Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem tubuh manusia terdiri atas banyak jaringan dan organ, masing-masing dengan
fungsi khususnya untuk dilaksanakan. Agar dapat melaksanakan fungsinya, tubuh memerlukan
energi untuk melakukan berbagai aktifitas. Untuk melakukan aktifitasnya, setiap makhluk hidup
pasti memerlukan makan karena makanan merupakan sumber energy pada makhluk hidup.
Namun, makanan yang kita makan tidak selamanya berguna bagi tubuh. Didalam tubuh kita
terdapat organ-organ tubuh yang sangat berperan penting dalam proses pencernaan. Dimana
antara organ yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Jika ada salah satu organ yang
mengalami gangguan maka sistem pencernaan didalam tubuh manusia tidak akan berlangsung
secara optimal.

Kita mengetahui bahwa tidak ada satu individu yang dapat bertahan hidup tanpa adanya
organ sistem pencernaan, karena sistem pencernaan merupakan hal yang sangat vital didalam
tubuh manusia. Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk diproses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang dapat
digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh tenaga atau
energi. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana dan
dapat diserap oleh usus, kemudian digunakan oleh jaringan tubuh.

Fisiologi sistem pencernaan manusia terdiri dari beberapa organ. Rongga mulut,
esophagus, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Semua sistem pencernaan itu akan
bekerja sesuai dengan tugasnya, namun tetap saling berkaitan untuk mencerna semua makanan
yang masuk ke tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi dari sistem pencernaan dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem pencernaan?
3. Bagaimana mekanisme pengendalian sistem pencernaan?
4. Bagaimana histologi sistem pencernaan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui fungsi dari sistem pencernaan dalam tubuh manusia.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiogi sistem pencernaan.
3. Untuk mengetahui mekanisme pengendalian sistem pencernaan.
4. Untuk mengetahui histologi sistem pencernaan.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, kami memperoleh materi dari beberapa sumber yaitu
buku-buku dan sumber internet yang terkait dengan materi anatomi fisiologi sistem pencernaan.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri tiga bab. Bab 1 pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab
2 pembahasan yang terdiri dari pengertian sistem pencernaan, fungsi sistem pencernaan, anatomi
dan fisiologi sistem pencernaan, histologi sistem pencernaan yang meliputi struktur umum
saluran cerna. Mekanisme pengosongan lambung yang meliputi faktor-faktor yang memengaruhi
kecepatan pengosongan lambung. Mekanisme mual dan muntah, mekanisme pembentukan feses
yang meliputi pengaturan buang air besar. Mekanisme lapar, mekanisme glikogenesis,
glikogenolisis, dan gluconeogenesis, perbedaan makanan dalam lambung, usus halus, dan usus
besar. Bab 3 penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan


menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem
pencernaan akan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana
dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Sistem perncernaan mengolah
makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara
kimia. Sistem pencernaan ini terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muscular
panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah,
kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan pancreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah
area diafragma disebut saluran gastrointestinal. Sedangkan pengertian dari fisiologi sistem
pencernaan itu sendiri adalah mempelajari fungsi atau kerja sistem pencernaan dalam keadaan
normal.

B. Fungsi Sistem Pencernaan

Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi
tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlangsung secara
mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:

1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.


2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan
kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan).
3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan
makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorpsi dapat berlangsung.
5. Absorpsi adalah penggerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh tubuh.

3
6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri,
dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.

C. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pencernaan

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau.

4
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar
dan berlanjut secara otomatis.

Gambar 2.2. Anatomi Mulut

Didalam mulut makanan dikunyah lalu dibentuk bolus-bolus kecil sehingga dapat ditelan.
Dalam mengunyah diperlukan gigi untuk membuat makan menjadi lebih kecil dan juga air liur
untuk mempermudah penelanan. Gigi-gigi atas disarafi oleh Nervus Trigeminus bagian nervus
maksilaris. Sedangkan gigi-gigi bawah disarafi oleh Nervus trigeminus bagian Nervus
Mandibularis. Gerakan mengunyah juga melibatkan rahang atas dan bawah yang disarafi sama
seperti gigi. Rahang atas oleh nervus maksilaris dan rahang bawah oleh nervus mandibularis.

Dimulut juga terjadi gerakan menelan dengan bantuan lidah serta air liur. Air liur yang
ada disekresikan oleh saraf otonom yaitu saraf parasimpatis. Sedangkan gerak lidah mendorong
lobus sehingga masuk kedalam esofagus dan terjadi proses menelan dihantarkan melalui saraf
otak ke V, IX, X, dan XII serta beberapa nervus servikalis superior.

5
b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk.

Gambar 2.3 Skema Melintang Hidung, Faring dan Laring

Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium

Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian
media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama
tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esophagus (dari
bahasa Yunani: οiσω, oeso artinya “membawa”, dan έφαγον, phagus artinya “memakan”).
6
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:

 Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).


 Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
 Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

Gambar 2.4. Bagian Posisi Esofagus Pada Manusia

Didalam esophagus makanan yang bebentuk bolus tidak dicerna baik secara kimiawi
maupun mekanik. Didalam esophagus hanya terjadi gerakan peristaltik untuk mendorong
makanan sampai ke lambung. Gerakan peristaltik ini disarafi oleh nervus Vagus.

d. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus, dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting, yaitu:

7
 Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.

 Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

Gambar 2.5. Anatomi Lambung

Didalam lambung makanan yang berbentuk bolus di cerna secara kimiawi. Dengan
sekresi kelenjar-kelenjar di sistem pencernaan untuk membantu kerja lambung dalam mencerna
makanan. Sekresi itu diatur oleh saraf otonom yaitu saraf parasimpatik. Didalam usus juga
terjadi gerakan peristaltic yang juga diatur oleh saraf otonom, yaitu saraf parasimpatik. Nervus
vagus juga ikut mempersarafi kegiatan (kerja) lambung. Selain saraf parasimpatis saraf simpatik
juga mempersarafi lambung yaitu bagian fleksus simpatis dengan serabut bernama fleksus
seliaka.

8
e. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus
terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot
memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar).

Gambar 2.6. Anatomi Usus Halus

Usus halus tidak jauh berbeda dengan lambung. Nervus vagus masih mempersarafi
absorbsi yang ada di usus setelah makanan di cerna didalam lambung. Usus juga disarafi oleh
saraf simpatis bagian fleksus simpatikus.

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.

9
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas
dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,
yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

b) Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan
usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit
sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum
diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti “kosong”.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

10
c) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

f. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :

o Kolon asendens (kanan), pusat yang mempersarafi kolon asenden adalah bagian
sakral II, III, dan IV dari saraf parasimpatik yang masuk didalam saraf otonom.
o Kolon transversum
o Kolon desendens (kiri)
o Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-
zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.

Gambar 2.7. Anatomi Usus Besar

11
Usus besar juga dipersarafi oleh nervus vagus yang masih mempersarafi absorbsi yang
ada di usus setelah makanan di cerna didalam lambung. Usus juga disarafi oleh saraf simpatis
bagian fleksus simpatikus.

g. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

h. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda, bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang
umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

i. Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan
di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja

12
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar–BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

Gambar 2.7. Anatomi Rectum dan Anus

Saraf simpatis sakral adalah bagian yang memepersarafi anus (rectum). Saraf ini
termasuk dalam saraf otonom bagian saraf parasimpatis. Begitu juga defekasi. Defekasi juga
diatur oleh saraf yang sama yang memepersarafi bagian anus.

j. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak

13
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu:

o Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.


o Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke


dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh
dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

Gambar 2.8. potongan Depan Perut Menunjukkan Hati Dan Pankreas

Pankreas dan hepar disarafi oleh sistem saraf parasimpatis bagian nucleus dorsalis nervus
X juga oleh bagian fleksus simpatikus, saraf simpatis.

k. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan
peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk
penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai
dalam hepat atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.

14
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan
vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta
terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati
melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,
darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan
manusia. Hati merupakan organ yang sangat vital, di dalam hati terdapat lebih dari 500 juta
organ vital untuk keberlangsungan hidup. Berikut ini akan di jelaskan fungsi hati dalam tubuh
manusia dan mengapa organ hati sangat vital atau sangat penting untuk keberlangsungan hidup:

1) Detoksifikasi
Hati di fungsikan di sini sebagai penawar dari racun, makanan dan juga minuman
yang setiap hari kita konsumsi memiliki potensi adanya racun yang nantinya akan
membahayakan tubuh kita. Untuk itu, hati di fungsikan sebagai penawar racun untuk
setiap yang kita konsumsi yang di serap oleh tubuh bukan berarti hati dapat
menghilangkan racun yang ada di dalam tubuh hanya saja hati difungsikan untuk
meminimalisir racun yang masuk pada tubuh kita. Untuk menghilangkan racun itu
sendiri kita harus pintar untuk menjaga asupan-asupan makanan kita.
2) Menyimpan Kadar Gula Darah
Glikogen atau biasa di sebut sebagai kadar gula darah ini adalah sumber energi
yang dapat membuat kita bergerak lebih aktif lagi dalam beraktifitas sementara
apabila kita kekurangan kadar gula darah ini maka tubuh kita akan selalu mengalami
kelelahan dan juga lemas. Fungsi yang hati tunjukan di sini yaitu sebagai penyimpan
kadar gula darah apabila kadar gula ini kelebihan makan untuk menyimpan kelebihan
ini adanya di dalam hati yang sewaktu-waktu akan di keluarkan kembali.
3) Sekresi Birubilin

Birubilin sendiri di sini berfungsi sebagai pemberi warna pada feses dan juga
urine kita hal ini lah yang dapat menentukan kesehatan dari hati kita. Sebelum di
gunakan untuk memberi warna birubilin itu sendiri harus dapat memecah senyawa sel
darah merah yang dapat membahayakan dan harus untuk segera di keluarkan baik
itu melalui feses atau pun melalui urine.

15
4) Menyimpan Vitamin dan Mineral

Sama seperti fungsinya menyimpan kadar gula darah, vitamin dan mineral
pun disimpan apabila berlebih dan jika kekurangan maka hati akan melepaskan apa
yang dibutuhkan di dalam tubuh. Untuk vitamin yang disimpan di dalam hati yaitu
vitamin yang larut akan lemak A, D, E, K dan juga B12.

5) Pembentukan Sel Darah Merah

Tubuh sangat membutuhkan hati untuk memproduksi sel darah merah karena sel
darah merah ini dalam hitungan bulan akan hancur sehingga dibutuhkan hati untuk
membentuk sel darah merah yang baru.

