Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH SEMINAR KMB

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN


DENGAN TUMOR INTRAKRANIAL DI RUMKITAL DR MIDIYATO
SURATANI TANJUNGPINANG

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II C


1. LISNA RAHMAWATI
2. KERIN NURULRAHMADANTI
3. MELFA SAFITRI
4. NAULITA WULANDARI

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Ernawati, S.Kep, Ns) ( Utari Yunie Atrie, M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat nya,

kelompok dapat menyelesaikan makalah seminar ini yang berjudul : Asuhan

Keperawatan Medical Bedah pada klien dengan Tumor intrakranial Di Rumkital Dr

Midiyato Suratani Tanjungpinang. Atas dukungan moral dan materi dalam

penyusunan makalah ini, maka kami banyak mengucapkan terimakasih.

Kelompok mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Ibu Ernawati, S.Kep, Ns sebagai Preceptor Klinik dan Kepala Ruangan

Senoa

2. Ibu Utari Yunie Atrie, M.Kep sebagai Preceptor Akademik

Kelompok menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah

seminar ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kelompok

mengharapkan saran ataupun kritikan yang membangun demi kesempurnaan

makalah ini kedepannya, sehingga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan

dan pengetahuan.

Tanjungpinang, 30 November 2021

Penulis

Kelompok II C
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan ............................................................................... i

Kata Pengantar............................................................................................... ii

Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................
C. Tujuan Penulisan................................................................
D. Metode penulisan...............................................................
E. Manfaat Penulisan..............................................................
F. Sistematika penulisan.........................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR MEDIK...............................................


A. Definisi...............................................................................
B. Anatomi Fisiologi..............................................................
C. Klasifikasi..........................................................................
D. Etiologi...............................................................................
E. Patofisiologi.......................................................................
F. Komplikasi.........................................................................
G. Manifestasi Klinik..............................................................
H. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................
I. Penatalaksanaan Medik......................................................
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN..........
A. Pengkajian..........................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................
C. Intervensi Keperawatan......................................................
D. Implementasi......................................................................
E. Evaluasi..............................................................................
BAB III : LAPORAN KASUS

A. Pengkajian, Pemeriksaan fisik, Laboratorium dan diagnostic…

B. Diagnose Keperawatan...........................................................

C. Intervensi dan Rasional..........................................................

D. Implementasi dan Evaluasi.....................................................


BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..........................................................................

B. Saran....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak

(benigna) atau- pun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang

tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang

(medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan

radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang

sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang be-

nigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan

tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor

dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari

masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi,

infasi dan destruksi dari jaringan otak.

Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam

per100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja

penyakit terse- but masih menjadi hal yang menakutkan bagi

sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang

menyerang adalah jenis tumor jinak, bila me- nyerang otak tingkat

bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang

menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan

sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi

80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di

Indone- sia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.
Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada

dewasa pada usia 30- 70 dengan pundak usia 40-65 tahun.

Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel

abnor- mal secara sangat cepat pada daerah central nervous system

(CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang

sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis

(gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).

Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil

edema. Penyebab dari tumor belum diketahui.

Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent

bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent

tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan

defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak

dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cer- ebral dan penyakit

peradangan.

Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan


adalah usia, general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis
tumor. Metode yang dapat digunakan antara lain: pembedahan,
radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang Perawat berperan untuk
membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor
otak serta mengimplementasikannya secara langsung mulai dari
pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, yang menjadi permasalahan dalam

makalah ini adalah:


1. Mengetahui konsep dasar medik keperawatan tumor

intracranial

2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan tumor

intracranial

3. Mengetahui laporan kasus dari tumor intracranial

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui konsep dasar tumor intrakranial.
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan tumor
intrakranial.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Tumor Intrakranial.
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Tumor Intrakranial
c. Untuk mengetahui etiologi Tumor Intrakranial.
d. Untuk mengetahui klasisifikasi Tumor Intrakranial.
e. Untuk mengetahui patofisiologi Tumor Intrakranial.
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tumor Intrakranial.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Tumor Intrakranial.
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan Tumor Intrakranial.
i. Untuk mengetahui pengkajian pada klien dengan Tumor Intrakranial.
j. Untuk mengetahui diagnosa yang sering muncul pada klien dengan
Tumor Intrakranial.
k. Untuk mengetahui perencanaan pada klien dengan Tumor Intrakranial

