis terhadap lambung dan kolon bagian bawah akan
meningkatkan aliran darah setempat pada saat yang bersamaan dengan peningkatan sekresi
kelenjar. Penigkatan aliran darah kemungkinan karena peningkatan aktifitas kelenjar.
Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol sehingga
dengan penurunan aliran darah yang besar pada hampir seluruh traktus gastrointestinal, berfungsi
untuk menutup aliran darah gastrointestinal dan aliran darah splanknik lain agar dapat memenuhi
kebutuhan oragan vital saat kerja fisik yang hebat, serta mempertahankan semua jaringan vital dari
bahaya kematian seluler akibat kekurangan perfusi terutama otak dan jantung. Dapat berlangsung
sekitar 1 jam. Setelah itu aliran sering kembali hamper normal melalui mekanisme “autoregulasi
escape” dengan tujuan mengembalikan aliran darah yang membawa nutrisi ke kelenjar dan otot
gastrointestinal.
 Sirkulasi Darah
Pembuluh darah system gastrointestinal disebut sirkulasi splanknik. Sirkulasi ini meliputi
aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas dan hepar.
Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, darah disaring di hepar dari berbagai macam bakteri dan
bahan partikel lain (agen-agen berbahaya) dari traktus gastrointestinal. Selain itu, sebagian besar
(sekitar tiga perempat dari total yang terserap) berupa zat nutrisi nonlemak dan larut air diserap
dan disimpan oleh sel-sel hati. Sedangkan zat nutrisi berdasar lemak tak larut air diabsorbsi ke
saluran limfatik usus yang kemudian dialirkan ke dalam darah melalui duktus torasikus.
1. Dinding usus halus dan usus besar disuplai oleh arteri msenterika superior dan interior.
2. Lambung disuplai oleh arteri illiaka.
G. Transpor dan Pencampuran Makanan dalam Saluran Pencernaan
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu
yangdiperlukan pada masing-masing bagian saluran bersifat terbatas. Selain itu pencampuran
yangtepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran dan
pendorongansangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal
dansaraf otomatis akan mengontrol tiap aspek dari proses ini.
 Pengaturan Pencernaan Makanan
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, karenaakan
membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut : karena enzim-enzim pencernaan
hanya bekerja pada permukaan partikel makanan, kecepatan pencernaan sangat tergantung pada
total area permukaan yang terpapar dengam sekresiusus. Pada umumnya otot- otot pengunyah dipersarafi
oleh cabang motorik dari saraf kranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak
Menelan adalah suatu aksi fisiologis yang kompleks terutama karena faring padahampir
setiap saat melakukan beberapa fungsi lain di samping menelan dan hanya diubahdalam beberapa
detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan. Yang terutama penting adalah bahwa respirasi
tidak terganggu akibat menelan. Pada umumnya menelandapat dibagi menjadi (1) tahap volunter,
yang mencetuskan proses menelan, (2) tahapfaringeal, yang bersifat involunter dan membantu
jalannya makanan melalui faring kedalam esofagus, dan (3) tahap esofageal, fase involunter lain
yang mempermudah jalannya makanan dari faring ke lambung. Proses menelan secara otomatis
diatur dalamurutan yang teratur oleh daerah-daerah neuron di batang otak yang didistribusikan
keseluruh substantia retikularis medula dan bagian bawah pons. Impuls motorik dari pusatmenelan
ke faring dan esofagus bagian atas yang menyebabkan penelanan dijalarkan olehsaraf kranial ke-
5, ke-9, ke-10, dan ke-12 serta bahkan beberapa saraf servikal superior,seperti tampak pada.
Ringkasnya, tahap faringeal dari penelanan pada dasarnyamerupakan suatu refleks. Sewaktu
gelombang peristaltik esofagus berjalan ke arahlambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang
dihantarkan melalui neuron peghambatmienterikus, mendahului peristaltik, Selanjutnya seluruh
lambung dan sedikit lebih luas, bahkan duodenum menjadi terelaksasi sewaktu gelombang ini
mencapai bagian akhir esofagus dan dengan demikian mempersiapkan lebih awal untuk menerima