6) Sistem Antibody

Bukan saja untuk dapat menahan racun, hati juga di gunakan sebagai pertahanan
tubuh terhadap berbagai penyakit yang mungkin akan menyerang tubuh untuk itu
dibutuhkan nya mekanisme pertahanan yang biasa disebut dengan sel kupffer atau system
makrofag. Mekanisme ini digunakan untuk melawan bakteri atau virus yang dapat
bersarang di dalam tubuh manusia dengan secara efektif. Selain sebagai anti body hati
juga di fungsikan sebagai system imun yang sangat efektif untuk manusia.

7) Pengatur Kadar Gula

Selain hati digunakan untuk menyimpan kadar gula, hati juga digunakan untuk
mengatur kadar gula yang apabila terlalu banyak dikonsumsi oleh tubuh dapat
menyebabkan penyakit gula darah. Kadar gula darah akan digunakan seperlunya oleh
tubuh, tidak lebih maupun tidak kurang. Selain sebagai pengatur hati juga difungsikan
sebagai penghasil hormone yang dapat berhubungan dengan kadar gula darah (glukosa)
dan juga sistem pencernaan.

8) Mengontrol Sirkulasi Tubuh

Selain yang telah di jelaskan diatas maka hati juga memiliki fungsi yang masih
banyak lagi untuk tubuh. Salah satu fungsi hati dalam tubuh manusia yaitu hati juga
memiliki fungsi untuk sirkulasi tubuh manusia.

16
9) Membuat Protein Flasma

Perlu diketahui juga ternyata fungsi hati dalam tubuh manusia yaitu membuat
protein flasma yang sangat di butuhkan oleh tubuh semua manusia. Anda juga harus
mengetahui hal ini, karena hal ini di alami oleh semua makhluk hidup.

10) Menyempurnakan Eritrosit

Fungsi hati dalam tubuh manusia yang lainnya yaitu untuk menyempurnakan sel
darah merah yang sering disebut dengan eritrosit. Untuk menyempurnakan eritrosit maka
juga dengan bantuan dari beberapa zat. Yang bisa membantu yaitu zat hermatin.

11) Pembuangan zat bilirubin

Fungsi hati dalam tubuh manusia juga untuk membantu tubuh manusia untuk
melakukan pembuangan zat bilirubin. Zat bilirubin ini merupakan zat yang berada di
dalam tubuh manusia dan zat ini tidak baik untuk tubuh manusia jadi manusia juga harus
membuang zat ini dengan melalui sistem ekskresi.

12) Menyimpan Mineral

Hati juga memiliki fungsi yang di perlukan oleh tubuh manusia yaitu untuk
menyimpan mineral. Mineral ini akan digunakan oleh sistem peredaran darah manusia,
seperti hal nya yaitu zat besi.

13) Menyimpan Glikogen

Hati juga memiliki fungsi untuk menyimpan glikogen atau yang sering di sebut
dengan gula otot. Gula otot bisa ada karena hasil dari perubahan yang terjadi antara
glukosa sendiri. Glukosa yang di sebabkan karena hormon insulin, jadi hati juga di
gunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

14) Menghindari Penggumpalan Darah

Menghindari adanya penggumpalan darah yaitu dengan dilakukannya proses atau


cara untuuk mengeluarkan protrombin dan juga fibrinogen.

17
15) Mengubah Zat Makanan

Zat makanan diubah sesuai kegunaannya. Selain itu fungsi hati juga di gunakan
sebagai pengubahan zat makanan yang terjadi pada tubuh manusia dan diaborsi pada usus
manusia selanjutnya disimpan pada suatu tempat yang berada di dalam tubuh manusia.

16) Menghasilkan Cairan Empedu

Fungsi hati yang satu ini yaitu untuk membantu empedu dalam menghasilkan
cairan empedu. Cairan empedu ini di hasilkan dari sel darah merah pada tubuh manusia
dan yang sudah di olah di dalam hati manusia. Cairan empedu pada tubuh manusia juga
memiliki fungsi tersendiri yaitu untuk mengemulsikan lemak yang berada di makanan.
Kantong empedu ini juga bisa memberikan setengah liter setiap hari nya. Empedu pada
tubuh manusia memiliki warna hijau dan memiliki rasa yang pahit.

Fungsi hati dalam tubuh manusia yang lainnya adalah sebagai berikut ini:

 Membuang Zat Berbahaya (Kolesterol).


 Mengontrol Sirkulasi Hormon.
 Mengontrol Asam Amino.
 Kekebalan Tubuh.
 Membasmi Antigen dan Mikroorganisme.
 Menghasilkan Zat Imun.
 Mengontrol Komposisi darah sesuai dengan Kandungan nya.
 Menyimpan Hermatin.
 Mengeluarkan Glukosa jika dibutuhkan.
 Pembentukan sel darah merah saat berada di dalam janin.
 Pembentukan urea.
 Menyimpan Vitamin yang larut lemak.
 Menghasilkan protrombin dan fibrinogen.

18
l. Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap, bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki
2 fungsi penting yaitu:

 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak.


 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

D. Histologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri atas saluran cerna yaitu rongga mulut, mulut, esofagus,
lambung, usus kecil, usus besar, rektum dan anus. Serta kelenjar-kelenjar yang terkait yaitu
kelenjar liur, hati dan pankreas.

Fungsinya untuk mendapatkan metabolit-metabolit dari makanan yang diperlukan untuk


pertumbuhan dan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Molekul-molekul makanan yang
besar seperti protein, lemak, karbohidrat dan asam nukleat diuraikan menjadi molekul-molekul
kecil yang mudah diserap melalui dinding saluran cerna. Air, vitamin dan mineral juga diserap
dari makanan hasil pencernaan. Lapisan dalam dari saluran cerna merupakan suatu batas
pertahanan antara isi lumen saluran cerna dengan lingkungan internal (internal milieu) tubuh.

Namun demikian pokok bahasan dalam kedokteran gigi akan lebih terfokus pada organ
mulut dan esofagus. Proses pencernan pertama terjadi didalam mulut, tempat dimana makanan
dibasahi oleh liur dan dilumatkan oleh gigi menjadi bagian-bagian kecil, liur juga mengawali
pencernaan karbohidrat. Pencernaan berlanjut dalam lambung dan usus kecil dimana makanan
ditransformasi menjadi komponen-komponen dasarnya (asam amino, monosakarida, asam lemak
bebas, monogliserida, dll) diserap. Penyerapan air terjadi dalam usus besar, dan akibatnya isi
yang tidak dicerna akan menjadi setengah padat.

19
 Struktur Umum Saluran Cerna

Saluran cerna adalah tabung berongga terdiri atas lumen dengan garis tengah bervariasi,
yang dikelilimgi oleh dinding dengan empat lapisan utama yaitu mukosa, submukosa, muskularis
eksterna dan serosa. Mukosa terdiri atas epitel pelapis, lamina propria yang merupakan jaringan
ikat longgar dengan banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan serat otot polos, kadang-
kadang mengandung kelenjar dan jaringan limfoid dan muskularis mukosa umumnya terdiri atas
lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapis longotudinal luar serat otot polos yang memisahkan
lapisan mukosa dari submukosa. Mukosa sering disebut membran mukosa.

Submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan banyak pembuluh darah, pembuluh
limfe dan pleksus saraf submukosa (pleksus meissner). Mungkin juga mengandung kelenjar dan
jaringan limfoid. Muskularis mengandung sel-sel otot polos yang berorientasi secara spiral dan
terbagi dalam dua lapisan menurut arah utama perjalanan sel otot. Pada lapisan dalam (dekat ke
lumen), arah jalannya sirkular, pada lapisan luar, kebanyakan arahnya memanjang. Lapisan
muskularis juga mengandung pleksus saraf mienterikus (pleksus Aauerbach), yang terletak
diantara kedua lapisan otot tadi dan pembuluh darah serta pembuluh limfe terdapat dalam
jaringan ikat diantara kedua lapisan. Serosa adalah suatu lapisan tipis terdiri atas jaringan ikat
longgar yang kaya pembuluh darah dan pembuluh limfe serta jaringan lemak dan epitel selapis
gepeng sebagai pelapis (mesotel).

Fungsi utama epitel pelapis saluran cerna adalah sebagai sawar permeabel selektif antara
isi saluran cerna dan jaringan tubuh, memudahkan transfor dan pencernaan makanan,
memperbaiki penyerapan produk hasil pencernaan dan menghasilkan hormon yang
mempengaruhi aktifitas sistem pencernaan. Sel-sel pada lapisan ini menghasilkan mukus (lendir)
atau terlibat dalam pencernaan atau penyerapan makanan. Banyaknya limfonoduli dalam lamina
propria dan lapis submukosa melindungi organisme (bersama epitel) dari invasi bakteri.

Seluruh saluran cerna dilapisi oleh epitel selapis tipis yang mudah diserang. Lamina
propria tepat berada dibawah epitel, adalah sebuah zona yang kaya akan makrofag dan limfosit,
beberapa diantaranya secara aktif menghasilkan antibodi. Antibodi ini terutama adalah
imunoglobulin A (IgA) dan terikat pada sebuah protein sekresi yang dihasilkan oloh sel-sel epitel

20
pelapis usus dan disekresi ke dalam lumen usus. Kompleks ini mempunyai aktifitas protektif
terhadap invasi virus dan bakteri.

IgA dalam saluran pernapasan, pencernaan dan saluran kemih resisten terhadap aktifitas
enzim proteolitik, menghasilkan antibodi yang bersamaan dengan protease ditemukan dalam
lumen usus. Muskularis mukosa membantu gerakan mukosa, tidak bergantung pada gerakan lain
dari saluran cerna, meningkatkan kontak dengan bahan makanan. Kontraksi muskularis eksterna
mendorong dan mencampur makanan dalam saluran cerna. Pleksus saraf membangkitkan dan
mengkordinasi kontraksi otot. Terutama terdiri atas kumpulan sel saraf yang membentuk ganglia
parasimpatis kecil.

1. Rongga Mulut

Seluruh cavum oris dibatasi oleh membrana mucosa dengan epitel gepeng berlapis. Pada
waktu embrio epitel tersebut membentuk gigi dan kelejar ludah. Cavum oris disebeleh depa
dibatasi oleh suatu celah yang disebut: rima oris dengan labium superior et inferior sebagai
dindingnya. Sebelah lateral cavum oris dibatasi oleh pipi dan sebelah bawah terdapat dasar mulut
dengan lidahnya dan sebagi atapnya adalah palatum. Sedangkan disebelah dorsal terdapat
hubungan dengan pharynx yang merupakan lubang yang disebuat faucia.

