OLEH:
dr. Winda Nirmala Sari
PEMBIMBING
dr. Widodo Mardi Santoso Sp.S
SMF/LABORATORIUM NEUROLOGI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1
Kemajuan dalam bidang biokimia dan genetika molekuler mengarah kepada
penemuan seperti sejumlah besar penyakit metabolik sistem saraf yang sulit untuk
diingat nama-namanya. Dengan dijelaskannya penyebab dan mekanisme penyakit
tersebut pada bab ini dalam bentuk genetika molekuler, maka cara pengenalan
tampaknya tepat, untuk secara singkat mempertimbangkan beberapa fakta dasar
yang berkaitan dengan genetika penyakit saraf. Pembaca dipaparkan basis data
yang terus diperbarui, yakni dalam Online Mendelian Inheritance In Man
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/omim), hingga dalam tulisan empat jilid oleh Scriver
dkk. yang masih berfungsi sangat baik sebagai sumber pengetahuan, ulasan umum
terbaru oleh Feero dkk., dan tentang genetika mitokondria oleh Koopman dkk.
Otak lebih sering dipengaruhi oleh kelainan genetik dibandingkan organ
lainnya, mungkin karena besarnya jumlah gen yang terlibat dalam perkembangan
otak (diperkirakan sepertiga dari genom manusia).Sekitar sepertiga dari semua
penyakit keturunan merupakan penyakit neurologis dalam beberapa hal; jika
ditambahkan penyakit keturunan yang mempengaruhi otot, tulang, mata, dan telinga,
jumlahnya meningkat menjadi 80 sampai 90%. Sekitar 7% penyakit pada anak-anak
yang dirawat di rumah sakit diperkirakan disebabkan oleh defek gen tunggal dan
0,4- 2,5% disebabkan kelainan kromosom. 22- 31% lainnya memiliki penyakit akibat
polimorfisme, yang sebagian besar belum ditentukan. Mutasi herediter mitokondria
jauh lebih jarang terjadi tetapi menimbulkan beberapa penyakit khas.
Meskipun hanya sebagian kecil dari penyakit herediter diidentifikasi sebagai
enzimopati, kelompok ini mewakili terjemahan langsung dari gangguan Mendel pada
defek primer dalam protein. Ia hanya sepertiga dari seluruh gangguan resesif yang
diketahui (gangguan autosom dan X-linked). Sebagian besar enzimopati muncul
pada masa bayi dan anak-anak; hanya beberapa yang muncul pada akhir masa
remaja atau usia dewasa. Banyak yang merusak sistem saraf begitu parah hingga
mengakibatkan kelangsungan hidup masa dewasa dan reproduksi tidak
memungkinkan, dan beberapa menyebabkan kematian dalam rahim. Sebagai
sebuah kelompok, penyakit-penyakit tersebut bersamaan dengan kelainan
kongenital (lihat Bab 38), cedera lahir, epilepsi, ketidakharmonisan perkembangan,
dan gangguan belajar (lihat Bab 28) menjadi sekumpulan masalah klinis yangharus
dihadapi neurolog pediatrik.
2
POLA DARI PENYIMPANGAN GENETIK DAN KETURUNAN
Penyakit-penyakit yang dikelompokkan dalam bab ini, dan banyak di bab
selanjutnya, mewakili empat kategori tertentu untuk kelainan genetik:(1) gangguan
monogenik ditentukan mutasi tunggal yang mengikuti pola herediter Mendel. Mutasi
ini dapat berupa pasangan berbasis tunggal (mutasi titik), insersi atau delesi
nukleotida, atau penyusunan ulang strukturaldari rangkaian DNA, seperti translokasi
atau inversi; karena yang paling penting dari hal ini melibatkan bagian pengkode
(eksonik) dari DNA, mereka cenderung mengganggu struktur dan fungsi enzim atau
protein struktural seluler. Sebagian besar penyakit yang dibahas dalam bab ini
adalah penyakit jenis ini; (2) jenis mutasi monogenik ditandai dengan duplikasi atau
delesi dari gen atau bagian dari kromosom, yang disebut copy number variation
(variasi jumlah salinan atau CNV);ia mewakili beberapa proporsi heritabilitas
penyakit umum; (3) polimorfisme nukleotida tunggal, yang merupakan variasi dari
rangkaian gen paling umum, "wild type" dan secara konvensi hadir dengan frekuensi
lebih besar dari 1 % di populasi; hal ini berperan dalam asal-usul penyakit tetapi
tidak selalu mengakibatkan penyimpangan somatik atau alternatif, mereka
berinteraksi dengan faktor lingkungan eksogen; dan(4) mutasi gen mitokondria yang
diturunkan dalam pola non-mendel, terutama pola turunan maternal.
7
2. Episode non-kejang berulang pada gangguan kesadaran atau kejang yang
hebat pada bayi atau anak usia dini atau kejang infantil dan kejang mioklonik
progresif tanpa adanya hipoksia-iskemia neonatal
3. Beberapa kombinasi dari kelemahan spastik simetris atau umum yang tidak
dapat dijelaskan, ataksia serebelar, gangguan ekstrapiramidal, tuli, atau
kebutaan
4. Perkembangan penyakit neurologis yang diukur dalambeberapa bulan, atau
tahun
5. Keterlambatan perkembangan pada individu jika tidak ada kelainan somatik
bawaan atau keterlambatan perkembangan pada saudara atau kerabat dekat
Dalam menghadapi informasi klinis seperti di atas, seseorang harus
mendapatkan analisis biokimia yang tepat dari darah, urin,dan cairan serebro-spinal
(CSF); MRI otak; dan pada kasus tertentu, studi genetika.
Selain penyelidikan pada individu dengan gejala, tes genetika dan biokimia
yang tersedia telah membuat praktis dari skrining masal pada bayi yang baru lahir
untuk mendeteksi defek metabolik bawaan. Tes inovatif juga mengarah pada
penemuan sejumlah penyakit yang sebelumnya tidak diketahui dan telah
mengklarifikasi biokimia dasar untuk penemuan sebelumnya. Sebagai
konsekuensinya, peran ahli saraf berubah. Tidak lagi kita harus menunggu sampai
penyakit sistem saraf menampakkan diri dengan tanda dan gejala konvensional,
dimana lesi yang mendasari telah ireversibel. Sekarang memungkinkan untuk
menemukan pasien yang, meskipun tanpa gejala, berisiko dan untuk
memperkenalkan pola makan dan usaha lainnya yang dapat mencegah cedera pada
sistem saraf. Hal ini sangat penting untuk keluarga yang telah memiliki bayi yang
terkena. Untuk memikul tanggung jawab baru ini secara cerdas membutuhkan
pengetahuan tentang genetika, metode skrining biokimia, dan langkah-langkah
kesehatan masyarakat.
Banyaknya variasi gejala klinis pada kesalahan metabolisme herediter sesuai
dengan sifat dasar dari defek biokimia dan tahap pematangan sistem saraf di saat
perubahan metabolik tersebut menjadi jelas. Pada kasus fenilketonuria misalnya,
ada efek spesifik pada white matter serebral, terutama selama periode mielinisasi
aktif; begitu tahapan myelinogenesis lengkap sebagaimana tercantum dalam Bab.
28, kelainan biokimia menjadi relatif tidak berbahaya. Bahkan yang lebih penting dari
sudut pandang ahli saraf adalah tingkat fungsi yang telah dicapai oleh sistem saraf
8
yang berkembang ketika penyakit menyerang. Sebuah kekacauan fungsi dalam
neonatus atau bayi, yang sebagian besar serebrum belum berkembang
sepenuhnya, nampak jauh kurang jelas dibandingkan pada anak yang lebih tua.
Selain itu, seiring dengan berevolusinya penyakit, manifestasi klinis selalu
dipengaruhi oleh pematangan berkelanjutan dari unsur-unsur sistem saraf yang
belum tersentuh. Interaksi ini mungkin memberikan kesan regresi dari fungsi
neurologis yang dicapai, kurangnya kemajuan perkembangan (keterlambatan
perkembangan), atau bahkan perbaikan dalam fungsi yang disebabkan oleh
pematangan berkelanjutan dari bagian normal sistem saraf. Pemisahan genetik-
metabolik dari penyakit degeneratif (dijelaskan dalam bab terpisah) mungkin
membuat resah pembaca, karena ada banyak tumpang tindih antara kedua
kelompok tersebut. Pembagian saat ini dapat dipertahankan hanya sampai waktu
dimana semua penyakit degeneratif telah terbukti memiliki patogenesis yang dapat
dipahami.
