Anda di halaman 1dari 36

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

ADSORBSI ISOTERMIS

OLEH :

KELOMPOK III

ANGKATAN 2020

ASISTEN : IRHAM ARFANDI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,

meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan

standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan

distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani

disebut farmakon yang berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah

ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk

tertentu (meracik) hingga siap digunakan sebagai obat (Susanti, 2016).

Kimia Farmasi adalah ilmu kimia yang mempelajari bahan-bahan yang

digunakan sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur, sifat kimia fisika

obat yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja

obat. Selain itu ilmu kimia farmasi juga menetapkan hubungan struktur kimia dan

aktivitas biologis, menghubungkan perilaku biodinamik melalui sifat fisika dan

reaktivitas kimia senyawa obat, serta mempelajari identifikasi dan analisis obat-

obatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Nama lain dari kimia farmasi

adalah kimia medisinal (Medicinal Chemistry), farmakokimia

(Pharmacochemistry), dan kimia terapi (Therapeutique Chemistry). Studi

kimiawi suatu senyawa obat memberikan efek menguntungkan dalam sistem

kehidupan yang melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa dengan

aktivitas biologis serta mekanisme cara kerja senyawa pada sistem biologis dalam
usaha mendapatkan efek pengobatan yang maksimal dan memperkecil efek

samping yang tidak menguntungkan (Cartika, 2016).

Kimia Fisika adalah bidang ilmu dalam kimia yang mempelajari aspek

fisika dari materi dan energi serta mekanisme perubahannya. Pada umumnya

pembahasan di dalam perguruan tinggi membagi kimia fisika menjadi bidang

termodinamika, kinetika, dan kuantum. Termodinamika kimia mempelajari materi

dan energi yang menyertainya yang pada intinya mempelajari hukum-hukum

dasar termodinamika. Sementara itu kinetika merupakan bidang yang mempelajari

aspek proses perubahan suatu materi dalam sebuah reaksi atau interaksi lain. Di

dalam kinetika juga dipelajari beberapa teknik penentuan mekanisme dalam suatu

reaksi. Subjek dalam kajian kinetika kimia, khususnya berkaitan dengan

pengukuran dan penafsiran tingkat (orde) suatu reaksi kimia (Fatimah, 2017).

Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada

permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidak jenuhan gaya-gaya pada

permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorben,

dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan di

pisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorben adalah suatu media penyerap yang

berupa senyawa karbon aktif. Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh

padatan tertentu terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat

karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa

meresap kedalam. Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom

atau molekul pada permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini,

padatan cenderung menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan


permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya.

Akibatnya konsentrasi molekul pada permukaan menjadi lebih besar dari pada

dalam fasa gas zat terlarut dalam larutan. Pada adsorpsi interaksi antara adsorben

dengan adsorbat hanya terjadi pada permukaan adsorben (Tandy,E, 2012).

Berdasarkan teori diatas, maka adapun alasan praktikum kali ini yaitu, untuk

mengetahui seperti apa peristiwa adsorbs suatu larutan pada suhu tetap oleh

padatan.

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui peristiwa

adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan pengaruh

konsentrasi larutan adsorbat terhadap adsorben.

D. Prinsip Percobaan

Proses adsorbs asam asetat oleh karbon dapat dilakukan dengan

menambahkan karbon aktif kepada larutan asam dengan menambahkan karbon

aktif kepada larutan asam dengan konsentrasi yang bervariasi yang kemudian

ditutup lalu dilakukan proses pengocokan dan dibiarkan hingga beberapa menit,

dilanjutkan dengan proses penyaringan saat suhu sudah konstan (suhu hanya

berubah sedikit).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu

terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya

tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam.

Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada

permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung

menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik

fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul

pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas zat terlarut dalam

larutan. Pada adsorpsi interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi

pada permukaan adsorben (Tandy, E, 2012).

