Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.N DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RUANG KUTILANG RSAU DR.M.
SALAMUN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Anak

Dosen pembimbing :
Yuyun Sarinenggsih, S.Kep., Ners., M.Kep

Di susun oleh :
SHANIA OCTAVIA DEWI
211FK04008

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
1. Pengkajian
A. Anamnesa
1) Identitas Klien
Nama : By. N
Umur : 1 bulan
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 18 September 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Bandung
Tanggal Masuk : 07 November 2021
Tanggal Pengkajian : 09 November 2021
2) Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 24 tahun
Hub. Dengan klien : Ayah
2. Alasan datang ke Rumah Sakit
Ayah klien mengatakan anaknya mengalami batuk selama 2 minggu
disertai demam
3. Keluhan Utama
Ayah klien mengeluh anaknya batuk berdahak selama 2 minggu disertai
demam
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa keluarga dengan keluhan batuk sejak 2 minggu
smrs. Keluhan disertai demam sejak 1 hari. Ayah By.N mengatakan
anaknya sulit minum ASI. BAB dan BAK normal.
5. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan By. N adalah anak pertamanya di usia 19 tahun. Saat
dikaji selama hamil ibu klien tidak ada sakit atau penyakit yang
membutuhkan pengobatan serius. Usia kandungan saat melahirkan yaitu 9
bulan. BB saat lahir 3kg. ASI sejak lahir namun kemampuan
menghisapnya kurang. Pada saat lahir By. N menangis kuat, imunisasi
yang sudah diberikan adalah Hepatitis dan Polio. Sebelum masuk rumah
sakit ini By. N sudah pernah dibawa atau pengobatan di beberapa Bidan,
Klinik, dan 3 Rumah Sakit. Ayah klien merokok.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan tidak pernah ada keluarga yang mengalami
penyakit TB Paru dan Bronkopneumonia.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Compos Mentis : GCS 15 (E4 M6 V5)
b. Antropometri
BB saat lahir : 3kg
BB sekarang : 3,4kg
PB : 52cm
Lingkar Kepala : 32cm
Lingkar Dada : 34cm
Lingkar Perut : 37cm
c. TTV
S : 38,4⁰C
RR : 48x/mnt
SPO2 : 95%
N : 146x/mnt
d. Kepala
Bentuk kepala normochepal, sutura belum menutup, terpasang O2
menggunakan nasal kanul, terpasang OGT hari ke 1
e. Mata
Kedua mata simetris, konjungtiva anemis, sklera ikterik, mata
cenderung seperti mengantuk
f. Hidung
Bentuk hidung simetris, ada pernapasan cuping hidung. Terpasang O2
menggunakan nasal kanul
g. Mulut
Mulut kering, reflek menghisap/sucking dan reflek rooting masih
kurang. Terpasang OGT hari ke 1
h. Thorax
Bentuk dada simetris, ada penggunaan otot bantu napas/retraksi dada,
ada ronchi, napas dangkal, bunyi napas irreguler, pola napas cepat
i. Kulit
Ketika menangis hebat warna kulit menjadi kebiruan/sianosis
j. Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik, reflek moro baik, reflek menggenggam
baik, reflek babinski baik,
8. Data Penunjang
a. Foto Thorax : 08/11/2021
Pulmo : Hili tertutup bayangan jantung dengan corakan paru
bertambah. Tempak infiltrat kiri-kanan atas-bawah. Ada gambaran
bronkopneumonia bilateral
b. Biokimia Darah
Hasil Nilai Rujukan
SGOT 259u/L 10-31
SGPT 246u/L 9-36
GDS 81mg/dl <120
Hb 9,7g/dl 12-16
Leukosit 19.200/mm3 3.600-11.000
Hematokrit 29% 35-45

c. Terapi medis
1. Infus KA-EN 3B 10cc/jam
2. Ceftriaxone 350mg/24 jam (IV)
3. Ampicilin 275mg/6 jam (IV)
4. Paracetamol 0,4ml/6 jam (oral)
5. Metilpredisolon 1bks/8 jam (oral)
6. Etambutol 70mg/24 jam (oral)
7. Amikasin 50mg/24 jam (IV)

2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Virus, Bakteri, Jamur (D.0001) Bersihan
- Ayah klien mengeluh ↓ Jalan Napas Tidak
anaknya batuk selama Kuman berlebih di Efektif
dua minggu bronkus
DO: ↓
- S : 38,4⁰C Proses peradangan
- RR : 48x/mnt ↓
- SPO2 : 95% Akumulasi sekret di
- N : 146x/mnt bronkus
- Napas dangkal ↓
- Ronchi Bersihan Jalan Napas
- Menggunakan otot bantu Tidak Efektif
napas
- Leukosit naik :
19.200/mm3

2. DS: Virus, Bakteri, Jamur (D.0130)


- Ayah klien mengatakan ↓ Hipertermia
anaknya demam Infeksi Saluran Napas
DO: ↓
- S : 38,4⁰C Peradangan
- RR : 48x/mnt ↓
- SPO2 : 95% Peningkatan Suhu
- N : 146x/mnt Tubuh

Hipertermi
3. DS: Virus, bakteri, jamur (D.0149) Risiko
- Ibu klien mengatakan ↓ Aspirasi
anaknya minum ASI Masuk ke dalam tubuh
sejak lahir namun melalui saluran
gerakan menghisapnya pernapasan
kurang ↓
DO : Masuk ke sirkulasi
- Reflek ↓
sucking/menghisap Reaksi radang
kurang ↓
- Reflek rooting kurang Odema laring

Ketidakmatangan
koordinasi menghisap

Kesulitan menelan

Risiko aspirasi

3. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
2. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
3. Risiko Aspirasi b.d ketidakmatangan koordinasi menghisap
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. D.0001 Bersihan Setelah dilakukan tindakan I. 01011 Manajemen Jalan
Jalan Napas keperawatan selama 3x24 Napas
Tidak Efektif b.d jam diharapkan: Observasi
peningkatan - Produksi sputum - Monitor pola napas
produksi sputum menurun (5) (frekuensi, kedalaman,
- Dispnea menurun (5) usaha napas)
- Sianosis menurun (5) - Monitor bunyi napas
- Frekuensi napas - Monitor sputum
membaik (5) Terapetik
- Pola napas membaik - Pertahankan kepatenan
(5) jalan napas
- Lakukan fisioterapi
dada
- Lakukan penghisapan
lendir
- Berikan oksigen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. (D.0130) Setelah dilakukan tindakan I.15506 Manajemen
Hipertermia b.d keperawatan selama 3x24 Hipertermi
proses penyakit jam diharapkan: Observasi
(infeksi) - Suhu tubuh membaik - Identifikasi penyebab
(5) hipertermi
- Suhu tubuh membaik - Monitor suhu tubuh
(5) - Monitor kadar
elektrolit
- Monitor komplikasi
akibat hipertermi
Terapetik
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan
eksternal (water tepid
sponge)
- Berikan oksigen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. (D.0149) Risiko Setelah dilakukan tindakan I.01018 Pencegahan
Aspirasi b.d keperawatan selama 3x24 Aspirasi
ketidakmatangan jam diharapkan : Observasi
koordinasi - Kemampuan menelan - Monitor tingkat
menghisap meningkat (5) kesadaran, batuk,
- Hisapan bayi kemampuan menelan
meningkat (5) - Monitor status
- Intake bayi meningkat pernapasan
(5) - Periksa kepatenan
selang NGT/OGT
sebelum memberi
asupan oral
Terapetik
- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Lakukan penghisapan
jalan napas jika
produksi sekret
meningkat
- Hindari memberi
makan melalui selang
gastrointestinal, jika
residu terlalu banyak