makanan yangdidorong ke bawah esofagus selama proses menelan.
 Pengaturan Fungsi Motorik Lambung
Fungsi motorik dari lambung ada tiga : (1) penyimpanan sejumlah besar makanansampai
makanan dapat diproses di dalam duodenum, (2) pencampuran makanan inidengan sekresi dari
lambung sampai membentuk suatu campuran setengah cair yangdisebut kimus, dan (3) pengosongan makanan
dengan lambat dari lambung ke dalam usushalus pada kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
absorpsi yang tepat oleh usushalus. Saat lambung berisi makanan, gelombang konstriktor
peristaltik yang lemah(gelombang pencampur) mulai timbul dibagian tengah dinding lambung dan bergerak
kearah antrum sepanjang dinding lambung sekitar satu kali setiap 15 sampai 20 detik.Sewaktu gelombang
konstriktor berjalan dari korpus ke dalam antrum, gelombangmenjadi lebih kuat, beberapa
menjadi sangat kuat dan menimbulkan cincin konstriktor peristaltik yang kuat yang
mendorong isi antrum di bawah tekanan tinggi ke arah pilorus.Pengosongan lambung
ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yng kuat padaantrum lambung. Kecepatan
pengosongan lambung diatur oleh sinyal dari lambung dan duodenum. Akan tetapi
duodenum memberi sinyal yang kebih kuat, selalu mengontrol pengosongan kimus ke dalam
duodenum pada kecepatan yang tidak melebihikecepatan kimus dicerna dan diabsorbsi
dalam usus halus.
H. Fungsi Sekresi
Di sepanjang traktus gastrointestinal , kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi
utama.Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah rongga mulut
sampaiujung distal ileum. Kedua, kelenjer mukus, dari rongga mulut sampai ke anus,
mengeluarkanmukus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran pencernaan.
 Mulut dan Esofagus
Di dalam mulut, melalui proses pengunyahan, makanan bercampur dengan salivadan
didorong melalui proses menelan ke dalam esofagus . Gelombang peristaltik diesofagus
menggerakkan makanan ke dalam lambung.
 Lambung
Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan humoral.Komponen
saraf adalah refleks otonom lokal, yang melibatkan neuron-neuron kolinergik,dan impuls-impuls
dari SSP melalui nervus vagus. Rangsang vagus meningkatkan sekresigastrin melalui pelepasan
gastrin - releasing peptide. Serat-serat vagus lain melepaskanasetilkolin, yang bekerja langsung
pada sel-sel kelenjar di korpus dan fundus untuk meningkatkan sekresi asam dan pepsin. Rangsang
nervus vagus di dada atau leher meningkatkan sekresi asam dan pepsin, tetapi vagotomi tidak
menghilangkan responssekresi terhadap rangsang lokal. Untuk memudahkan pengaturan fisiologik
sekresilambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak ( sefalik ), lambung, dan
usus.Pengaruh / fase sefalik adalah respons yang diperantarai oleh nervus vagus yang
diinduksioleh aktivitas di SSP. Pengaruh lambung terutama adalah respons-respons refleks
lokaldan respons terhadap gastrin. Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal danrefleks
pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus.
1. Pengaruh Sefalik
Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Serat-serat
eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Peningkatan sekresi lambung yangdiperantarai oleh
vagus mudah dilatih. Pada manusia, sebagai contoh : melihat,mencium bau dan memikirkan
makanan akan meningkatkan sekresi lambung.Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat
saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang hipotalamus anterior
dan bagian- bagian korteks frontalis orbital di sekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan
sekresi lambung. Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yangdisekresikan
sebagai respons terhadap makanan normal.
Respons Emosi Keadaan kejiwaan memiliki pengaruh terhadap sekresi dan motilitas
lambungyang terutama diperantarai oleh nervus vagus. Rasa cemas dan depresi
menurunkansekresi lambung dan aliran darah serta menghambat motilitas lambung.
2. Pengaruh Lambung
Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan sekresi lambungyang
