Anda di halaman 1dari 14

“INTERAKSI HEREDITAS DAN LINGKUNGAN

TERHADAP PENYAKIT”

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu Patologi merupakan dasar dari ilmu kedokteran yang mempelajari

penyakit atau studi tentang reaksi system biologi terhadap sesuatu yang

menyebabkan kelukaan atau gangguan pada organ tubuh.

Dimana penyakit merupakan suatu kondisi dimana tubuh kita sedang

mengalami kondisi yang tidak normal atau dapat kita katakana bahwa kondisi

dimana salah satu atau bahkan lebih dari organ tubuh kita baik eksternal

maupun internal mengalami suatu gangguan yang dapat menyebabkan

timbulnya rasa sakit atau nyeri pada bagian tertentu yang tentu saja dapat

mengancam kesehatan bahkan nyawa kita sekalipun.

Hereditas adalah istilah yang menunjukan pewarisan sifat biologis dari

induk ke keturunannya melalui DNA.

Sebagaimana kita ketahui penyakit pada dasarnya merupakan outcome

dari hubungan interaktif antara manusia dengan perilaku/kebiasaan dan

dengan komponen lingkungan dilain pihak. Berbagai komponen lingkungan

diketahui merupakan faktor risiko timbulnya penyakit. Terdapat empat factor

utama yang menentukan derajat kesehatan masyarakat yaitu, lingkungan yang

memegang andil paling besar, kemudian perilaku, layanan kesehatan dan

hereditas atau keturunan yang memiliki andil paling kecil terhadap stats

kesehatan (Pitriani dan Sanjaya, 2020).

1
Berdasarkan uraian diatas, suatu penyakit dapat timbul ataupun muncul

berdasarkan hereditas atau DNA suatu individu, tidak hanya itu bahkan

lingkungan pun dapat memicu munculnya suatu penyakit. Oleh karena itu,

penulis akan membahas seperti apa penyakit hereditas atau penyakit yang

diturunkan melalui genetik.

I.2. Rumusan Masalah

Berdarakan latar belakang diatas, adapun permasalahan yang akan kita

bahas dalam tulisan ini yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit genetik ?

2. Bagaimana uji diagnostik pemeriksaan penapisan fenotipe ?

3. Bagaimana uji diagnostik pengambilan sampel sel janin ?

4. Bagaimana uji diagnostik analisis genetik molekuler ?

I.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penuliasan paper ini yaitu :

1. Untuk mengetahui tentang penyakit genetik

2. Untuk mengetahui tentang uji diagnostik pemeriksaan penapisan fenotipe

3. Untuk mengetahui tentang uji diagnostik pengambilan sampel sel janin

4. Untuk mengetahui tentang uji diagnostik analisis genetik molekuler

2
II. KAJIAN PUSTAKA

II.1. Penyakit Genetik

A. Pengertian Gen/genetik

Gen merupakan unit terkecil materi genetik. Gen terdapat dalam

setiap lokus yang khas pada kromosom. Gen adalah substansi genetik

terkecil yang terdiri atas sepenggal DNA yang menentukan sifat

individu melalui pembentukan polipeptida. Jadi, gen berperan penting

dalam mengontrol sifat-sifat individu yang diturunkan (Ramlawati,

dkk. 2017).

Setiap gen pada organisme mengendalikan produksi suatu enzim

khusus. Enzim-enzim itu akan melakukan semua kegiatan metabolism

organisme tersebut sehingga mengakibatkan perkembangan suatu

struktur dan fisiologi yang khas, yaitu fenotipe organisme tersebut.

Gen memiliki beberapa fungsi, antara lain (Ramlawati, dkk. 2017) :

1. Sebagai zarah tersendiri yang ada pada kromosom. Zarah adalah

zat terkecil dan tidak dapat dibagi-bagi lagi.

2. Menyampaikan informasi genetik dari induk kepada

keturunannya.

3. Mengatur proses metabolisme dan perkembangan.

B. Definisi penyakit genetik

Penyakit genetik merupakan penyakit yang muncul karena tidak

berfungsinya faktor – faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi

fisiologi tubuh manusia (Endang W, dkk. 2004).

3
Kelainan genetik adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh

kelainan satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotip

klinis (Zuhaida dan Tjahjani, 2013).