5. Implementasi Keperawatan
Tanggal & Jam Tindakan Dx Paraf
9/11/2021 Mengkaji TTV & memonitor pola napas
21.00 R: napas dangkal, masih menggunakan
otot bantu napas
S : 38,4⁰C 1
RR : 48x/mnt
SPO2 : 95%
N : 146x/mnt
22.30 Mengganti cairan infus KA-EN 3B
10cc/jam
2
R : tidak ada bengkak pada tangan, tidak
ada tanda tanda dehidrasi
23.52 Memberikan asupan asi melalui OGT
3
R: tidak menangis, tampak tenang
10/11/2021 Memberikan obat antibiotik
00.30 R: obat yang diberikan ampicilin 275mg/6 1
jam (IV), klien tampak masih batuk
03.00 Memberikan asupan asi melaui OGT
3
R: tidak menangis, tampak tenang
04.30 Mengkaji TTV klien
R:
S: 36,6
1
N : 95
RR : 32
SPO2 : 98
06.00 Memberikan kompres hangat (water tepid
sponge) 2
R: klien tampak nyaman
06.15 Melalukan fisioterapi dada
1
R: klien tampak tenang

6. Evaluasi
Hari & tanggal DX Evaluasi Paraf
10 Nov 2021 1 S : Ayah klien masih mengeluh batuk
O : terlihat napas dangkal, masih
menggunakan otot bantu napas, ronchi
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
10 Nov 2021 2 S : Ayah klien mengatakan demamnya
sudah berkurang
O : S : 36,6
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
10 Nov 2021 3 S : Ayah klien mengatakan belum mampu
menghisap
O : reflek sucking dan rooting masih
kurang
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 1

Artikel Review

The Effectiveness of the Water Tepid Sponge to Decrease the


Body Temperature in Children with Febrile Seizure
Fera Faradilla1, Rusli Abdullah2

Abstrak
Latar belakang: Demam termasuk salah satu pemicu yang mengakibatkan kejang demam. Salah satu tindakan non-
farmakologis yang dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak kejang demam adalah tindakan water
tepid sponge. Tujuan: Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menganalisis efek penerapan tindakan water tepid sponge
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami kejang demam. Metode: Penelitian ini mengeksplorasi
bukti kuantitatif yang diterbitkan dalam database elektronik seperti Pubmed, Google Scholar, dan Science Direct.
Dengan menggunakan strategi pencarian, peneliti mengidentifikasi 39 artikel yang berpotensi dan relevan dengan
tujuan penelitian, dan 1 artikel dimasukkan dalam analisis akhir. Hasil: Kita dapat melihat efek yang signifikan dari
penurunan suhu tubuh pada kelompok yang diberikan intervensi water tepid sponge daripada kelompok kompres
hangat. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan water tepid sponge efektif dalam menurunkan suhu
tubuh pada anak kejang demam.

Kata Kunci : Suhu tubuh; Kejang demam; Water tepid sponge.

Abstract
Background: Fever belongs to one of the triggers that resulted in febrile seizures. One of the actions of the non-
pharmacological can be given to lower the body temperature in children with febrile seizure is the act of water tepid
sponge. Purpose: this literature Review aims to analyze the effect of the adoption of the act water tepid sponge to
decrease the body temperature in children who experienced febrile seizures. Methods: this Study explores quantitative
evidence, published in electronic database such as Pubmed, Google Scholar, and Science Direct. With the use of
search strategies, the researcher identified 39 articles that are potentially relevant to the purpose of the research, and
1 article included in the final analysis. Results: We can see a significant effect of decrease in body temperature in the
group given the intervention water tepid sponge than a group of warm compresses. Conclusion: this Study shows that
the actions of the water tepid sponge effective in lowering body temperature in children with febrile seizure.

Keywords : Body temperature; Febrile seizures; Water tepid sponge.

Affiliasi penulis : Prodi D III Keperawatan, Akademi Keperawatan


Makassar, YAPMA
Tingginya suhu tubuh sebagian anak
Korespondensi : Fera Faradilla, e-mail : ferafaradilla19@gmail.com menjadi faktor pencetus terjadinya kejang
Telp : 082347987698
demam bahkan terjadinya penurunan
PENDAHULUAN kesadaran dan demam karena imunisasi
dapat menjadi penyebab kejang demam
Demam termasuk salah satu pemicu
yang mengakibatkan kejang demam (Dewi (Irdawati, 2015; Mun & Kodiyah, 2016).
et al., 2019). Banyak fenomena yang terjadi Tingginya suhu tubuh saat terjadinya kejang
disebut nilai ambang kejang (Adhar, 2016).
di Indonesia pada saat anak demam orang
Ambang kejang berbeda pada setiap anak
tua malah tidak menangani dengan baik dan
cepat, seperti tidak segera memberikan obat sehingga ada yang mengalami kejang
setelah suhu tubuhnya meningkat sangat
penurunan demam, tidak memberikan
tinggi dan ada juga yang mengalami kejang
kompres, bahkan sebagian orang tua malah
walaupun suhu tubuhnya tidak terlalu
membawa anaknya ke dukun. Oleh sebab
itu, tenaga medis terlambat memberikan meningkat tinggi. Nilai ambang kejang 38 oC-
40oC, namun kebanyakan pada suhu 38,5oC
penanganan yang berakibat pada kejang
anak sudah mengalami kejang demam
demam (Puspita et al., 2019; Sundari, 2015).