D. Metode penulisan
E. Manfaat penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua, yaitu:

1. Manfaat aplikasi

a. Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan ajar

dalam keperawatan komunitas, khususnya mengenai Asuhan

keperawatan pada klien tumor intrakranial

b. Bagi pelayanan keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan terutama perawat komunitas

agar dapat memberi perawatan yang baik pada klien.

c. Bagi peneliti

Meningkatkan pemahaman peneliti tentang keperawatan

komunitas terutama pada Asuhan keperawatan pada klien

tumor intrakranial

2. Manfaat akademik/teoritis/keilmuan

a. Bagi instusi pendidikan

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber pustaka tentang

Asuhan keperawatan pada klien tumor intracranial

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan penelitian ini diajukan lima bab yang diawali

hal-hal yang bersifat umum, namun berhubungan dengan penulisan yang disajikan

dan kemudian pada bab-bab selanjutnya penulis membahas tentang hal-hal yang

berkaitan dengan judul dan disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan akan
sangat mempermudah para pembaca memahami bahkan lebih mengerti tentang apa

saja yang dijelaskan oleh kelompok dalam makalah seminar ini. Adapun

pembagian sistematika dalam skripsi ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan secara singkat mengenai gambaran umum dari masalah

penelitian yang dilakukan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan metode penulisan manfaat penulisan dan sistematik

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mencakup teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan

dan digunakan sebagai tinjauan atau landasan teori dalam menganalisis

pemecahan masalah yang telah dikemukakakn. Teori-teori ini diambil dari

beberapa sumber literatur dan buku-buku rujukan yang saling mendukung untuk

memecahkan permasalahan dan akhirnya mencapai konsep dasar medik dan

konsep dasar asuhan keperawatan pada tumor intrakranial

BAB III : LAPORAN KASUS

Bab ini menjelaskan mengenai asuhan keperawatan pada tumor intrakranial

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum objek analisis pembahasan konsep dasar

medik dan konsep dasar asuhan keperawatan pada tumor intrakranial

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang

berhubungan dengan hasil akhir dalam penulisan.


BAB II
TINJAUN PUSTAKA
I. Konsep Dasar Medik
A. Definisi
Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada
intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu
bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga
dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak


(benigna) atau- pun ganas (maligna), membentuk massa dalam
ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila
sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor
otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase)
seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain,
disebut tumor otak sekunder.
Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang,(lesi organ
yang karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang
ada disekitarnya, sehing- ga organ tersebut dapat mengalami
gangguan) jinak maupun ganas,yang tum- buh diotak meningen
dan tengkorak. (Ariyani,2012).

B. Anatomi dan Fisiologi

Otak (Encephalon) adalah Pusat Sistem Saraf. Otak berfungsi


mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan
fungsi tubuh homeo- stasis seperti detak jantung, tekanan darah,
keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.
Otak mengendalikan semua fungsi tubuh dan merupakan pusat
dari seluruh kegiatan tubuh manusia. Jika otak sehat, maka akan
mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan fisik dan
mental manusia. Sebaliknya apabila otak terganggu, maka kesehatan
tubuh dan mental akan terganggu.

a. Cerebrum (Otak Besar)


Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia
yang juga dise- but dengan nama Cerebral Cortex,
Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian
otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cer-
ebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir,
analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori
dan kemampuan visual. Kecer- dasan intelektual atau IQ
Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian
yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut
gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulcus. Keempat Lobus tersebut masing- masing adalah:
Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus
Temporal. Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak
besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan
otak kanan dan belahan otak kiri.
b. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian
belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas.
Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti
gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis,
gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat
mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak
otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam
mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
c. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang
tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang
sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang.
Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,
mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber
insting dasar manu- sia yaitu fight or flight (lawan atau
lari) saat datangnya bahaya.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
i. Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga
Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak
yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil.
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran
pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
ii. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang
belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian
kanan badan, begitu juga sebaliknya. Me- dulla
mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
iii. Pons merupakan stasiun pemancar yang
mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan
formasi reticular. Pons yang menentukan apakah
kita terjaga atau tertidur.
d. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak,
membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal
dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut
dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain
hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks
limbik. Sistem limbik ber- fungsi menghasilkan perasaan,
mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa
haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, me-
tabolisme dan juga memori jangka panjang. Bagian
terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang
salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang
perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.

