BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebabkan oleh karena ada perubahan struktur dan fungsi sel dan jaringan
pasien. Istilah patologi berasal dari Yunani yaitu pathos artinya emosi, gairah
atau menderita sedangkan ology artinya ilmu. Jadi patologi adalah ilmu
timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi baik pada
otot, tendon, ligamen, persendian, maupun tulang akibat aktivitas gerak yang
dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang kurang dijaga dan
maupun rangka. Mengenai gejala yang timbul akibat cedera dapat berupa
1
fisiologis dari jaringan rusak baik akibat tekanan mekanis, kimiawi, panas,
berbagai stimulus, dan selama apoptosis, sel ini dikontrol dan diatur; dan sel
2014).
oleh caspase. Gen caspase ini merupakan bagian dari cysteine protease yang
akan aktif pada perkembangan sel maupun sinyal aktif pada destruksi atau
tentang cedera dan kematian sel. Oleh karena itu, penulis akan membahas
seperti apa cedera yang menyebabkan kematian sel. Serta apa saja sel yang
diserang.
B. Rumusan Masalah
2
3. Apa saja Sel Yang Diserang ?
C. Tujuan Penulisan
4. Untuk mengetahui tentang Morfologik Pada Sel Yang Cedera Sub Letal
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Organisasi Seluler
Sel dibatasi oleh membran sel, yang tidak saja memberi bentuk sel tetapi
juga melekatkannya pada sel lain. Bahkan yang lebih penting, membran sel
bekerja sebagai pintu gerbang dari dan ke sel, memungkinkan hanya zat-zat
tertentu saja lewat pada kedua jurusan, dan bahkan secara aktif mengangkut
beberapa zat secara selektif. Membran sel juga yang harus menerima tanda
pengaturan dari sekitar tubuh dan menghantarkan tanda ini ke bagian dalam sel
banyak struktur yang demikian kecilnya sehingga mereka hanya dapat dilihat
organela dan fungsi mereka sangat khusus meskipun dalam batas sebuah sel.
1. Pengertian Sel
Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil
untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari
bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil. Makhluk hidup ada yang
4
tersusun oleh satu sel (uniseluler) ada juga makhluk hidup yang tersusun
oleh banyak sel (multiseluler). Setiap sel tersusun atas tiga komponen
utama yaitu membran sel, protoplasma, dan inti sel (Nur, Fahira, dkk.
2014).
2. Organisasi Sel
terkecil dari tubuh manusia. Kumpulan sel akan membentuk organ dan
organ dan jaringan yang berakhir pada kegagalan system tubuh dalam
yang terdiri dari dua bagian utama yaitu inti (nucleus) dan sitoplasma
dipisahkan dari sitoplasma oleh mebran inti dan sitoplasma dipisahkan dari
dasar yaitu air, elektroit, protein, lipid dan karbohidrat (Nur, Fahira, dkk.
2014).
5
a. Retikulum endoplasma adalah bagian sel yang memiliki fungsi
sel.
d. Inti adalah bagian sel yang berfungsi sebagai pusat pengawasan atau
Penyebab terjadinya cedera sel tentu sangat beragam. Penyebab atau faktor
a. Kekurangan Oksigen.
Sebab yang penting yang dapat melukai sel adalah agen fisik, yang
6
struktural dari salah satu organela atau lebih. Jadi, cedera akibat mekanik
Agen kimia sering dapat melukai sel. Zat-zat toksik ini tidak saja
genetik) dapat melukai sel-sel dengan cara yang sama (Ahmad, Kadir,
Abdul. 2012).
f. Reaksi imunologik
g. Kelainan genetik
Efek pertama sel yang cedera adalah lesi biokimiawi, yaitu perubahan
maka sel dapat menyebabkan gangguan fungsi sel secara fisiologi. Namun,
7
perubahan yang sudah lama, karena banyak kelainan biokimia dan kelainan
stimulus.
Misalnya, suatu reaksi umum, pada sel otot yang mendapat tekanan terus-
terjadi pembesaran jantung pada penderita hipertensi. Jadi sel-sel otot jantung
Barbiturat dan zat-zat tertentu lain biasanya dimetabolisme dalam sel-sel hati,
di bawah pengaruh sistem enzim yang terdapat dalam sel-sel ini dibantu oleh
peningkatan pada jumlah retikulum endoplasma di dalam sel-sel hati, dan ini
Apabila sel mengalami cedera tetapi tidak mati, maka sering sel-sel
sehingga jika rangsang yang menimbulkan cedera dapat dihentikan, maka sel
8
Sebaliknya, perubahan-perubahan ini mungkin merupakan suatu langkah
ke arah kematian sel jika pengaruh yang berbahaya ini tidak dapat diatasi.
adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, seperti sel hati, ginjal dan jantung.
metabolik untuk memompa ion natrium keluar dari sel. Ini terjadi pada tingkat
membran sel. Apapun yang mengganggu metabolisme energi dalam sel atau
sedikit saja melukai membran sel, dapat membuat sel tidak mampu memompa
ion natrium yang cukup. Akibat osmosis yang wajar dari kenaikan konsentrasi
9
dan sel- sel yang terkena secara mikroskopis terlihat sitoplasmanya granular.
Bila air tertimbun di dalam sitoplasma, organela sitoplasma menyerap air ini,
dan sebagainya.
penimbunan lipid intrasel. Jenis perubahan ini sering dijumpai pada ginjal, otot
langkah menuju kematian sel. Respon lain dari sel-sel yang terserang adalah
Pengurangan ukuran sel, jaringan, atau organ yang didapatkan semacam itu,
disebut atrofi.