Kelainan genetik merupakan penyebab penyakit yang lazim,

kecacatan dan kematian pada bayi dan anak (Nelson, dkk. 2000).

Kebanyakan penyakit warisan menunjukkan beberapa

keanekaragaman dalam perwujudannya yang dapat disebabkan oleh

genetik maupun nongenetik. Penyakit degeneratif dan kelainan

metabolik merupakan penyakit bawaan yang sekarang makin banyak

dijumpai di sekitar kita. Hal ini karena perubahan gaya hidup dan

komposisi zat gizi dalam makanan dari karbohidrat yang dominan

menjadi lemak tinggi. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

menunjukkan penderita penyakit kardiovaskuler dari tahun ke tahun

semakin meningkat yaitu tahun 1986, 1992 dan 1995 sebesar 9,7%;

16,4 %; dan 24,5 %. Bahkan pada tahun 1995 penyakit kardiovaskuler

ini menjadi penyebab kematian tertinggi. Penyakit tersebut timbul

karena berbagai resiko, seperti kebiasaan merokok, hipertensi,

dislipidemia, DM, usia lanjut dan riwayat keluarga (Nurkhasanah, dkk.

2011).

C. Penyebab Kelainan Genetik

Kelainan dan penyakit genetik pada manusia disebabkan oleh

mutasi gen. mutasi gen merupakan perubahan susunan gen yang

umumnya tidak sempurna atau cacat. Oleh karena itu alel mutan

4
bersifat resesif, sedangkan alel normalnya dominan (Endang W, dkk.

2004).

Kelainan genetik dapat disebabkan oleh kelainan kromosom

maupun mutasi gen dominan maupun gen resesif pada autosom maupun

kromosom seks. Kelainan kromosom dapat berupa kelainan jumlah

maupun struktur, seperti sindrom Down atau trisomi 21sindrom Patau

atau trisomi 13, sindrom tangis kucing atau sindrom de Groucy.

Beberapa kelainan dapat juga dipengaruhi oleh faktor genetik seperti

asma, hipertensi, schizophrenia, obesitas , dan penyakit Parkinson

(Purwaningsih, dkk. 2011).

Jenis – jenis kelainan biokimia yang telah diidentifikasi sebagai

penyebab penyakit genetik meliputi (Nelson, dkk. 2000) :

1. Subtitusi asam amino tunggal atau sintesis sisa ekstra asam amino

dalam protein

2. Tidak ada aktivitas enzim yang normalnya terletak pada lisosom,

mitokondria atau ruang ektraseluler

3. Tidak adanya produksi protein spesifik atau kompleks protein-gula

4. Biosintesis yang tidak sempurna

D. Jenis Kelainan dan Penyakit Genetik

Jenis kelainan dan penyakit genetik pada manusia dapat

digolongkan berdasarkan penyebabnya, yaitu :

5
1. Pewarisan Alel Resesif Autosomal

Contoh penyakitnya yaitu, albino, anemia sel sabit,

talasemia, fibrosis sistik, galaktosemia, Xeroderma pigmentosum.

2. Pewarisan Alel dominan Autosomal

Contoh penyakit atau kelainannya yaitu, akondroplasia,

brakidaktili, Huntington, Sindrom Marfan, Sindrom Achoo, dll.

3. Alel Resesif tertaut kromosom kelamin X

4. Adanya abrasi jumlah dan struktur kromosom

II.2. Uji Diagnostik Pemeriksaan Penapisan Fenotipe

Fenotipe adalah bentuk luar atau bagaimana kenyataannya karakter

yang dikandung oleh suatu individu atau fenotipe adalah setiap karakteritik

yang dapat diukur atau sifat nyata yang dipunyai oleh organisme. Fenotipe

merupakan hasil dari interaksi antara genotype dan lingkungan serta

merupakan bentuk luar atau sifat – sifat yang tampak.

Identifikasi berdasarkan fenotip yang merupakan hasil ekspresi gen,

bukan merupakan sifat stabil karena dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan.