2. Labium oris

Rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapis tanduk. Sel-sel
permukaannya mempunyai inti dengan sedikit granul keratin di dalamnya. Pada bagian bibir
dapat diamati peralihan antara epitel tanpa lapisan tanduk menjadi epitel berlapis tanduk. Lamina
propria berpapil serupa pada dermis kulit dan menyatu dengan submukosa yang mengandung
kelenjar-kelenjar liur kecil secara difus. Atap rongga mulut terdiri atas palatum durum dan
platum mole, yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng sejenis. Pada palatum durum membran
mukosa melekat pada jaringan tulang. Bagian pusat palatum mole adalah otot rangka dengan
banyak kelenjar mukosa dalam submukosa.

Uvula palatina adalah sebuah tonjolan berbentuk kerucut kecil yang menjulur ke bawah
dari bagian tengah batas bawah palatum mole. Bagian pusatnya adalah otot dan jaringan ikat

21
areolar yang ditutupi oleh mukosa mulut biasa. Baik labium oris superior maupun labium oris
inferior mempunyai daerah permukaan yang berbeda struktur histologisnya.

1) Facies externa
Daerah permukaan bibir ini merupakan lanjutan kulit disekitar mulut. Maka
gambaran hstologisnya sebagai kulit pula. Paling luar dilapisi oleh epidermis yang
merupakan epitel gepeng berlapis berkeratin. Dibawah epidermis terdapat jaringan
pengikat yang disebut corium yang membentuk tonjolan-tonjolan ke arah epidermis
yang disebut sebagai papila corii. Sel-sel basal epidermis mengandung butir-butir
pigmen. Seperti juga pada struktur kulit lainnya pada permukaan kulit ini dilengkapi
oleh alat-alat tambahan kulit seperti glandula sudorifera, glandula sebacea dan folikel
rambut.
2) Rubrum labii
Merupakan daerah peralihan antara facies externa dan facies interna. Epitelnya
merupakan lanjutan dari epidermis yang mengalami perubahan pada stratum
corneumnya yang makin menipis sampai menghilang. Tetapi epitelnya semakin
menebal.
3. Lidah

Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi membran mukosa yang strukturnya
bervariasi menurut daerah yang diamati. Serat-serat otot saling menyilang dalam 3 bidang, yang
bergabung dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan ikat. Membran mukosa
melekat dengan erat pada otot, karena jaringan ikat dari lamina propria menyusup ke dalam
celah-celah diantara berkas-berkas otot.

Pada permukaan bawah lidah mukosanya licin. Permukaan dorsal lidah tidak teratur,
dianterior ditutupi banyak tonjolan kecil yang disebut papila. Sepertiga bagian posterior
permukaan dorsal lidah dipisahkan dari dua per tiga bagian anteriornya oleh batas berbentuk V.
Di belakang batas ini permukaan lidah berkelompok limfosit kecil: kelompok kecil limfonoduli
dan tonsila lingualis, dengan limfonoduli berkumpul mengelilingi invaginasi (kriptus) dari
membran mukosa.

22
4. Papila

Papila adalah penonjolan epitel mulut serta lamina propria yang mengambil bentuk-bentuk
dan fungsi berlainan. Ada 4 jenisnya yaitu:

1) Papila filiformis berbentuk kerucut menanjang, jumlahnya banyak dan tersebar diseluruh
permukaan lidah. Epitel yang tidak mengandung kuncup kecap, sebagian berlapis tanduk.
2) Papila fungiformis mirip jamur karena memiliki tangkai sempit dan bagian atas melebar
dengan permukaannya yang licin. Papila yang mengandung kuncup kecap pada
permukaan atasnya tersebar secara tidak teratur di antara papila filiformis.
3) Papila foliata kurang berkembang pada manusia, terdiri atas dua atau lebih rabung (ridge)
dan alur (furrow) paralel pada permukaan dorsolateral lidah. Duktus dari kelenjar serosa
bermuara pada dasar alur.
4) Papila sirkumvalata adalah papila sirkular yang sangat besar, dengan permukaan datarnya
menonjol di atas papila lain. Papila sirkumvalata tersebar sepanjang daerah V pada
bagian posterior lidah. Kelenjar serosa mensekresi lipase, untuk mencegah terbentuknya
lapisan hidrofobik diatas kuncup kecap yang dapat menghambat fungsinya. Aliran sekret
ini penting untuk menghanyutkan parti kel makanan dari kuncup kecap agar dapat
menerima dan mengolah rangsangan baru.

Selain kelenjar serosa terdapat kelenjar mukosa dan serosa kecil tersebar pada pelapis
rongga mulut dengan fungsi sama yaitu menyiapkan kuncup-kuncup kecap di bagian lain dari
rongga mulut: epiglotis, faring, palatum untuk berespon terhadap rangsangan pengecap.

5. Faring

Faring merupakan rongga peralihan antara rongga mulut, sistem pernapasan dan sistem
pencernaan, membentuk hubungan antara bagian nasal dan faring. Faring dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah bagian respirasi yang tidak mengalami
gesekan. Daerah terakhir ini dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet. Faring
mengandung tonsila, mukosa faring memiliki banyak kelenjar mukosa kacil dalam lapisan
jaringan ikat padat. Muskular konstriktor dan longitudinalis faring terletak di luar lapisan ini.

23
6. Gigi Dan Struktur Terkait

Pada orang dewasa normal terdapat 32 gigi tetap (permanen), tersebar dalam 2 lengkung
simetris bilateral dalam tulang maksila dan mandibula, dengan 8 gigi pada pada setiap
kuadrannya: 2 insisivus, 1 kaninus, 2 premolar dan 3 molar. Gigi tetap didahului oleh 20 gigi
susu (desidua). Ke 12 gigi molar tetap tidak memiliki pendahulu gigi desiduanya.

Setiap gigi terdiri atas bagian yang menonjol di atas gingiva (gusi), bagian mahkota
(korona), satu atau lebih radiks di bawah gingiva yang menahan gigi dalam soket tulang yang
disebut alveolus. Korona ditutupi oleh email yang sangat keras, sedangkan radiks oleh
sementum. Kedua pelapis ini bertemu pada bagian leher (serviks gigi). Bagian dalam gigi
mengandung materi lain yang disebut dentin, yang mengelilingi rongga berisi jaringan yang
dikenal sebagai rongga pulpa. Rongga pulpa meluas ke apeks radiks (saluran radiks), tempat
sebuah muara (foramen apikal) memungkinkan masuk dan keluarnya pembuluh darah, pembuluh
limfe dan saraf dari rongga pulpa. Ligamen (membran periodontal) adalah struktur fibrosa
berkolagen yang tertanam dalam sementum yang berfungsi menahan gigi dengan erat pada soket
tulangnya (alveolus).

1) Dentin

Dentin adalah jaringan yang mengapur mirip tulang tetapi lebih keras karena
kandungan garam kalsiumnya lebih tinggi (70% dari berat kering). Terutama terdiri atas
serat kolagen tipe 1, glikosaminoglikan dan garam kalsium dalam bentuk kristal
hidroksiapatit. Matriks organik dentin dihasilkan oleh odontoblas, sel yang melapisi
permukaan dalam gigi, memisahkan dari rongga pulpa.

Odontoblas adalah sel langsing terpolarisasi yang hanya menghasilkan matriks


organik pada permukaan dentin. Sel-sel inti memiliki struktur sel penghasil sekret
terpolarisasi dengan gradul sekresi yang mengandung prokolagen, sitoplasma sel ini
mengandung sebuah inti pada basisnya. Odontoblas mempunyai cabang sitoplasma halus
yang menerobos secara tagak lurus terhadap lebar dentin yaitu juluran odontoblas.
Juluran-juluran halus ini secara berangsur memanjang seiring dengan menebalnya dentin,
berjalan dalam saluran halus disebut tubul dentin yang bercabang dekat batas dentin dan
email. Juluran odontoblas berangsur menipis ke arah ujung distalnya. Matriks yang

24
dihasilkan odontoblas belum mengandung mineral dan disebut predentin. Mineralisasi
dari dentin yang berkembang dimulai bila vesikel bermembran (vesikel matriks) mulai
muncul, mengandung kristal hidroksiapatit halus yang tumbuh dan berfungsi sebagai
tempat nukleasi bagi pengendapan mineral selanjutnya pada serabut kolagen sekitarnya.

Berbeda dengan tulang, dentin menetap sebagai jaringan bermineral untuk waktu
yang lama setelah musnahnya odontoblas. Karena dimungkinkan untuk mempertahankan
gigi yang pulpa serta odontoblasnya telah dirusak oleh infeksi. Pada gigi orang dewasa,
pengrusakan email penutup oleh erosi akibat pemakaian atau karies dentis (lubang gigi).
Biasanya memicu reaksi dalam dentin yang menyebabkan membuat komponen-
komponennya.

Pembentukan Dentin

Odontoblas mensekresi prokolagen yang bergabung menjadi serabut kolagen dari


predentin. Sel-sel ini juga memperantarai mineralisasi serabut kolagen, yang berakibat
terbentuknya dentin. Badan sel odontoblas terdesak mundur ke dalam rongga pulpa
sementara dentin menimbun, tetapi cabangnya tetap terdapat dalam tubuli dentin yang
terbentang di seluruh tebal dentin.

2) Email

Email adalah unsur paling keras pada tubuh manusia dan paling banyak
mengandung kalsium. Ia terdiri atas lebih berkurang 95% garam kalsium (terutama
hidroksiapatit), 0,5% materi organik dan sisanya adalah air. Email dibentuk oleh sel-sel
ektodermal, kebanyakan struktur lain dari gigi berkembang dari mesodermal atau sel
kristal neural. Matriks organik email tidak terdiri atas serabut-serabut kolagen tetapi
terdiri atas sekurang-kurangnya 2 golongan protein heterogen yang disebut amelogenin
dan enamelin. Peran protein ini dalam mengatur unsur mineral dari email sedang. Email
terdiri atas batang atau kolom kristal hidroksiapatit memanjang, batang (prisma) email
digabung menjadi satu oleh email antar-batang. Email antar-batang dan batang email
dibentuk oleh kristal hidroksiapatit, hanya berbeda dalam orientasi kristalnya. Setiap
batang terbentang pada keseluruhan tebal lapisan email.

25
Matriks email dihasilkan oleh sel-sel yang disebut ameloblas. Sel silindris tinggi
ini mempunyai banyak mitokondria di daerah di bawah inti. Retikulum endoplasma kasar
dan kompleks golgi yang berkembang baik, terdapat di atas inti. Setiap ameloblas
memiliki juluran apikal dikenal sebagai prosesus tomes, mengandung banyak granul
sekresi. Granul ini mengandung protein yang menyusun matriks email.