Karena pentingnya faktor usia dan kecenderungan proses patologis tertentu
untuk muncul dalam masa tertentu kehidupan seseorang, penulis merasa logis untuk
mengelompokkan penyakit metabolik herediter tidak menurut ekspresi gejala utama
mereka, seperti yang telah dilakukan pada bagian lain buku ini, tetapi dalam
kaitannya dengan periode kehidupan di mana mereka paling mungkin
ditemui:periode neonatal, bayi (1-12 bulan), masa anak-anak dini (1-4 tahun), akhir
masa anak-anak, remaja, dan kehidupan dewasa. Hanya dalam dua periode usia
yang terakhir kita kembali kepengelompokkan gejala penyakit yang lebih berguna
secara klinis.
Dalam mengadopsi subdivisi kronologis ini, kami menyadaribahwa defek
metabolik herediter tertentu yang biasanya paling sering menampakkan diri pada
periode tertentu dalam kehidupan tidakselalu terbatas pada masa itu dan mungkin
muncul, kadang-kadang dalam bentuk varian, pada usia lanjut. Variasi tersebut
dicatat padapoin yang tepat dalam diskusi.
10
5. Mekanisme otak tengah tegmental dan pontine (sebuah modifikasi nistagmus
optokinetik dapat dikenali pada hari ketiga kehidupan) untuk refleks
pergerakan mata
6. Mekanisme mesensefalon-diensefalon untuk kondisi kewaspadaan dan
perhatian (responsivitas stimulus dan kapasitas pemeriksa untuk melakukan
kontak) serta pola tidur-bangun dan pola elektroensefalografik
7. Mekanisme batang otak atas-spinal dengan kemungkinan fasilitasi kortikal
untuk reaksi refleksif tertentu seperti respon terkejut (Moro) dan reaksi
menempatkan kaki dan tangan.
Gangguan dari fungsi-fungsi ini bermanifestasi sebagai gangguan
kewaspadaan dan gairah, hipotonia, gangguan gerakan okuler (osilasi dari mata,
nistagmus, hilangnya deviasi konjugat tonik dari mata dalam menanggapi
rangsangan vestibular, sebagai contoh, untuk rotasi bayi menjadi tegak), kegagalan
untuk makan, tremor, renjatan klonik,kejang tonik, opistotonus, penurunan atau tidak
adanya gerakan ekstremitas, pernapasan ireguler atau kacau, hipotermia atau
poikilotermia, bradikardia, kesulitan peredaran darah,pucat, dan kejang.
Dalam kebanyakan kasus penyakit metabolik neonatal, kehamilan dan
persalinan berlanjut tanpa kecelakaan. Kelahiran aterm merupakan hal yang biasa
terjadi. Ukuran dan berat bayi sesuai perkiraan selama kehamilan, dan tidak ada
tanda-tanda kelainan perkembangan (dalam beberapa kasus bayi agak kecil, dan
pada gangliosidosis Gm1 mungkin ada tampilan pseudo-Hurler; akan dibahas lebih
lanjut). Selanjutnya, fungsi normal dalam beberapa hari pertama kehidupan.
Petunjuk pertama adanya masalah mungkin berupa kesulitan makan: intoleransi
makanan, diare,dan muntah. Bayi menjadi rewel, tidak dapat menambah berat
badan dan tidak dapat berkembang-dimana semua itu mengarah pada
kelainanasam amino, amonia, atau metabolisme asam organik.
Indikasi pasti yang pertama dari gangguan fungsi sistem saraf biasanya
ditunjukkan dengan terjadinya kejang. Biasanya kejang dalam bentuk klonik tanpa
pola atau kontraksi tonik satu sisi tubuh atau kontraksi bilateral independen, henti
napas tiba-tiba, mepergerakan kepala dan mata ke satu sisi, atau kedutan pada
tangandan wajah. Beberapa bentuk kejang dapat menjadi kejang umum. Mereka
terjadi secara tunggal atau dalam kelompok dan pada kasus kelompok, ia terkait
dengan tidak adanya respons,imobilitas, dan henti napas.
11
Kelainan klinis lainnya di ranah motoris, menurut penulis seperti Prechtl dan
Beintema, dapat dibagi secara kasar menjadi tiga kelompok, masing-masing
memiliki semacam sindrom: (1) hiperkinetik-hipertonik,(2) apatis-hipotonik, atau (3)
unilateral atau hemisindromik.Prechtl dan Beintema, dari studi pada lebih dari 1.500
bayi baru lahir, menemukan bahwa jika pemeriksaan klinis secara konsisten
mengungkapkan salah satu dari 3 sindrom, peluangnya adalah 2 dari 3anak pada
tahun ketujuh kehidupannya akan muncul kelainan neurologis. Mereka juga
menemukan bahwa tanda neurologis tertentu(seperti palsy wajah, kurangnya
menggenggam, floppiness berlebihan, dan gangguan mengisap) yang terkadang
merupakan indikasi penyakit serius dari sistem saraf, kurangbisa diandalkan; juga,
karena langka, tanda-tanda ini akan mengidentifikasi tapihanya beberapa bayi
dengan kerusakan otak. Bukan tanda neurologis tunggal namun sekelompok tanda
neurologislah yang dianggap paling dapat diandalkan menunjukkan kelainan otak,
dan 3 sindromyang disebutkan di atas adalah penting, meskipun dasar anatomis dan
fisiologis mereka tidak sepenuhnya diketahui.
Dalam kasus hipokalsemia-hipomagnesemia, sindrom hiperkinetik-hipertonik
berlaku. Meskipun sebagian besarpenyakit lain cenderung menginduksi kondisi
apatis-hipotonik, sindrom hiperaktif-hipertonik dapat menunjukkan tahap awal
penyakit dan selalu membawa prognosis yang tidak terlalu buruk jika dibandingkan
dengan kondisi apatis-hipotonik, yang mewakili kondisi lebih berat terlepas dari
penyebabnya. Kelompok dugaan ketiga dari kelainan unilateral dalam penyakit
metabolik jarang terjadi dan lebih sulit untuk dikenali. Sindrom-sindrom tersebut
sering tumpang tindih dan kejang dapat terjadi pada mereka semua. Korelasi
anatomis untuk beberapa kelainan neurologis dapat diamati dengan MRI. Jelas
terlihat bahwa yang lebih dibutuhkan adalah semiologi neurologis neonatal yang
lebih definitif dengan memanfaatkan berbagai tes stimulus-respon, termasuk yang
dijelaskan oleh Andre Thomas dan Dargassis.
12
dapat dikenali oleh reaksi warna sederhana dalam urin; hal ini tercantum pada Tabel
37-2.
Untuk kelompok ini harus ditambahkan pada sindrom hiper-amonemik
herediter dan vitamin-responsive aminoacidopathy (seperti ketergantungan
piridoksin dan defisiensi biopterin), serta gangguan metabolisme nonfamilial tertentu
yang muncul pada periode neonatal—hipokalsemia, hipotiroidisme dan
kretinisme,hipomagnesemia dengan tetani, dan hipoglikemia.
13
Penting untuk dicatat bahwa tiga penyakit metabolik herediter yang paling —
fenilketonuria (PKU), hiperfenilalaninemia, dan hipotiroidisme kongenital—tidak
muncul secara klinis pada periode neonatal dan oleh karena itu dibahas dalam porsi
selanjutnya di bab inidan di bab 40 (pada pembahasan hipotiroidisme kongenital). Ini
merupakan keberuntungan, yang memungkinkan waktu untuk memperkenalkan
tindakan pencegahan sebelum gejala pertama muncul. Sejumlah gangguan
metabolik lainnya, yang dapat dikenali baik oleh skrining atau tanda-tanda awal,
dirangkum sebagai berikut.
Vitamin-Responsive Aminocidopathies
Termasuk di bawah judul ini adalah sekelompok penyakit yang merespon
bukan terhadap pembatasan diet dari asam amino tertentu tetapi terhadap
suplementasi vitamin tertentu. Beberapa 30 vitamin-responsive aminoacidopathies
dikenali (mereka semua jarang, tetapi yang lebih sering tercantum dalam Tabel 41-
3), dan banyak dari mereka mengakibatkan cederasistem saraf pusat (SSP).