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 2

(Indrayati & Haryanti, 2019; Mohammad, mental hingga mengakibatkan development


2017). Kejang saat kenaikan suhu tubuh delay (lambat pertumbuhan) seperti motoric
yang dikarenakan terjadi proses diluar delay (lambat motorik atau gerak), speech
sistem susunan saraf pusat atau diluar delay (lamban bicara), dan cognitive delay
tengkorak kepala tanpa infeksi sistem saraf (lamban kognitif). Oleh sebab itu, dibutuhkan
pusat disebut kejang demam (Adachi et al., penanganan yang cepat dan tepat dalam
2020; Inoue et al., 2020). mencegah terjadinya komplikasi penyakit
Dari data dibeberapa negara seperti yang lebih parah akibat kejang demam
di Amerika serikat, Asia, bahkan di Indonesia (Eskandarifar et al., 2017; Irdawati, 2015;
penderita kejang demam masih tinggi pada Thébault-Dagher et al., 2020). Penanganan
anak yang berusia 1-5 tahun (Puspita et al., yang tepat yaitu dengan tindakan
2019). Menurut World Health Organization farmakologi, non-farmakologi, maupun
(WHO) 2012, kejadian kejang demam kombinasi keduanya (Wardiyah et al., 2016).
sebanyak 80% di negara-negara miskin Tindakan farmakologi dilakukan dengan
(Dewi et al., 2019). Menurut WHO, kasus pemberian obat antipiretik seperti
kejang demam pada anak diperkirakan lebih paracetamol, salisilat atau anti-inflamasi
dari 21,65 juta dan lebih dari 216 ribu nonsteroid (AINS) untuk menangani
meninggal. Di Kuwait ada 400 anak berusia demamnya dan obat diazepam untuk
1 bulan sampai 13 tahun memiliki riwayat menangani kejangnya (Pratiwi et al., 2016;
kejang dan sekitar 77% dari 400 anak itu Tanaka et al., 2020). Akan tetapi terapi obat
mengalami kejang demam (Kristanto, 2017; tersebut memiliki efek samping yang
Saputra et al., 2019). Prevalensi kejang dikaitkan dengan tekanan darah rendah,
demam di Amerika pada anak berusia adanya gangguan pada fungsi hati dan
dibawah lima tahun setiap tahun terjadi ginjal, oliguria, retensi garam dan air,
sebanyak ± 1,5 juta dan kebanyakan terjadi ataksia, mengantuk, dan hipotoni (Deliana,
pada anak berusia 6 hingga 36 bulan (3 2015). Italian Pediatric Society Guidelines
tahun), terutama pada usia 18 bulan (Nurlaili menjelaskan bahwa water tepid sponge
et al., 2018). Sedangkan angka kejadian merupakan salah satu dari beberapa metode
kejang demam di Asia tercatat lebih tinggi, yang dapat digunakan dalam mengatasi
seperti di Jepang kasus kejang demam demam (Iqomah et al., 2019).
sebanyak 6 - 9%, 5-10% di India, dan 14% di Water tepid sponge merupakan
Guam (Saputra et al., 2019). Menurut suatu tindakan kompres hangat dengan
Depkes 2013 di Indonesia prevalensi kejang teknik seka diberikan kepada pasien yang
demam tahun 2012 sampai 2013 sebanyak mengalami demam tinggi untuk menurunkan
3-4% per 1000 anak yang berusia 6 bulan – atau mengurangi suhu tubuh (Bangun &
5 tahun (Nurlaili et al., 2018). Ainun, 2017). Tindakan ini dapat dilakukan
Kejang demam yang tidak ditengani oleh semua orang, peralatannya yang murah
dengan tepat dapat menyebabkan difabel, dan caranya juga mudah dan praktis
penyakit Oppositional Defiant Disorder (Kurniawan, 2016). Tindakan ini dilakukan
(OOD), epilepsi bahkan meninggal dengan menyeka bagian tubuh terutama di
(Alexander, Leung, KL Hon, 2018; Shellhaas lipatan-lipatan tubuh (Yunianti SC et al.,
et al., 2015). Selain itu, anak akan 2019). Tindakan ini dapat dilakukan selama
mengalami cerebral palsy (lumpuh otak), 15 menit sebanyak 3 kali kompres dalam
terjadi kelumpuhan, epilepsi, retardasi

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 3

rentang waktu 30 menit perhari sampai suhu dan 3 “body temperature AND febrile
tubuhnya menurun (Labir et al., 2017). seizures AND water tepid sponge”
Water tepid sponge dapat ditemukan 2.050 artikel. Selanjutnya
menurunkan suhu tubuh pada kejang dilakukan pembatasan jumlah artikel
demam sekitar 0.84oC (Nurlaili et al., 2018). menggunakan LIMIT to date (2015-2020)
Ketika tindakan ini dilakukan, suhu tubuh didapatkan 229 artikel, dan berdasarkan
akan menurun karena adanya seka pada relevansi didapatkan 107 artikel. Dari hasil
tubuh saat pemberian water tepid sponge artikel tersebut disaring untuk melihat
yang mempercepat pelebaran pembuluh relevansi dan kutipan berdasarkan judul
darah perifer di seluruh tubuh sehingga tersisa 15 artikel.
proses penguapan panas dari kulit ke Sedangkan pencarian melalui
lingkungan sekitar akan lebih cepat database science direct dimasukkan
dibandingkan dengan kompres hangat keyword 1 “body temperature” ditemukan
(Wardiyah et al., 2016). Tindakan water tepid hasil 987.053 artikel. Keyword 2 “febrile
sponge menghasilkan penurunan suhu seizures” ditemukan 20.913 artikel. Keyword
tubuh yang signifikan sehingga mencegah 3 “water tepid sponge” ditemukan 691 artikel.
terjadinya komplikasi (Nurlaili et al., 2018). Kemudian keyword 1, 2, dan 3 digabungkan
“body temperature AND febrile seizures AND
METODE water tepid sponge” ditemukan 56 artikel.
Literatur penelitian ini dari pencarian Selanjutnya dilakukan pembatasan jumlah
hasil publikasi ilmiah pada rentang tahun artikel menggunakan custom range (2015-
2015-2020 menggunakan database 2020) didapatkan 24 artikel, dan research
Pubmed, Google Scholar, dan Science articles didapatkan 6 artikel.
Direct. Pada database pubmed dimasukkan Berdasarkan database dari pubmed,
keyword 1 “body temperature” ditemukan google scholar, dan science direct
hasil 22.839 artikel. Keyword 2 “febrile didapatkan total 39 artikel dan artikel yang
seizures” ditemukan 5.125 artikel. Keyword 3 sesuai dengan judul berjumlah 1 artikel dari
“water tepid sponge” ditemukan 13 artikel. database google scholar. Dari database
Kemudian menggabungkan keyword 1, 2, pubmed artikel yang sesuai dengan judul
dan 3 “((body temperature AND febrile berjumlah 0 artikel dan dari database
seizures) AND water tepid sponge)” science direct berjumlah 0 artikel.
ditemukan 586 artikel. Setelah itu, dilakukan
pembatasan jumlah artikel menggunakan HASIL
LIMIT publication dates (2015-2020) Suhu Tubuh
didapatkan 357 artikel, open access Suhu tubuh merupakan
didapatkan 236 artikel, dan free full text keseimbangan antara tubuh menghasilkan
didapatkan 18 artikel. jumlah panas dengan hilangnya jumlah
Pencarian melalui database google panas dari tubuh (Windawati & Alfiyanti,
scholar dimasukkan keyword 1 “body 2020). Mekanisme kontrol suhu akan tetap
temperature” ditemukan hasil 3.380.000 konstan walaupun suhu permukaan berubah
artikel. Keyword 2 “febrile seizures” sesuai aliran darah ke kulit dan hilangnya
ditemukan 97.700 artikel. Keyword 3 “water jumlah panas ke lingkungan luar (Novikasari
tepid sponge” ditemukan 6.420 artikel. et al., 2019). Mekanisme termostat di
Kemudian menggabungkan keyword 1, 2, hipotalamus mengatur suhu tubuh, dimana