E. Kematian Seluler
Apabila terdapat pengaruh berbahaya pada sebuah sel yang cukup hebat
atau kuat dan berlangsung cukup lama, maka sel akan mencapai titik di mana
sel tidak lagi dapat beradaptasi dan tidak dapat melangsungkan metabolism,
10
Nekrosis merupakan kematian sel lokal. Perubahan morfologis pada
nekrosis umumnya yaitu perubahan lisis yang terjadi dalam jaringan nekrotik
yang dapat melibatkan sitoplasma sel, Oleh karena itu, bagian intilah yang
Biasanya inti sel yang mati itu menyusut, batasnya tidak teratur, dan
berwarna gelap dengan zat warna yang biasanya digunakan oleh para ahli
zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis.
Akhirnya, pada beberapa keadaan, inti sel yang mati kehilangan kemampuan
untuk diwarnai dan menghilang begitu saja, proses ini disebut kariolisis.
1. inti normal
2. inti piknotik
3. inti karioreksis
akibat kegiatan litik dalam jaringan mati. Jika kegiatan enzim-enzim litik
dihambat oleh keadaan lokal, maka sel-sel nekrotik itu akan mempertahankan
selama beberapa waktu. Jenis nekrosis ini dinamakan nekrosis koagulativa dan
11
khususnya sering dijumpai bila nekrosis disebabkan oleh hilangnya suplai
darah.
Dalam beberapa keadaan jaringan nekrotik sedikit demi sedikit mencair akibat
kerja enzim, proses ini dinamakan nekrosis liquefaktiva. Ini khususnya sering
terjadi pada daerah otak yang nekrotik, dan akibatnya secara harafiah adalah
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik itu hancur, tetapi pecahan-pecahan sel
yang terbagi halus itu tetap berada di daerah itu selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun, jelas tidak dapat dicernakan. Jenis nekrosis ini disebut nekrosis
kaseosa karena kenyataan bahwa daerah yang terkena tampak seperti keju yang
keadaan lain.
saprofit. Gangren timbul pada jaringan nekrotik yang terbuka terhadap bakteri
yang hidup.
enzim pankreas. Jika jaringan adiposa di tempat lain menjadi nekrotik, ceceran
lipid dari sel-sel yang mati itu dapat menimbulkan respon peradangan, tetapi
12
tidak ada pembentukan endapan-endapan kuning berkapur, yang khas untuk
Akibat nekrosis yang paling nyata adalah hilangnya fungsi daerah yang
mati itu. Jika jaringan yang nekrotik itu merupakan sebagian kecil dari organ
bagian otak, maka akibatnya adalah defisit neurologis yang hebat atau bahkan
mungkin kematian.
Selain itu, daerah nekrotik dalam beberapa keadaan dapat menjadi fokus
organisme tertentu yang kemudian dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh.
Tanpa terkena infeksi pun, adanya jaringan nekrotik di dalam tubuh dapat
Sebagai akibat dari respon peradangan ini, maka jaringan yang mati akhirnya
mengganti daerah nekrosis dengan sel-sel regenerasi yang sama dengan yang
sepanjang epitel permukaan saluran cerna), maka jaringan itu akan dengan
13
mudahnya mengelupas dan meninggalkan celah pada permukaan yang disebut
tukak.
Jika daerah yang nekrotik tidak dihancurkan atau dibuang, maka biasanya
daerah itu akan ditutup dengan kapsula jaringan penghubung fibrosa dan
akhirnya akan diisi dengan garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah
G. Kalsifikasi Patologik
kalsium yang tidak larut pada aliran darah, yang membuat jaringan kaku dan
keras.
jaringan nekrotik yang tidak secara cepat dihancurkan dapat menjadi tempat
14
kerusakan jaringan atau nekrosis. Proses ini terjadi bukan karena kelainan
makanan, dan integritas rangka. Jadi, kalsifikasi metastatik dapat terlihat pada
hiperparatiroidisme, fungsi ginjal yang menurun, diet yang abnormal, dan lesi
besar.
H. Kematian Somatik
tanda kehidupan lagi, seperti denyut jantung dan gerakan pernapasan, suhu
badan menurun, dan tidak adanya aktivitas listrik otak pada rekaman EEG.
Setelah dua jam, kematian somatik akan diikuti kematian biologik yang
Setelah kematian tubuh actual terjadi, sel – sel individual tetap hidup di
waktu yang berbeda-beda. Perubahan yang tidak dapat pulih kemudian terjadi
kaku), livor mortis (bercak biru kemerahan), algor mortis (tubuh menjadi
15
dingin), bekuan intravascular, autolysis (oleh enzim-enzim pencernaan) dan
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari kajian diatas adalah Cedera
adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya nyeri,
panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi baik pada otot, tendon,
atau kecelakaan.
Modalitas Cedera sel dapat terjadi akibat kekurangan oksigen, agen fiik,
terjadi cedera, efek pertama atau sel yang di serang akan menimbulkan suatu
lesi biokimiawi. Perubahan yang paling mencolok saat terjadi cedera pada
suatu sel yaitu pada morfologia yang disebut pembengkakan sel. Adapun nasib
pengendapan garam-garam kalsium pada aliran darah. Perlu kita ketahui juga
B. Saran
mengenai teori yang diangkat serta untuk pembaca agar dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun mengenai kelengkapan isi dan penyusunan
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kadir, Abdul. 2012. Cedera dan Kematian Sel. Poltekkes Kemenkes
Makassar : Makassar.
18