Kejang Bergantung-Piridoksin. Ketergantungan piridoksin adalah contoh
prototipik dari gangguan biokimia genetik bergantung-vitamin, meskipun merupakan
penyakit langka. Ia diturunkan sebagai sifat autosomal resesif dan ditandai dengan
onset awal kejang, kadang-kadang terjadi dalam kandungan; gagal untuk
berkembang; hipertonia-hiperkinesia; sifat lekas marah;gerakan gemetar ( " bayi
gelisah "); kejut pendengaran berlebihan (hiperakusis); dan kemudian, jika tidak
diobati, retardasi psikomotor. Kelainan laboratorium yang spesifik adalah
peningkatan ekskresi asam xanthurenic dalam menanggapi untuk tryptophan load.
Ada penurunan pyridoxal-5-phosphate dan gamma-aminobutyric acid (GABA) di
jaringan otak. Mutasinya adalah pada genALDH7 Al.
Neuropatologi baru dipelajari hanya dalam beberapa kasus. Satu pasien dari
rekan kami R.D. Adams, anak usia 13,5 tahun yang terkena saat periode neonatal,
berada dalam kondisi retardasi mental, dengan cakram optik yang pucat dan kaki
spastik; berat otak 350gram di bawah normal. Terdapat penurunan jumlah white
matter sentral pada hemisfer otak dan deplesi neuron di inti talamik serebelum,
dengan gliosis (Lott dkk.). Yang paling penting,pada defisiensi piridoksin, pemberian
50-100 mg vitamin B6 menekan keadaan kejang, dan dosis harian 40 mg
memungkinan untuk perkembangan normal.
14
Defisiensi Biopterin
Beberapa pasien dengan peningkatan konsentrasi serum fenilalanin pada
periode neonatal tidak responsif terhadap perlakuan untuk menurunkan kadar
fenilalanin. Mereka biasanya ditemukan memiliki cacat dalam metabolisme biopterin.
Jika kondisi ini tidak terdeteksi dan tidak segera diobati, ia menyebabkan kejang
mioklonik dan, kemudian, kejang jenis grand mal, dikombinasikan dengan tingkat
respons yang buruk dan hipotonia umum. Kesulitan menelan merupakan gejala lain
yang menonjol. Dalam beberapa bulan, keterlambatan perkembangan menjadi
gejala yang menonjol. Tidak seperti pada PKU, kadar enzim hidroksilase fenilalanin
normal, tetapi kekurangan tetrahidrobiopterin, yang merupakan kofaktor
darihidroksilase fenilalanin. Pengobatan terdiri dari administrasi tetrahidrobiopterin
dalam dosis 7,5 mg/kg/hari dalam kombinasi dengan diet rendah fenilalanin. Penting
untuk mengenali kondisi ini di awal kehidupan dengan pengukuran pterin urin dan
untuk memberikan terapi yang tepat sebelum cedera otak ireversibel terjadi. Bentuk
onset lambat dengan diurnally fluctuating dystonia juga telah dijelaskan tapi sifatnya
tidak pasti.
Galactosemia
Turunan dari gangguan ini adalah autosomal resesif. Kelainan biokimianya
terdiri dari defek pada galactose-1-phosphate uridyl transferase (GALT), yakni enzim
yang mengkatalisis konversi galactose-1-phosphate untuk uridinediphosphate
galactose. Beberapa bentuk galaktosemia telah digambarkan, berdasarkan tingkat
kelengkapan dari blok metabolik dan beberapa di antaranya disebabkan mutasi
pada gen dari jalur galaktosa lainnya. Dalam bentuk tipikal (parah), onset munculnya
gejala adalah pada hari-hari pertama hidup, setelah menelan susu; muntah dan
diare diikuti oleh gagal tumbuh. Mengantuk, kurangnya perhatian, hipotonia, dan
penurunan kekuatan dari otomatisasi neonatal kemudian menjadi jelas. Mungkin
terdapat tonjolan di fontanela, pembesaran hepar dan lien, kulit menjadi kuning
(lebih dari penyakit kuning neonatal umum), dan anemia berkembang. Dalam jumlah
kecil, ada trombositopenia dengan perdarahan otak. Katarak terbentuk sebagai hasil
dari akumulasi galaktitol di lensa. Studi dari bayi yang bertahan hidup telah
menunjukkan keterlambatan perkembangan psikomotor (IQ sekitar 85), gangguan
penglihatan, osteoporosis, kegagalan ovarium, dan sirosis residual, kadang-kadang
15
dengan splenomegali dan asites. Hal ini tampaknya terjadi bahkan dengan
pengobatan. Namun, tidak diketahui apakah, pada pasien tersebut, pengobatan
selalu terjamin selama periode perkembangan kritis. Pada salah satu pasien, yang
meninggal pada usia 8 tahun, perubahan utama dalam otak adalah sedikit
mikrosefali dengan gliosis fibrosa padawhite matter dan hilangnya beberapa sel-sel
Purkinje dan granuldi serebelum, dan juga gliosis (Crome). Temuan laboratorium
diagnostik adalah peningkatan kadar galaktosa darah, glukosa rendah, galaktosuria,
dan kekurangan Galt dalam sel darah merah dan putih dan sel hepar.
Penatalaksanaan pada dasarnya diet, menggunakan susu pengganti; jika ini
diberikan dini, otak harusnya terlindungi dari cedera.
Sebuah sindrom neurologis onset-lambat juga telah diamati oleh Friedman
dkk. di pasien galaktosemik yang bertahan hidup dari penyakit infantil. Padaakhir
masa remaja, mereka mengalami keterlambatan kognitif; beberapa menunjukkan
ataksia serebelar, distonia, dan apraksia. Satu dari pasien ini berusia separuh baya.
Hiperamonemia Herediter
17
Ini merupakan sekelompok enam penyakit yang disebabkan defisiensi
bawaan enzim dari siklus urea Krebs-Henseleit; mereka ditetapkan sebagai N-acetyl
glutamate synthetase, carbamoylphosphate synthetase (CPS), ornithine
transcarbamylase (OTC),argininosuccinic acid synthetase (citrullinemia), defisiensi
argininosuccinase, dan defisiensi arginase. Hyperornithinemia hyperammonemia
homocitrullinemia (HHH) dan intoleransi protein intrinsik merupakan gangguan yang
memiliki kaitan erat. Mereka diidentifikasi oleh temuan dari peningkatan persisten
atau episodik dari kadar amonia dalam darah. Penjelasan terperinci sindrom
hiperamonemik herediter ini terkandung dalam ulasan oleh Brusilow dan Horwich.
Pola turunan dari masing-masing gangguan ini adalah autosomal resesif
kecuali untuk defisiensi OTC, yang merupakan dominan X-link. Manifestasi klinis
mereka merupakan ekspresi umum akumulasi amonia atau perantara siklus urea di
otak; mereka hanya berbeda tingkat keparahan, sesuai dengan tingkat kelengkapan
dari defisiensi enzimatik dan dengan usia individu yang terkena. Satu pengecualian
adalah defisiensi arginase, yang sering muncul selama masa kanak-kanak akhir
sebagai paraplegia spastik progresif dengan retardasi mental. Secara klinis, nyaman
untuk membagi hiperamonemia menjadi dua kelompok—yakni yang muncul pada
periode neonatal dan yang menjadi jelas dalam beberapa minggu atau bulan
setelahnya. Divisi ini agakartifisial, presentasi klinis yang lebih dalam sifat spektrum
berkelanjutan yang diatur oleh faktor biologis yang disebutkan di atas dan bahkan
meluas hingga kekasus langka yang memiliki gejala pertama mereka saat dewasa.
Dalam bentuk yang paling parah dari gangguan hiperamonemik, bayi tidak
menunjukkan gejala saat lahir dan selama satu atau dua hari pertama kehidupan,
setelah itu mereka menolak disusui, muntah, dan cepat menjadi tidak aktif dan lesu,
segera masuk ke kondisi koma. Keringat berlebihan, kejang fokal atau umum,
rigiditas dengan opistotonus, hipotermia, dan hiperventilasi telah diamati dalam
perjalanan penyakit. Gejala-gejala ini merupakan keadaan darurat medis, tetapi
meski telah dilakukan usaha untuk mengurangi serum amonia, penyakit ini biasanya
tetap berakibat fatal.
Pada bayi yang tidak terlalu sakit, hiperamonemiamuncul beberapa bulan
kemudian, ketika pemberian protein meningkat. Ada gagal tumbuh, dan upaya
untukmemaksakan makan atau selama periode konstipasi (keduanya meningkatkan
produksi amonia di usus) mungkinmengakibatkan serangan muntah, letargi,
iritabilitas berlebihan, danteriakan. Alkalosis respiratorik adalah fitur yang konsisten.
