Anda di halaman 1dari 10

Kelainan Genetik Achondroplasia Karena Suatu Mutasi

Rizqi Putra Pratama

102016022

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Jl Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Email : rizqiputrapratama26@gmail.com

Abstrak

Mutasi merupakan perubahan basa pada DNA yang bersifat permanen dan dapat diturunkan
ke generasi berikutnya. Jenis-jenis mutasi DNA dibedakan menjadi 4 yaitu mutasi titik,
insersi, delesi dan inversi. Menurut faktor penyebab, mutasi dapat dibedalan menjadi 3 yaitu
mutasi yang disebabkan oleh faktor biologi (makhluk hidup lain seperti virus), fisik (radiasi
dan suhu yang terlalu panas) dan faktor kimiawi berupa makanan dan obat-obatan. Mutasi
dapat menyebabkan berbagai kelainan seperti achondroplasia. Acondroplasia merupakan
kelainan dimana terjadi mutasi salah satu kopi gen FGFR3 pada kromosom nomor 4 dimana
memiliki fungsi sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan tulang sehingga penderita
achondroplasia menyebabkan tulang rawan tidak dapat berubah menjadi tulang sejati.
Achondroplasia dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Hingga saat ini, kelainan
achondroplasia tidak ada obatnya.

Kata kunci: Mutasi, achondroplasia, gen FGFR3

Abstract

Mutation is change bases in dna permanent and can be derived to the next generation.The
types of mutation dna distinguished to 4 the mutation point, insertion of, delesi and
inversion.According to the causes of, a mutation can dibedalan into three namely mutations
that factors biologist ( all other living things like a virus ), physical ( radiation and
temperature that has overheated and chemical factors such as food and drugs.A mutation can
cause a variety of disorders such as achondroplasia.Acondroplasia is abnormality where
happened mutation one of coffee genes fgfr3 on chromosome 4 where functions as a growth
and maintenance bone so that patients achondroplasia cause cartilage not subject to change
bones true.Achondroplasia can cause of deaths in penderitanya.Until now, abnormality
achondroplasia there is no cure.
Keywords: Mutation , achondroplasia , genes FGFR3
Pendahuluan

Jaman sekarang, penyakit penyebab mutasi lebih sering ditemui dibandingkan dengan
penyakit degeneratif lainnya seperti stroke, jantung, diabetes dan sebagainya. Sadar maupun
tidak, mutasi dapat terjadi dalam lingkungan keseharian kita, seperti pada makanan yang
biasa kita konsumsi, polusi, pembuangan limbah, benda-benda elektronik yang mengandung
gelombang radiasi hingga obat-obatan yang seharusnya tidak digunakan secara berlebihan.

Mutasi dapat menyebabkan kelainan pada sel tubuh, seperti achondroplasia.


Achondroplasia merupakan kelainan yang disebabkan karena gangguan pada perumbuhan
tulang rawan (kartilago) menjadi tulang sejati. Sehingga menyebabkan penderita bertubuh
kerdil. Achondroplasia dapat menyebabkan kematian karena organ-organ dalam tubuh tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Tujuan penulisan ini adalah agar masyarakat mengetahui seberapa besar pengaruh
bahan mutagen terhadap kesehatan supaya masyarakat lebih berhati-hati dalam menjaga
kesehatannya.

Materi hereditas

Materi hereditas merupakan materi yang menyimpan sifat atau informasi yang
diturunkan. Materi hereditas pada makhluk hidup yaitu DNA (Deoxirybose nucleic acid).
DNA tersusun oleh molekul-molekul nukleotida yang banyak dan membentuk polinukleotida,
komponennya sendiri yaitu gula, fosfat, dan basa nitrogen. Terdapat unit pewarisan sifat pada
DNA yang disebut gen. Gen sendiri terletak pada kromosom dimana kromosom ini terletak di
inti sel. Materi hereditas meliputi DNA, gen, dan kromosom.1