disebabkan oleh penglihatan atau bau makanan dan adanya makanan dimulut.Reseptor di dinding
lambung dan mukosa berespons terhadap peregangan danrangsang kimia, terutama asam-asam
amino dan produk pencernaan terkait lain. Serat-serat dari reseptor masuk ke dalam pleksus
submukosa, tempat badan sel neuronreseptor berada. Serat-serat tersebut bersinaps pada neuron
parasimpatis postganglionyang berakhir di sel-sel parietal dan merangsang sekresi asam. Neuron-
neuron postganglion dalam lengkung refleks lokal aalah neuron yang sama dengan yangdipersarafi
oleh neuron preganglion vagus desendens dari otak yang memperantaraifase sefalik sekresi.
Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini
meningkatkan aliran asam.
3. Pengaruh Usus
Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam
amino langsung ke dalam duodenum tidak meningkatkan kadar gastrin dalam darah. Lemak,
karbohidrat, dan asam dalam duodenum menghambatsekresi asam lambung dan pepsin serta
motilitas lambung melalui mekanisme saraf dan hormonal. Identitas enterogastron yakni sebagai
hormon usus berperan dalaminhibisi belum jelas diketahui. Sekresi asam lambung meningkat
setelah sebagian besar usus halus diangkat. Hipersekresi, yang secara kasar setara dengan jumlah
ususyang diangkat, sebagian mungkin disebabkan oleh hilangnya sumber hormon-hormonyang
menghambat sekresi asam.
I. Mekanisme Pengontrolan Sistem Pencernaan
Kontrol saluran pencernaan dilakukan melalui 3 mekanisme yaitu mekanisme kontrol
hormon, kontrol syaraf, dan kontrol darah.
a. Kontrol Hormon
1. Gastrin
Gastirn diproduksi oleh sel yang disebut dengan sel G, di dinding lambung.Ketika makanan
memasuki lambung, sel G memicu pelepasan gastrin dalam darah. Dengan meningkatnya gastrin
dalam darah, maka lambung mengeluarkan asam lambung yang membantu memecah dan
mencerna makanan. Ketika asam lambung yang diproduksi telah cukup untuk memecah
makanan, kadar gastrin dalam darah akan kembali menurun. Jadi, pengaruh hormon ini dalam
adalah mengatur pencernaan sebagai perangsang sekresi terus-menerus getah lambung.
Gastrin juga dapat mempunyai pengaruh dan peran pada pancreas, hati, dan usus. Gastrin
membantu pancreas memproduksi enzim untuk pencernaan dan membantu hati menghasilkan
empedu. Gastrin juga membantu merangsang usus untuk membantu memindahkan makanan
melalui saluran pencernaan.
2. Enterogastron (sekretin)
Sekretin distimulus untuk produksi bubur makanan (chime) asam dalam duodenum. Pengaruh
hormon ini dalam proses pencernaan yaitu merangsang pankreas untuk mengeluarkan
bikarbonat, yang menetralkan bubur makanan (chime) asam dalam duodenum.
3. Cholecystokinin (CCK)
Cholecystokinin (CCK) diproduksi di dinding duodenum. Hormon ini disekresi oleh sel epitel
mukosa dari duodenum. Cholecystokinin juga diproduksi oleh neuron dalam sistem saraf enterik,
dan secara luas dan berlimpah didistribusikan di dalam otak.
Distimulus untuk produksi asam amino atau asam lemak dalam chime. Pengaruhnya untuk
merangsang pancreas mengeluarkan enzim pancreas ke dalam usus halus, merangsang kantung
empedu untuk berkontraksi, yang mengeluarkan empedu ke dalam usus halus.
4. Ghrelin
Ghrelin disintesis sebagai preprohormone, lalu proteolytically diproses untuk menghasilkan
suatu peptida asam amino 28. Sebuah modifikasi menarik dan unik dikenakan pada hormon
selama sintesis dalam bentuk asam n-octanoic terikat ke salah satu asam amino tersebut,
modifikasi ini diperlukan untuk aktivitas biologis.
Sumber utama sirkulasi ghrelin adalah saluran pencernaan, terutama dari perut, tetapi juga dalam
jumlah yang lebih kecil dari usus. Hipotalamus di otak adalah sumber ghrelin yang signifikan.
Jumlah yang lebih kecil diproduksi di plasenta, ginjal, dan kelenjar hipofisis.
5. Motilin
Motilin berpartisipasi dalam mengendalikan pola kontraksi otot polos pada saluran pencernaan
atas. Motilin disekresi ke sirkulasi selama keadaan berpuasa pada interval kira-kira 100 menit.
Kontrol sekresi motilin sebagian besar tidak diketahui, walaupun beberapa studi menunjukkan
bahwa pH basa dalam duodenum merangsang rilis.