18
Manifestasi lainnya adalah periode berselang hipertonia dan hipotonia, kejang,
ataksia, penglihatan kabur, dan kebingungan, stupor, dan koma. Selama episode
stupor, sering dipicu oleh dehidrasi, beban protein pencernaan, atau operasi kecil,
edema otak dapat dilihat oleh CT dan MRl; dengan kekambuhan berulang, edema
otak memberikan tempat untuk atrofi;yang muncul sebagai area simetris dari
penurunan atenuasi dalam white matter otak. Antara serangan, beberapa pasien
dengan defisiensi parsial mungkin normal atau menunjukkan sedikit
hiperbilirubinemia (DiMagno dkk.; Rowedkk.). Dengan dekompensasi, bilirubin
meningkat, seperti halnya amonia, tetapi tidak mencapai tingkat yang sangat tinggi.
Setelahserangan berulang, tanda-tanda keterlambatan perkembangan
denganretardasi motorik dan mental menjadi jelas, dan pasien rentan terhadap
infeksi berulang. Dua pasien laki-laki dewasa dalam perawatan kami, yang menikah
(tapi dengan azoospermia,yang umum) dan memiliki pekerjaan yang berat, menjadi
perhatian medis karena serangan visual buram diikuti oleh stupor yang berkembang
dalam hitungan jam (Shihdkk., 1999). Mereka telah menunjukkan keengganan untuk
produk protein dansusu saat anak-anak; pada usia dewasa, setelah makan
makanan tinggi protein, mereka menjadi ensefalopatik, dengan pembengkakan otak
yang parah. Ada beberapa perbedaan fenotipik antara hiperamonemia onset-lambat
kecuali argininosuccinicaciduria, di mana kekeringan yang berlebihan dan
kerapuhan darirambut (trichorrhexis nodosa) adalah fitur utama, dengan defisiensi
arginase yang telah disebut dengan diplegia spastik.
Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya hiperamonemia, seringkali
hingga setinggi 1.500 mg/dL. Diagnosis biokimia yang tepat memerlukan pengujian
darah dan urin untukasam amino atau tes untuk enzim tertentu dalam sel darah
merah,hati, atau biopsi jejunum. Hiperamonemia primer harus dibedakan dari
organic acidurias, termasuk methylmalonic aciduria (lihat di atas), di mana
hiperamonemia dapat terjadi sebagai kelainan metabolik sekunder.
Dalam semua penyakit hiperamonemia neonatal, hepar seringkali membesar
dan sel-sel hepar tampaknya tidak memadai dalam fungsi metabolisme mereka,
tetapi bagaimana defisiensi enzimatik atau gangguan lain metabolisme asam amino
mempengaruhi otak masih belum jelas. Harus diasumsikan bahwa pada beberapa
saturasi otak oleh amonia merusak metabolisme oksidatif neuron otak, dan ketika
kadar amonia meningkat (dari konsumsi protein,konstipasi, dll), koma episodik atau
penurunan fungsi otak yang lebih kronis terjadi—seperti halnya di orang dewasa
19
dengan sirosis hati dan ensefalopati portal-sistemik. Dalam kasus-kasus akut yang
fatal, otak bengkak dan edema, dan astrosit secara difusber tambah banyak dan
membesar. Neuron-neuronnya normal. Pembengkakan astrositik telah dikaitkan
dengan akumulasiglutamat sekunder terhadap penekanan glutamat sintetase.
Perubahan ini telah direproduksi pada hewan dengan suntikan amonium klorida.
Ketika hiperamonemia ini dengan onset tiba-tiba dan berat,hasil kombinasi
ensefalopati, pembengkakan otak,dan alkalosis respiratorik mensimulasikan sindrom
Reye (lihat"Reye-Johnson Syndrome" di Bab. 40).
Seperti dalam segala bentuk penyakit hepar, asam valproik dantoksin hepar
lainnya dapat menyebabkan koma hepatikum dengan merusak enzim siklus urea
lebih lanjut. Yang menonjol adalah beberapakasus hiperamonemia herediter yang
muncul dimasa kanak-kanak atau dewasa hanya setelah pemberian salah satu obat
tersebut.
Defisiensi Ornithine Transcarbamylase dan Argininosuccinic Aciduria
Sebagian kasus hadir dalam periode neonatal dengan hiperamonemia tetapi bentuk
yang lebih ringanmungkin muncul di kemudian hari dengan gejala episodik
sepertipingsan episodik, ataksia, dan kejang. Fitur laintelah disebutkan di atas.
Pengobatan Sindrom Hiperamonemia Pengobatan sindrom hiperamonemia
akut diarahkan ke penurunan kadar amonia dengan hemodialisis,transfusi tukar, dan
administrasi arginindan asam organik tertentu. Dengan penurunan gejala yang akut,
manajemen yang sistematis harus dilakukan, sebagaimana digariskan oleh Brusilow
dkk. dan Msall dkk. Sodium benzoate harusdiberikan dalam dosis hingga 250
mg/hari, dilengkapi dengannatrium phenylacetate atau natrium phenylbutyrate,
yang,atas dasar teoritis, dapat mengalihkan nitrogen darisiklus ureagenesis.
Arginine (50 - 150 mg/kg) harus ditambahkan ke dalam makanan, karena defisiensi
zat ini mungkin bertanggung jawab untuk retardasi mental dan ruam kulit. Pada lebih
banyak kasus kronis, pengobatan terdiri dari penurunan beban amonium dengan
menggunakan pembatasan diet protein dan dengan pemberian antibiotik oral dan
laktulosa. Pada bayi dengan kesalahan bawaan dari ureagenesis, ada bahaya
konstanepisode berulang hiperamonemia dan koma, terutama dalam merespons
infeksi. Dalam beberapa contoh, manajemen yang baik dari kesalahan metabolisme
mengakibatkan pengembangan psikomotor normal.
Transplantasi hepar mungkin terbukti menjadi terapi pilihan.
20
Branched-Chain Aminoacidopathies (Penyakit Urin Sirup Maple)
Kondisi ini disebabkan oleh defisiensi α-acid dehidrogenase, berakibat
akumulasi asam amino rantai-bercabang leusin, isoleusin, danvalin dan asam α-keto
rantai-bercabang yang sesuai. Penyakit urin sirup maple dapat diambil sebagai
prototipe. Pola turunan autosomal resesif. Dengan jenis neonatal yang paling berat,
bayi tampak normal saat lahir, tetapi menjelang akhir minggu pertama, susah
makan, hipertonisitas intermiten, opistotonus, dan penyimpangan pernapasan
muncul. Hal ini diikuti oleh berkurangnya otomatisasi neonatal, kejang, ketoasidosis
berat,dan sering koma dan kematian pada usia menjelang akhir minggu kedua
hingga keempat. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab sindrom epilepsi
maligna pada awal masa bayi (Brett). Empat bentuk ringan dari penyakit ini telah
dijelaskan. Dalam kasus yang lebih kronis, kesulitan makan mulai agak kemudian
pada periode infantil awal. Mereka bermanifestasi sebagai infeksi berulang, asidosis
episodik, koma, dan retardasi pertumbuhan dan perkembangan psikomotorik.
Beberapa daripasien ini, menjelang akhir tahun pertama, mungkin menjadi
quadriparetic atau ataxic; atau mungkin hanya ada retardasi mental nonspesifik.
Penyakit ini mendapatkan namanya dari bau sirup maple pada urin anak yang diuji
positifuntuk 2,4-dinitrofenilhidrazin (DNPH).
Temuan laboratorium penting lainnya adalah peningkatan konsentrasi plasma
dan urin dari leusin, isoleusin,valin, dan asam keto. Akumulasi sekunder dari turunan
dari asam α-hidroksibutirat mungkin bertanggungjawab untuk bau sirup maple.
Temuan-temuan neuro-patologis tidak pasti. Dalam kasus akut yang pertama kali
dijelaskan, hanya edema interstitial yang diamati; tetapi pada kasus yang lebih
kronis, pucat dan hilangnya mielin dan gliosis dari bagian white matter otak yang
diselubungi myelin setelah lahir mungkin ditemukan. Hal ini dapat divisualisasikan
dalam CT dan MRI.
