Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat nya,
Senoa
seminar ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kelompok
dan pengetahuan.
Penulis
Kelompok II C
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................
C. Tujuan Penulisan................................................................
D. Metode penulisan...............................................................
E. Manfaat Penulisan..............................................................
F. Sistematika penulisan.........................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
B. Diagnose Keperawatan...........................................................
A. Kesimpulan..........................................................................
B. Saran....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari
menyerang adalah jenis tumor jinak, bila me- nyerang otak tingkat
Indone- sia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.
Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada
abnor- mal secara sangat cepat pada daerah central nervous system
(CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang
Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil
dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cer- ebral dan penyakit
peradangan.
B. Rumusan Masalah
intracranial
intracranial
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui konsep dasar tumor intrakranial.
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan tumor
intrakranial.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Tumor Intrakranial.
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Tumor Intrakranial
c. Untuk mengetahui etiologi Tumor Intrakranial.
d. Untuk mengetahui klasisifikasi Tumor Intrakranial.
e. Untuk mengetahui patofisiologi Tumor Intrakranial.
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tumor Intrakranial.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Tumor Intrakranial.
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan Tumor Intrakranial.
i. Untuk mengetahui pengkajian pada klien dengan Tumor Intrakranial.
j. Untuk mengetahui diagnosa yang sering muncul pada klien dengan
Tumor Intrakranial.
k. Untuk mengetahui perencanaan pada klien dengan Tumor Intrakranial
D. Metode penulisan
E. Manfaat penulisan
1. Manfaat aplikasi
c. Bagi peneliti
tumor intrakranial
2. Manfaat akademik/teoritis/keilmuan
F. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan penelitian ini diajukan lima bab yang diawali
hal-hal yang bersifat umum, namun berhubungan dengan penulisan yang disajikan
dan kemudian pada bab-bab selanjutnya penulis membahas tentang hal-hal yang
berkaitan dengan judul dan disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan akan
sangat mempermudah para pembaca memahami bahkan lebih mengerti tentang apa
saja yang dijelaskan oleh kelompok dalam makalah seminar ini. Adapun
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan secara singkat mengenai gambaran umum dari masalah
penelitian yang dilakukan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
penulisan.
beberapa sumber literatur dan buku-buku rujukan yang saling mendukung untuk
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum objek analisis pembahasan konsep dasar
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang
C. Klasifikasi
Identifikasi dan klasifikasi tumor otak merupakan hal yang sulit.
1) Menurut asalnya:
meningioma.
Supratentorial:
a) Daerah supraselar : kraniofaringioma, glioma kiasma optikus.
b) Daerah talamus dan ventrikel IV : pinealoma, glioma,
hamartoma.
c) Daerah hemisfer serebri : elioma. ependimoma, sarkoma.
D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
5. Gaya Hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan resiko tumor otak. Di samping itu, resiko tumor otak menurun
ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran.
6. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitrosoethyl urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
7. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron
dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma
kepala dapat terjadi melalui 2 cara:
a. Efek segera dari trauma pada fungsi otak
b. Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau
serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh efek akselerasi-
deselerasi pada otak. Derajat kerusakan yang terjadi disebabkan pada
kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan.
Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diteruskan ke otak. Banyak
energi yang diserap oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan
tengkorak, tetapi pada trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk
melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan
otak. Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan bergeraknya isi
dalam tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dengan
benturan.
E. Patofisiologi
F. Komplikasi
G. Manifestasi Klinik
1) Gejala-Gejala Umum
Akibat peninggian tekanan intrakranial.
a) Muntah
Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama, timbulnya
terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada tingkat lanjut, muntah
menjadi proyektil.
b) Sakit kepala
Dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan ber-ulang-ulang,
nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin
dan mengejan. Lokasi nyeri unilateral/bilateral yang terutama dirasakan
daerah frontal dan suboksipital.
c) Gejala mata
Strabismus/diplopia dapat terjadi karena regangan nervus
abdusens.
Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat
penting untuk tumor intrakranial. Bailey menemukan gejala ini
path 80% tumor otak anak
d) Pembesaran Kepala
Terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya belum
tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya menunjukkan
adanya peninggian tekanan intrakranial
e) Gangguan kesadaran
Dapat ringan sampai yang berat.
f) Kejang
Sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada
tumor infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut.
g) Gangguan mental
Lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi
pada lobus frontalis atau lobus temporalis.
2) Gejala-gejala lokal sesuai lokasi tumor;
a. Tumor Korteks Motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut
kejang Jacknison.
b. Tumor lobus Oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
lapang pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
c. Tumor Cerebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus (gerkakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukka
gerakan horizontal.
d. Tumor Lobus Frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik
dan memebri rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik
gejala pada tumor otak.
1. Pertama tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-
saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf kranial kedelapan)
2. Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah
(berhubungan dengan saraf kranial kelima)
3. Selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis (keterlibatan saraf kranial
ketujuh)
4. Akhirnya karena pembesaran tumor yang menekan serebelum mungkin
ada abnormalitas pada fungsi motoorik.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif
atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari
suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat adanya sel-sel
tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara
yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).
4. Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor
yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi
prognosis.
5. Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejan
I. Penatalaksanaan Medik
J. Patway
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
1. Keluhan utama: Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini: Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema,
penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau
diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu: Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga: Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spiritual: Perubahan kepribadian dan perilaku klien,
perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System): Pemeriksaan fisik pada klien
dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per sistem dari observasi
keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
1) Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak teratur, dispnea,
batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu napas.
2) Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas abnormal misalnya
rongkhi, stridor, dll.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
1) Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi jantung normal,
tekanan darah Meningkat
2) Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
3) Kaji adanya nyeri dada
c. Persyarafan B3 (brain)
1) Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
2) Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus temporal
3) Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
4) Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
5) Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif,
maupun kombinasi dari keduanya.
6) Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
7) GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
d. Perkemihan B4 (bladder)
1) Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak, produksi
urin normal/tidak.
2) Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria, nokturia, dll.
e. Pencernaan B5 (bowel)
1) Nafsu makan menurun/tidak
2) Kaji adanya mual dan muntah
3) Keadaan mulut bersih atau tidak
4) Mukosa bibir lembap/tidak
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji kemampuan
pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan otot klien.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap
otot pernafasan), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafas, dispnea,
obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Nyeri akut b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala terutama pagi
hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan,
membungkuk.
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan
TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi,
penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai
dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan secara professional. Selain itu pembaca diharapkan dapat
mengaplikasikan tindakan pencegahan dan penanggulangan untuk menghindari
terjadinya penyakit tumor otak.
Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi.Oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusun
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, TA. 2012. Sistem neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika. Bactticaca, FB. 2008.
Asuhan Keperawatan K;ien dengan Gangguan Sis-tem Persyarafan. Jakarta : Salemba
Medika.
Hartono. 2011. Buku Ajar Neurologis. Yogyakarta : Gadjah Mada Univer- sity Press.
Widagdo, 2012.Tata lakasana masalah penyakit anak dengan ke- jang.Jakarta : CV Sagung
Seto.
Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Ja-karta: EGC
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi 6. Alih bahasa: Andry
Hartono. Jakarta : EGC.
Zulkarnain, Nuzulul Haq. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep) Tumor Otak. [Serial
Online].http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35597-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Tumor%20Otak.html. [Diakses 06 Juli 2014].