A. Jenis – Jenis Adsorpsi

Menurut (Shofa, 2012) berdasarkan Interaksi molekular antara

permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorpsi dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Adsorpsi Fisika

Adsorpsi Fisika terjadi karena adanya gaya Van der Waals. Pada

adsorpsi fisika, gaya tarik menarik antara molekul fluida dengan

molekul pada permukaan padatan (Intermolekuler) lebih kecil dari

pada gaya tarik menarik antar molekul fluida tersebut sehingga gaya

tarik menarik antara adsorbat dengan permukaan adsorben relatif

lemah pada adsorpsi fisika, adsorbat tidak terikat kuat dengan


permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu

bagian permukaan ke permukaan lainnya dan pada permukaan yang

ditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh adsorbat

lainnya . Keseimbangan antara permukaan padatan dengan molekul

fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel. Adsorpsi fisika

memiliki kegunaan dalam hal penentuan luas permukaan dan ukuran

pori (Shofa, 2012).

2) Adsorpsi Kimia

Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia yang

terbentuk antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben.

Ikatan kimia dapat berupa ikatan kovalen/ion. Ikatan yang terbentuk

kuat sehingga spesi aslinya tidak dapat ditentukan. Karena kuatnya

ikatan kimia yang terbentuk maka adsorbat tidak mudah terdesorpsi.

Adsorpsi kimia diawali dengan adsorpsi fisik dimana adsorbat

mendekat kepermukaan adsorben melalui gaya Van der Waals /

Ikatan Hidrogen kemudian melekat pada permukaan dengan

membentuk ikatan kimia yang biasa merupakan ikatan kovalen

(Shofa, 2012).

Menurut (Widy, 2013) Perbedaan antara adsorpsi kimia dan

adsorpsi fisika dapat dikelompokkan sebegai berikut :

Tabel 1. Perbedaan Adsorpsi Fisika dan Kimia

Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia


Molekul terikat pada adsorben Molekul terikat pada adsorben
oleh gaya van der Waals oleh ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi -4 Mempunyai entalpi reaksi- 40
sampai – 40 kJ/mol sampai -800 kJ/mol
Dapat membentuk lapisan Membentuk lapisan monolayer
Multilayer
Adsorpsi hanya terjadi pada Adsorpsi dapat terjadi pada suhu
suhu dibawah titik didih tinggi
adsorbat
Jumlah adsopsi pada Jumlah adsorpsi pada permukaan
permukaan merupakan fungsi merupakan karakteristik adsorben
adsorbat dan adsorbat
Tidak melibatkan energi Melibatkan energi aktifasi tertentu
aktifasi tertentu
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

B. Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses adsorpsi

dengan menggunakan permukaan padat berpori :

1) Luas permukaan adsorben

Luas permukaan spesifik (luas permukaan adsorben per massa

adsorben) sangat mempengaruhi nilai adsorpsi. Luas permukaan spesifik

memiliki nilai yang sebanding dengan luas permukaan total pada

adsorben. Semakin kecil ukuran partikel dan semakin berpori suatu

material adsorben semakin meningkat nilai adsorpsi per satuan massa

adsorben (Setianingsih, 2018).

2) Sifat fisika dan kimia adsorbet

Tingkat adsorpsi suatu solut oleh suatu adsorben berbanding

terbalik dengan solubilitas solut di dalam pelarutnya, solubilitas solut yang


tinggu menunjukkan interaksi antara solut dengan solven lebih kuat

dibandingkan solut dengan adsorben. Solut yang polar lebih mudah

teradsorpsi oleh adsorben polar sedangkan solut nonpolar lebih mudah

teradsorpsi oleh adsorben nonpolar (Setianingsih, 2018).

3) Keasaman larutan

Adsorpsi kation logam berat (seperti Cu(II), Zn(II), Cd(II), Pb(II))

oleh adsroben dalam media asam meningkat sejalan dengan peningkatan

pH. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan persaingan proton pada

sisi aktif adsorben. Sedangkan pada pH basa, ion-ion dari logam berat

akan tersisih dari fase cair dan membentuk endapan karena adanya

interaksi dengan ion hidroksil (Setianingsih, 2018).

4) Temperatur

Penurunan temperatur menyebabkan peningkatan adsorpsi karena

reaksi adsorpsi berlangsung secara eksotermis. Disisi lain, peningkatan

temperatur juga dapat meningkatkan adsorpsi karena meningkatkan laju

difusi solut kedalam adsorben melalui fase cair (Setianingsih, 2018).