Pengobatan dengan pembatasan makanan yang mengandung asam amino
rantai-cabang (leusin, isoleusin, danvalin) memungkinkan perkembangan mental
cukup normal, tetapi hanya jika pembatasan tersebut dimulai pada periode neonatal
dan dipelihara seumur hidup. Sebuah varian responsif-tiamin dengan pola yang
sedikit berbeda dari asam keto dijelaskan oleh Prensky dan Moser memberikan
respon bervariasi terhadap 30-300 mg tiamin. Episode-episode akut, yang
mengancam kehidupan, mungkin memerlukan dialisis peritoneal untuk menghapus
21
metabolit yang diduga toksik; mereka menanggapi pemberian campuran asam
amino glukosa yang bebas dari asam keto rantai cabang.
27
Penyakit Tay-Sachs (gangliosidosis GM 2,Defisiensi Heksosaminidase A,
Mutasi HEXA)
28
Kelainan dasar enzimatik adalah defisiensi beta heksosaminidase A, yang
biasanya membelah N-asetilgalaktosamin dari gangliosida. Hasil daridefisiensi ini,
gangliosida GM2 terakumulasi dineuron kortikal otak, sel-sel Purkinje, sel ganglion
retina, dan, pada tingkat lebih rendah, neuron yang lebih besar dari batang otakdan
sumsum tulang belakang. Defek enzimatik dapat ditemukan dalam serum, sel darah
putih, dan kultur fibroblas dari kulit atau cairan amnion, yang dapat memberikan
orang tua pilihan aborsi untuk mencegah penyakit yang tidak dapat diobatidan fatal.
Pengujian untuk heksosaminidase A juga memungkinkan deteksi dari karier
heterozigot gencacat. Deteksi dari kecacatan enzim ini diperumit olehfakta bahwa
lebih dari 50 mutasi gen HEXA telah diisolasi, koding untuk subunit alfa dari beta
heksosaminidase dan enzim itu sendiri adalah normal dalam satu bentuk defisiensi
enzim pengaktivasi. Untungnya, hanya tiga mutasi yang bertanggungjawab untuk 98
% dari bentuk yang umum pada orang keturunan Yahudi.
Otaknya besar, kadang-kadang dua kali berat otak normal. Selain itu,
terdapat kehilangan neuron dan gliosis reaktif; sisa sel-sel saraf di seluruh SSP
29
terdistensi dengan glikolipid. Biopsi dari mukosa rektal mengungkapkan distensi
glikolipid dari sel-sel ganglion pleksus Auerbach, namun kebutuhan untuk prosedur
ini telah terhindarkan dengan analisis enzim sel darah putih.Di bawah mikroskop
elektron, partikel dari bahan yang tersimpan muncul sebagai badan sitoplasma
membranosa.Sel-sel ganglion retina yang terdistensi dengan bahan yang samadan,
bersamaan dengan lemak penuh histiosit, menyebabkan cincin abu-abu keputihan di
sekitar fovea, di mana tidak ada sel-sel saraf, seperti disebutkan di atas.
Penyakit Tay-Sachs tidak dapat diobati tetapi dapat dicegah dengan menguji
semua individu keturunan Yahudi untuk sifat resesifnya. Ketika skrining telah
dilakukan penyakit tersebut menjadi hampir punah.
Pada penyakit Sandhoff, yang mempengaruhi bayi dari keturunan non
Yahudi, ada defisiensi dari kedua heksosaminidaseA dan B, hepatosplenomegali
sedang, dan granulasi kasar pada histiosit sumsum tulang. Gambaran klinis dan
patologis sama seperti pada penyakit Tay-Sachs kecuali untuk tanda-tanda
tambahan penyimpanan lemak viseral. Kadang-kadang, organ-organ viseral ini tidak
membesar.
Dalam beberapa tahun terakhir banyak varian defisiensi heksosaminidaseA
dan B yang telah diidentifikasi. Mereka berbeda secara klinis dari penyakit Tay-
Sachs dengan memiliki onset lebih lambat, keterlibatan otak yang tidak terlalu
ekstensif (neuron kortikal yang relatif tidak terkena dan afeksi intens dari ganglia
basalis, serta neuron serebelar dan spinal). Dengan demikian, gambaran klinis dari
varian yang muncul di masa kanak-kanak, remaja,dan kehidupan dewasa
mengambil bentuk athetosis, distonia,ataksia, dan paralisis motor neuron; fungsi
mental bisa menjadi normal. Proses ini juga telah ditemukan dalam beberapa kasus
kongenital di mana terdapat penurunan cepat progresif dari bayi mikrosefali.
31
Penyakit Niemann-Pick Infantil ( Defisiensi Sphingomyelinase, Mutasi NPC)
Ia juga merupakan penyakit autosomal resesif. Dua pertiga dari bayi yang
terkena merupakan keturunan orang tua Yahudi Ashkenazi. Timbulnya gejala pada
penyakit tipe Abiasa antara usia 3 dan 9 bulan, seringkali dimulai dengan
pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening dan infiltrasi paru-paru; jarang
ikterus dan asites. Kelainan otak yang pasti pada akhir tahun pertama, dan
seringkali sebelumnya. Manifestasi umum adalah hilangnya gerakan spontan,
kurangnya minat terhadap lingkungan, hipotonia aksial dengan tanda-tanda
kortikospinalis bilateral, kebutaan dan nistagmus amaurotik,dan cherry red spot pada
makula (di sekitar seperempat dari pasien). Kejang dapat terjadi, tetapi relatif
terlambat. Tidak ada respon terkejut yang diinduksi-akustik atau mioklonus,
danukuran kepala normal atau sedikit kecil. Hilangnya refleks tendon dan
perlambatan konduksi saraf perifer telah dicatat tetapi jarang terjadi. Mata menonjol,
hypertelorism ringan, sedikit pigmentasi kekuningan pada mukosa mulut, dan
displasia enamel gigi juga telah dilaporkan tapi jarang terjadi. Kebanyakan pasien
menyerah pada sebuah infeksi intercurrentpada akhir tahun kedua.
Vakuolisasi histiosit ("sel busa") di sumsum tulang dan vakuolisasi limfosit
darah merupakan temuan penting laboratorium. Kekurangan sphingomyelinase di
leukosit, kultur fibroblas, dan hepatosit merupakan fitur diagnostik. Pemeriksaan
patologis mengungkapkan penurunan jumlah neuron; banyak neuron yang tersisa
pucat dan menggelembung dan memiliki sitoplasma granuler. Perubahan neuron
yang paling menonjol terlihat di otak tengah, korda spinalis, dan serebelum. White
matter sedikit terpengaruh.Perubahan sel saraf retina mirip dengan yang diotak.
Histiosit berbusa (sel Niemann-Pick) yang mengisi visera mengandung
sphingomyelin dan kolesterol ;sel-sel saraf terdistensi terutama mengandung
sphingomyelin.
Ada pula bentuk infantil dan juvenilis yang tidak terlalu berat dari penyakit
Niemann-Pick tipe C dan D. Mereka akan dibahas pada bagian selanjutnya dari bab
ini.
34
Dengan berkembangnya penyakit, lebih banyak white matter serebral dan
batang otak terlibat (Gambar. 37-2). Sebuahfitur tambahan dalam banyak kasus
adalah pembesaransaraf optikpre-chiasmatik. Neuropati adalah fitur disebagian
besar kasus, tetapi tanda-tanda klinisnya mungkin sulit dideteksi kecuali untuk
penurunan atau hilangnya refleks tendon; namun,ada bukti denervasi dan
perlambatan kecepatan konduksi saraf motorik dan sensorik, yang mencerminkan
sebuah polineuropati demielinasi (lihat komentar selanjutnya pada kasus onset-
lambat).
Enzim lisosom defisien pada penyakit Krabbe adalah galaktoserebrosidase
(GALC; juga disebut beta-galaktosidasegalaktosilseramid); biasanya mendegradasi
galaktoserebrosid menjadi seramid dan galaktosa. Defisiensinya mengakibatkan
akumulasi galakto serebrosid; metabolit beracun, psychosine, mengarah pada
kehancuran awal oligodendrosit dan menipisnya lipid dalam white matter serebral.
Reaksi sel Globoid, bagaimanapun, menunjukkan bahwa gangguan katabolisme
galaktosilseramid juga penting. Pemeriksaan makroskopis otak menunjukkan
penurunan white matter otak yang bermakna, yang teraba padat dan kenyal. Secara
mikroskopis, ada degenerasi luas myelin, tidak adanya oligodendrosit, dangliosis
35
astrositik di otak, batang otak, korda spinalis, dan saraf. Sel-sel globoid karakteristik
merupakan histiosit yangbesar berisi akumulasi metabolit. Sel Schwann memiliki
inklusi tubuler atau kristaloid di bawah mikroskop elektron.