C. Klasifikasi
Identifikasi dan klasifikasi tumor otak merupakan hal yang sulit.

Modifikasi Bailey Cushing berdasarkan histogenesis digunakan bermacam-

macam klasifikasi. Di bawah ini klasifikasi menurut Kempe dkk.

1) Menurut asalnya:

Tumor primer dari jaringan otak sendiri tumor otak metastasis.

2) Menurut gambaran histologik.

Glioma : astrositoma, meduloblastoma, ependimoma, glioma batang

otak, glioma kiasma dan nervus optikus. kraniofaringioma, papiloma pleksus

koroideus, pinealoma tumor lain seperti jaringan saraf, neurinoma,

meningioma.

a. Glioma : tumor yang tersusun dari neuroglia dalam setiap tahap


perkembangannya; kadang- kadang diperluas mencakup semua neoplasma
otak dan medula spinalis intrinsik, seperti astrositoma, ependimomas, dan
lain- lain. Sejumlah tumor yang bisa dikelompokkan glioma:
1) Glioblastoma : setiap astrositoma yang ganas; biasanyaterdapat pada
otak tetapi tidak terdapat pada batang otak atau medula spinalis.
2) Astrocytomas : tumor yang terdiri dari astrosit; jenis tumor yang paling
lazim dan juga ditemukan di sepanjang sistem saraf pusat; diklasifikasikan
berdasarkan histologi atau dalam hubungannya dengan keganasan (I- IV).
3) Oligodendrogliomas : neoplasma dari dan tersusun dari oligodendrosit
(sel oligodendroglia; sel neo-neural yang berasal dari ektodermal,
membentuk bagian struktur adventisial (neuroglia) sistem saraf pusat.
4) Ependymomas : neoplasma, biasanya tumbuh lambat dan jinak, terdiri
dari sel- sel ependimal (membran yang melapisi ventrikel otak dan kanalis
sentralis medula spinalis) yang terdiferensiasi.
5) Meningioma : tumor pada selaput pelindung otak (meninges) jinak
yang tumbuh lambat, biasanya terletak bersebelahan dengan dura mater
(lapisan yang paling luar, paling kuat dari tiga selaput otak (meninges) dan
sumsum tulang belakang), yang dapat menginvasi tulang tengkorak atau
menyebabkan hiperostosis (pertumbuhan jaringan bertulang yang
berlebihan), dan sering menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
anatomi ; lebih banyak menyerang wanita daripada pria, terutama usia 50-
60 tahun. Wanita lebih sering menderita meningioma karena reseptor
hormon progesteron yang mempunyai GP1 dan GP2 (GP = glikoprotein) :
memberi sifat pengenal pada molekul yang terlibatdalam lalulintas di
dalam sel menyebabkan timbulnya meningioma.
a) Angioblastic meningioma : meningioma yang mengandung banyak
pembuluh darah dari berbagai ukuran;
b) Convexity meningioma : beragam kelompok meningioma yang
terletak antara sulkus otak, biasanya di sebelah anterior fisura ronaldi;
c) Psammomatous meningioma : meningioma yang mengandung
banyak badan psammoma (badan psammoma; tumor seperti pasir :
yang berasal dari jaringan berserat dari meninges atau koroid atau
struktur tertentu; terbentuk dari kumpulan kalsium yang tampak
mikroskopik).
b. Medulloblastomas : tumor; ganas embrional invasif otak kecil yang lebih
sering terjadi pada anak- anak; sel yang tidak terdeferensiasi pada tabung
neural yang bisa berkembang baik menjadi neuroblast maupun spongioblas.
c. Gangliogliomas : ganglioneuroma (neoplasma jinak yang tersusun atas serabut
saraf dan sel ganglion masak) pada sistem saraf pusat.
d. Schwannomas: neoplasma yang berasal dari sel schwann (selubung mielin)
neuron; meliputi neurofibroma (tumor saraf tepi akibat proliferasi (reproduksi
atau multiplikasi bentuk serupa, khususnya sel) sel schwann yang abnormal)
dan neurilemomas (tumor selubung saraf perifer (neurilema), jenis tumor
neurogenik yang paling umum, biasanya jinak).