Penbentukan Email

Ameloblas adalah sel epitel luar biasa karena bagian dasarnya, yang berbatasan
dengan lamina basal, menjadi permukaan sekresinya. Taut kedap dijumpai di sekitar
apeks histologis (basis fungsional) dan basis histologis (apeks fungsional) setiap sel.
Retikulum endoplasma kasar dan sebuah kompleks golgi luas terdapat dalam sitoplasama
di antara inti dan apeks fungsional sel ini. Ameloblas berfungsi menghancurkan lamina
basal yang memisahkan sel-sel ini dari odontoblas dan dentin. Juluran pendek berbentuk
kerucut dari ameloblas (prosesus Tomes) merupakan tempat sekresi dari matriks email.
Permukaan lateral prosesus Tomes menghasilkan matriks organik dari email antar-
batang, sedangkan permukaan apikal berfungsi meletakkan matriks dari batang email.
Peranan ameloblas dalam mineralisasi belum jelas, tetapi kristal hidroksiapatit dibentuk
pada matriks organik. Matriks ini hampir seluruhnya dibuang oleh ameloblas. Setelah
pembentukan email selesai, organ email terdiri atas epitel berlapis gepeng yang cepat
terkikis habis bila gigi muncul dalam rongga mulut.

3) Pulpa

Pulpa gigi terdiri atas jaringan ikat longgar. Unsur utamanya ialah odontoblas,
fibroblas, serabut kolagen halus dan substansi dasar dengan glikosaminoglikans. Pulpa
adalah jaringan dengan banyak saraf dan pembuluh darah. Pembuluh darah dan serat
saraf bermielin memasuki foramen apikal dan bercabang banyak. Beberapa serat saraf
hilang selubung mielinnya dan menyusup untuk jarak tertentu ke dalam tubul dentin.
Serabut-serabut ini peka terhadap nyeri, satu-satunya sensasi pada gigi.

a) Stuktur terkait dengan gigi

26
Struktur yang berfungsi mempertahankan gigi dalam tulang dan maksila dan
mandibula terdiri atas sementum, ligamen periodontal, tulang alveolus dan gingiva.

1) Sementum

Jaringan ini menutupi dentin radiks dan komposisinya serupa tulang, meskipun
tidak ada sistem Havers dan pembuluh darah. Pada bagian apikal radiks lebih tebal,
terdapal sel-sel yang mirip osteosit, yaitu sementosit. Seperti osteosit, mereka terkurung
dalam lakuna yang saling berhubungan melalui kanalikuli. Seperti jaringan tulang,
sementum adalah labil dan bereaksi dengan resorpsi atau produksi jaringan baru sesuai
dengan stres yang dialaminya. Bila ligamen periodontal dihancurkan, sementum akan
mengalami nekrosis dan mungkin diserap. Produksi sementum mengatur pertumbuhan
normal gigi dan memelihara kontak erat antara radiks gigi dan soketnya.

2) Ligamen Periodontal

Ligamen periodontal terdiri atas jaringan ikat padat, yamg serat-seratnya masuk
ke dalam sementum gigi dan menambatnya pada dinding tulang sakunya. Berfungsi
sebagai periosteum bagi tulang alveolus. Serat-serat disusun sedemikian rupa agar dapat
menahan tekanan sewaktu mengunyah, hal ini mencegah pemindahan tekanan langsung
pada tulang, suatu proses yang akan menimbulkan resorpsi setempat.

Kolagen dari ligamen periodontal memiliki kecepatan pergantian protein yang


tinggi dan banyak mengandung kolagen yang larut. Celah-celah diantara serat-seratnya
terisi dengan glikosaminoglikans. Kecepatan pembaruan kolagen yang tinggi dalam
ligamen periodontal memberi peluang bagi proses-proses yang mempengaruhi pembuatan
kolagen atau protein, misalnya defisiensi protein atau vitamin C mengakibatkan atrofi
pada ligamen ini.

3) Tulang Alveolus

Bagian tulang ini berkontak langsung dengan ligamen periodontal. Tulang dari
jenis belum dewasa ini (tulang primer) dengan serat-serat kolagen yang tidak disusun
menurut pola berlamel khas pada tulang dewasa. Tulang yamg paling dekat pada akar

27
gigi membentuk soket gigi. Pembuluh dan saraf melintasi tulang alveolus ini menuju
foramen apikal dan radiks untuk memasuki pulpa.

4) Gingiva

Gingiva adalah membran mukosa yang secara erat melekat pada periosteum
tulang maksila atau mandibula. Ia terdiri atas epitel berlapis gepeng dan banyak papil
jaringan ikat. Epitel ini melekat pada email gigi oleh kutikula yang menyerupai lamina
basal tebal dan membentuk perlekatan epitel Gottlieb. Sel-sel epitel melekat pada
kutikula oleh hemidesmosom. Diantara email dan epitel terdapat celah gingiva, lekukan
sempit di sekeliling korona.

b) Perkembangan Gigi

Pada minggu keenam kehamilan, lapis basal epitel mulut (ektoderm)


berproliferasi dan tumbuh ke dalam ektomesenkim di bawahnya, yang berkembang dari
krista neural. Sabuk berbentuk tapal kuda yang dikenal sebagai lamina dentis dibentuk
pada tiap rahang. Penjuluran ektodermal ini membentuk sungkup di atas kelompok
ektomesenkim dan setiap kelompok sel (kuncup gigi) akan berkembang menjadi gigi
desidua. Ektomesenkim dibentuk oleh sel-sel mesenkim sehubungan dengan sel krista
neural yang berasal dari ektoderm. Sel-sel ektodermal kemudian berdegenerasi dan
menghilang. Komponen ektodermal kuncup gigi membentuk organ email yang berfungsi
untuk menghasilkan email. Komponen ektomesenkim membentuk papila dentis yang
akan mengembangkan sel odontoblas (sel yang menghasilkan dentin) dan struktur pulpa
dentis lainnya. Mesenkim juga memadat disekitar organ email dan akhirnya berkembang
menjadi sementoblas (sel yang membentuk sementum) dan ligamen periodontal.

Organ email terus membesar dan mengambil bentuk genta pada minggu ke-8
kehamilan. Epitel email luar (eksterna), yang berhubungan dengan lamina dentis bertakuk
oleh banyak pembuluh kapiler. Sel berbatasan dengan papila dentis menjadi silindris dan
menyusun epitel email dalam (interna). Sel ini berkembang menjadi ameloblas (sel yang
akan menghasilkan email). Sel epitelial di antara lapis luar dan dalam menyusun
retikulum stelata dan stratum intermedium. Sebelum ameloblas mulai mensekresi email,
mereka merangsang sel-sel lapisan superfisial dari papila dentis untuk memanjang dan

28
berkembang menjadi odontoblas. Odontoblas mulai mensekresi predentin, yang
merangsang pembentukan email oleh ameloblas.

c) Perkembangan Akar Gigi

Setelah perkembangan korona selesai dan sebelum erupsi, lengkung servikal


bertumbuh ke apikal membungkus papila dentis dan membentuk selubung akar Hertwig,
yang terdiri atas penyatuan epitel email luar dan dalam. Lapis dalam menginduksi
pembentukan odontoblas yang menghasilkan dentin dari akar gigi. Bila dentin telah
dibentuk, selubung akar hancur dan dentin yang baru dibentuk ini menginduksi
perkembangan sementoblas dari sel mesenkim sakus dentis di sekitarnya. Sementoblas
menghasilkan sementum, yaitu jaringan mirip tulang yang membungkus akar gigi.

d) Gigi Tetap (permanen)

Pada sisi labial setiap lamina dentis terjulur ke luar suatu massa sel ektodermal
dan membentuk lamina suksesional. Sel-sel lamina dentis menggali ke belakang dan
bakal gigi molar permanen berturut-turut terlepas. Bakal gigi molar kedua dan ketiga
tidak dibentuk sampai sesudah lahir.

7. Esofagus

Merupakan sebuah tabung lurus yang ada pada orang dewasa panjangnya sekitar 25 cm,
berfungsi memindahkan makanan dari mulut ke dalam lambung. Sebagian besar terdapat dalam
mediastinum, setelah melalui diaphragma masuk dalam cavum abdominalis untuk bermuara
dalam gaster. Ia dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dalam submukosa
terdapat kelompokan kelenjar penghasil mukus kecil, yaitu kelenjar esofageal. Pada lamina
propria dekat lambung terdapat kelompokan kelenjar yang disebut kelenjar kardia esofagus yang
juga menghasilkan mukus. Pada ujung distal esofagus, lapisan ototnya terdiri atas serat otot
polos, pada bagian tengah terdapat campuran serat otot bergaris (rangka) dan serat otot polos,
pada ujung proksimal terdapat serat otot rangka. Hanya bagian esofagus dalam rongga
peritoneum yang ditutupi oleh serosa. Sisanya ditutupi lapisan jaringan ikat longgar yang disebut
adventisia.

29
1) Tunica mucosa
Karena kontraksi otot-otot stratum circulare tunica muskular maka tunica mukosa
membentuk lipatan-lipatan memanjang.
 Epitil, tebalnya mencapai 300 mikron dan berbentuk epitel gepeng berlapis
tanpa keratinasi dengan kira-kira 25 lapis sel.
 Lamina propria, merupakan jaringan pengikat longgar yang tidak banyak
mengandung sel-sel. Bentuk tubuler dan saluran keluarnya melalui puncak
papila untuk bermuara dalam lumen. Bentuknya mirip glandula cardiaca maka
disebut sebagai glandula oesophagea cardiaca.
 Lamina muskularis mucosa, merupakan lapisan otot polos yang tebal. Hanya
memiliki lapisan serabut-serabut yang tersusun longitudinal.

2) Tunica submukosa

Lapisan sangat longgar hubungannya dengan lapisan dibawahnya hingga dapat


membentuk lipatan-lipatan memanjang. Tebalnya sekitar 300-700 mikron. Di dalam
tunica submukosa terdapat kelenjar yang berbentuk tubulo alveolar kompleks dan
menghasilkan mukus. Saluran keluarnya menembus muscularis mukosa kemudian
melalui diantara papila untuk bermuara ke dalam lumen. Kelenjar ini dinamakan glandula
oesophagea propria.

3) Tunica muskularis

Terdiri atas dua lapisan masing-masing sebagai:

 Stratum circulare: disebelah dalam.


 Stratum longitudinale: disebelah luar.

Di bagian atas stratum circular menebal membentuk m. Sphincter oesophageus


superior. Pada ¼ bagian sebelah oral, seluruhnya terdiri atas otot bercorak. Pada ¼ bagian
tengah terdiri atas campuran otot bercorak dan otot polos. Pada ½ bagian anal terdiri
seluruhnya stas otot polos. Pada perbatasan dengan ventrikulus terdapat m. Sphincter
oesophageus inferior.

30
4) Tunica adventitia

Pada bagian terluar dari lapisan ini merupakan jaringan pengikat longgar. 2-3 cm
sebelum ventrikulus terdapat banyak serabut-serabut elastis yang melekat pada
diaphragma. Fungsi oesophagus terutama untuk menyalurkan makanan dari pharynx ke
ventrikulus.