b. Kontrol Syaraf
Sistem saraf memberikan pengaruh yang mendalam pada semua proses pencernaan, yaitu
motilitas, transportasi ion terkait dengan sekresi dan penyerapan, dan aliran darah
pencernaan. Beberapa kontrol ini berasal dari koneksi antara sistem pencernaan dan sistem
saraf pusat, tetapi sama pentingnya, sistem pencernaan diberkahi dengan sistemnya
sendiri, saraf lokal disebut sebagai sistem saraf enterik atau intrinsik.Besarnya dan
kompleksitas enterik sistem saraf sangat besar – mengandung sebagai neuron sebanyak
sumsum tulang belakang.
Sistem saraf enterik, bersama dengan sistem saraf simpatis dan parasimpatis, merupakan
sistem saraf otonom.
Komponen utama dari sistem saraf enterik dua jaringan atau pleksus neuron, yang keduanya
tertanam dalam dinding saluran pencernaan dan memperpanjang dari esofagus ke anus:
 Pleksus myenteric terletak antara lapisan longitudinal dan melingkar otot tunika
muskularis dalam dan, tepat, diberikannya kontrol terutama melalui motilitas saluran
pencernaan .
 Pleksus submukosa, seperti namanya, dimakamkan di submukosa tersebut. Peran
utamanya adalah dalam penginderaan lingkungan dalam lumen, mengatur aliran darah
pencernaan dan fungsi sel epitel mengontrol. Di daerah di mana fungsi-fungsi yang
minimal, seperti kerongkongan, pleksus submukosa adalah tipis dan sebenarnya bisa
hilang dalam beberapa bagian.
Gambar di bawah menunjukkan bagian dari pleksus myenteric di bagian duodenum kucing.
Lulus kursor mouse Anda di atas gambar untuk menguraikan beberapa neuron enterik.
Selain dua pleksus saraf utama enterik, ada pleksus kecil di bawah serosa, dalam otot polos
melingkar dan di mukosa.
Dalam pleksus enterik tiga jenis neuron, yang kebanyakan multipolar:
 Neuron sensorik menerima informasi dari reseptor sensorik di mukosa dan otot.
Setidaknya lima reseptor sensorik yang berbeda telah diidentifikasi dalam mukosa, yang
menanggapi mekanik, termal, rangsangan osmotik dan kimia. Kemoreseptor sensitif
terhadap asam, glukosa dan asam amino yang telah dibuktikan, pada intinya,
memungkinkan “mencicipi” isi lumenal. Reseptor sensorik di otot merespon untuk
meregangkan dan ketegangan. Secara kolektif, neuron sensorik enterik mengkompilasi
sebuah baterai yang komprehensif informasi tentang isi perut dan keadaan dinding
pencernaan.
c. Kontrol Darah
Meliputi :
aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas, dan
hati.
Semua darah yg melalui limpa, pancreas, & usus