3) Menurut lokalisasi tumor.

Supratentorial:
a) Daerah supraselar : kraniofaringioma, glioma kiasma optikus.
b) Daerah talamus dan ventrikel IV : pinealoma, glioma,
hamartoma.
c) Daerah hemisfer serebri : elioma. ependimoma, sarkoma.
D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.

4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.

5. Gaya Hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan resiko tumor otak. Di samping itu, resiko tumor otak menurun
ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran.

6. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitrosoethyl urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.

7. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron
dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma
kepala dapat terjadi melalui 2 cara:
a. Efek segera dari trauma pada fungsi otak
b. Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau
serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh efek akselerasi-
deselerasi pada otak. Derajat kerusakan yang terjadi disebabkan pada
kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan.
Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diteruskan ke otak. Banyak
energi yang diserap oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan
tengkorak, tetapi pada trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk
melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan
otak. Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan bergeraknya isi
dalam tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dengan
benturan.

E. Patofisiologi

Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2


faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan
fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling
besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan
suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya
massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang
kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum
seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan
sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi
sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-
sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus
atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke
inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada
herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan
cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

F. Komplikasi

Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) :


1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema
Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam
rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada
aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
4. Epilepsi
Metastase ketempat lain

G. Manifestasi Klinik

1) Gejala-Gejala Umum
Akibat peninggian tekanan intrakranial.
a) Muntah
Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama, timbulnya
terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada tingkat lanjut, muntah
menjadi proyektil.
b) Sakit kepala
Dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan ber-ulang-ulang,
nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin
dan mengejan. Lokasi nyeri unilateral/bilateral yang terutama dirasakan
daerah frontal dan suboksipital.

c) Gejala mata
 Strabismus/diplopia dapat terjadi karena regangan nervus
abdusens.
 Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat
penting untuk tumor intrakranial. Bailey menemukan gejala ini
path 80% tumor otak anak
d) Pembesaran Kepala
Terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya belum
tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya menunjukkan
adanya peninggian tekanan intrakranial
e) Gangguan kesadaran
Dapat ringan sampai yang berat.
f) Kejang
Sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada
tumor infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut.
g) Gangguan mental
Lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi
pada lobus frontalis atau lobus temporalis.
2) Gejala-gejala lokal sesuai lokasi tumor;
a. Tumor Korteks Motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut
kejang Jacknison.
b. Tumor lobus Oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
lapang pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
c. Tumor Cerebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus (gerkakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukka
gerakan horizontal.
d. Tumor Lobus Frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik
dan memebri rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik
gejala pada tumor otak.
1. Pertama tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-
saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf kranial kedelapan)
2. Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah
(berhubungan dengan saraf kranial kelima)
3. Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis (keterlibatan saraf kranial
ketujuh)
4. Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan serebelum mungkin
ada abnormalitas pada fungsi motoorik.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif
atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari
suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat adanya sel-sel
tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara
yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).
4. Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor
yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi
prognosis.
5. Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejan

I. Penatalaksanaan Medik

Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu


peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien dengan
tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan
neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnakan
semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya neurologik
(kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian. Salah
satu variasai dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor
bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya untuk dicapai dengan
mudah.
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer maligna atau
tumor sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan. Pembedahan tumor primer
seringkali diindikasikan untuk mencapai diagnosis histologis, dan jika mungkin
untuk meringankan gejala dengan mengurangi massa tumor. Pemeriksaan
histologis dari biopsi tumor dapat mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu
glioma dan bukan neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non
neoplasia, misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak disarankan,
misalnya pada pasien dengan kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala
epilepsy. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak multiple,
dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa metastasis soliter dapat ditangani
dengan reseksi.
2. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada sebagian tumor
sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga dapat
digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor jinak, misalnya tumor hipofisis.
3. Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan kalsifikasi; posisi
kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4. EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran kandungan
intraserebral.
5. Scan otak radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
6. Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsi, kortikosteroid (dekstametason), untuk
peningkatan TIK. Steroid juga dapat memperbaiki deficit neurologis fokal
sementara dengan mengobati oedema otak. Kortikosteroid boleh digunakan
sebelum pengobatan sesuai dengan diperbolehkannya penggunaan obat ini yang
didasari melalui evaluasi dignostik dan kemudian menurunkan oedema serebral
dan meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
7. Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan pembedahan dan
radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro onkologi. Terapi radiasi,
merupakan dasar pada beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali
tumor yang tidak lengkap.