II.3. Uji Diagnostik Pengambilan Sampel Sel Janin

Tindakan pengambilan sampel cairan ketuban (likuor amnii) disebut

dengan amniosentesis. Amniosentesis adalah tindakan pengambilan sampel

cairan ketuban untuk diagnosis antenatal abnormalitas kromosom dan

abnormalitas biokimia lewat pemeriksaan sel – sel janin yang terlepas serta

cairan ketuban itu sendiri. Amninosentesis biasanya dikerjakan setelah

kehamilan 16 minggu sehingga cairan yang di aspirasi tidak akan mengubah

6
volume rongga uterus secara bermakna, yang dapat menimbulkan kontraksi

uterus (Fatmawati dan syaiful, 2019).

Amniosentesis merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan sampel dari cairan amnion pada masa kehamilan.

Amniosentesis juga merupakan suatu tes yang dilakukan untuk menilai

apakah janin yang dikandungnya memiliki kelainan kromosom seperti

sindrom down, sindrom Edward, dan sindrom Patau tetapi bukan hanya itu

saja, pemeriksaan ini juga dapat menganalisa permasalahan lain selama di

dalam kandungan (Damianus, 2020).

Indikasi untuk melakukan amniocentesis terbagi menjadi beberapa

hal, antara lain : analisis kromosom (usia maternal lanjut >35 tahun, hasil

penanda biokimia abnormal pada trimester 1 atau 2, temuan ultrasonografi,

Riwayat kelainan kromosom pada kehamilan sebelumnya), analisis DNA

(pemeriksaan genetic, kelainan endokrin), suspek anemia fetus (sensitisasi

rhesus, hydrops fetalis), infeksi fetus (Pemeriksaan PCR untuk CMV,

parvovirus, toksoplasma), menilai maturitas paru, chorioamnionitis,

biokimia, cholestasis obstetric, terapi fetus (Damianus, 2020).

A. Prosedur Amniosentesis

Amniosentesis adalah teknik untuk mengambil cairan amnion dari

rongga rahim menggunakan jarum, melalui pendekatan transabdominal

dan di bawah bimbingan USG terus menerus, untuk mendapatkan

sampel sel eksfoliasi janin, transudat, urin atau sekresi (Damianus,

2020).

7
Prosedur ini memiliki risiko kehilangan janin sekitar 0,5%

(kisaran, 0,06-1%) ketika dilakukan pada trimester kedua, setelah

membran amniotik menyatu dengan chorion; ada juga risiko kebocoran

cairan ketuban (sekitar 0,3% kasus) dan komplikasi langka lainnya,

seperti perdarahan plasenta, infeksi intra-amniotik, hematoma dinding

perut, dan lesi pada janin (Damianus, 2020).

Penggunaan amniosentesis cukup banyak, termasuk penentuan

kelainan kromosom, kematangan paru-paru, dan infeksi. Komplikasi

umum dari amniosentesis adalah kehilangan kehamilan, tetapi

komplikasi yang jarang juga harus dipertimbangkan. Amniosentesis

adalah prosedur terkenal yang dilakukan selama kehamilan untuk tujuan

diagnostik dan terapeutik (Damianus, 2020).

B. Analisis Cairan Amnion dan Interpretasinya

Kelaninan kongenital terjadi sebagai akibat dari masalah genetik

yang disebabkan oleh mutasi pada satu atau lebih gen, kromosom

aneuploidi atau faktor lingkungan selama periode kehamilan. Gangguan

sitogenetik terjadi pada sekitar 2% kehamilan pada wanita yang berusia

lebih dari 35 tahun, dengan prevalensi 1% kelahiran hidup dan 6%

kelahiran mati. Di India, hampir setengah juta bayi dilahirkan setiap

tahun dengan malformasi; angka untuk sindrom Down (trisomi 21)

adalah 21.000 atau 1/1150 kelahiran. Selain itu, pada kehamilan dengan

malformasi yang terdeteksi dengan ultrasonografi, insidensinya jauh

lebih tinggi dan bervariasi dari 17% menjadi 27%. Penyebab paling

8
umum dari aborsi spontan adalah ketidakseimbangan kromosom

numerik (aneuploidies), khususnya kromosom 13, 14, 15, 16, 18, 21, 22,

dan X. Aneuploidi dari lima kromosom tertentu (13, 18, 21, X, Y)

menyumbang 95% dari penyimpangan kromosom yang menyebabkan

bayi terlahir dengan cacat bawaan. Oleh karena itu, sangat penting

dalam diagnosa prenatal untuk menganalisis kelainan kromosom dengan

memanfaatkan prosedur seperti amniosentesis dan chorionic villus

sampling (CVS) untuk deteksi dini kemungkinan cacat lahir, terutama

pada kehamilan berisiko tinggi (Damianus, 2020).