E. Mekanisme Pengosongan Lambung

Pengosongan lambung terjadi bila adanya faktor berikut ini:

 Impuls syaraf yang menyebabkan terjadinya distensi lambung (penggelembungan).


 Diproduksinya hormon gastrin pada saat makanan berada dalam lambung.

Saat makanan berada dalam lambung, setelah mencapai kapasitas maksimum maka akan
terjadi distensi lambung oleh impuls saraf (nervus vagus). Disaat bersamaan, kehadiran makanan
terutama yang mengandung protein merangsang diproduksinya hormone gastrin. Dengan
dikeluarkannya hormone gastrin akan merangsang esophageal sphincter bawah untuk
berkontraksi, motilitas lambung meningkat, dan pyloric sphincter berelaksasi. Efek dari
serangkaian aktivitas tersebut adalah pengosongan lambung. Lambung mengosongkan semua
isinya menuju ke duodenum dalam 2-6 jam setelah makanan tersebut dicerna di dalam lambung.
Makanan yang banyak mengandung karbohidrat menghabiskan waktu yang paling sedikit di
dalam lambung atau dengan kata lain lebih cepat dikosongkan menuju duodenum. Makanan
yang mengandung protein lebih lambat, dan pengosongan yang paling lambat terjadi setelah kita
memakan makanan yang mengandung lemak dalam jumlah besar.

 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kecepatan Pengosongan Lambung


 Pompa Pilorus dan Gelombang Peristaltik

Pada dasarnya, pengosongan lambung dipermudah oleh gelombang peristaltik pada


antrum lambung, dan dihambat oleh resistensi pilorus terhadap jalan makanan. Dalam
keadaan normal pilorus hampir tetap, tetapi tidak menutup dengan sempurna, karena
adanya kontraksi tonik ringan. Tekanan sekitar 5 cm, air dalam keadaan normal terdapat
pada lumen pilorus akibat pyloric sphincter. Ini merupakan penutup yang sangat lemah,
tetapi, walaupun demikian biasanya cukup besar untuk mencegah aliran chyme ke

31
duodenum kecuali bila terdapat gelombang peristaltik antrum yang mendorongnya. Oleh
karena itu, untuk tujuan praktisnya kecepatan pengosongan lambung pada dasarnya
ditentukan oleh derajat aktivitas gelombang peristaltik antrum.

Gelombang peristaltik pada antrum, bila aktif, secara khas terjadi hampir pasti
tiga kali per menit, menjadi sangat kuat dekat insisura angularis, dan berjalan ke antrum,
kemudian ke pilorus dan akhirnya ke duodenum. Ketika gelombang berjalan ke depan,
pyloric sphincter dan bagian proksimal duodenum dihambat, yang merupakan relaksasi
reseptif. Pada setiap gelombang peristaltik, beberapa millimeter chyme didorong masuk
ke duodenum. Daya pompa bagian antrum lambung ini kadang-kadang dinamakan
pompa pilorus. Derajat aktivitas pompa pilorus diatur oleh sinyal dari lambung sendiri
dan juga oleh sinyal dari duodenum. Sinyal dari lambung adalah:

o Derajat peregangan lambung oleh makanan, dan


o Adanya hormon gastrin yang dikeluarkan dari antrum lambung akibat
respon regangan.

Kedua sinyal tersebut mempunyai efek positif meningkatkan daya pompa pilorus
dan karena itu mempermudah pengosongan lambung. Sebaliknya, sinyal dari duodenum
menekan aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, bila volume chyme berlebihan atau
chyme tertentu berlebihan telah masuk duodenum. Sinyal umpan balik negatif yang kuat,
baik syaraf maupun hormonal dihantarkan ke lambung untuk menekan pompa pilorus.
Jadi, mekanisme ini memungkinkan chyme masuk ke duodenum hanya secepat ia dapat
diproses oleh usus halus.

 Volume Makanan

Sangat mudah dilihat bagaimana volume makanan dalam lambung yang bertambah
dapat meningkatkan pengosongan dari lambung. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi karena
alasan yang diharapkan. Tekanan yang meningkat dalam lambung bukan penyebab
peningkatan pengosongan karena pada batas-batas volume normal, peningkatan volume
tidak menambah peningkatan tekanan dengan bermakna,. Sebagai gantinya, peregangan
dinding lambung menimbulkan refleks mienterik lokal dan refleks vagus pada dinding
lambung yang meningkatkan aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, kecepatan

32
pengosongan makanan dari lambung kira-kira sebanding dengan akar kuadrat volume
makanan yang tertinggal dalam lambung pada waktu tertentu.

 Hormon Gastrin

Peregangan serta adanya jenis makanan tertentu dalam lambung menimbulkan


dikeluarkannya hormon gastrin dari bagian mukosa antrum. Hormon ini mempunyai efek
yang kuat menyebabkan sekresi getah lambung yang sangat asam oleh bagian fundus
lambung. Akan tetapi, gastrin juga mempunyai efek perangsangan yang kuat pada fungsi
motorik lambung. Yang paling penting, gastrin meningkatkan aktivitas pompa pilorus
sedangkan pada saat yang sama melepaskan pilorus itu sendiri. Jadi, gastrin kuat
pengaruhnya dalam mempermudah pengosongan lambung. Gastrin mempunyai efek
konstriktor pada ujung bawah esofagus untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam
esofagus selama peningkatan aktivitas lambung.

 Refleks Enterogastrik

Sinyal syaraf yang dihantarkan dari duodenum kembali ke lambung setiap saat,
khususnya bila lambung mengosongkan makanan ke duodenum. Sinyal ini mungkin
memegang peranan paling penting dalam menentukan derajat aktivitas pompa pilorus,
oleh karena itu, juga menentukan kecepatan pengosongan lambung. Refleks syaraf
terutama dihantarkan melalui serabut syaraf aferen dalam nervus vagus ke batang otak
dan kemudian kembali melalui serabut syaraf eferen ke lambung, juga melalui nervus
vagus. Akan tetapi, sebagian sinyal mungkin dihantarkan langsung melalui pleksus
mienterikus. Jenis-jenis faktor yang secara terus menerus ditemukan dalam duodenum
dan kemudian dapat menimbulkan refleks enterogastrik adalah:

o Derajat peregangan lambung.


o Adanya iritasi pada mukosa duodenum.
o Derajat keasaman chyme duodenum.
o Derajat osmolaritas duodenum, dan
o Adanya hasil-hasil pemecahan tertentu dalam chyme, khususnya hasil
pemecahan protein dan lemak.

33
Refleks enterogastrik khususnya peka terhadap adanya zat pengiritasi dan asam dalam
chyme duodenum. Misalnya, setiap saat dimana pH chyme dalam duodenum turun di
bawah kira-kira 3.5 sampai 4, refleks enterogastrik segera dibentuk, yang menghambat
pompa pilorus dan mengurangi atau menghambat pengeluaran lebih lanjut isi lambung
yang asam ke dalam duodenum sampai chyme duodenum dapat dinetralkan oleh sekret
pankreas dan sekret lainnya.

Hasil pemecahan pencernaan protein juga akan menimbulkan refleks ini, dengan
memperlambat kecepatan pengosongan lambung, cukup waktu untuk pencernaan protein
pada usus halus bagian atas. Cairan hipotonik atau hipertonik (khususnya hipertonik) juga
akan menimbulkan refleks enterogastrik. Efek ini mencegah pengaliran cairan
nonisotonik terlalu cepat ke dalam usus halus, karena dapat mencegah perubahan
keseimbangan elektrolit yang cepat dari cairan tubuh selama absorpsi isi usus.

 Umpan Balik Hormonal dari Duodenum – Peranan Lemak

Bila makanan berlemak, khususnya asam-asam lemak, terdapat dalam chyme yang
masuk ke dalam duodenum akan menekan aktivitas pompa pilorus dan pada akhirnya
akan menghambat pengosongan lambung. Hal ini memegang peranan penting
memungkinkan pencernaan lemak yang lambat sebelum akhirnya masuk ke dalam usus
yang lebih distal. Walaupun demikian, mekanisme yang tepat dimana lemak
menyebabkan efek mengurangi pengosongan lambung tidak diketahui secara
keseluruhan. Sebagian besar efek tetap terjadi meskipun refleks enterogastrik telah
dihambat. Diduga efek ini akibat dari beberapa mekanisme umpan balik hormonal yang
ditimbulkan oleh adanya lemak dalam duodenum. Oleh karena itu, saat ini, sukar menilai
efek lemak duodenum dalam menghambat pengosongan lambung, walaupun efek ini
penting untuk proses pencernaan lemak dan absorpsi lemak.

 Kontraksi Pyloric Sphincter.

Biasanya, derajat kontraksi pyloric sphincter tidak sangat besar, dan kontraksi yang
terjadi biasanya dihambat waktu gelombang peristaltik pompa pilorus mencapai pilorus.
Akan tetapi, banyak faktor duodenum yang sama, yang menghambat kontraksi lambung,
dapat secara serentak meningkatkan derajat kontraksi dari pyloric sphincter. Faktor ini

34
menghambat atau mengurangi pengosongan lambung, dan oleh karena itu menambah
proses pengaturan pengosongan lambung. Misalnya, adanya asam yang berlebihan atau
iritasi yang berlebihan dalam bulbus duodeni menimbulkan kontraksi pilorus derajat
sedang.

 Keenceran Chyme

Semakin encer chyme pada lambung maka semakin mudah unruk dikosongkan. Oleh
karena itu, cairan murni yang dimakan, dalam lambung dengan cepat masuk ke dalam
duodenum, sedangkan makanan yang lebih padat harus menunggu dicampur dengan
sekret lambung serta zat padat mulai diencerkan oleh proses pencernaan lambung.

Selain itu pengosongan lambung juga dipengaruhi oleh :

 Pemotongan nervus vagus dapat memperlambat pengosongan lambung.


 Vagotomi menyebabkan atoni dan peregangan lambung yang relatif hebat.
 Keadaan emosi, kegembiraan dapat mempercepat pengosongan lambung dan sebaliknya
ketakutan dapat memperlambat pengosongan lambung.

F. Mekanisme Mual Dan Muntah


a. Pengertian mual dan muntah

Mual adalah pengalaman yang sama sekali subyektif, didefinisikan sebagai sensasi yang
segera mendahului muntah. Pasien menyatakan bahwa mereka merasa seolah-olah akan muntah,
atau menggambarkan sensasi seperti merasa tidak nyaman atau sakit perut.