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 4

mekanisme tersebut menerima masukan prevalensi kejang demam seperti suhu


dari reseptor yang berada di pusat dan tubuh diatas 38oC, usia, genetik, prenatal
perifer, jika terjadi perubahan suhu reseptor- (riwayat pre eklamsia, hamil primi/multipara,
reseptor ini menghantarkan atau penggunaan bahan toksik), perinatal
menurunkan produksi panas untuk (asfiksia, berat bayi lahir rendah, prematur,
mempertahankan suhu set point yang partus lama, cacat lahir), dan paskanatal
konstan (Megasari, 2017). Peningkatan suhu (kejang akibat toksik dan trauma kepala)
tubuh disebabkan karena ketidakmampuan (Irdawati, 2015; Ogino et al., 2020). Pada
mekanisme kehilangan panas dalam anak usia dibawah 1 tahun sampai 5 tahun
mengimbangi produksi panas yang berlebih sering terjadi kejang demam karena anak
(Afrah et al., 2017). Peningkatan suhu tubuh masih sangat rentan terhadap suhu tubuh
dibagi menjadi dua yaitu normal (bersifat yang meningkat secara mendadak (Kubota
fisiologis) misalnya peningkatan suhu tubuh et al., 2020).
anak setelah beraktivitas dan abnormal
(bersifat patologis) misalnya akibat penyakit Water Tepid Sponge
(Marwan, 2017). Suhu tubuh yang normal Water tepid sponge merupakan
pada manusia berkisar 36,5oC-37,5oC suatu tindakan kompres hangat dengan
(Safitri et al., 2019). Pembacaan suhu tubuh teknik seka diberikan kepada pasien yang
dilakukan setelah suhu diukur lalu mengalami demam tinggi untuk menurunkan
dibandingkan dengan nilai suhu normal atau mengurangi suhu tubuh (Bangun &
individu dan dijadikan penentu demam Ainun, 2017).
(Afrah et al., 2017). Suhu tubuh biasanya Tindakan ini dapat dilakukan oleh
diukur menggunakan termometer (Hijriani, semua orang, peralatannya yang murah, dan
2019). caranya juga mudah dan praktis (Kurniawan,
Suhu tubuh kurang dari 36,5°C 2016). Tindakan ini dilakukan dengan
disebut dengan hipotermi dan suhu tubuh menyeka bagian tubuh terutama di lipatan-
lebih dari 37,5°C disebut dengan demam lipatan tubuh (Yunianti SC et al., 2019).
atau hipertermi (Novikasari et al., 2019). Tindakan ini dapat dilakukan selama 15
Demam termasuk salah satu pemicu yang menit sebanyak 3 kali kompres dalam
mengakibatkan kejang demam (Dewi et al., rentang waktu 30 menit perhari sampai suhu
2019). tubuhnya menurun (Labir et al., 2017).
Ketika tindakan ini dilakukan, suhu tubuh
Kejang Demam akan menurun karena adanya seka pada
Kejang demam adalah kejang yang tubuh saat water tepid sponge yang
terjadi akibat kenaikan suhu tubuh 38oC atau mempercepat pelebaran pembuluh darah
lebih, bukan kelainan otak (Adachi et al., perifer di seluruh tubuh sehingga proses
2020; Inoue et al., 2020). penguapan panas dari kulit ke lingkungan
Tanda dan gejala kejang demam sekitar akan lebih cepat dibandingkan
seperti meningkatnya suhu tubuh (diatas dengan kompres hangat (Wardiyah et al.,
38oC), takikardi, takipnea, otot-otot 2016). Perpindahan panas pada water tepid
berkontraksi, dan kejang antara 10-15 menit sponge melalui dua proses yaitu konduksi
atau lebih (Khasanah, 2017; Laino, Daniela, dan evaporasi, dimana proses konduksi ini
Elisabetta Mencaroni, 2018). Beberapa dilakukan dengan mengkompres anak
faktor risiko yang dapat meningkatkan menggunakan waslap dan proses

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 5

evaporasinya dari seka pada tubuh saat tubuh yang hampir sama dengan tindakan
dilakukan pengusapan sehingga terjadi kompres hangat.
proses penguapan panas menjadi keringat
(Haryani et al., 2018). Dari pemberian water KESIMPULAN
tepid sponge dapat diperoleh manfaat Salah satu tindakan yang dapat
seperti menurunkan suhu tubuh yang tinggi, dilakukan dalam menurunkan suhu tubuh
memberikan rasa nyaman, mengurangi pada anak yang mengalami kejang demam
nyeri, mengurangi atau mencegah kontraksi adalah dengan memberikan obat antipiretik,
pada otot, dan memperlancar sirkulasi darah walaupun terbukti obat antipiretik efektif
(Isneini et al., 2015). dalam menurunkan suhu tubuh namun juga
memiliki efek samping seperti tekanan darah
PEMBAHASAN rendah, oliguria, alergi, gangguan pada
Penelitian terbaru dilakukan oleh fungsi hati dan ginjal. Sehingga diperlukan
(Rizky Nurlaili, Hurun Ain, dan Supono, tindakan yang bisa dilakukan dalam
2018) bertujuan untuk mengetahui menurunkan suhu tubuh pada anak yang
perbandingan antara pemberian kompres mengalami kejang demam tanpa ada efek
hangat daerah temporalis dengan tepid samping yaitu dengan menggunakan water
sponge dalam menurunkan suhu tubuh pada tepid sponge. Hal ini juga telah dibuktikan
anak dengan kejang demam di RSUD dr. dari review artikel yang sudah dibahas
Soedarsono Pasuruan, pada 30 responden diatas. Adapun keuntungan melakukan
dibagi menjadi 2 kelompok (15 kelompok water tepid sponge yaitu tindakan ini dapat
menggunakan kompres hangat dan 15 dilakukan oleh semua orang, caranya yang
kelompok menggunakan tepid sponge) mudah, dan praktis untuk dilakukan.
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Diharapkan kepada pihak institusi
Penelitian ini menggunakan desain Quasi agar dapat memfasilitasi petugas pelayanan
Eksperimental dengan rancangan penelitian khususnya perawat, dengan memberikan
Pre-Test and Post-Test Design With pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
Comparison Treatment. Hasil penelitian dan keterampilan mengenai tindakan untuk
menunjukkan ada perbedaan rerata (mean) pasien anak kejang demam khususnya
suhu tubuh sebelum dan sesudah tindakan tindakan water tepid sponge. Kepada
kompres hangat daerah temporalis (sebelum perawat kesehatan masyarakat dan tenaga
38.360oC dan sesudah 38.013oC sehingga kesehatan lain dapat menerapkan intervensi
ada penurunan sebesar 0.347oC; p value = water tepid sponge dalam menurunkan suhu
0,000 < α = 0,05) pada kelompok kompres tubuh pada anak yang mengalami kejang
hangat. Sedangkan pada kelompok tepid demam. Adapun saran untuk orang tua yang
sponge ada perbedaan rerata (mean) suhu mempunyai anak yang mengalami kejang
tubuh sebelum dan sesudah tindakan tepid demam diharapkan menerapkan tindakan
sponge (sebelum 38.540oC dan sesudah water tepid sponge dalam menurunkan suhu
37.700oC sehingga ada penurunan sebesar tubuh anaknya.
0.84oC; p value = 0,000 < α = 0,05), maka
dapat disimpulkan perbedaan efektivitas DAFTAR PUSTAKA
penurunan suhu tubuh yang lebih signifikan Adachi, S., Inoue, M., Kawakami, I., & Koga,
terdapat pada kelompok tepid sponge. H. (2020). Short-term
Tindakan ini telah terbukti menurunkan suhu Neurodevelopmental Outcomes of

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 6

Focal Febrile Seizures. Brain and Pediatrics, 5(42), 5137–5144.