5) Porositas adsorben

Jumlah pori, bentuk pori dan ukuran pori menentukan laju adsorpsi

maupun kapasitas adsorpsi. Pada adsorben bersifat mesopori, proses

adsorpsi cendeerung berlangsung dengan mekanisme kondensasi adsorbat

secara kapiler. Sedangkan pada adsorben mikropori, proses adsorpsi

terjadi karena kesesuaian ukuran molekul yang akan diadsorpsi dalam

pengisian pori tanpa mengalami kondensaasi (Setianingsih, 2018).


6) Karakteristik kimiawi permukaan adsorben

Muatan permukaan adsorben, tingkat keasaman permukaan,

polaritas dan hidrofobisitas sangat ditentukan oleh jenis gugus fungsi

permukaan adsorben. Semua karakteristik kimiawi tersebut mempengaruhi

adsorpsi (Setianingsih, 2018).

C. Pengertian Adsorben

Adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi

berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak tertentu

di dalam partikelnya. Karena pori-porinya biasa kecil maka luas permukaan

dalam mencapai beberapa orde besaran lebih besar dari permukaan luar dan

bisa sampai 2000 m2/gr. Dalam kebanyakan hal komponen yang diadsorpsi

melekat sedemikian kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu

secara menyeluruh dari fluida tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap

komponen lain sehingga memungkinkan adsorbat yang dihasilkan dalam

bentuk terkonsentrasi atau hampir murni (Tandy, E, 2012).

1. Adsorben Tidak Berpori (Non-Porous Sorbent)

Adsorben tidak berpori dapat diperoleh dengan cara presipitasi

deposit kristalin seperti BaSO4 atau penghalusan padatan kristal. Luas

permukaan spesifiknya kecil tidak lebih dari 10 m2 /g dan umumnya antara

0,1 s/d 1 m2/g. Adsorben yang tidak berpori seperti filter karet (rubber

filters) dan karbon hitam bergrafit (graphitized Carbon Black) adalah jenis

adsorben tidak berpori yang telah mengalami perlakuan khusus sehingga

luas permukaannya dapat mencapai ratusan m2/g (Tandy, E, 2012).


2. Adsorben Berpori( Porous Sorbents)

Luas permukaan spesifik dsorben berpori berkisar antara 100 s/d

1000 m2/g. Biasanya digunakan sebagai penyangga katalis, dehidrator, dan

penyeleksi komponen. Adsorben ini umumnya benbentuk granular

(Tandy, E, 2012).

D. Pengertian Adsorpsi Isotermis

Isoterm adsorpsi merupakan fungsi konsentrasi zat terlarut yang

terserap pada padatan terhadap konsentrasi larutan. Persamaan yang dapat

digunakan untuk menjelaskan data percobaan isoterm dikaji oleh Freundlich,

Langmuir, serta Brunauer, Emmet dan Teller (BET). Tipe isoterm adsorpsi

dapat digunakan untuk mempelajari mekanise adsorpsi adsorpsi fase cair-

padat pada umumnya menganut tipe isoterm Freundlich dan Langmuir.

Adsorben yang baik memiliki kapasitas adsorpsi dan presentase penyerapan

yang tinggi. Kapasitas adsorspsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Q = ( Cₒ - Cₒ ) V

Kadar adsorbat yang teradsorpsi oleh adsorben dengan rumus berikut :

Kadar adsorbat yang teradsorpsi (%) = ( Cₒ - Cₒ ) X 100


Cₒ

Keterangan :

Q = Kapasitas adsorpsi (mg/g)

Co = Konsentrasi awal Ni (mg/l)

Ce = Konsentrasi akhir Ni (mg/l)

V = Volume sampel (l)


W = Berat adsorben (gram)

(I dewa, 2014).

E. Pengertian Arang Aktif

Arang Aktif adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang

mengandung karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yng berikatan

secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom

C pada setiap sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak

seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela

di antaranya (Atriyanti, 2013).

Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang masih tertutup oleh

hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Komponen arang ini meliputi

karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur yang mempunyai luas permukaan

dan jumlah pori sangat banyak. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon

grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan. Kemampuan untuk

mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut

atau yang terdispersi dalam cairan. Luas permukaan, dimensi, dan distribusi

karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi.

Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan

menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2 nm), mesopori (diameter 2–50 nm),

dan makropori (diameter >50 nm) (Atriyanti, 2013).

Berdasarkan fungsinya karbon karbon aktif dibedakan menjadi 2

yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon). Jenis arang ini

digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat


pada karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul

gas akan mampu melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa

melewatinya. Karbon aktif jenis ini dapat ditemui pada karbon

tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair (liquid-phase

carbon). Karbon aktif jenis ini digunakan untuk mengadsorpai kotoran

atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori

dari karbon aktif ini adalah makropori yang memungkinkan molekul

berukuran besar untuk masuk. Karbon jenis ini biasanya berasal dari batu

bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi (Atriyanti, 2013).

Aktivasi adalah perubahan fisik berupa peningkatan luas

permukaan karbon aktif dengan penghilangan hidrokarbon. Ada dua

macam aktifasi, yaitu aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi kimia dilakukan

dengan merendam karbon dalam H3PO4, ZnCl2, NH4Cl, dan AlCl3 sedangkan

aktivasi fisika menggunakan gas pengoksidasi seperti udara, uap air atau CO 2

(Atriyanti, 2013).

F. Titrasi Asam Basa

1. Pengertian

Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam

titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan

standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai

asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang

bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga


dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima

proton (basa) (Voesvita, 2013).

Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka kita dapat

menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah

asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat

asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan

istilah alkalimetri (Voesvita, 2013).

Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat

mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik

akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana

akan terjadi perubahan warna dari indicator (Voesvita, 2013).

Titrasi Alkalimetri dengan Larutan Standar Basa NaOH Analit

bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH

naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik

ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan

basa sehingga pH terus meningkat. Juga diperoleh informasi indikator

yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran PH 7 - 10.

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat

dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya.

Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di

dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka

disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang

melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk


titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain

sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa) (Voesvita,

2013).

2. Prinsip Titrasi Asam basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titran

ataupun titrat. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar

larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan

sebaliknya. Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit sampai

mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan

titran tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian

kita mencatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan

tersebut. Dengan menggunakan data volume titrat, volume dan konsentrasi

titran maka kita bisa menghitung kadar titrat (Voesvita, 2013).

Ada beberapa kondisi yang memengaruhi besarnya kapasitas suat

absorben dalam menyerap adsorbat yaitu pH larutan, waktu kontak, berat

adsorben dan suhu. pH larutan akan memengaruhi aktivitas gugus fungsi

adsorben. Variasi waktu kontak perlu dilakukan untuk melihat banyaknya

arang aktif yang dibutuhkan untuk menyerap zat warna secara optimal.

Berat adsorben akan mempengaruhi gugus aktif dari adsorben itu sendiri

sedang suhu akan mempengaruhi daya serap adsorben terhadap adsorbat.

Kapasitas adsorbs menatakan banyaknya adsorbat yang mampu

terakumulasipada permukaan adsorben sehingga ketika proses adsorpsi


berlangsung pada kondisi optimum maka akan diperoleh arang aktif

dengan kapasitas adsorpsi yang maksimum (Apriyanti et al, 2018).


B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Asam Asetat (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 41)

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama Lain : Asam Asetat

RM/BM : CH3COOH/60,05

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam,

tajam.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan

gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan : Sebagai absorbat

3. Asam Klorida (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 53)

Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama Lain : Asam Klorida

RM/BM : HCl/36,46

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika

diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai larutan adsorbat

4. Carbo Adsorben (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 133)

Nama Resmi : CARBO ADSORBEN

Nama Lain : Arang jerap, Arang aktif, Norit.

Pemerian : Serbuk halus, hitam, tidak berbau, bebas dari butiran,

tidak berasa.

Kelarutan : Larut dalam etanol, tidak larut dalam air.

Penyimpanan : Tempat kering dan wadah tertutup

Kegunaan : Absorben (penyerap)

5. Indikator PP (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 675)

Nama Resmi : PENOLPHTALEEIN

Nama Lain : Fenolftalein, Indikator PP

RM/BM : C20H14O4/318,32
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar

larut dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai Larutan indikator

6. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Rumus Struktur : Na – OH

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur;

putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.

Segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Larutan titrasi


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu aluminium foil,

bunsen/kaki tiga/kasa asbes, buret 50 ml, cawan porselin, corong, kertas

saring, labu Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, pipet ukur 5 ml, statif dan

klem, serta stopwatch/timer

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, aquadest (H 2O).

asam asetat (CH3COOH), asam klorida (HCI), indikator fenolftalein, karbon

(C), dan Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N.

B. Cara kerja

Disiapkan alat dan bahan kemudian ambil karbon lalu timbang sebanyak 7

gram. Dipanaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampai membara,

kemudian didinginkan dalam desikator. Masukkan karbon dalam enam buah labu

erlenmeyer dengan berat karbon masing-masing 1 gram. Buatlah larutan asam

asetat dengan konsentrasi 0,15, 0,12, 0,09, 0,06, 0,03 dan 0,015 M dengan

volume masing-masing 100 ml. Larutan ini dibuat dari pengenceran larutan 0,15

N. Satu erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya diisi 100 ml 0,03 M larutan

asam asetat, latutan ini akan dipakai sebagai control atau larutan pembanding.

Ditutup semua labu tersebut menggunakan Aluminium foil dan gojog secara

kontinu selama 30 menit, kemudian diamkan selama 1 jam dalam ruangan gelap
agar terjadi kesetimbangan. Saringlah masing-masing larutan memakai kertas

saring wagner, buang 10 ml pertama dari hasil filtrat untuk menghindarkan

kesalahan akibat senyawa kimia dari kertas saring. Dititrasi 25 ml larutan filtrat

dengan 0,1 N NaOH baku sebanyak 50 ml pada buret dengan indikator PP.

diamati warna larutan titrasi, jika larutan sudah berubah warna menjadi merah

muda/pink, maka proses titrasi telah selesai. Catat hasil volume awal dan volume

akhir titrasi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Bobot
Konsentrasi Bobot Volume Volume CH3COOH
No.
CH3COOH Carbon CH3COOH NaOH yang
Teradsorbsi
1. 0,15 M 1 gram 100 ml 34,6 ml 0,12 g/Mmol
2. 0,12 M 1 gram 100 ml 26,7 ml 0,12 g/Mmol
3. 0,09 M 1 gram 100 ml 20,4 ml 0,06 g/Mmol
4. 0,06 M 1 gram 100 ml 8,3 ml 0,18 g/Mmol
5. 0,03 M 1 gram 100 ml 9,3 ml 0 g/Mmol
6. 0,015 M 1 gram 100 ml 4 ml -0,006 g/Mmol
7. 0,03 M - 100 ml 9,4 ml -

B. Grafik Data

1. Sebelum Adsorbsi

0.2

0.15
y = -0.0249x + 0.166
R² = 0.3948
0.1

0.05
Series1
0 Linear (Series1)
0.15 0.12 0.09 0.06 0.03 0.015

-0.05
2. Sesudah Adsorbsi

0.14

0.12

0.1

0.08 y = -0.0237x + 0.1473


R² = 0.9352
0.06

0.04
Series1
0.02 Linear (Series1)

0
0.15 0.12 0.09 0.06 0.03 0.015

C. Pembahasan

Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap

zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom

atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam.

Adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung

terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak tertentu di dalam

partikelnya.

Arang Aktif adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang

mengandung karbon. Berdasarkan fungsinya karbon karbon aktif dibedakan

menjadi 2 yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon). Jenis arang

ini digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas.

Pada Percobaan adsorbsi isotermis ini bertujuan untuk mengamati peristiwa

adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.


Pada perlakuan pertama, yang dilakukan yaitu menimbang karbon yang akan

digunakan sebanyak 7 gram setalah itu dilakukan pemanasan arang terlebih

dahulu. Pemanasan dihentikan pada saat timbul asap, jaga jangan sampai

membara. Ketika arang dipanaskan, pori-pori pada permukaan arang akan

membuka sehingga nantinya arang menjadi aktif dan dapat digunakan untuk

mengabsorbsi asam asetat secara maksimal.