Interpretasi analisis prenatal adalah salah satu area paling

kompleks dalam pengujian genetik. Dokter menggunakan metode

invasif yang dapat meningkatkan risiko keguguran, untuk mendapatkan

sampel chorionic villus (CVS) atau cairan ketuban (AF) untuk analisis

molekuler, sitogenetik, atau biokimiawi (Damianus, 2020).

II.4. Uji Diagnostik Analisis Genetik Molekuler

Kemampuan mendiagnosis adanya penyakit keturunan tertentu pada

manusia pada analisis molekuler membuka kemungkinan untuk seseorang

apakah individu tersebut atau anaknya berisiko membawa penyakit genetik

(Darmawati dan Nurhayati, 2017).

Analisis DNA dapat digunakan untuk identifikasi pembawa penyakit

keturunan, untuk diagnosis prenatal kelainan genetik dan untuk diagnosis

awal sebelum muncul gejala klinis. Analisis DNA dapat menentukan adanya

mutasi genetik tertentu. Sebelumnya tes genetik umumnya berdasarkan

9
analisis biokimia yang mengukur apakah ada atau tidak ada suatu enzim

atau produknya. Analisis DNA berdasarkan pada adanya gen termutasi.

Oleh karena itu dikembangkan uji penapisan untuk suatu penyakit genetik.

Uji diagnostik analisis genetik molekuler dapat dilakukan dengan

beberapa cara antara lain:

1. Hibridisasi dengan probe asam nukleat

2. Polymerase chain reaction (PCR)

3. Restriction fragment length polymorphism (RFLP)

4. Sekuensing asam nukleat.

Penyakit genetik yang sudah dapat dideteksi menggunakan teknik PCR

di antaranya (Darmawati dan Nurhayati, 2017) :

1. Sickle cell anemia (Sel Sabit)

Sickle cell anemia (Sel Sabit) merupakan penyakit genetik yang

dapat dilihat dengan adanya bentuk sel darah merah yang pipih panjang

seperti bulan sabit. Pada waktu dulu penyakit ini berakibat vatal karena

adanya infeksi , kegagalan ginjal, kegagalan jantung, atau thrombosis.

Sel darah merah dalam bentuk ini mudah terperangkap dalam pembuluh

darah yang kecil yang menyebabkan gangguan sirkulasi, dan

menyebabkan kerusakan organ tersebut. Sel darah tersebut juga mudah

pecah daripada sel yang normal. Sel tersebut mempunyai waktu hidup

lebih pendek sehingga dapat menyebabkan anemia.

Penyakit anemia sel sabit diturunkan secara genetik. Pasien dengan

anemia sel sabit homozigot untuk gen abnormal yang terletak pada

10
kromosom autosomal. Anak yang menerima gen abnormal dari salah

satu orang tuanya dan menerima gen normal dari orang tuanya akan

menjadi pembawa anemia sel sabit. Anak yang heterozigot tersebut

biasanya tidak menunjukkan gejala.

Sel darah penderita anemia sel sabit akan tampak di bawah

mikroskop bentuk yang iregular apabila dalam konsentrasi oksigen

rendah. Perubahan bentuk ini disebabkan oleh perubahan satu nukleotida

pada kodon ke-6 dari rantai β. Hemoglobin dalam sel itu cacat. Deoksi

Hb penderita dinamakan hemoglobin S (HbS), sedangkan Hb normal

dinamakan Hemoglobin A (HbA). Pada individu homozigot S/S

(penderita) bentuk sel darah merah tidak teratur. Hal tersebut disebabkan

oleh konformasi hemoglobin terganggu oleh perubahan glutamate

menjadi valin. Anemia sel sabit ini disebabkan ketidakmampuan

hemoglobin mutan untuk membawa oksigen yang dibutuhkan. Individu

heterozigot (A/S) mempunyai bentuk sel darah merah yang normal dan

tidak menunjukkan gejala, kecuali terdapat pada kondisi yang ekstrem

seperti hidup pada daerah tinggi, suhu ekstrem sehingga pemberian

oksigen menurun. Jika kedua orangtuanya heterozigot maka 25%

anaknya, adalah penderita (S/S).