Sekitar satu lusin varian leukodistrofi sel Globoidtelah dilaporkan, banyak dari
mereka yang memungkinkan kelangsungan hidup selama bertahun-tahun. Dalam
hal ini, regresi neurologis dimulai pada periode usia 2-6 tahun. Kegagalan visual
dengan atrofi optik dan elektroretinogram yang normal adalah temuan awal.
Kemudian ada ataksia, serta kelemahan spastik dari kaki, regresi mental, dan
akhirnya deserebrasi. Pada tiga pasien yang diamati oleh R.D. Adams, kuadriparese
progresif dengan tanda-tanda pseudobulbar ringan, kerusakan progresif perlahan-
lahan dari memori dan fungsimental lainnya, postur distonik lengan, dan kontrol
sfingter terbatas merupakan gambaran klinis. Pasien tersebut masih hidup di usia 9,
12, dan 16 tahun. Kita telah mengamati varian langka lain, yang dimulai pada usia
dewasa,dengan kuadriparese spastik (asimetris) dan atrofi optik. Pemikiran pada
dasarnya normal dan, pada pencitraan,lesi otak terbatas. Tidak seperti penyakit
Krabbe biasanya, kelainan SSP ini ditemani oleh perubahan cairan tulang belakang.
Kecepatan konduksi saraf dalam bentuk onset-lambat bisa normalatau abnormal.
Kolodny dkk. melaporkan 15 kasus yang bahkan onsetnya lebih lambat (usia
4-73 tahun); pes cavus, optik pucat,kuadriparese spastik progresif, sebuah neuropati
sensorimotor demielinasi; dan perubahan white matter parieto-osipital simetris (pada
studi pencitraan) merupakan fitur utama. Tingkat Galaktoserebrosidase tidak
sesedikit seperti dalam bentuk infantil; kemungkinan varian onset-lambat ini
merupakan mutasi struktural dari enzim (lihat Farrelldan Swedberg).
Pada penyakit ini, serta penyakit yang lain yang dijelaskan dalam bab ini,
telah jelas bahwa mutasi yang berbeda tetapi melibatkan enzim atau jalur metabolik
yang sama dapat menghasilkan fenotip yang sangat berbeda dan bahwa ada
berbagai variasi usia dari onset penyakit yang tadiny atelah ditetapkan, sampai
belakangan ini, penyakit terbatas pada bayi dan anak usia dini.
Tatalaksana
Dalam apa yang dapat dianggap sebagai terobosan memungkinkan dalam
pengobatan penyakit metabolik masa kecil, Escolardkk. melaporkan keberhasilan
penggunaan transplantasi sel hematopoietik tali pusat (korda umbilikalis) pada bayi
asimtomatik dengan penyakit Krabbe. Pasien yang diobati setelah timbul gejala tidak
36
berpengaruh, tetapi 14 pasien yang telah didiagnosis sebelum lahir atau sesaat
segera lahir menunjukkan mielinisasi progresif dari sistem saraf, normalisasi
aktivitas galakto serebrosid darah, dan visual yang dicapai, fungsi
perkembangandan kognitif. Donor sebagian antigen leukosit manusia (HLA)-yang
cocok dan obat substansialanti-rejeksi diperlukan.
37
Penyakit Leukodistrofi Sudanofilik dan Penyakit Pelizaeus-Merzbacher
Mereka adalah kelompok heterogen dari gangguan yang memiliki persamaan
sebagai berikut; kerusakan mielinisasi dari otak, batang otak,serebelum, sumsum
tulang belakang, dan saraf perifer.Keanehan morfologi dan fitur genetik memisahkan
kelompok tertentu yang disebut penyakit Pelizaeus-Merzbacher; tipe lain telah
digambarkan secara artifisial; sebagai hasilnya, terminologi relatif yang kurang
berarti telah diperkenalkan.
Degenerasi Spons dari Masa Bayi (Canavan van Bogaert atau Penyakit
Canavan, Mutasi ASPA)
Ini merupakan penyakit autosomal resesif yang dijelaskan pada 1931 oleh Myrtelle
Canavan sebagai bentuk penyakit Schilder (lihat bab 36), tetapi kemudian
dikategorikan sebagai degenerasi spons spesial dari otak oleh Bogaert dan
Bertrand. Dari 48 keluarga yang terkena yang dilaporkan oleh Banker dan Victor, 28
merupakan keturunan Yahudi. Onsetnya terjadi di awal, biasanya dapat diketahui
39
dalam 3 bulan pertama kehidupan dan biasanya ada pada minggu-minggu neonatal.
Terdapat kurangnya perkembangan atau regresi cepat fungsi psikomotor, hilangnya
pengelihatan dan atrofi optik, lethargy, kesulitan menghisap, irritabilitas, menurunnya
aktifitas motorik, hipotonia yang diikuti dengan spastisitas dari ekstremitas dengan
tanda kortikospinal, dan pembesaran kepala (macrocephali). Tidak ada abnormalitas
visceral maupun skeletal tetapi ditemukan hilangnya pendengaran sensorineural
(Ishiyama et al). Kejang muncul pada beberapa kasus. Aspek menyenangkan dari
penyakit ini adalah munculnya rambut pirang dan warna kulit wajah yang bervariasi
pada saudara-saudaranya (Banker dan Victor).
CSF biasanya normal tetapi protein sedikit meningkat pada beberapa kasus.
Penyakit ini ditandai oleh peningkatan ekskresi urin dari asam aspartic-N-acetyl-L
(NAA), yang mungkin digunakan sebagai penanda biokimia. Ini merefleksikan
abnormalitas dasar dari enzim, defisiensi aminoacylase II, yang mengkatalisa
pemecahan NAA (Matalon et al). Pada CT terdapat penurunan cerebral dan white
matter cerebellar pada otak yang membesar dengan ventrikel yang relatif normal.
Gambaran MRI (Gambar 37-3) menunjukkan gambaran yang difus, terkadang
dengan intensitas tinggi pada T2. Leukodistrofi dengan regresi perilaku,
membesarnya kepala, dan abnormalitas karakteristik MRI, dan peningkatan pada
nilai NAA pada urin agak sedikit merancukan diagnosis.
Perubahan patologis meliputi peningkatan volume otak (dan beratnya),
degenerasi pada lapisan dalam korteks cerebral dan white matter subcortical,
penipisan luas dari myelin, melibatkan konvolusional lebih dari bagian tengah white
matter, hilangnya sel Purkinje, dan hiperplasia dari astrosit alzheimer tipe 2 melalui
korteks cerebral dan basal ganglia. Adachi dll telah mendemonstrasikan sebuah
akumulasi vakuolar yang abnormal dari cairan pada astrosit dan di antara lamela
vakuolar; mereka memberikan kesan bahwa hilangnya myelin merupakan penyabab
sekunder dari perubahan ini.
Pembesaran otak pada penyakit ini harus dibedakan secara klinis dari
gangliosidosis Gm2, penyakit Alexander, penyakit Krabbe dan megalocephali
nonprogresif serta bentuk patologis dari banyak penyakit yang ditandai oleh
vakuolasi dari jaringan saraf. Tidak ada terapi.
40
Penyakit Alexander (Mutasi GFAP)
Penyakit khusus ini mempunyai beberapa fitur dengan leukodistrofi dan juga
penyakit gray matter (poliodistrofi), baik secara klinis maupun patologis. Onset pada
infant dengan gagal tumbuh, retardasi psikomotor, spastisitas dari muskulatur
kraniospinal, dan kejang. Makrocephaly yang dini dan progresif merupakan fitur
konsisten. Alexander adalah yang pertama memberikan atensi pada pembesaran
otak, hilangnya white matter cerebral yang luas, dan inklusi karakteristik tinggi pada
astrosit (yang disebut dengan serabut Rosenthal yang disebutkan di bawah ini) dan
regio subpial serta periventrikular.
Secara patologis, terdapat perubahan destruktif yang berat pada white matter
cerebral, paling intens pada lobus frontal. Badan hyalin eosinophilic khusus, paling
menonjol di bawah pia dan di sekitar pembuluh darah, dilihat di sepanjang korteks
cerebral, batang otak, dan medulla spinalis. Hal ini diidentifikasi sebagai serabut
Rosenthal dan mungkin menggambarkan produk degradasi glia.