Pada percobaan ini digunakan konsentrasi larutan asam asetat yang

bervariasi, dimana konsentrasi yang digunakan yaitu 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03;

dan 0,015 m. Dimana digunakan berbagai konsentrasi asam asetat bertujuan

untuk mengetahui kemampuan arang dalam mengabsorbsi larutan asam asetat

dengan berbagai konsentrasi pada temperatur konstan (isoterm).

Pada tabel di atas dapat dilihat larutan yang telah disaring akan dititrasikan

dengan NaOH 0,1% dengan penambahan indicator PP (Fenolftalein) kedalam

larutan titrat yang akan di titrasi dengan dua hingga tiga tetes indicator PP

(Fenolftalein), dapat dilihat pada tabel 1 larutan titrat dengan konsentrasi I yaitu

0,015 m yang dititrasi dengan NaOH berubah warna menjadi pink dengan

volume titrasi 34,6 ml. kemudian dilanjutkan pada konsentrasi II yaitu 0,12 m

yang ditirasi dengan NaOH berubah warna menajdi pink dengan volume titrasi

26,7 ml. pada konsentrasi III yaitu 0,09 m di titrasi dengan NaOH berubah warna

menjadi pink dengan volume titrasi 20,4 ml. kemudia pada konsentrasi IV yaitu

0,15 m yang di titrasi dengan NaOH perubahan warna menjadi pink dengan

volume titrasi 4 ml. pada konsentrasi V yaitu 0,03 m yang dititrasi dengan NaOH

yang dimana perubahan warna menjadi warna pink dengan volume titrasi 9,3 ml.
kemudian pada konsentrasi terakhir yaitu konsentrasi VI 0,06 m yang dititrasikan

dengan NaOH berubah warna menjadi pink dengan volume titrasi 8,3 ml. Larutan

pembanding yang dititrasikan sebanyak 25 ml. Larutan pembanding tersebut di

titrasikan, yang dimana warna yang di hasilkan yaitu warna pink dengan volume

titrasi 9,4 ml.

Adapun faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum ini adalah adanya

ketidaktelitian dari praktikan dalam membedakan sampel sehingga hasil sampel

bisa saja tertukar dan pada proses gojog beberapa sampel tidak digojog dengan

baik (tidak searah jarum jam dan tidak secara kontinu) sehingga bisa saja

mengalami kesalahan pada hasil titrasi.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

semakin rendah konsentrasi adsorbat dalam adsorben maka semakin sedikit

jumlah larutan titrasi yang di gunakan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, dalam percobaan ini variasi

konsentrasi larutan asam asetat yang digunakan, yakni 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03;

dan 0,015 M, variasi konsentrasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

arang dalam mengabsorbsi larutan asam asetat dengan berbagai konsentrasi pada

temperatur konstan (isoterm). Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa semakin rendah konsentrasi adsorbat dalam adsorben maka

semakin sedikit jumlah larutan titrasi yang di gunakan.

B. Saran

1. Laboratorium

Sebaiknya fasilitas baik alat maupun bahan di dalam laboratorium bisa

lebih dilengkapi agar mempermudah dalam melakukan praktikum.

2. Asisten

Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikan saat praktikum agar

meminimalisir kesalahan – kesalahan yang dapat terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, H., I Nyoman Candra, Elvinawati. 2018. Karakterisasi Isoterem


Adsorpsi Dari Ion Logam Besi (Fe) Pada Tanah Di Kota Bengkulu,
Alotrop, 2018: 2 (1): 14-19.

Atriyanti, Tri Agus. 2013. Adsorpsi Multikomponen (Ion Cu (II), Metilen Biru
Dan Kristal Violet) Pada Adsorben Hibrida Alga Nannocholporsis sp.
Silika-Magnet (Fe3O4). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Azizah. 2013. Adsorpsi Fenol Menggunakan Adsorben Karbon Aktif dengan


Metode Kolom. JKK. Volume 4(1). Halaman 17-21.

Cartika, Harpolia. 2016. Kimia Farmasi. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.

Fatimah, Is. 2017. Kimia Fisika. Deepublish : Yogyakarta.