J. Patway
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
1. Keluhan utama: Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini: Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema,
penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau
diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu: Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga: Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spiritual: Perubahan kepribadian dan perilaku klien,
perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System): Pemeriksaan fisik pada klien
dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per sistem dari observasi
keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
1) Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak teratur, dispnea,
batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu napas.
2) Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas abnormal misalnya
rongkhi, stridor, dll.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
1) Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi jantung normal,
tekanan darah Meningkat
2) Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
3) Kaji adanya nyeri dada

c. Persyarafan B3 (brain)
1) Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
2) Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus temporal
3) Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
4) Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
5) Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif,
maupun kombinasi dari keduanya.
6) Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
7) GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
d. Perkemihan B4 (bladder)
1) Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak, produksi
urin normal/tidak.
2) Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria, nokturia, dll.
e. Pencernaan B5 (bowel)
1) Nafsu makan menurun/tidak
2) Kaji adanya mual dan muntah
3) Keadaan mulut bersih atau tidak
4) Mukosa bibir lembap/tidak
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji kemampuan
pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan otot klien.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap
otot pernafasan), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafas, dispnea,
obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Nyeri akut b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala terutama pagi
hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan,
membungkuk.
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan
TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi,
penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai
dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran

C. Rencana tindakan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi dan Rasional
keperawatan Hasil
1. Pola napas NOC: respiratory status : NIC: respiratory monitoring
tidak efektif airway patency 1. Pantau frekuensi, irama, dan
b.d disfungsi kedalaman napas
neuromuskuler Setelah dilakukan Rasional: memantau keadaan
(hilangnya tindakan keperawatan umum klien
kontrol selama 1×24 jam pola 2. Perhatikan gerakan dinding
terhadap otot nafas tidak efektif dapat dada dan kesimetrisan, kaji
pernafasan) teratasi dengan kriteria adanya penggunaan otot
hasil: bantu pernapasan
- Menunjukkan jalan nafas Rasional : mengetahui
yang paten (klien tidak kemampuan pernapasan klien
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi NIC: airway management
pernafasan dalam rentang 3. Berikan posisi yang nyaman :
normal, tidak ada suara semifowler
nafas abnormal) Rasional : tindakan
- Tanda Tanda vital dalam noninfasif dalam
rentang normal (tekanan meringankan sesak napas
darah, nadi, pernafasan dengan memaksimalkan
ventilasi
4. Lakukan suction (bila perlu)
Rasional : mengurangi sekret
5. Berikan terapi nebulizer
Rasional : mengencerkan
secret
NIC: oxygen terapy
6. Berikan oksigen sesuai
indikasi
Rasional : memberikan
bantuan oksigen

2. Gangguan NOC: circulation status NIC: management peripheral


perfusi sensation
serebral b.d Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
hipoksia tindakan keperawatan (GCS)
jaringan selama 25×24 jam Rasional : memantau keadaan
perfusi jaringan cerebral umum klien
dapat teratasi dengan 2. Pantau status cairan termasuk
kriteria hasil: intake dan output
- Menunjukkan status Rasional : mencegah intake >
sirkulasi baik dengan output yang menyebabkan
indikator tekanan darah tekanan di dalam tubuh
dalam batas normal meningkat
- Menunjukkan NIC: intra-cranial pressure
kemampuan kognitif monitor (ICT)
dengan indikator mempu 3. Pantau tanda-tanda vital
berkomunikasi dengan Rasional : memantau keadaan
jelas, mampu umum klien
berkonsentrasi dan 4. Monitor tekanan perfusi
orientasi, mampu serebral
mengingat, menerima Rasional : memantau tekanan
informasi dan membuat intrakranial agar tidak
keputusan meningkat
5. Posisikan kepala lebih tinggi
Rasional : mengurangi aliran
darah ke otak sehingga
menurunkan TIK
6. Pertahankan keadaan tirah
baring
Rasional : meningkatkan
istirahat sebagai upaya
menurunkan TIK
7. Kolaborasi dalam pemberian
obat-obatan
Rasional : prosedur
penanganan dan tindakan
medis