Perubahan astrositik telah ditelusuri pada mutasi protein glia fibrillary acidic
(GFPAP), sebagaimana dideskripsikan oleh Gorospe dan teman-teman. Hal ini
biasanya diturunkan pada pola autosomal dominan, dan memberikan peningkatan
protein filamen intermediate pada astrosit, agaknya, pada inklusi serabut Rosenthal.
Pada dasar ini dan terkait mutasi genetik, penyakit Alexander dengan bentuk yang
lebih ringan ditemukan pada juvenil dan dewasa. Mereka berbeda secara k;inis
dalam mengurangi leukoencephalophaty cerebral. Di sisi lain, stelah periode
panjang konstipasi, gangguan tidur, dan hipotensi orthostatik selama masa remaja,
gejala bulbar (disartria, disfonia, dan disfagia), kejang, dan pada beberapa kasus
ataksia muncul secara gradual pada saat dewasa. Perubahan pyelin dan atrofi dari
medulla dapat dilihat pada MRI dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan postmortem
dan serabut Rosenthal; serabut GFAP terdapat pada dua kasus otopsi.
44
Penyakit Menkes (Penyakit Rambut Kusut atau Seperti Baja;
Trichopoliodistrofi, Mutasi ATP7A)
Penyakit yang jarang ini diturunkan sebagai trait terkait seks. Pada kebanyakan
kasus yang kami ketahui, kelahitan merupakan prematur. Asupan gizi yang buruk
dan kegagalan untuk menaikkan berat badan, instabilitas temperatur (biasanya
hipotermia), dan kejang menjadi jelas pada masa bayi awal. Rambut normal saat
lahir tetapi perkembangan sekundernya tidak bercahaya dan depigmentasi dan
terasa seperti benang wool; rambut patah dengan mudah dan di bawah mikroskop
terlihat membelit (pili torti). Pemeriksaan radiologis menunjukkan spurring metafisial,
terutama pada femur, dan kalsifikasi subperiosteal dari batang tulang. Arteriografi
menungkapkan tortuosity dan pemanjangan arteri cerebral dan sistemik dan oklusi
sebagian. Kombinasi perdarahan intracerebra; dan spur tulang metafisial, yang
mungkin diintepretasikan sebagai “fraktur ujung” terdapat pada beberapa kasus
diagnosis eror dari siksaan pada anak. Tidak ada perkembangan neurologis, dan
jarang ada anak yang tidak ditangani selamat pada tahun ke-dua. Tiga dari kasus
kami diperiksa postmortem (Williams et al). Terdapat neuron yang hilang secara
difus pada relay nuclei dari thalamus, korteks cerebral, dan cerebellum (sel granul
dan sel stellate) dan aborisasi dendritic dari neuron residual dari korteks motorik dan
sel Purkinje.
Manifestasi penyakit ini terkait beberapa mutasi yang belum diketahui pada
copper-transporting adenosine triphosphatase (ATPase), ATP7A, yang terkait
dengan kegagalan absorpsi tembaga dari traktus gastrointestinal dan defisiensi
mendalam dari jaringan tembaga (Danks et al). Lebih lanjut, karena tembaga gagal
menembus placenta, reduksi tembaga yang berat pada otak dan liver terjadi sejak
lahir. Pada kondisi ini, abnormalitas metabolisme tembaga adalah kebalikan dari
penyakit Wilson. Hubungan antara penyakit Wilson dan penyakit Menkes tetap jelas
pada level genetik sebagaimana mereka muncul dari gen yang mengkode dua
protein transporting tembaga yang keduanya merupakan ATPase. Situasi ini
mungkin kompleks, sebagai contoh dari jaringan intestinal menunjukkan
penumpukan tembaga yang mengindikasikan masalahnya adalah mobilisasi
tembaga dari usus menuju aliran darah. Enzim dependen tembaga lainnya
menunjukkan gangguan fungsi, seperti oksidase sitokrom. Untuk tujuan diagnosis
awal, Kaler dkk mengambil keuntungan dari penurunan aktivitas enzim dependen
tembaga, dopamin-β-hidroksilase, untuk mendeteksi level plasma dari substratnya
45
(dopamin dan asam dihydroxyfenilasetik [DOPAC]0, seperti level reduksi dari produk
enzim (norepinephrine dan dihydroxyphenylglycol [DHPG]). Rasio dopamin terhadap
epinefrin dan asam dihydroxyfenilasetik terhadap dihydroxyphenylglikol, pada
penelitiannya, merupakan deteksi awal yang paling sensitif dan paling spesifik. Hal
ini membuat identifikasi kasus pada keluarga dengan anak yang terkena dan
menghasilkan perkembangan neurodevelopment yang normal pada beberapa anak
yang diterapi denga tembaga pada beberapa minggu kehidupan. Grup yang sama
menyarankan bahwa hanya mutasi pada ATP7A yang membuat aktivitas
transportasi residual tembaga berhubungan dengan hasil yang lebih baik.
Administrasi parenteral dari garam cupric, biasanya dalam keadaan copper
histidine yang dimasukkan subkutan dua kali sehari oleh orang tuanya, menyimpan
serum dan hepatic copper dan mungkin membuat perkembangan normal pada
beberapa anak sebagaimana dijelaskan di atas tetapi hal ini tidak mempengaruhi
secara material gejala neurologis apabila terapi dimulai lebih lambat. Namun, kasus
yang ditangani lebih awal menunjukkan peningkatan neurologis, tidak seperti
pengalaman terdahulu dimana sedikit yang bertahan di atas 5 atau 6 tahun.
Abnormalitas okular dari nilai diagnostik spesifik pada kelompok usia sebagai
berikut:
47
3. Opasifikasi kornea: penyakit Lowe, Gangliosidosis G M1 infantil,
mucopolisakaridoses
4. Katarak: galactosemia, penyakit Lowe, penyakit Zellweger (juga rubella
kongenital)
48
PENYAKIT METABOLIK PADA AWAL MASA KANAK-KANAK
Yang termasuk disini adalah penyakit yang bermanifestasi antara usia 1 tahun
sampai 4 tahun. Diagnosis lebih mudah daripada pada neonatus dan bayi muda.
Proses pathologis pada sistem saraf dipastikan dengan progresi yang jelas dari
penyakit neurologis, seperti hilanynya kemampuan untuk berjalan dan berbicara,
yang biasanya paralel dengan regresi pada fungsi level tinggi lainnya
(quasiintelektual). Anomali embryologi, penyakit prenatal, dan cidera saat lahir
dapat dieksklusikan dengan kepastian relatif bila perkembangan psikomotor pada
tahun pertama atau keduanya normal. Penyakit ditandai oleh kejang dan
myoklonus mungkin sulit untuk diintepretasikan, kejang mungkin muncul pada
usia berapa saja dari variasi penyebab neurologis distant atau immediate, apa
bila sering muncul, mungkin menyebabkan gangguan signifikan fungsi
psikomotor. Efek medikasi antikonvulsan mungkin menyebabkan gangguan
fungsi kortikal. Sayangnya, kebanyakan dari penyakit metabolik dengan
progresifitas lambat pada tahun kedua mungkin juga hampir tidak terlihat pada
efeknya bahwa untuk waktu itu dokter tidak dapat memastikan apakah regresi
fungsi intelektual menyebabkan retardasi mental atau autisme menjadi semu
49
pertama kalinya. Timbul kesulitan tambahan bila, selama beberapa tahun,
abnormalitas metabolik herediter perkembangannya lambat. Pemeriksaan
berulang dan testing akan bisa menyelesaikan masalahnya. Kecurigaan dari
encephalpathy progresif ditambah oleh adanya abnormalitas okular, visceral, dan
skeletal, seperti dideskripsikan di bawah.
Sekalinya sindrom neurologis sudah jelas, ada beberapa keuntungan dalam
menentukan karakteristik utamanya merefleksikan penyakit dari cerebral white
matter (oligodendrosit dan myelin) dari gray matter (neuron). Indikatif dari
predominan white matter (leukodistrofi atau leukoencephalopathy) merupakan
onset awal dari paralisis spastik ekstremitas, dengan atau tanpa ataksia, dan
gangguan visual dengan atrofi optik tapi dengan retina yang normal. Kejang dan
kemunduran intelektual merupakan kejadian akhir. MRI biasanya mengkonfirmasi
keterlibatan white matter. Indikatif dari penyakit gray matter (poliodistrofi atau
polioencephalopathy) adalah onset awal dari kejang, myoklonus, kebutaan
dengan perubahan retinal, dan regresi mental. Choreoathetosis dan ataksia,
spastik paralisis, dan tanda dari keterlibatan traktus sensorimotor muncul
terakhir. Pada MRI, hanya atrofi general dan pembesaran ventrikular yang
mungkin dilihat.