Vena Porta

Hati
( di dalam hati terdapat jutaan sinusoid - sinusoid hati )
Di dalam sinusoid tersebut terdapat sel - sel retikuloendotel
Yang berfungsi mengeluarkan bakteri & partikel yang
Mungkin ikut masuk ke aliran darah.

Vena Hepatika

Vena Cava

Vaskularisasi pada saluran cerna :


 Arteri kolika media
 Arteri kolika dextra
 Arteri ileokolika
 Arteri mesenterika superior
 Cabang dari a. mesenterika inferior
 Arteri Jejunalis
 Arteri ilealis
 Arteri seliaka---lambung

Zat makanan non lemak dan larut air yang diabsorbsi dari usus ( seperti : karbohidrat &
protein ) ditransport dalam darah vena porta ke sinusoid -sinusoid hati yang sama. Sel - sel
retikuloendotel dan sel parenkim hati menyerap dan menyimpan ½ s.d ¾ dari seluruh zat makanan
yang diabsorbsi.

Hampir semua lemak yang diabsorbsi dari traktus intestinalis tidak dibawa ke dalam darah porta
melainkan diabsorbsi ke dalam saluran limfatik usus kemudian diteruskan menuju sirkulasi
sistemik ( melalui duktus torasikus ) menuju ke hati.

Selama absorpsi aktif zat makanan, aliran darah di dalam villi dan daerah submukosa yang
berdekatan meningkat 8 kali lipat. Contohya : setelah makan, aktivitas motorik, sekretorik, dan
absorbtif semuanya meningkat demikian juga aliran darah yang melalui GIT juga akan meningkat.
Namun, setelah 2-4 jam kemudian akan turun kembali.
Ada beberapa kemungkinan penyebab peningkatan aliran darah :
1. Beberapa zat vasodilator dilepaskan dari mukosa traktus intestinal selama proses
pencernaan. Contoh zat vasodilator tersebut : hormone peptide, termasuk kolesitokinin,
peptide intestinal vasoaktif, gastrin, dan sekretin.
2. Kelenjar Gastrointestinal juga melepaskan 2 kinin yaitu kolidin dan bradikinin ke dalam
dinding usus pada saat bersamaan ketika kelenjar mengeluarkan sekresinya ke dalam
lumen. ( Kinin merupakan vasodilator kuat yang menyebabkan vasodilatasi mukosa )
3. Penurunan konsentrasi Oksigen dalam dinding usus dapat meningkatkan 50-100% aliran
darah intestinal. Penurunan oksigen maka adenosine (vasodilator) akan meningkat 4 kali
lipat.