Development, 42(4), 342–347. https://doi.org/10.22038/ijp.2017.22000
https://doi.org/10.1016/j.braindev.2020. .1840
01.005 Haryani, S., Adimayanti, E., & Astuti, A. P.
Adhar, A. (2016). Analisis Faktor Risiko (2018). Pengaruh Tepid Sponge
Kejadian Kejang Demam Di Ruang terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada
Perawatan Anak RSU Anutapura Palu. Anak Pra Sekolah yang Mengalami
Journal of Chemical Information and Demam Di Rsud Ungaran. Jurnal
Modeling, 2(Juli), 1–72. Keperawatan Dan Kesehatan
https://doi.org/10.1017/CBO978110741 Masyarakat Cendekia Utama, 7(Maret),
5324.004 44–53.
Afrah, R. A. N., Fahdi, F. K., & Fauzan, S. https://doi.org/10.31596/jcu.v0i0.212
(2017). Pengaruh Tepid Sponge Hijriani, H. (2019). Pengaruh Pemberian
Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Tepid Sponge Terhadap Penurunan
Anak Usia Pra Sekolah dan Sekolah Suhu Tubuh pada Anak Demam Usia
Yang Mengalami Demam Di RSUD Toddler (1-3 tahun). Jurnal
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Keperawatan Dan Kesehatan, V(Juli),
Pontianak. 1–8.
Alexander, Leung, KL Hon, L. T. (2018). https://ejournal.akperypib.ac.id/wp-
Gambaran Kejang Demam. 1–12. content/uploads/2019/07/MEDISINA-
https://doi.org/10.7573/dic.212536 Jurnal-Keperawatan-dan-Kesehatan-
Bangun, F. Y., & Ainun, K. (2017). Pengaruh AKPER-YPIB-MajalengkaVolume-V-
Tepid Sponge Terhadap Penurunan Nomor-10-Juli-2019-4.pdf
Demam pada Anak Usia 1-5 Tahun Di Indrayati, N., & Haryanti, D. (2019).
Rumah Sakit DR. Pirngadi Medan. Peningkatan Kemampuan Orangtua
Jurnal Keperawatan Flora, X(Januari). Dalam Penanganan Pertama Kejang
Deliana, M. (2015). Tata Laksana Kejang Demam Pada Anak. Jurnal Peduli M,
Demam pada Anak. Tata Laksana 1(Desember), 7–12.
Kejang Demam Pada Anak, Inoue, M., Adachi, S., Kawakami, I., & Koga,
4(September), 59–62. H. (2020). Change In The Strategy For
Dewi, S. M. P., Agustini, I. B., & Wulansari, Prophylactic Diazepam Use For Febrile
N. T. (2019). Efektivitas Pendidikan Seizures And The Impact On Seizure
Kesehatan Tentang Kejang Demam Recurrence Within 24 H. Seizure, 75,
terhadap Sikap Orang Tua dalam 70–74.
Penanganan Kegawatdaruratan Kejang https://doi.org/10.1016/j.seizure.2019.1
Demam pada Anak Di Banjar Binoh 2.021
Kelod Desa Ubung Kaja. Jurnal Riset Iqomah, M. K. B., Nurhaeni, N., & Wanda, D.
Kesehatan Nasional, 3(1), 75. (2019). Reduction of Body Temperature
https://doi.org/10.37294/jrkn.v3i1.142 Using Tepid Water Sponging with the
Eskandarifar, A., Fatolahpor, A., Asadi, G., & Levine Conservation Approach.
Gaderi, I. (2017). Faktor Risiko pada 11(Maret), 33–40.
Anak dengan Sederhana dan Kompleks Irdawati. (2015). Kejang Demam dan
Demam Kejang : Sebuah Epidemiologis Penatalaksanaannya. Berita Ilmu
Studi. International Journal of Keperawatan, 2 No.3(September),

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 7

143–146. Penelitian Lingkungan Dan Kesehatan


https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstre Masyarakat.
am/handle/11617/2377/KEJANG https://doi.org/10.3390/ijerph15102232
DEMAM DAN Marwan, R. (2017). Faktor Yang
PENATALAKSANAANNYA.pdf?seque Berhubungan dengan Penanganan
nce=1 Pertama Di Puskesmas (Related
Isneini, M., Irdawati, & Agustaria. (2015). Factors with the First Handling of
Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Febrile Convulsion in Female Children
Antara Kompres Hangat dan Water 6 Months - 5 Years in the Health
Tepid Sponge Pada Pasien Anak Usia Center). Caring Nursing Journal,
6 Bulan - 3 Tahun dengan Demam Di 1(April).
Puskesmas Kartasura Sukuharjo. 1–14. Megasari, M. (2017). Penerapan Paket
Khasanah, S. K. (2017). Asuhan Informasi Kesehatan terhadap
Keperawatan Klien yang Mengalami Kemampuan Ibu Melakukan Kompres
Kejang Demam dengan Hipertermi DI Tepid Sponge pada Anak Pra Sekolah
RSUD DR. Soedirman Kebumen. 6. yang Mengalami Demam Di
Kristanto, A. (2017). Epilepsi Bangkitan Puskesmas Cimahi Selatan. Jurnal
Umum Tonik-Klonik di UGD RSUP Kesehatan Budi Luhur, 10(Juli).
Sanglah Denpasar-Bali. Intisari Sains http://ojs.stikesbudiluhurcimahi.ac.id/oj
Medis, 8, 69–73. s
https://doi.org/10.15562/ism.v8i1.105 Mohammad, R. B. (2017). Identifikasi Faktor
Kubota, J., Higurashi, N., Hirano, D., Isono, Risiko Kejang Demam Sederhana Pada
H., Numata, H., Suzuki, T., Kakegawa, Anak. Ekp, 13(3), 1576–1580.
D., Ito, A., Yoshihashi, M., Ito, T., & Mun, A., & Kodiyah, N. (2016). Pengaruh
Hamano, S. ichiro. (2020). Predictors of Pemberian Kompres Hangat pada Anak
Recurrent Febrile Seizures During the Umur 1-5 Tahun yang Mengalami
Same Febrile Illness in Children with Kejang Demam Di RS Permata Bunda
Febrile Seizures. Journal of the Purwodadi. 45–49.
Neurological Sciences, 411(November Novikasari, L., Siahaan, E. R., &
2019), 1–6. Maryustiana. (2019). Efektifitas
https://doi.org/10.1016/j.jns.2020.1166 Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan
82 Kompres Hangat dan Water Tepid
Kurniawan, H. (2016). Asuhan Keperawatan Sponge Di Rumah Sakit Dkt Tk Iv
Pemenuhan Kebutuhan Termoregulasi 02.07.04 Bandar Lampung. Holistik
pada An. A Di Ruang Melati RSUD DR. Jurnal Kesehatan, 13(Juni), 143–153.
Soedirman Kebumen Diajukan. Karya https://doi.org/10.33024/hjk.v13i2.1035
Tulis IImiah. Nurlaili, R., Ain, H., & Supono. (2018).
Labir, K., Ribek, N., & Lestari, D. D. (2017). Comparative Study of Giving Warm
Suhu Tubuh pada Pasien Demam Compress and Tepid Sponge to
dengan Menggunakan Metode Tepid Decrease Temperature Children Who
Sponge. 10(Desember), 130–137. Gets Febrile Seizure in Rsud Dr
Laino, Daniela, Elisabetta Mencaroni, S. E. Soedarsono Pasuruan. Jurnal
(2018). Pengelolaan Pediatric Demam Keperawatan Terapan, 4(September),
Kejang. International Journal of 128–137.