3. Resiko tinggi NOC: fall prevention NIC: fall prevention


cidera b.d behavior 1. Identifikasi kelemahan fisik
disfungsi otot atau kognitif yang berpotensi
sekunder Setelah dilakukan meningkatkan resiko cidera
terhadap tindakan keperawatan Rasional : mengetahui faktor
depresi SSP selama 1×24 jam resiko yang dapat menyebabkan
tinggi cidera dapat teratasi cidera klien
dengan kriteria hasil: 2. Pasang set rail di samping
- Klien mampu kanan dan kiri bed klien
menjelaskan Rasional : membantu
cara/metode untuk mencegah klien jatuh dari
mencegah cidera tempat tidur
- Orientasi orang, waktu,
dan tempat dengan baik NIC: dementia management
- Klien terbebas dari risiko 3. Gunakan kontak mata saat
cidera interaksi dengan klien
- Klien mampu Rasional : kontak mata
memodifikasi gaya menunjukkan perhatian
hidup untuk mencegah 4. Bicara dengan jelas dan pelan
cidera Rasional : membantu klien
berkonsentrasi terhadap
informasi
5. Gunakan bahasa yang
sederhana
Rasional : bahasa sederhana
mudah dicerna dan tidak
membingungkan klien
BAB III
LAPORAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa
yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.
(Brunner and Suddarth. 2001.) Tumor otak disebabkan oleh;
- Riwayat trauma kepala
- Faktor genetik
- Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
- Virus tertentu
Tanda dan gejala pada pasien dengan tumor otak adalah: sakit kepala,
muntah,penglihatan ganda, kejang dan mengalami gangguan kesadaran dari ringan
sampai yang berat.
Keluhan utama pada pasien dengan tumor otak pada umumnya akibat dari
peninggian seperti kepala hebat, muntah-muntah,kejang,dan penurunan tingkat
kesadaran.
Diagnosa Keperawatan yang sering muncul adalah:
1.
2.
3.
B. Saran

Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan secara professional. Selain itu pembaca diharapkan dapat
mengaplikasikan tindakan pencegahan dan penanggulangan untuk menghindari
terjadinya penyakit tumor otak.
Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi.Oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusun
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Bedah. Tumor Otak. http://ilmubedah.info/tumor-otak-20110208.html#more-210.


Diakses tgl 29 Desember 2011

Enggariani, S.Ked. Tumor Otak. http://belibis-a17.com/2008/10/23/602/. Diakses tgl 29


Desember 2011

Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl M. Wagner.


2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby: United States of
America.

Ariani, TA. 2012. Sistem neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika. Bactticaca, FB. 2008.
Asuhan Keperawatan K;ien dengan Gangguan Sis-tem Persyarafan. Jakarta : Salemba
Medika.

Hartono. 2011. Buku Ajar Neurologis. Yogyakarta : Gadjah Mada Univer- sity Press.

Widagdo, 2012.Tata lakasana masalah penyakit anak dengan ke- jang.Jakarta : CV Sagung
Seto.

Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Ja-karta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi 6. Alih bahasa: Andry
Hartono. Jakarta : EGC.

Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC.
Nursing Care Plan. 2012. Nursing Management-Ineffective Cerebral Tissue Perfusion related
to Hydrocephalus.[Serial Online]. http://nanda-nursing-care-
plan.blogspot.com/2012/06/nursing-management-ineffective-cerebral.html. [Diakses Tanggal
06 Juli 2014].

Zulkarnain, Nuzulul Haq. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep) Tumor Otak. [Serial
Online].http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35597-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Tumor%20Otak.html. [Diakses 06 Juli 2014].

Anda mungkin juga menyukai