J. Fungsi Hati
Secara umum, hati mempunyai fungsi:
 Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh,
dikeluarka sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
 Mengubah zat buangan dan zat beracun untuk di ekresi dalam empedu dan urine.
 Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi nglikogen.
 Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, dibentuk dalam system retikuleodoteliun, dialirkan
ke empedu.
 Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum, dikeluarkan dari darah
oleh ginjal dalam bentukurine.
 Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
K. Metabolisme Karbohidrat, Lemak, dan Protein
1. Metabolisme Karbohidrat
Di dalam sistem pencernaan, karbohidrat mengalami degradasi dengan bantuan enzim,
seperti:
a. Enzim amilase: Berfungsi menguraikan molekul amilum (pati) menjadi maltosa.
b. Enzim maltase: Berfungsi menguraikan molekul maltosa menjadi glukosa.
c. Enzim sukrase: Berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
d. Enzim laktase: Berfungsi menguraikan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
e. Enzim selulose: Berfungsi menguraikan selulosa menjadi selobiosa.
f. Enzim pektinase: Berfungsi menguraikan pektin menjadi asam pektin.
g. Enzim dektrase: Berfungsi menguraikan amilum menjadi dektrin.
Proses metabolisme karbohidrat, yaitu bila jumlah glukosa yang dikonsumsi melebihi
keperluan tubuh, sebagian glukosa ditimbun di hati dan otot sebagai glikogen. Hal ini disebabkan
kapasitas pembentukan glikogen terbatas dan pola penimbunan glikogen telah mencapai batasnya.
Kelebihan glukosa akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam jaringan dan lemak.
Metabolisme karbohidrat:
a. Glikolisis
Glikolisis adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan satu molekul glukosa menjadi
dua molekul piruvat. Proses ini dapat berlangsung didalam sel yang paling sederhana tanpa
memerlukan oksigen, lintas glikolisis memperlihatkan lima fungsi utama di dalam sel yakni :
1. Glukosa diubah menjadi piruvat, yang dapat dioksidasi dalam siklus asam sitrat.
2. Banyak senyawa selain glukosa dapat memasuki lintas glikolisis pada tahap antara (intermediat).
3. Dalam beberapa sel lintas tersebut diubah untuk sintesis glukosa.
4. Lintas tersebut mengandung zat antara yang terlibat dalam reaksi metabolik lainnya.
5. Untuk tiap-tiap molekul glukosa yang dikonsumsi, secara netto dihasilkan dua molekul ATP
melalui fosforilasi tingkat substrat.
Secara keseluruhan, persamaan yang setara untuk proses glikolisis adalah:
C6H12O6 + 2 ADP + 2 NAD+ + 2 Pi à
2 C3H4O3 + 2 ATP + 2 NADH + 2H+ + 2 H2O
Rumus yang tampak di atas tidak memperlihatkan kerumitan lintas glikolitik yang melibatkan
sepuluh langkah reaksi enzimatik sitoplasmik yaitu:
Langkah 1, Heksokinase mengkatalisis fosforilasi α-D-glukosa menjadi α-D-glukosa-6-fosfat
secara ireversibel, disini diperlukan ATP dan Mg2+.
Langkah 2, Glukosa-6-fosfat isomerase mengkatalisis isomerasi dari α-D-glukosa-6-fosfat
menjadi α-D-fruktosa-6-fosfat secara reversibel yang berlangsung dengan bebas.
Langkah 3, Fosfofruktokinase memfosforilasi α-D-fruktosa-6-fosfat menjadi α-D-fruktosa-1,6-
bisfosfat secara ireversibel, memerlukan ATP dan Mg2+. Fosfofruktokinase diatur secara alosterik
dengan sejumlah efektor dimana semuanya terlibat dalam transduksi energi.
Langkah 4, Fruktosa-1,6-bisfosfat aldolase memecah α-D-fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi D-
gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat.
Langkah 5, Triosafosfat isomerase mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi D-gliseraldehida-3-
fosfat.
Langkah 6, Gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase mengkatalisis oksidasi D-gliseraldehida-3-
fosfat, disertai dengan fosforilasi zat antara asam karboksilat, untuk menghasilkan D-1,3-
bisfosfogliserat. NAD+ direduksi menjadi NADH + H+. Ini merupakan satu-satunya reaksi redoks