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 8

Ogino, M., Kashiwagi, M., Tanabe, T., Oba, Camfield, P. R. (2015). Febrile
C., Nomura, S., Shimakawa, S., Seizures. Encyclopedia of the
Kidokoro, H., Natsume, J., Okumura, Neurological Sciences, 2, 281–282.
A., Tamai, H., & Ashida, A. (2020). https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
Clinical Findings in Patients with Febrile 385157-4.00298-0
Seizure After 5 Years of Age: A Sundari, J. (2015). Analisis Praktik Klinik
Retrospective Study. Brain and Keperawatan Anak Kesehatan
Development, 1–8. Masyarakat Perkotaan Pada Pasien
https://doi.org/10.1016/j.braindev.2020. Kejang Demam di RSUP Fatmawati.
02.009 Tanaka, M., Natsume, J., Hamano, S. ichiro,
Pratiwi, L., Wulandari, R. Y., & Mariah. Iyoda, K., Kanemura, H., Kubota, M.,
(2016). Efektivitas Kompres Hangat Mimaki, M., Niijima, S. ichi, Tanabe, T.,
dengan Tepid Water Sponge Terhadap Yoshinaga, H., Kojimahara, N., Komaki,
Penurunan Demam pada Pasien Yang H., Sugai, K., Fukuda, T., Maegaki, Y.,
Mengalami Kejadian Demam Di & Sugie, H. (2020). The Effect of the
Ruangan ICU RSUD Arjawinangun Guidelines for Management of Febrile
Kabupaten Cirebon. Seizures 2015 on Clinical Practices:
Puspita, R. I., Maghfirah, S., & Sari, R. M. Nationwide Survey in Japan. Brain and
(2019). Penyuluhan Kesehatan Development, 42(1), 28–34.
Menggunakan Media Video Terhadap https://doi.org/10.1016/j.braindev.2019.
Pengetahuan Ibu Dalam Pencegahan 08.009
Kejang Demam Balita Di Dukuh Thébault-Dagher, F., Deguire, F., Knoth, I.
Ngembel Desa Baosan Lor Kecamatan S., Lafontaine, M. P., Barlaam, F., Côté,
Ngrayun Kabupaten Ponorogo. Jurnal V., Agbogba, K., & Lippé, S. (2020).
Ilmiah Mahasiswa Universitas Prolonged And Unprolonged Complex
Muhammadiyah Ponorogo Health Febrile Seizures Differently Affect
Science Journal, 3(April). Frontal Theta Brain Activity. Epilepsy
http://studentjournal.umpo.ac.id/ Research, 159(November 2019), 1–12.
Safitri, R. A., Romadonika, F., & Hariyani. https://doi.org/10.1016/j.eplepsyres.20
(2019). Efektifitas Tindakan Teknik 19.106217
Tepid Sponge Untuk Menurunkan Suhu Wardiyah, A., Setiawati, & Romayati, U.
Tubuh pada Anak Mengalami (2016). Perbandingan Efektifitas
Hipertermi Di Rumah Sakit Umum Pemberian Kompres Hangat dan Tepid
Daerah Kota Mataram Tahun 2019. Sponge terhadap Penurunan Suhu
Journal of the Japan Welding Society, Tubuh Anak yang Mengalami Demam
88(5), 427–434. Di Ruang Alamanda Rsud Dr . H . Abdul
https://doi.org/10.2207/jjws.88.427 Moeloek. Jurnal Kesehatan Holistik,
Saputra, R., Wulandini, P., & Frilianova, D. 10(Januari), 36–44. https://www.e-
(2019). Tingkat Pengetahuan Ibu journal.unper.ac.id/index.php/PHARMA
Tentang Kejang Demam Pada Anak COSCRIPT/article/view/105
Usia 6 Bulan Sampai 5 Tahun Di Windawati, & Alfiyanti, D. (2020). Penurunan
Puskesmas Kampar Timur 2018. Jurnal Hipertermia Pada Pasien Kejang
Keperawatan Abdurab, 2(Januari). Demam Menggunakan Kompres
Shellhaas, R. A., Camfield, C. S., & Hangat. Ners Muda, 1(2015), 59–67.

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 2, Desember 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537 9

https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5499
Yunianti SC, N., Astini, P. S. N., & Sugiani,
N. M. D. (2019). Pengaturan Suhu
Tubuh dengan Metode Tepid Water
Sponge dan Kompres Hangat pada
Balita Demam. Jurnal Kesehatan,
10(April), 10–16.
https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.897

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2020; 3(2): 1-9
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada


Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasaan Di Poli Anak
RSUD Kota Depok
Chella Aryayuni1 Ns.Tatiana Siregar, S.Kep., MM2

S1 Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Jln. Limo Raya, Depok
1
Mahasiswa S 1 Keperawatan
2
Pengajar S 1 Keperawatan
E-mail :chellaaryayuni@yahoo.co.id, tatiana_siregar@yahoo.co.id

ABSTRAK
Fisioterapi dada merupakan kumpulan teknik atau tindakan pengeluaran sputum yang digunakan
baik secara mandiri maupun kombinasi agar tidak terjadi penumpukan sputum yang
mengakibatkan tersumbatnya jalan napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak di RSUD Kota Depok. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni 2015 yang bertempat di RSUD Kota Depok. Jenis penelitian ini
menggunakan quasi experimental design dengan pendekatan one group pretest posttes, jumlah 11
responden. hasil analisis secara paired sample t-test didapatkan p value 0,000 < α 0,025, dapat
diartikan ada pengaruh fisioterafi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak deegan penyakit
gangan pernafasan di RSUD Kota Depok ; serta ada perbedaan natara pengeluaran sputum
sebelum dan sesudah dilakukan fisioterafi dada dibuktikan dengan perbedaan mean antara ada
sputum dan tidak ada sputum adalah sebesar -0,73 yang mempunyai perbedaan range antara lower
sebesar -1,04107 (tanda negative berarti pengeluaran sputum sebelum fisioterapi dada lebih kecil
dari sesudah tindakan fisioterapi dada) sampai upper yaitu -0,41347. Disarankan kepada
perawat anak dengan adanya pengaruh tindakan fisioterapi dada dapat menjadi pilihan alternative
dalam mengatasi pengeluaran sputum pada anak.

Kata Kunci : Fisioterapi Dada, Sputum, Anak, Gangguan pernafasan.

PENDAHULUAN
Angka kesakitan anak di Indonesia tahun 2010 menjadi 1,310 per 1000
masih tinggi berdasarkan data Depkes dengan proporsi terbesar penderita.
2011 di Indonesia masih menjadi (Departemen Kesehatan 2011).
salah satu masalah kesehatan utama Penyakit yang diderita oleh anak dan
dalam masyarakat. Hal ini disebabkan sering terjadi adalah gangguan sistem
masih tingginya angka kesakitan dan pernafasaan beberapa penyakit
menimbulkan kejadian luar biasa. gangguan pernafasaan diantaranya
Pada tahun 2000 angka kesakitan adalah ISPA, Pneumonia, Asma dan
balita 1,278 per 1000 sedangkan pada TB. Menurut WHO tahun 2013 di

34
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

dunia, angka kematian akibat merupakan salah satu penyakit yang


pneumonia atau insfeksi saluran perna telah lama dikenal dan sampai saat ini
pasan akut,yang mempengaruhi masih merupakan masalah kesehatan
paru-paru dinyatakan menjadi diberbagai negara di dunia (Dep Kes
penyebab kematian sekitar 1,2 juta RI, 2008). Menurut World Health
anak setiap tahun. Dapat dikatakan, Organitation (WHO) tahun 2013, ada
setiap jam ada 230 anak di dunia yang sekitar 8,6 juta orang jatuh sakit
meninggal karena pneumonia. Angka dengan TB Paru dan 1,3 juta
itu bahkan melebihi angka kematian meninggal akibat TB Paru.
yang disebabkan oleh AIDS, malaria Tuberculosis paru merupakan
dan tuberkulosis. Sementara itu, penyakit penyebab ke 3 di Indonesia
berdasarkan hasil Riskesdas tahun mencapai 555.000 kasus (256
2013 menyebutkan bahwa di kasus/100.000 penduduk), dan 46%
Indonesia pneumonia menempati diantaranya merupakan kasus baru
peringkat kedua kematian balita meningkat 104/100.000 penduduk.
(15,5%) dari seluruh penyebab (Departemen Kesehatan 2011)
kematian.