2. Ovalositosis

Ovalositosis merupakan sifat bawaan yang diturunkan secara

dominan autosomal dengan sel darah merah berbentuk oval. Dasar

molekular ovalositosis adalah perubahan protein band-3 eritrosit karena

11
adanya delesi 27 pasang basa, denagn akibat tidak ada 9 residu asam

amino (400-408) pada batas antara bagian sitoplasmik dan membrane.

3. Peramalan Hemofilia A

Hemofilia adalah suatu penyakit yang terkait dengan kromosom X

dan disebabkan oleh kerusakan faktor koagulasi VIII, yaitu suatu protein

yang berfungsi sebagai kofaktor dalam koagulasi darah. Kerusakan pada

faktor koagulasi tersebut disebabkan adanya mutasi yang bermacam-

macam yang belum diketahui secara pasti. Untuk meramalkan penyakit

ini berdasarkan analisis pembawanya atau diagnosis sebelum kelahiran

dapat dilakukan dengan polimorfisme DNA di dalam dan dekat dengan

gen faktor VIII.

12
III. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian pustaka pada Bab II, dapat disimpulkan bahwa Gen

merupakan unit terkecil materi genetik. Gen terdapat dalam setiap lokus yang

khas pada kromosom. Gen berperan penting dalam mengontrol sifat-sifat individu

yang diturunkan.

Penyakit genetik merupakan penyakit yang muncul karena tidak

berfungsinya faktor – faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi

tubuh manusia. Kelainan dan penyakit genetik pada manusia disebabkan oleh

mutasi gen. mutasi gen merupakan perubahan susunan gen yang umumnya tidak

sempurna atau cacat.

Untuk mengetahui seseorang mengalami kelainan genetik dapat dilakukan

pengujian atau uji diagnosa. Pada uji diagnostik pemeriksaan penapisan fenotipe

dilakukan Identifikasi berdasarkan fenotip yang merupakan hasil ekspresi gen.

Untuk Uji diagnosa dengan pengambilan sel janin merupakan suatu tes yang

dilakukan untuk menilai apakah janin yang dikandungnya memiliki kelainan

kromosom seperti sindrom down, sindrom Edward, dan sindrom Patau. Dan yang

terakhir yaitu Uji diagnosa analisis genetik molekuler, pengujian ini memiliki

tujuan yang sama dengan kedua pengujian sebelumnya yaitu untuk mendeteksi

kelainan genetik tau penyakit genetik pada seorang individu, namun pada

pengujian ini menggunakan teknik PCR.

13
DAFTAR PUSTAKA

Damianus. 2020. Amniosentesis dan Implikasinya. Journal of Medicine

Darmawati dan Nurhayati. 2017. Biologi Sel dan Molekuler. Kememterian


Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Endang. W, dkk. 2004. Biologi. ESIS : Jakarta

Fatmawati, Lilis dan Syaiful, Yuanita. 2019. Asuhan Keperawatan Kehamilan.


CV. Jakad Publishing : Surabaya.

Nelson, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta.

Nurkhasanah, Latifah, dkk. 2011. Pola Pewarisan Penyakit Hipertensi dalam


Keluarga Sebagai Sumber Belajar Genetika. Fakultas MIPA, Universitas
Yogyakarta : Yogyakarta.

Purwaningsih, Endang, dkk. 2011. Presentase Distribusi Penyakit genetic dan


Penyakit yang Dapat Disebabkan Oleh Faktor Genetik di RSUD Serang.
Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2011 Vol,3, No,2

Pitriani dan Sanjaya, Kiki. 2020. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan. CV. Nas
Media Pustaka : Makassar.

Ramlawati, dkk. 2017. Pewarisan Sifat Makhluk Hidup. Kementrian Pendidikan


dan Kebudayaan.

Suyanto. 2016. Patologi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta


Selatan.

Zihaida dan Tjahjani. 2013. Kelainan Genetik Klasik : Tinjauan Penciptaan


Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an. Mudarrisa : Jurnal kajian
Pendidikan islam, Volume 5, No.2, Desember 2013 : 222 – 250.

14

Anda mungkin juga menyukai