I Dewa Gede Dwi Prabhasastra Kusuma. 2014. Soterm Adsorpsi Cu2+ Oleh
Biomassa Rumput Lauteucheuma Spinosum. Universitas Pendidikan
ganesha singaraja : Indonesia.

Setianingsih Tutik. 2018. Karakterisasi Poru dan Luas Muka Padatan. Malang:
UB Press.

Shofa. 2012. Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Baku Ampas Tebu dengan
Aktivasi Kalium Hidroksida. Skripsi Fakultas Teknik Kimia Universitas
Indonesia : Depok.

Susanti, Nora. 2016. Ilmu Kefarmasian. KEMENDIKBUD : Yogyakarta.

Tandy, E. 2012. Kemampuan Adsorben Limbah Lateks Karet Alam Terhadap


Minyak Pelumas Dalam Air. Jurnal Teknik Kimia USU. Volume 1 No. 2.
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik : USU.

Voesyita.2013.Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Biji Kelor


(Moringa oleifera. Lamk) dengan NaCl sebagai Bahan Pengaktif.
Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Widy.2013. Pembuatan Arang Aktif Dari Batang Jagung Penjerapan Ion


Tembaga (II). Mataram: FMIPA Universitas Mataram.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang carbon berlebih (7 g)

Dipanaskan carbon di atas bunsen hingga carbon jadi aktif


(jangan sampai carbon membara)

Diamkan carbon aktif dalam desikator hingga dingin

Siapkan 7 erlenmeyer

Masukkan karbon yang telah di timbang di 6 erlenmeyer

Sisa erlenmeyer lainnya diisi dengan asam asetat tanpa carbon

Digojok selama 30 menit

Diamkan hingga 1 jam

Filtrasi dengan kertas saring

Buang 10 ml pertama

Ambil 25 ml dan masukkan ke dalam erlenmeyer

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

Tetesi dengan Indikator PP


Amati perubahan warna dan volume titrasinya
B. Perhitungan

Rumus :

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

Ket :

X : Massa CH3COOH yang teradsorbsi

C : Konsentrasi asam asetat (CH3COOH)

BM : Berat Molekul Asam asetat

V : Volume awal CH3COOH

1. Konsentrasi CH3COOH : 0,15 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 34,6 ml X 0,1 N


34,6 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑁
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,13 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,15 M – 0,13 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0,12 g/Mmol
2. Konsentrasi CH3COOH : 0,12 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 26,7 ml X 0,1 M


26,7 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,10 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,12 M – 0,10 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0,12 g/Mmol

3. Konsentrasi CH3COOH : 0,09 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 20,4 ml X 0,1 M


20,4 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,08 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,09 M – 0,08 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0,06 g/Mmol
4. Konsentrasi CH3COOH : 0,06 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 8,3 ml X 0,1 M


8,3 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,03 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,06 M – 0,03 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0,18 g/Mmol

5. Konsentrasi CH3COOH : 0,03 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 9,3 ml X 0,1 M


9,3 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,03 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,03 M – 0,03 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0 g/Mmol
6. Konsentrasi CH3COOH : 0,015 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 4 ml X 0,1 M
4 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,016 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,015 M – 0,016 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = - 0,006 g/Mmol
C. Dokumentasi Praktikum

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Pengambilan Karbon Ket : Penimbangan Karbon

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Pengaktifan Karbon Ket : Didinginkan dalam desikator

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Penimbangan Karbon 1 g Ket :Dimasukkan Karbon ke Erlenmeyer


LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Dimasukkan Asam Asetat Ket : Proses gojog selama 30 menit

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Didiamkan 1 jam Ket : Proses Filtrasi

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : penambahan indikator PP Ket : Proses titrasi dengan NaOH 0,1 N


LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Hasil Titrasi Ket : Pencatatan volume akhir titrasi

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Hasil Titrasi keseluruhan Ket : hasil pencatatan data


D. Foto Kehadiran Zoom

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Elsa A Nama : Ismail Anwar


Nim : D1B120171 Nim : D1B120214

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Novita Chreis Nama : Reni Hasan


Nim : D1B120231 Nim : D1B120237

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Afifah Anjani Nama : Yesiana Barek Welan


Nim : D1B120198 Nim : D1B120162

Anda mungkin juga menyukai