Gen

Menurut definisi oleh sebagian besar kamus biologi, gen adalah unit molekul
karakter. Gen menentukan karakter atau ciri-ciri dari suatu organisme, yang biasanya
diwariskan dari orang tua atau kadang-kadang ini dihasilkan dari mutasi. Pengertian gen
sendiri adalah unit instruksi untuk menghasilkan atau mempengaruhi suatu sifat herediter
tertentu. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan “orangtua” melengkapi
anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen. Gen terletak pada suatu ruang yang
secara fisik ada pada kromosom, yang disebut dengan lokus, lokus pada kromosom
dianalogikan seperti manik-manik yang berjejer lurus pada seuntai benang. Simbol gen yang
menunjukan karakter resesif biasanya ditulis dengan huruf kecil. Sementara itu simbol gen
yang menunjukan karakter dominan ditulis dengan huruf besar.2

DNA

DNA adalah materi genetik dari makhluk hidup. Setiap kromosom terdiri dari suatu
molekul DNA yang sangat panjang. Molekul penyusun dari DNA adalah nukleotida. Satu
nukleotida terdiri dari satu molekul gula dan satu molekul fosfat yang terikat pada salah satu
basa DNA, yaitu timin, adenine, guanine, daan sitosin. DNA memiliki bentuk menyerupai
tangga spiral atau yang biasa disebut dengan heliks ganda.3

Gambar 1. DNA3

Kromosom

Kromosom adalah pembawa gen yang terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom
adalah unit genetik yang terdapat dalam setiap inti sel pada semua makhluk hidup, kromosom
berbentuk deret panjang molekul yang disusun oleh DNA dan protein-protein. Kromosom ini
berfungsi sebagai penyimpan bahan materi genetik kehidupan. Kromosom dibentuk dari
DNA yang berikatan dengan beberapa protein histon.2 Berdasarkan fungsinya, kromosom
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: Kromosom tubuh (Autosom), yaitu kromosom yang
menentukan ciri-ciri tubuh; Kromosom kelamin (Genosom), yaitu kromosom yang
menentukan jenis kelamin pada individu jantan atau betina atau pada manusia pria atau
wanita. Manusia memiliki 23 pasang kromosom.2,3
Kromosom autosomal adalah kromosom tubuh yang tidak ada kaitannya dengan
pembentukan atau penentuan jenis kelamin. Kromosom autosomal dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu kromosom autosomal dominan dan kromosom autosom resesif. Kromosom
autosomal dominan adalah kromosom yang gennya memaparkan satu salinan gen abnormal
maupun gen yang normal. Sehingga kromosom autosomal dominan tidak hanya terlihat pada
homogizot (HH) saja tetapi juga pada heterozigot (Hh). Beberapa gangguan dominan
autosomal seperti polidaktili mungkin sangat ringan. Sedangkan gangguan yang lain seperti
osteogenesis imperfekta bentuk letal merupakan kelainan yang berat. Kromosom autosomal
resesif gangguan yang diturunkan oleh pewarisan sifat resesif autosomal biasanya terjadi
karena adanya gangguan pada aktivitas enzim. Berbeda dengan dominan autosomal yang
berhubungan dengan kelainan struktur. Gangguan resesif autosomal adalah gangguan yang
hanya terjadi pada individu yang mewarisi dua salinan gen autosomal yang abnormal, satu
salinan gen abnormal dari masing-masing orang tua.2,3

Hukum Mendel I

Hukum Mendel I (Hukum Segregasi), Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa


anggota pasangan alel akan bersegrasi (terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan
menyatu lagi secara acak (distribusi acak) pada saat fertilisasi, sehingga sebagian gamet akan
berisi gen ibu asli-lainnya berisi gen ayah asli. Hukum Mendel I ini sebenarnya merupakan
refleksi dari perilaku kromosom saat pembelahan meiosis pada tahap anafase I. Hubungan
antara hukum tersebut dan perilaku kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun setelah
Mendel mempresentasikan hasil-hasil yang diperolehnya. Hukum Mendel I ini dibuktikan
dengan percobaan persilangan monohibrid (persilangan satu tanda beda). Melalui percobaan
ini, dihasilkan beberapa kesimpulan, kesimpulan yang pertama: galur murni akan
menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (alel aa). Bila disilangkan,
F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila
dominan lengkap). Kesimpulan yang kedua mengatakan bahwa individu heterozigot (F1)
menghasilkan gamet-gamet setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya lagi
mempunyai alel resesif a.4
Hukum Mendel II

Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen pada berbagai lokus akan bersegregasi
dengan bebas satu sama lain. Yaitu jika dua pasang gen atau lebih saling berhadapan, maka
setiap pasangan akan berpisah dan bergerak ke dalam gamet dengan bebas, sehingga di dalam
gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas.
Syaratnya, gen tersebut tidak berada dalam kromosom yang sama. Secara lebih sederhana,
hukum Mendel II mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas. Hukum
ini dibuktikan dengan percobaan persilangan dihibrid (dengan dua atau lebih sifat) yang dapat
dikenal, yang kemudian menghasilkan kesimpulan diantaranya: pertama, alel yag mengatur
karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet.
Kedua, apabila dua pasangan gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, perbandingan
genotip pada F2 adalah 9:3:3:1.4

Mutasi

Mutasi adalah perubahan urutan basa pada DNA yang bersifat permanen dan dapat
diturunkan ke generasi berikutnya. Mutasi disebabkan oleh kesalahan pada proses replikasi
DNA atau rekombinasi saat meiosis. Jadi, mutasi DNA merupakan pasangan basa yang salah
bereplikasi, dimana salah satu molekul DNA yang dihasilkan mengandung urutan nukleotida
yang berbeda dengan molekul DNA induk. Faktor yang menyebabkan mutasi disebut
mutagen. Dampak dari mutasi yaitu jika terjadi pada sel gamet maka mutasi akan diturunkan
ke generasi berikutnya, namun jika terjadinya pada DNA sel somatis maka mutasi tersebut
tidak akan diturunkan.5

Jenis Mutasi DNA

Jenis mutasi DNA dibagi menjadi 4 yaitu mutasi titik, mutasi insersi, mutasi delesi
dan mutasi inversi. Mutasi titik merupakan penggantian 1 nukleotida dengan nukleotida yang
lain. Terdapat 2 jenis mutasi titik yaitu transisi dan transversi. Transisi, dimana purin diganti
purin dan pirimidin diganti pirimidin. Transversi, dimana purin diganti pirimidin dan
pirimidin diganti purin. Mutasi insersi merupakan penambahan satu atau lebih pasangan basa,
Contohnya sel kanker. Mutasi delesi merupakan penghilangan satu atau lebih pasangan basa.
Mutasi inversi merupakan pemotongan satu atau lebih pasangan basa dan penyisipan kembali
namun dalam kondisi terbalik.5
Faktor Penyebab Mutasi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya mutasi DNA seperti faktor
biologi, fisika dan kimia. Jika dipandang dari aspek biologi, yang dapat menyebabkan mutasi
adalah faktor virus. Dimana virus yang hidup dalam tubuh sel hidup akan mengubah susunan
materi genetik inang dengan menyisipkan materi genetik virus. Misalnya, virus hepatitis
dapat menyebabkan mutasi pada darah dan sumsum tulang belakang.

Selain faktor biologi, faktor fisik juga mempengaruhi terjadinya mutasi. Agen
mutagenik dari faktor fisika adalah radiasi. Penyerapan ionisasi berenergi tinggi seperti sinar
X dan sinar 𝛾 menyebabkan molekul DNA kehilangan elektron yang menyebabkan putusnya
untai DNA dan rusaknya gula dan basa. contoh radiasi adalah USG, Rontgen, CT scan dan
MRI. Jika alat-alat tersebut digunakan secara terus menerus maka akan menyebabkan mutasi.
Banyak faktor kimia yang bersifat mutagenik, seperti pestisida, zat aditif pada bahan
makanan, kafein, benzophyrene dalam asap rokok dan obat-obatan tertentu.6

Achondroplasia

Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani achondros: Tidak ada kartilago dan
plasia: pertumbuhan. Secara harafiah Achondroplasia berarti tanpa pembentukan atau
pertumbuhan kartilago, walaupun sebenarnya individu seseorang dengan achondroplasia
memiliki kartilago. Namun masalahnya terletak pada proses pembentukan kartilago menjadi
tulang terutama pada tulang-tulang panjang. Kartilago atau tulang rawan sendiri adalah
merupakan jaringan ikat penahan berat yang relaif padat tetapi tidak sekuat tulang, disusun
oleh sel-sel tulang rawan (kondrosit) dan juga matriks yang bersifat lentur, tulang rawan juga
memiliki sedikit zat kapur. Matriks dari tulang rawan ini tersusun oleh campuran protein dan
karbohidrat yang disebut kondrin. Pada saat lahir, semua tulang bayi merupakan kartilago
namun seiring dengan bertambahnya usia, lama kelamaan kartilago akan berubah menjadi
tulang keras. Kartilago berfungsi sebagai pelindung dan juga penguat struktur tubuh, yang
bersifat fleksibel pada rangka.7