Muntah adalah peristiwa fisik yang sangat spesifik, didefinisikan sebagai evakuasi isi
lambung yang cepat dan secara paksa dengan alur balik dari perut sampai dan keluar dari mulut.
Muntah biasanya, namun tidak selalu, dilanjutkan lagi dengan mual. Muntah sifatnya berulang-
ulang dimana terjadi kontraksi aktif otot-otot perut yang menghasilkan tekanan yang
menyebabkan evakuasi isi perut. Muntah dapat terjadi tanpa keluarnya isi lambung dari mulut,
disebut sebagai nafas kering (dry heaves), hal ini mengacu pada gerakan pernapasan spasmodik
dilakukan dengan glotis tertutup. Mual dan muntah dapat dibedakan dari:

35
 Regurgitasi, sifatnya pasif, aliran retrograde isi esofagus ke dalam mulut. Regurgitasi
terjadi dengan gastroesophageal reflux atau penyumbatan esofagus.
 Ruminasi, gangguan makan yang sering dibingungkan dengan kondisi muntah.
Ruminasi terjadi berulang-ulang setelah makan, tidak diawali dengan mual, dan tidak
terkait dengan fenomena fisik biasanya yang menyertai muntah.
 Dispepsia, nyeri kronis atau berulang atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut
bagian atas. Dispepsia dapat diklasifikasikan menjadi dispepsia struktural
(berhubungan dengan asam) dan fungsional (terkait dismotilitas). Dispepsia
fungsional pada pasien kanker disebut sindrom dispepsia yang terkait kanker (cancer-
associated dyspepsia syndrome), ditandai dengan mual, cepat kenyang, merasa penuh
post-prandial, dan nyeri.
b. Fisiologi Muntah

Muntah biasanya dialami dalam serangkaian 3 peristiwa, yang hampir semua orang telah
alami:

 Mual biasanya terkait dengan penurunan motilitas lambung dan peningkatan


tonus di usus kecil. Selain itu, sering terjadi pembalikan gerakan peristaltik di
usus kecil proksimal.
 Nafas kering (dry heaves) mengacu pada gerakan pernapasan spasmodik
dilakukan dengan glotis tertutup. Sementara ini terjadi, antrum kontrak perut dan
fundus dan kardia relax. Studi dengan kucing telah menunjukkan bahwa selama
muntah-muntah terjadi herniasi balik esofagus perut dan kardia ke dalam rongga
dada karena tekanan negatif yang ditimbulkan oleh upaya inspirasi dengan glotis
tertutup.
 Emesis adalah ketika isi usus lambung dan sering dalam jumlah kecil didorong
sampai dan keluar dari mulut. Ini hasil dari serangkaian kejadian yang sangat
terkoordinasi yang dapat digambarkan dengan langkah-langkah berikut (jangan
mempraktekkannya di depan umum):
o Ambil napas dalam-dalam, glotis tertutup dan laring dinaikkan untuk
membuka sfingter esofagus bagian atas. Sementara, palatum molle
dinaikkan untuk menutup nares posterior.

36
o Diafragma dikontraksikan ke bawah untuk menciptakan tekanan negatif di
dada, yang memfasilitasi pembukaan esofagus dan sfingter esofagus distal.
o Bersamaan dengan gerakan ke bawah diafragma, otot-otot dinding perut
dengan penuh semangat dikontraksikan, meremas perut dan dengan
demikian meningkatkan tekanan intragastrik. Dengan pilorus ditutup dan
kerongkongan yang relatif terbuka, rute dari jalur keluar isi perut akan
lebih jelas.

Rangkaian peristiwa yang dijelaskan tersebut tampaknya menjadi khas bagi manusia dan
hewan, tetapi tidak bisa dihindari. Emesis sering terjadi tiba-tiba dan kadang tanpa ada tanda-
tanda, situasi ini sering disebut sebagai muntah proyektil. Penyebab umum muntah proyektil
adalah obstruksi lambung, sering merupakan akibat dari konsumsi benda asing.

Ada juga variabilitas yang cukup besar antara spesies, dalam kecenderungan terjadinya
muntah. Tikus dilaporkan tidak muntah, hewan ternak dan kuda jarang muntah, jika ini terjadi
biasanya merupakan pertanda buruk dan paling sering akibat distensi lambung akut. Karnivora
seperti anjing dan kucing sering muntah. Manusia berada pada yang ekstrem dan menarik, ada
individu yang tampaknya tidak mampu muntah karena kelainan bawaan di pusat-pusat muntah
dari batang otak.

c. Patofisiologi mual dan muntah karena penyakit hematologi

Sensasi berupa mual disebabkan oleh stimulasi dari satu atau lebih dari empat sistem
yaitu:

 Aferen visceral dari saluran pencernaan (vagus atau saraf simpatis) – sinyal-sinyal ini
menginformasikan otak mengenai kondisi seperti distensi gastrointestinal dan iritasi
mukosa.
 Aferen visceral dari luar saluran pencernaan – sinyal dari saluran empedu, peritoneum,
hati dan berbagai organ lain. Impuls ke pusat pusat muntah menjelaskan bagaimana,
misalnya, batu di saluran empedu dapat menyebabkan muntah.
 Aferen dari pusat extramedulla di otak (sistem vestibular), rangsangan psikis tertentu
(bau, rasa takut), dan trauma otak dapat menyebabkan muntah.

37
 Kemoreseptor trigger zone di area postrema (medulla) dasar ventrikel keempat, atau
pusat-pusat yang lebih tinggi di sistem saraf pusat (SSP).

Saluran pencernaan dapat mengaktifkan pusat muntah oleh stimulasi mekanoreseptor


atau kemoreseptor pada glossopharyngeal atau aferen vagal (saraf kranial IX dan X) atau dengan
pelepasan serotonin dari sel-sel usus enterochromaffin, yang pada gilirannya merangsang
reseptor serotonin (5-HT3) pada aferen vagal. Sistem vestibular mengaktifkan pusat muntah jika
dirangsang oleh gerakan atau penyakit (misalnya labyrinthitis) atau ketika peka oleh obat-obatan
(misalnya opioid). Reseptor Histamin (H1) dan Asetilkolin M1 muncul pada aferen vestibular.
Racun endogen atau eksogen yang melalui darah dapat mengaktifkan kemoreseptor di postrema
lantai ventrikel keempat melalui jenis reseptor dopamin 2. Akhirnya, pusat SSP yang lebih tinggi
dapat mengaktifkan atau menghambat pusat muntah. Selain itu, mungkin ada aktivasi langsung
reseptor H1 pada meninges sekunder untuk meningkatkan tekanan intrakranial.

Agen kemoterapi menyebabkan muntah masih tidak sepenuhnya dipahami, tetapi


mekanisme yang paling mungkin diyakini seperti stimulasi kemoreseptor trigger zone. Penyebab
lain mual dan muntah pada pasien hematologi mencakup stimulasi dari korteks serebral, gastritis
dan gastroesophageal reflux disease, pengosongan lambung tertunda, radiasi enteritis, sembelit,
kandidiasis esofagus, adanya proses telinga bagian dalam, hipoadrenalisme, hiperkalsemia,
perubahan rasa dan bau, dan mual antisipatif.

Meskipun area tindakan emetik dari agen kemoterapi belum teridentifikasi, agen
pemblokiran diarahkan terhadap jenis reseptor serotonin 3 (reseptor 5-HT3), reseptor dopamin
(D2), dan reseptor neurokinin (nk1) yang telah efektif dalam menghambat chemotherapy-
induced nausea and vomiting (CINV). Pusat yang lebih tinggi di otak, seperti korteks, juga
diyakini terlibat dalam menghasilkan anticipatory nausea and vomiting (ANV). Terapi kognitif,
serta anti ansietas dan agen amnesik, dapat memberikan antiemesis yang efektif.

G. Mekanisme Pembentukan Feses

Penyerapan, terutama air dan elektrolit terus berlanjut di usus besar. Sebagian besar
penyerapan berlangsung di separuh atas kolon. Dari sekitar 1000ml kimus yang masuk ke usus
besar setiap hari, hanya 100ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang di ekskresikan. Selain
air, yang membentuk sekitar 75% feses, feses mengandung bakteri yang mati sebagian lemak

38
dan bahan makanan kasar yang tidak dicerna, dan sejumlah kecil protein. Produk sampingan
bilirubin menentukan warna feses.

Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran
pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla)
yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang
dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan
tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat
kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi
sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja
terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus
maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit.
Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan
secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.

Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan
menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus.
Otot sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja. Selama buang
air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran
cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke
bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju
jantung meninggi.

 Pengaturan buang air besar

Perut akan terasa melilit bila ingin buang air besar.

Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar (contohnya buang air besar saat
melakukan proses persalinan). Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti
cedera pada otot sphinkter anus), radang, penyerapan air pada usus besar yang kurang
(menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf). Pada dasarnya, frekuensi buang air
besar pada setiap orang bervariasi. Meski begitu, ada masanya ketika orang yang biasanya buang
air besar hanya tiga hari sekali pun tidak mampu mengeluarkan setelah empat atau lima hari,

39
bahkan seminggu. Atau, yang biasanya buang air besar tiap hari tidak mampu mengeluarkan
feses setelah lebih dari dua hari.

H. Mekanisme Lapar

Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan
mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di
nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang akan
menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang ditentukan
oleh berbagai faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di nucleus
ventromedial di hipotalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan makan, sehingga kita akan
berhenti makan. Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa lapar pada manusia adalah:

1. Hipotesis Lipostatik

Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau mengukur persentase
lemak dalam sel lemak di tubuh, apabila jumlah lemak tersebut rendah, maka akan membuat
hipotalamus menstimulasi kita untuk merasa lapar dan makan.

2. Hipotesis Hormon Peptida pada Organ Pencernaan

Makanan yang ada di dalam saluran gastrointestinal akan merangsang munculnya satu
atau lebih peptida, contohnya kolesitokinin. Kolesitokinin berperan dalam menyerap nutrisi
makanan. Apabila jumlah kolesitokinin dalam GI rendah, maka hipotalamus akan menstimulasi
kita untuk memulai pemasukan makanan ke dalam tubuh.

3. Hipotesis Glukostatik

Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa dalam darah. Makanan yang
kita makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah satunya glukosa) akan dibawa oleh darah
dan diedarkan ke seluruh tubuh, jika dalam darah kekurangan glukosa, maka tubuh kita akan
memerintahkan otak untuk memunculkan rasa lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran
asam lambung.

40
4. Hipotesis Termostatik

Apabila suhu dingin atau suhu tubuh kita di bawah set point, maka hipotalamus akan
meningkatkan nafsu makan kita. Teori produksi panas yang dikemukakan oleh Brobeck
menyatakan bahwa manusia lapar saat suhu badannya turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar
berkurang. Inilah salah satu yang bisa menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak
makan di waktu musim hujan/dingin.