Asma masih menjadi masalah


Infeksi Saluran Pernapasan Akut kesehatan masyarakat yang serius di
(ISPA) selalu menempati urutan Indonesia. Prevalensi asma menurut
pertama penyebab kematian pada Word Healtly Organization (WHO)
kelompok bayi dan balita. 2013, saat ini seitar 235 juta
Berdasarkan prevalensi ISPA tahun penduduk terkena asma. Behavioral
2012 di Indonesia telah mencapai risk factor surveillance survey
25% dengan rentang kejadian yaitu (BRFSS) tahun 2002-2007
sekitar 17,5 % - 41,4 % dengan 16 melaporkan prevalensi asma sebanyak
provinsi diantaranya mempunyai 10,7 % (BRFSS 2008). Penderita
prevalensi di atas angka nasional. asma Indonesia sebesar 7,7 % dengan
Selain itu ISPA juga sering berada rincian laki-laki 9,2 % dan perempuan
pada daftar 10 penyakit terbanyak di 6,6 % (WHO. 2013). Anak yang
rumah sakit. (Departemen Kesehatan, mengalami gangguan saluran
2013).Tuberkulosis Paru (TB Paru) pernafasan sering terjadi peningkatan

35
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

produksi lendir yang berlebihan pada memproduksi mukus sekitar 100 ml


paru-parunya, lendir/dahak sering per hari. Mukus tersusun dari air
menumpuk dan menjadi kental (95%) dan sisanya 5% terdiri dari
sehingga sulit untuk dikeluarkan, glikoprotein, karbohidrat, lemak,
terganggunya transportasi DNA, kumpulan sel-sel jaringan yang
pengeluaran dahak ini dapat sudah mati dan partikel asing.
menyebaban penderita semakin (Bararah 2013). Sputum (dahak)
kesulitan untuk mengeluarkan adalah bahan yag dikeluaran dari paru
dahaknya. Kemampuan anak dan trakea melalui mulut biasanya
mengeluarkan sputum di pengaruhi juga disebut dengan ecpectoratorian.
beberapa faktor diantaranya usia. Sputum adalah dahak lendir kental,
Anak-anak pada umumnya belum dan lengket yang disekresikan di
bisa mengeluarkan dahak atau sputum saluran pernapasan, biasanya sebagai
dengan sendiri oleh sebab itu untuk akibat dari peradangan, iritasi atau
mempermudah hal tersebut dapat infeksi pada saluran udara, dan
dibantu dengan terapi inhalasi yang dibuang melalui mulut. (Somantri
merupakan pemberian obat secara 2009).
langsung ke dalam saluran napas
melalui penghisapan.
Sputum dapat dikeluarkan dengan
pemberian terapi mukolitik,
Sputum adalah timbunan mukus yang ekspektoran dan inhalasi. Inhalasi
berlebihan, yang di produksi oleh sel adalah suatu tindakan dengan
goblet dan kelenjar sub mukosa memberikan penguapan agar lendir
bronkus sebagai reaksi terhadap lebih encer sehingga mudah dihisap.
gangguan fisik, kimiawi ataupun Nebulizer pelembab yang membentuk
infeksi pada membran mukosa. aerosol, kabut butir-butir air dengan
Sputum ini akan merangsang diameter 5-10 mikron. (Hidayati.
membran mukosa dan sputum akan 2014). Anak yang sudah mendapatkan
dibatukkan keluar. Kelenjar-kelenjar terapi inhalasi akan mendapatkan
sub mukosa tersebut di persarafi oleh tindakan fisioterapi dada. Fisioterapi
serabut saraf parasimpatis dada merupakan kumpulan teknik
(cholinergic) dan secara normal atau tindakan pengeluaran sputum

36
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

yang digunakan, baik secara mandiri pendekatan one group pretest posttest
maupun kombinasi agar tidak terjadi Pemilihan responden dilakukan
penumpukan sputum yang dengan teknik purposive sampling.
mengakibatkan tersumbatnya jalan Kriteria inklusi dalam penelitian ini
napas dan komplikasi penyakit lain adalah: 1) Anak yang berobat di Poli
sehingga menurunkan fungsi ventilasi Anak RSUD Kota Depok 2) Anak
paru-paru. (Hidayati,dkk.2014). berusia 6 – 12 Tahun 3) Anak yang
mengalami gangguan pernafasaan. (
TB, ISPA, ASMA, Pneumonia) 4)
Fisioterapi dada merupakan tindakan
Anak bersedia menjadi responden
drainase postural, pengaturan posisi,
secara sukarela dengan
serta perkusi dan vibrasi dada yang
menandatangani persetujuan sebagai
merupakan metode untuk
responden yang didampingi
memperbesar upaya klien dan
orangtua/keluarga. Jumlah sampel
memperbaiki fungsi paru. (Jauhar
berdasarkan rumus yang disampaikan
2013). Teknik fisioterapi dada
Satroasmoro (2011). Berdasarkan
berhasil meningkatkan volume
hasil penelitian Soemarno (2006)
pengeluaran sputum pada klien
diperoleh dengan standar deviasi
seperti yang sudah dilakukan oleh
1,446 sehingga didapat sampel
Soemarno (2006) dengan judul“
sebanyak 11 anak.
Pengaruh penambahan MWD pada
terapi inhalasi, chest fisioterapi
(postural drainage, huffing, caughing,
tapping/clapping) dalam
meningkatkan volume pengeluaran
Instrumen yang digunakan adalah
sputum pada penderita asma”. Dari
lembar observasi yang terbagi 2
penelitian ini ada pengaruh yang
bagian yaitu lembar standar prosedur
bermakna antara pemberian intervensi
operasional fisioterapi dada dan
terhadap pengeluaran sputum.
identitas klien. Metode pengumpulan
METODE PENELITIAN data dengan cara pengamatan sputum
Pada penelitian ini menggunakan pada anak dan wawancara pada
quasi experimental design dengan orang tua serta pengisian angket.

37
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Analisis data dilakukan dengan Anak yang mengeluarkan sputum


analisis univariat dan analisis bivariat. sebelum fisioterapi dada sebanyak 8
Data hasil analisis univariat untuk oramg, dan setelah fisioterapi dada
variabel seperti jenis kelamin, usia, pengeluran sputum terjadi pada 11
karakteristik penyakit penrafasan, anak (100%). Hasil analisa bivariat
jenis obat untuk pengeluaran sputum, terlihat nilai p Value 0,000 < α 0,025
frekuensi pengeluaran sputum. maka Ho ditolak dapat disimpulkan
Sedangkan untuk katagori numerik bahwa pengeluaran sputum sebelum
seperti skor frekuensi batuk dan skor dan sesudah fisioterapi dada relatif
kualitas tidur anak dinyatakan dalam tidak sama atau fisioterapi dada
rata-rata dan standar deviasi. Analisis efektif dalam mengeluarkan sputum.
bivariat dilakukan dengan Perbedaan mean antara ada sputum
menggunakan uji parametrik (paired t dan tidak ada sputum adalah sebesar -
test. 0,73 perbedaan sebesar -0,73 tersebut
mempunyai perbedaan range antara
HASIL PENELITIAN lower/batas bawah sebesar -1,04107
(tanda negative berarti pengeluaran

Sampel penelitian sebanyak 11 anak dada) sampai upper/batas atasnya

didapat rata-rata usia anak 6 tahun adalah -0,41347.

sebanyak 3 orang ( 27,3% ), penyakit


terbanyak yang diderita adalah TB
Paru sebanyak 6 orang (54,5%).