Penyakit penyimpanan neuronal, seperti yang telah dibahan pada bab
sebelumnya, seperti distrofi neuroaksonal dan lipofuscinoses, sesuai dengan
pola penyakit gray matter (lihat tabel 37-5). Leukodistrofi metakromatic, penyakit
sel globoid (Krabbe), sudanofilik leukodistrofi, dan degenerasi spongy pada masa
bayi (penyakit Canavan) sebagai contoh penyakit white matter (lihat tabel 37-6).
Walaupun metode kategorisasi ini membantu, terdapat beberapa derajat yang
overlap; sebagai contoh, penyakit Tay-Sachs, poliodistrofi, juga menyebabkan
perubahan white matter, dan leukodistrofi metajromatik mungkin disertai
beberapa derajat penyimpanan neuronal.
Berikut ini adalah penyakit metabolik herediter yang terjadi pada masa-masa
bayi akhir dan awal masa kanak-kanak:
50
5. Distrofi neuroaksonal
6. Mukopolisakarida
7. Mukolipidoses
8. Fukosidosis
9. Mannosidoses
10. Aspartyglycosaminuria
11. Lipofuscinosis seroid
12. Sindrom kokain
51
Aminoacidopathies (Aminoacidurias)
Pada grup 48 aminoacidopathies herediter ditabelkan oleh Rosenberg dan
Scriver, paling tidak satu-setengah berhubungan dengan abnormalitas neurologis
yang terlihat. Dua puluh aminoacidopathy lainnya menghasilkan defek pada
transport renal dari asam amino, beberapa dengan kerusakan sekunder dari
sistem saraf. Biasanya, ketika sistem saraf terlibat, manifestasi klinis satu-
52
satunya adalah perkembangan psikomotor yang terlambat, dimana apabila
ringan, tidak menjadi kelihatan sampai dua atau tiga tahun kemudian. Sperti
penyakit metabolik herediter lainnya, aminoaciduria tidak mengganggu
pertumbuhan, perkembangan, atau maturasi dalam uterus atau mengganggu
proses kelahiran. (Ini adalah hasil dari suplai darah maternal, sebagai
keseimbangan asam amino dalam uterus.) Tidak ada tanda klinis yang
mengkhianati kehadirannya pada awal bulan kehidupan. Pengertian deteksi yang
mungkin adalah dengan menskrining semua bayi baru lahir. Tabel 37-1
mengindikasikan frekuensi relatif dari penyakit ini dan tabel 37-2 menyimpulkan
tes praktis untuk identifikasinya.
Tiga aminoacidopathy dari late infantil dan periode masa kanak-kanak awal-
PKU, tyrosinemia, dan penyakit Harnup-dijelaskan disini karena kepentingan
klinisnya dan karena mereka memberikan contoh tipe gangguan kimia yang
berbeda. Referensi juga dibuat untuk meyakinkan aminoacidurias, dideskripsikan
pada bagian pertama dari bab ini, dimana, seperti penyakit Hartnup,
berhubungan dengan ataksia intermittent. Penyakit ini lebih mendetail dapat
ditemukan pada monograf Scriver dkk.
55
tetapi banyak anak-anak, telah meningkat pada diet rendah PA, tidak akan
mempunyai kesulitan dalam menjaga restriksi pada masa remaja.
Skrining PKU dan inisiati kontrol diet dalam kehidupan postnatan awal,
penyakit otal metabolik telah hilang pada New England. Wanita yang diterapi
yang mencapai usia kelahiran seharusnya berhati-hati mengenai restriksi diet,
karena tingginya level phenylalanine berbahaya pada fetus normal. Kasus PKU
yang ringan telah sukses diterapi dengan kofaktor tetrahydrobioprotein (Muntau
et al).
Bentuk akhir dari penyakit urin maple syrup, dan hydroxyprolinemia
menyebabkan manifestasi yang hampir sama dengan PKU dan meningkatkan
masalah yang serupa pada diagnosis dan terapi. Histidinemia dapat dideteksi
dengan skrining tetapi sekarang mungkin dilakukan dengan variasi biokimia
benign.
Beberapa bayi mempunyai variasu PKU yang berbeda-beda dimana
merestriksi diet PA tidak mencegah keterlibatan neurologis. Pada beberapa bayi,
rigiditas extrapiramidal distonia (“sindroma stiff-baby”) muncul awal pada periode
neonatus, dan menurut Allen dkk, hal ini akan berespon pada bioprotein.
Beberapa bayi mempunyai level PA hydroxylase yang normal pada liver.
Gangguannya berupa kegagalan untuk mensintesa kofaktor dihydropteridine
(lihat “defisiensi bioprotein”). Metabolisme urin dari katekolamin dan serotonin
direduksi dan tidak responsif terhadap diet rendah PA. Terdapat bukti bahwa
penyebab kesalahan neurotransmitter dapat diperbaiki oleh L-dopa dan 5-
hydroytryptophan (Sciver dan Clow).
59
detail pada buku prinsip neurologi mungkin tidak berguna; maka dari itu, ataksia
non-Friedreich tidak ditabulasikan disini.
1. Penyakit Refsum
2. Abetalipoproteinemia (Sindroma Bassen-Kornzweig)
3. Ataksia-telangiectasia (lihat Bab 38)
4. Galactosemia
5. Ataksia Friedreich
60
Sindroma Bassen-Kornzweig (onset lebih sering pada masa kanak-kanak
akhir) dideskripsikan pada chapter berikutnya. Ataksia-telangiectesia
dideskripsikan di bawah.
Secara umum, tidak sulit untuk membedakan penyakit ini dengan variasi
postinfeksi acquired yang umumnya muncul pada anak-anak. (lihat Bab 36)
63
tanda ekstrapyramidal jarang ditemukan. Hilangnya sensasi ditemukan terakhir
pada beberapa kasus. Pada keadaan terminal, tanda bulbar, spastisitas, dan
rigiditas decerebrate biasanya berubah. Perjalanannya progresif dan tanpa henti,
dengan masalah fatal pada status decorticate pada 3 sampai 8 tahun. Tidak ada
abnormalitas dari liver dan spleem dan tidak ada perubahan facial atau skeletal.
Pemeriksaan patologis menunjukkan spheroid eosinofilik dari axoplasma
yang oedem pada kolum posterior dan nukleus Goll dan Burdach dan paka kolum
Clarke, substansia nigra, subthalamic nukleus, nukleus sentral dari batang otak,
dan korteks cerebral. Terdapat atrofi cerebellar, mempengaruhi lapisan granule,
dan meningkatkan pigmen yang mengandung pigmen pada basal ganglia (seperti
yang diobservasi pada tipe mutasi PANK dari penumoukan besi yang dijelaskan
pada bab selanjutntya)
CT dan CSF normal, tidak ada abnormalitas biokimia ataupun sel darah. MRI
mungkin menunjukkan penurunan intensitas sinyal dari pallidum bilateral yang
merupakan akibnat dari penumpukan besi. Beberapa laporan membingungkan
yaitu laporan area nekrosis di sekitar sinyal tinggi yang merupakan karakteristik
dari mutasi PANK, yang dimana klinisn dan fitur patologisya saling tumpang
tindih. Setelah usia 2 tahun, namun, EEG menunjukkan karakteristik amplitudo
tinggi ritmis cepat (16 sampai 22 Hz). Respon bangkitan mungkin abnormal.
Kecepatan konduksi saraf normal meskipun EMG menunjukkan denervasi.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik elektron dari kulit
dan saraf konjunctival, yang menunjukkan karakteristik spheroid dalam axon.
Terdapat bentuk onset-akhir dari penyakit dimana perjalanannya lebih
berkepanjangan dan terdapat manifestasi neurologis (rigiditas dan spastisitas,
ataksia cerebellar, dan myoclonus). Pada kasus ini regresi mental berjalan
lambat. Pengelihatan mungkin normal tetapi pada beberapa ditemukan
degenerasi retina. Beberapa kasus onset-akhir sulit dibedakan dengan penyakit
Hallervorden-Spatz.
Pada awal infantil terdapat mutasi pada hydrolase lisosomal. Mutasi primer
pada bentuk infantil terdapat pada gen PLA2G6.
64