5. Neurotransmitter

Neurotransmitter ada banyak macam, dan mereka berpengaruh terhadap nafsu makan.
Misalnya saja, adanya norepinephrine dan neuropeptida Y akan membuat kita mengkonsumsi
karbohidrat. Apabila adanya dopamine dan serotonine, maka kita tidak mengkonsumsi
karbohidrat.

6. Kontraksi di Duodenum dan Lambung

Kontraksi yaitu kontraksi yang terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam
atau lebih. Kontraksi ini merupakan kontraksi peristaltik yang ritmis di dalam korpus lambung.
Ketika kontraksi sangat kuat, kontraksi ini bersatu menimbulkan kontraksi tetanik yang kontinius
selama 2-3 menit. Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan oleh kadar gula darah yang rendah.
Bila kontraksi lapar terjadi tubuh akan mengalami sensasi nyeri di bagian bawah lambung yang
disebut hunger pangs (rasa nyeri mendadak waktu lapar. Hunger pans biasanya tidak terjadi
sampai 12 hingga 24 jam sesudah makan yang terakhir. Pada kelaparan, hunger pangs mencapai
intesitas terbesar dalam waktu 3-4 hari dan kemudian melemah secara bertahap pada hari-hari
berikutnya.

7. Psikososial

Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen biologis. Sebagai
manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen belajar dan
kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya, manusia menggunakan jam
dalam rutinitas kesehariannya, termasuk saat tidur dan makan. Penanda waktu ini juga memicu
rasa lapar.

41
Bau, rasa, dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar. Warna makanan juga
memperngaruhi rasa lapar. Stres juga dapat berpengaruh terhadap nafsu makan, tetapi ini
bergantung pada masing-masing individu. Kebiasaan juga mempengaruhi rasa lapar. Seperti
orang normal yang biasa makan 3 kali sehari bila kehilangan 1 waktu makan, akan merasa lapar
pada waktunya makan walaupun sudah cukup cadangan zat gizi dalam jaringan-jaringannya.

Saat berenang, tubuh akan menggunakan energy sebesar 500 kalori per jamnya. Semakin
lama berenang makan jumlah energy yang terpakai pun semakin besar. Hal ini akan menurunkan
kadar gula didalam tubuh. Penurunan kadar gula dalam darah akan menimbulkan rasa lapar,
yang menimbulkan suatu perilaku yang disebut teori glukostatik pengaturan rasa lapar dan
perilaku makan, teori lipostatik dan teori aminostatik.

 Penurunan kadar glukosa darah akan menurunkan kecepatan bangkitan neuron


glukoreseptor di pusat kenyang di nucleus ventromedial dan paraventrikulat
hipotalamus.
 Penurunan kadar gula juga secara bersamaan meningkatkan bangkitan neuron
glukosensitif di pusat lapar hipotalamus lateral.

Akibat penundaan lapar adalah terjadi kontraksi peristaltic yang ritmis di korpus
lambung, ketika kontraksi berturut-turut tersebut sangat kuat, kontraksi-kontraksi ini
menimbulkan kontraksi tetanik yang continue dan kadang berlangsung selama 2 sampai 3 menit.
Kontraksi ini sangat meningkat ketika kadar gula darah lebih rendah dari normal. Kontraksi ini
dapat menimbulkan rasa nyeri ringan di bagian bawah lambung, disebut Hunger Pans. Hunger
pans tidak terjadi sampai waktu 12 sesudah masuknya makanan terakhir. Selain jika penundaan
ini belangsung dalam waktu yang lebih lama maka akan terjadi metabolic lemak dan protein
untuk menggantikan kadar gula yang turun.

I. Mekanisme Glikogenesis, Glikogenolisis, dan Glukoneogenesis

Dalam menjaga kadar gula dalam darah tetap dalam jumlah yang konstan, tubuh
melakukan proses glikogenesis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis. Proses-proses tersebut
dikendalikan oleh sekresi hormon-hormon tertentu di dalam tubuh. Hormon tersebut akan
memicu kerja enzim-enzim yang berperan dalam membentuk glikogen, memecah glikogen,
ataupun membentuk glukosa.

42
a. Mekanisme Glikogenesis

Glikogenesis adalah pembentukan glikogen dari glukosa. Apabila terjadi peningkatan


kadar glukosa dalam darah (misalnya beberapa saat setelah makan) maka pankreas akan
mensekresikan hormon insulin yang akan menstimulasi penyimpanan glukosa dalam bentuk
glikogen di dalam hati dan otot. Hormon insulin akan menstimulasi enzim glikogen sintase untuk
memulai proses glikogenesis.

Dalam sintesis glikogen, satu ATP dibutuhkan untuk setiap molekul glukosa. Molekul
glukosa diubah menjadi glukosa-6-fosfat sebagai struktur pembangun glikogen. Glukosa-6-fosfat
akan ditambahkan pada molekul glikogen yang sudah ada sehingga glikogen menjadi lebih
panjang. Hati mampu menyimpan glikogen sebesar 6% dari massa total hati, sedangkan otot
hanya mampu menyimpan gikogen kurang dari 1% saja. Glikogenesis terjadi dengan cara
penambahan molekul glukosa pada rantai glikogen yang telah ada (disebut sebagai glikogen
primer). Penambahan glukosa akan terjadi secara bertahap, satu demi satu molekul glukosa akan
memperpanjang glikogen yang telah ada.

Gambar 2.9 Sintesis Glikogen melalui glikogenesis

Proses glikogenesis di dalam tubuh adalah sebagai berikut:

 Fosforilasi glukosa oleh ATP menjadi glukosa 6-fosfat, dikatalisis oleh enzim
glukokinase/hexokinase.
 Berikutnya glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat,
dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase.

43
 Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri phosphate (UDP) menjadi uridil di phosphate
glukosa (UDP-glukosa), dikatalisis oleh enzim glukosa 1-fosfat uridil transferase.
 UDP-glukosa kemudian akan diikatkan pada rantai glikogen yang sudah ada, dikatalisis
oleh enzim glikogen sintase. Dalam proses ini, atom C pertama dari UDP-glukosa
diikatkan ke atom C keempat yang ada pada rantai glikogen primer dan membentuk
ikatan α 1-4 glikosidik.
 Berikutnya enzim pembentuk cabang (branching enzyme) akan memindahkan kurang
lebih 6 residu glukosa pada salah satu residu glukosa yang ada pada glikogen primer
untuk membentuk titik cabang. Enam residu gukosa tersebut akan diikatkan pada atom C
nomor 6 pada molekul glikogen primer.
 Penambahan glukosa terus berlangsung pada kedua cabang hingga semakin panjang dan
akan terbentuk banyak cabang-cabang baru di berbagai lokasi.
 Glikogenesis akan berakhir apabila gula dalam darah telah mencapai kadar yang normal.

Proses pembentukan glikogen melalui glikogenesis merupakan langkah penting dalam


menjaga kadar gula dalam darah tetap normal. Ketidakmampuan tubuh untuk menjalankan
glikogenesis dengan wajar dapat mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes melitus. Diabetes
melitus dapat menjadi penyakit yang berbahaya dan mematikan karena memicu berbagai
komplikasi seperti stroke, kerusakan jaringan, dan kebutaan.

b. Mekanisme Glikogenolisis

Glikogenolisis merupakan proses pemecahan molekul glikogen menjadi glukosa. Apabila


tubuh dalam keadaan lapar, tidak ada asupan makanan, kadar gula dalam darah menurun, gula
diperoleh dengan memecah glikogen menjadi glukosa yang kemudian digunakan untuk
memproduksi energi. Dalam glikogenolisis, glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dipecah
menjadi glukosa-1-fosfat kemudian diubah menjadi glukosa-6-fosfat. Glukogenolisis diatur oleh
hormon glukagon yang disekresikan pancreas dan epinefrin (adrenalin) yang disekresikan
kelenjar adrenal. Kedua hormon tersebut akan menstimulasi enzim glikogen fosforilase untuk
memulai glikogenolisis dan menghambat kerja enzim glikogen sintase (menghentikan
glikogenesis).

44
Glukosa-6-fosfat akan masuk ke dalam proses glikolisis untuk menghasilkan energi.
Glukosa-6-fosfat juga dapat diubah menjadi glukosa untuk didistribusikan oleh darah menuju
sel-sel yang membutuhkan glukosa.

Gambar 2.10 Penguraian glikogen menghasilkan glukosa 6-fosfat

Proses glikogenolisis yang terjadi di dalam sel adalah sebagai berikut.

 Enzim glikogen fosforilase akan menambahkan fosfat anorganik dan membebaskan


glukosa dalam bentuk glukosa 1-fosfat. Pemecahan ini akan terus berlangsung hingga
tersisa kurang lebih 4 residu glukosa dari titik cabang.
 Enzim transferase akan memindahkan 3 residu glukosa menuju ujung cabang yang lain,
proses ini akan menyisakan satu residu glukosa pada titik cabang yang terikat dengan
ikatan α 1-6 glikosidik.
 Debranching enzyme atau enzim pemecah cabang (α 1-6 glukosidase) akan
membebaskan glukosa pada titik cabang dan melepaskannya dalam bentuk glukosa
(bukan glukosa 1-fosfat seperti pada reaksi pertama).
 Proses glikogenolisis berakhir pada tahapan diatas, namun hasil pemecahan glikogen
yang berupa glukosa 1-fosfat akan mengalami proses lebih lanjut agar dapat berubah
menjadi glukosa.

Enzim fosfoglukomutase akan mengkatalisis reaksi isomerasi glukosa 1-fosfat menjadi


glukosa 6-fosfat. Dalam hati dan ginjal glukosa 6-fosfat akan mengalami pelepasan fosfat dan
berubah menjadi glukosa. Namun di dalam otot glukosa 6-fosfat akan langsung masuk reaksi
glikolisis untuk diolah menjadi energi dalam bentuk ATP.

45
c. Mekanisme Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah proses sintesis (pembentukn) glukosa dari sumber bukan


karbohidrat. Molekul yang umum sebagai bahan baku glukosa adalah asam piruvat, namun
oxaloasetat dan dihidroxiaseton fosfat dapat juga menjalani proses glukoneogenesis. Asam
laktat, beberapa asam amino dan gliserol dapat dikonversi menjadi glukosa. Glukoneogenesis
hampir mirip dengan glikolisis dengan proses yang dibalik, hanya beberapa tahapan yang
membedakannya dengan glikolisis. ATP dibutuhkan dalam tahapan glukoneogenesis.

Glukoneogenesis terjadi terutama dalam hati dan dalam jumlah sedikit terjadi pada
korteks ginjal. Sangat sedikit glukoneogenesis terjadi di otak, otot rangka, otot jantung dan
beberapa jaringan lainnya. Umumnya glukoneogenesis terjadi pada organ-organ yang
membutuhkan glukosa dalam jumlah banyak. Glukoneogenesis terjadi di hati untuk menjaga
kadar glukosa darah agar tetap dalam kondisi normal.