38
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Tabel 1: Analisa Paired sampel T-Test Pengaruh Fisioterapi Dada


Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak di RSUD Kota Depok

variabel Paired Differences


Mean Std.Deviation Std. 95% confidence t df Sig
Error Mean interval of the difference (2-tailed)
Lower upper
Sputum sebelum
fisioterapi dada
dan -0,72727 0,46710 0,14084 -1,04107 -0,41347 -5,164 10 0.000
Sputum sesudah
fisioterapi dada

Hasil penelitian ini sejalan dengan sebesar -5,893 dengan P value 0,000
penelitian yang telah dilakukan oleh < 0,05 yang berarti Ho ditolak Ha
Soemarno (2006) tentang pengaruh diterima, sehingga dapat disimpulkan
penambahan MWD terapi inhalasi, bahwa ada pengaruh pemberian
chest fisioterapi (postural drainage, fisioterapi dada terhadap kebersihan
huffing, coughing, tapping dan jalan napas. Fisioterapi dada yang
clapping) dalam meningkatkan digunakan untuk memperbesar upaya
volume pengeluaran sputum pada klien dan memperbaiki fungsi paru.
penderita asma bronchiale. Melalui Fisioterapi dada merupakan kumpulan
uji T-test dengan nilai p Value 0,000 teknik atau tindakan pengeluaran
< 0,05. yang berarti bahwa ada sputum yang digunakan, baik secara
peningkatan penumpukkan sputum mandiri maupun kombinasi agar tidak
akan mengganggu kebersihan jalan terjadi penumpukan sputum yang
napas klien menurut Ariasti (2010) mengakibatkan tersumbatnya jalan
bahwa pengaruh fisioterapi dada napas dan komplikasi penyakit lain
terhadap kebersihan jalan napas pada sehingga menurunkan fungsi ventilasi
pasien ISPA di Desa Pucung paru-paru. (Hidayati. 2014).
Eromoko Wonigiri. Dimana dari hasil
penelitian pengaruh fisioterapi dada KESIMPULAN
terhadap kebersihan jalan napas, hasil a. Ada pengaruh fisioterapi dada
uji dengan paired t-test, t-hitung terhadap pengeluaran sputum pada

39
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

anak di Poli Anak RSUD Kota b. Penelitian ini bagi rumah sakit
Depok. Dengan p value 0,000 < α dapat digunakan oleh perawat
0,025. khususnya perawat anak dan
b. Ada perbedaan yang bermakna dapat menjadi masukan dalam
antara pengeluaran sputum proses memberikan asuhan
sebelum dan sesudah di lakukan keperawatan melalui tindakan
fisioterapi dada pada anak dengan fisioterapi dada sebagai salah
gangguan pernafasan di Poli Anak satu alternatif pilihan dalam
RSUD Kota Depok, dibuktikan mengatasi pengeluaran
dengan perbedaan mean antara ada sputum pada anak. Untuk
sputum dan tidak ada sputum c. Bagi para peneliti selanjutnya
adalah sebesar -0,73 yang dapat menambah jumlah
mempunyai perbedaan range penelitian tentang pengaruh
antara lower sebesar -1,04107 fisioterapi dada terhadap
(tanda negative berarti pengeluaran pengeluaran sputum pada
sputum sebelum fisioterapi dada anak. Menjadi landasan awal
lebih kecil dari sesudah tindakan penelitian selanjutnya dengan
fisioterapi dada) sampai upper pendekatan yang berbeda. Dan
yaitu -0,41347. disarankan peneliti untuk
menggunakan 2 kelompok
SARAN yaitu kelompok kontrol.

a. Penelitian ini dapat DAFTAR PUSTAKA


disosialisasikan menjadi
masukan dalam proses Ariasti 2010, pengaruh
fisioterapi dada terhadap
pembelajaran mahasiswa
kebersihan jalan napas
keperawatan agar diperoleh pada pasien ISPA di Desa
Pucung Eromoko
gambaran fisioterapi dada
Wonogiri, Jakarta
terhadap pengeluaran sputum
Astuti, & Rahmat AS 2010,
sehingga dapat memberikan
Asuhan Keperawatan anak
asuhan keperawatan pada dengan gangguan sistem
pernafasaan, Trans Info
anak.
Media, Jakarta

40
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Bararah, T, Jauhar, M 2013, Asuhan Hidayat, AA 2007, Metode penelitian


Keperawatan, Prestasi kebidanan & tehnik analisis
Pustakaraya, Jakarta data, Salemba Medika, Jakarta

Corwin, EJ 2009, Buku Saku Hidayati, R, Dkk 2014, Praktik


Patofisiologi, EGC, laboratorium keperawatan,
Jakarta Erlangga, Pare

Deglin JH dan Vallerand AH, Jauhar, M 2013, Asuhan


(2005).Pedoman oba keperawatan, Prestasi
untuk perawat, Edisi 4. Pustakaraya, Jakarta
EGC, Jakarta
Maryunani, A 2010, Ilmu kesehatan
Departemen Kesehatan, 2011, Angka anak dalam kebidanan, Trans
kesakitan anak di Info Media,
Indonesia, diakses 15 Jakarta
Maret
http:///C:/Documents%20 Morton, PG, Fontaine, D, Hudak,
and%20Settings/secondha CM, Gallo, BM 2011,
nd%20serenade/My%20D Keperawatan Kritis,
ocuments/Downloads/S1- EGC, Jakarta
2014 Notoadmodjo, S 2010, Metodologi
Departemen Kesehatan, 2013, Infeksi penelitian kesehatan, Rineka
saluran pernafasan akut, Cipta, Jakarta
diakses 15 Maret
http://www.Jtptunimus- Perry, AG, Peterson, V, Potter, PA
gdl-danielknurw-7532-pdf 2005, Buku saku keterampilan
Departemen Kesehatan, 2011, dan prosedur dasar, EGC,
Tuberculosis, diakses 15 Jakarta
Maret Perry, AG, Potter, PA 2010,
download.portalgaruda.or Fundamental kkeperawatan,
g/article.php?article=1866 Elsevier, Singapore
71&val=6447&title=Hub
ungan%20dukungan%20k
eluarga%20dengan%20K Pranowo, CH, 2009, “Efektifitas
epatuhan%20minum%20o batuk efektif dalam pengeluaran
bat%20pada%20%20Pend sputum untuk penemuan bta
erita%20tb%20paru. pada pasien tb paru di ruang
Departemen Kesehatan Republik rawat inap rumah sakit mardi
Indonesia, 2005, rahayu kudus”, 2009, hlm. 5-8.
Pedoman Nasional Purnomo, 2006, Managemen
penanggulangan pengeluaran dahak (fisioterapi
tuberculosis, Jakarta dada) dengan ispa di keluarga
Hidayat, AA 2006, Kebutuhan dasar Tn. M khususnya An. A di desa
manusia, Salemba karang malang RT 01/ RW 07
Medika, Jakarta batu sari kecamatan meranggan,
demak

41
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vo. 2 No.2 /Desember 2015

Sastroasmoro, S, Ismael, S 2008,


Dasar-dasar metodologi
penelitian klinis,
Sagung Setyo, Jakarta
Soemarno, S, Astuti, D 2006, “
Pengaruh penambahan mwd
pada terapi inhalasi, chest,
fisioterapi (postural drainage,
huffing, coughing, tapping dan
clapping) dalam meningkatkan
volume pengeluaran sputum
pada penderita asma
bronchiale”, vol. 5, no. 3, April
2006, hlm. 56-65.
Somantri, I 2008, Asuhan
keperawatan pada pasin
dengan gangguan sistem
pernafasaan, Salemba Medika,
Jakarta
Widiarti, D, Wahyuningsih, E,
Subekti, NB 2011, Pedoman
keperawatan emergensi,
EGC, Jakarta
World Health Organization, 2013,
diakses 15 Maret Pneumonia,
http://www.academia.edu/6620
520/BAB_1_nyicil

World Health Organization, 2013,


Asma,
http://www.academia.edu/7664
655/BAB_I_PENDAHULUAN
_A._Latar_Belakang,
http://eprints.ums.ac.id/25499/2
/BAB_I.pdf

42

Anda mungkin juga menyukai