yang terjadi dalam glikolisis.
Langkah 7, Fosfogliserat kinase mengubah D-1,3-bisfosfogliserat menjadi D-3-fosfogliserat,
langkah ini menghasilkan ATP.
Langkah 8, Fosfogliseromutase mengkatalisis isomerasi antara D-3-fosfogliserat dan
D-2-fosfogliserat.
Langkah 9, Enolase mendehidrasi D-2-fosfogliserat menghasilkan fosfoenolpiruvat. Reaksi ini
memerlukan Mg2+.
Langkah 10, Piruvat kinase mengubah secara ireversibel fosfoenolpiruvat menjadi piruvat
(produk akhir glikolisis).
a. Perubahan Piruvat
Perubahan piruvat yang dihasilkan melalui glikolisis bergantung pada ketersediaan oksigen,
keadaan energi dari suatu sel, dan mekanisme yang tersedia bagi sel untuk mengoksdasi NADH
menjadi NAD+.
C3H4O3 + 2 1/2 O2 à 3 CO2 + 2 H2O
Agar glikolisis dapat terus berlangsung, maka NAD+ yang diperlukan untk reaksi oksidatifdlam
langkah 6 harus dihasilkan lagi dari NADH. Tanpa oksigen, reaksi dapat berlangsung dengan
mereduksi piruvat mejadi laktat, yang dikatalisis oleh laktat dehidrogenase dengan reaksi :
b. Glukoneogenesis
Dalam sel mamalia, glukosa adalah sumber energi yang paling melimpah, glukosa
dimetabolisme di dalam semua sel sebagai bahan bakar glikolitik dan disimpan dalam hati dan otot
sebagai polimer glikogen dengan syarat yang diperlukan adalah (1) ketersediaan rangka karbon
spesifik yang berasal dari asam amino tertentu, (2) energi dalam entuk ATP dan (3) enzim yang
sesuai.
2. Metabolisme Lemak
Sintesa lemak disebut lipogenesis, terjadi di sitoplasma, dibantu enzim
lipase.
Secara umum sintesa lemak dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
a. Pembentukan gliserol
Dari senyawa antara glikolisis, yaitu dihidroksi aseton fosfat yang diubah menjadi senyawa
fosfogliseraldehida.
b. Pembentukan asam lemak
Dari penambahan berulang senyawa berkarbon dua (C2), yaitu malonil CoA dari Asetil CoA
dalam siklus Krebs.
c. Penggabungan gliserol dengan asam lemak
3. Metabolisme Protein
Metabolisme protein dikatalisis oleh beberapa enzim, yaitu:
a. Pepsin, merombak protein menjadi asam amino.
b. Renin, mengubah kaseinogen menjadi kasein (susu) yang diaktifkan oleh susu.
c. Kemotripsin, menguraikan protein menjadi peptida dan asam-asam amino.
d. Tripsin, mengubah protein menjadi peptida dan asam amino.
e. Erepsin, mengubah pepton menjadi asam amino.
f. Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam-asam amino.
Protein diserap oleh dinding usus dalam bentuk asam amino, melalui pembuluh darah vena
porta menuju ke hati. Pada proses metabolisme asam amino, proses dekarboksilasi
yang memisahkan gugusan karboksil dengan asam amino menjadi ikatan baru, yang merupakan
zat antara yang masih mengandung unsur nitrogen.
Selanjutnya, terjadi proses transaminasi yang menghasilkan pemindahan
gugusan asam amino (NH2) dari asam amino ke ikatan lain, menjadi asam
amino yang berbeda dengan asam amino yang pertama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah
sistem organ dalamhewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan
nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur.Organ tubuh yang berperan dalam
sistem pencernaan yaitu,mulut,gigi,lambung,usus kecil,usus halus,dan rectum.
Proses pencernaan makananyaitu,ingesti.mastikasi,deglutisi,digesti,
absorpsi,reabsorpsi dan defekasi.

B. Saran

Dengan mengetahui sistem-sistem yang ada pada tubuh manusia ini, kita mengharapkan
para pembaca maupun teman-teman yang lain dapat mengenal lebih dekat bagian-bagian dari
keadaan tubuh kita. Mulai dari organ-organ yang menyusun sistem tersebut, cara kerja suatu sistem
pada tubuh kita, zat-zat atau enzim yang membantu dalam proses sistem tersebut, penyakit yang
dapat menyerang sistem-sistem tersebut, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan suatu salah satu
sistem organ. Disini pula kita temukan pengetahuan dan wawasan yang baru yang belum kita
ketahui seluruhnya.

Anda mungkin juga menyukai