Gambar 2.11. Proses ke kanan adalah reaksi glikogenesis, sedangkan proses ke kiri adalah reaksi glukoneogenesis

Proses glukoneogenesis yang terjadi pada hati dan ginjal adalah sebagai berikut.

 Pengubahan piruvat menjadi oksaloasetat, dikatalisis oleh enzim piruvat karboksilase.


 (Oksaloasetat pada reaksi di atas terdapat pada mitokondria dan harus dikeluarkan
menuju sitoplasma, namun molekul tersebut tidak dapat melelui membran mitokondria

46
sebeum diubah menjadi malat. Jadi oksaloasetat akan diubah menjadi malat agar dapat
keluar menuju sitoplasma dan akan segera diubah kembali menjadi oksaloasetat).
 Pengubahan oksaloasetat menjadi malat, dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase.
Malat keluar dari mitokondria menuju sitoplasma.
 Di sitoplasma, malat diubah manjadi oksaloasetat kembali yang dikatalisis oleh enzim
malat dehidrogenase.
 Oksaloasetat kemudian akan diubah menjadi phospoenol piruvat, dikatalisis oleh enzim
phospoenolpiruvat karboksilase.
 Phospoenol piruvat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat, dikatalisis oleh enzim enolase.
 2-fosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat yang dikatalisis enzim
fosfogliseromutase.
 3-fosfogliserat kemudian diubah manjadi 1,3 bifosfogliserat yang dikatalisis enzim
fosfogliserokinase.
 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi gliseraldehida 3 fosfat, reaksi ini dikatalisis oleh
enzim gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase.
 Gliseraldehida 3 fosfat dapat diubah menjadi dihidroksi aseton fosfat (dengan reaksi yang
dapat bolak-balik) yang dikatalisis oleh enzim isomerase.
 Gliseraldehida 3 fosfat dan dihidroksi aseton fosfat akan disatukan dan menjadi fruktosa
1,6 bifosfat yang dkatalisis enzim enolase.
 Fruktosa 1,6 bifosfat akan diubah manjadi fruktosa 6 fosfat oleh enzim fruktosa
difosfatase.
 Fruktosa 6 fosfat akan diubah menjadi glukosa 6 fosfat oleh enzim fosfoglukoisomerase.
 Dan terakhir glukosa 6 fosfat akan diubah manjadi glukosa yang dikatalisis oleh enzim
glukosa 6 fosfatase.

Asam amino glukogenik seperti alanin, arginin, asparagin, sistein, glutamate, histidin,
metionin, prolin, serin, threonin, valin, dan triptofan dapat diubah manjdai glukosa setelah
terlebih dahulu diubah manjadi piruvat atau senyawa antara yang lain. Asam laktat hasil oksidasi
anaerob juga dapat diubah manjadi glukosa setelah diubah manjdai oksaloasetat di dalam
mitokondria. Gliserol hasil metabolisme lemak juga dapat diubah manjadi glukosa setelah

47
terlebih dahulu diubah manjdai glisrol 3 fosfat kemudian manjadi dihidroksi aseton fosfat dan
langkah-langkah selanjutnya.

J. Perbedaan Makanan Dalam Lambung, Usus Halus, dan Usus Besar


a. Proses pencernaan makanan di usus halus dan usus besar

Pencernaan makanan berlangsung di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut


sampai pada usus besar. Kelenjar-kelenjar pencernaan berperan menghasilkan sekret yang akan
membantu pencernaan secara kimiawi. Beberapa saluran pencernaan juga merangkap sebagai
kelenjar pencernaan, artinya menghasilkan sekret berupa senyawa kimia seperti enzim atau
hormon. Pencernaan makanan yang berlangsung di dalam usus halus dapat dikatakan sebagai
pencernaan akhir karena di dalam usus halus makanan yang telah tercerna juga akan diserap.
Sementara pada usus besar berperan dalam pembuangan sisa-sisa makanan yang tak tercerna
sepanjang saluran pencernaan. Hal ini serupa dengan apa yang telah dijelaskan pada artikel
sebelumnya, bahwa tahapan pencernaan ialah ingesti, digesti, absorpsi, dan eliminasi. Adapun
proses pencernaan makanan yang berlangsung di dalam usus halus dan usus besar ialah sebagai
berikut:

a) Pencernaan Makanan Dalam Usus Halus

Bubur kim (istilah untuk makanan yang telah dicerna di dalam lambung) akan
memasuki usus dua belas jari yang merupakan bagian muka dari usus halus. Klep sfingter
pilorik merupakan katup yang membatasi lambung dengan usus halus. Klep ini akan
membuka secara perlahan, dan menghantarkan kim secara perlahan masuk ke dalam usus
dua belas jari (duodenum). Kim yang berasal dari lambung bersifat asam, hal ini
dikarenakan adanya pengaruh dari HCL. Sementara enzim – enzim yang di dalam lumen
usus halus bekerja pada ph yang alkalis (basa). Dengan demikian, hormon sekretin yang
dihasilkan oleh dinding duodenum akan merangsang pankreas untuk mengeluarkan
natrium bikarbonat (NaCO3) untuk menetralkan keasaman pada kim. Duodenum
merupakan bagian pertama dari usus halus yang memiliki panjang sekitar dua belas jari.
Bagian ini merupakan muara bagi sekret kelenjar pencernaan yaitu hati dan pankreas.
Usus halus juga berperan sebagai kelenjar pencernaan karena menghasilkan hormon
pencernaan.

48
b) Pencernaan Makanan Dalam Usus Besar

Proses pencernaan makanan yang berlangsung di dalam usus besar ialah eliminasi
yaitu membuang sisa-sisa (ampas) makanan yang tak tercerna oleh tubuh yang akan
dibuang melalui anus dalam bentuk feces. Defekasi adalah proses pembuangan feces
tersebut atau yang disebut juga sebagai BAB. Usus besar memiliki tiga bagian, yaitu
bagian yang menaik (descendent); bagian mendatar (transcendent); dan menurun
(ascendent). Meski demikian, struktur ketiganya ialah sama. Di dalam usus besar terdapat
E.coli yang merupakan flora normal (non patogenik) bagi tubuh. Peranan E.coli ialah
memfermentasikan ampas (sisa – sisa) makanan yang tercerna menjadi lembek. Selain
itu, E.coli juga menghasilkan vitamin K yang penting dalam pembekuan darah serta
biotin.

Selain mengalami fermentasi, ampas makanan tersebut juga akan diserap airnya,
sehingga strukturnya akan memadat. Pada penderta diare, fesesnya bersifat encer
dikarenakan airnya belum terserap secara sempurna. Berkat dorongan dari ampas –
ampas baru yang masuk, ampas yang lama makin mendekati rektum yaitu muara anus.
Keinginan BAB terkait dengan ritme biologi seseorang, pengaruh makanan, atau karena
dorongan makanan di lambung. Dengan demikian, lengkaplah sudah tahapan pencernaan
makanan di dalam tubuh kita.

b. Proses Pencernaan Makanan Dalam Lambung

Proses pencernaan kimiawi di lambung adalah salah satu proses pencernaan di dalam
lambung yang menggunakan zat kimiawi terutama dengan menggunakan enzim. Di dalam
lambung, terdapat beberapa zat enzim yaitu:

1. Renin, berfungsi mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya
dimiliki oleh bayi.
2. Pepsin, berfungsi untuk memecah protein menjadi pepton.
3. HCl (asam klorida), berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
Sebagai disinfektan, membunuh kuman, serta merangsang pengeluaran hormon
sekretin dan kolesistokinin pada usus halus. Dengan HCL, pH menjadi lebih asam
yaitu di antara 1 sampai 3.

49
4. Lipase, berfungsi untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun
lipase yang dihasilkan sangat sedikit.

Lambung menghasilkan hormon gastrin yaitu hormon yang berfungsi memacu sekresi
getah lambung yang mengandung HCl (Asam Klorida). Adanya HCL menebabkan
terangsangnya sel-sel getah usus dan mengeluarkan hormon sekretin dan kolesistokinin. Berikut
adalah fungsi hormon tersebut:

 Hormon sekretin berfungsi memacu kelenjar pankreas untuk menyekresikan


getahnya.
 Hormon kolesistokinin berfungsi merangsang kantung empedu mengeluarkan
bilus (empedu) yang berfungsi untuk mengemulsi lemak.

Dengan berbagai pengertian dan penjelasan tentang lambung di atas, maka dapat disimpulkan
proses pencernaan kimiawi di lambung seperti berikut:

Dari kerongkongan, makanan masuk ke lambung. Di dalam lambung, makanan dicerna


secara kimiawi dengan bantuan enzim yang disebut renin dan pepsin. Enzim renin akan
menggumpalkan protein susu yang ada dalam air susu sehingga dapat dicerna lebih lanjut. Di
dalam lambung terdapat asam klorida yang menyebabkan lambung menjadi asam. Asam klorida
dihasilkan oleh dinding lambung. Asam klorida berfungsi untuk membunuh kuman penyakit dan
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin berperan mengubah protein menjadi pepton.
Ketika proses pencernaan terjadi di lambung, otot-otot dinding lambung berkontraksi. Hal
tersebut menyebabkan makanan akan tercampur dan teraduk dengan enzim serta asam klorida.
Secara bertahap, makanan akan menjadi berbentuk bubur. Kemudian, makanan yang telah
mengalami pencernaan akan bergerak sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.

50
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses pencernaan adalah proses perubahan makanan dari bentuk kasar (kompleks)
menjadi bentuk yang halus (sederhana) sehingga dapat diserap usus. Proses pencernaan pada
manusia dibedakan menjadi pencernaan secara mekanik dan secara kimiawi. Pencernaan secara
mekanik yaitu mengubah makanan dari bentuk kasar menjadi halus. Sedangkan pencernaan
secara kimiawi yaitu pencernaan dengan bantuan enzim.

Sistem pencernaan berfungsi untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh
dan nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Organ pencernaan pada manusia terdiri atas
mulut, faring, kerongkongan, lambung, hati, pankreas, usus halus, usus besar, rectum dan anus.

B. Saran

Sebaiknya kita menjaga dan mengontrol pola makan kita agar kesehatan sistem
pencernaan dapat tetap terjaga dan juga dapat menjalankan tugas serta fungsinya sebagaimana
mestinya.

51
DAFTAR PUSTAKA

Pearce Evelyn C. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedia. Jakarta. PT Gramedia. 2006.

Irianto, Kus. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung. Yrama Widya.
2004.

Watson, Roger. Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta. EGC. 2002.

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta. EGC. 2009.

52

Anda mungkin juga menyukai