Dari keseluruhan kasus achondroplasia, 80 % diantaranya tidak terjadi akibat


keturunan melainkan akibat mutasi genetik. 20 % diantaranya diakibatkan karena pewarisan
dari orang tua.8
Achondroplasia dapat dikenali sejak individu lahir. Ciri-ciri achondroplasia secara
fisik yaitu ukuran tubuh, kaki, lengan dan jari-jari yang tampak pendek, kepala juga terlihat
lebih besar dibandingkan badan, serta dahi terlihat menonjol tidak normal. Setelah memasuki
usia kanak-kanak dan dewasa, fisik penderita achondroplasia akan tampak semakin jelas.
Selain bertubuh kerdil, tulang punggung dan kaki penderita tampak melengkung. Mereka
juga kesulitan untuk menekuk siku sepenuhnya.9

Bukan saja masalah fisik, beberapa gangguan kesehatan juga sangat berisiko dialami
penderita achondroplasia. Saat bayi, kemampuan berjalan dan beberapa ketrampilan motorik
mereka cenderung lebih lambat. Hal ini disebabkan karena penurunan tonus otot. Selain itu,
bayi achondroplasia juga berisiko terkena stenosis spinal (tertekannya sumsum tulang
belakang yang berisi saraf akibat penyempitan kanal tulang belakang), hidrosefalus, serta
gangguan pernapasan apnea. Ketika bertambah dewasa, kondisi stenosis spinal yang diderita
bisa bertambah parah.7,8

Dalam tubuh manusia terdapat gen FGFR3 yang berfungsi untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan tulang. Achondroplasia disebabkan karena mutasi yang menyebabkan
terganggunya pertumbuhan tulang rawan (kartilango) menjadi tulang. Pertumbuhan tulang
yang terganggu ini yang menyebabkan tubuh menjadi kerdil.7-9

Pembahasan Skenario

Achondroplasia adalah suatu gangguan genetik yang mengakibatkan hambatan


pertumbuhan tulang yang dapat didiagnosis sejak bayi lahir dan pada awal kehidupan
mereka. Anak laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk menderita
gangguan keturunan ini. Acondroplasia terjadi dikarenakan tulang rawan (kartilago) yang
tidak berkembang menjadi tulang sejati.

Secara normal setiap manusia memiliki 23 pasang kromosom, 22 pasang diantaranya


adalah kromosom tubuh (autosom) dan 1 pasang lainnya merupakan kromosom seks.
Acondroplasia terjadi pada kromosom nomor 4 dimana memiliki fungsi sebagai pertumbuhan
dan pemeliharaan tulang. Individu yang menderita acondroplasia mempunyai salah satu kopi
gen FGFR3 (fibroblast growth factor reseptor-3) yang dapat menyebabkan kelainan.

Pola keturunan acondroplasia dalam suatu keluarga adalah keturunan autosom


dominan. Acondroplasia disimbolkan D dan yang bersifat normal disimbolkan d.
Gambar 2. Salah satu orang tua mempunyai gen FGFR3 yang dipresentasikan kepada
anak8

Gambar 3. Kedua orang tua mempunyai gen fgfr3 yang dipresentasikan ke anak8

Pedigree

Gambar 4. Pedigree chart autosomal dominan8


Acondroplasia terangkai pada autosom dominan dimana sifat akan muncul dalam
jumlah yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penderita acondroplasia
disimbolkan “Bb”, penderita acondroplasia letal “BB” dan yang bersifat normal disimbolkan
“bb”. 7,8

Acondroplasia dikatakan letal dominan karena apabila gen dominan homozigot maka
akan menimbulkan kematian (letal)

Dalam kasus, diketahui bahwa kedua orang tua dinyatakan normal (acondroblasia)
namun anak yang dilahirkan ternyata menderita acondroplasia. Hal tersebut dapat terjadi pada
saat seseorang mulai mengalami mutasi gen sehingga diturunkan kepada garis keturunan
berikutnya. Hal tersebut terjadi karena titik awal perubahan genetik kopi gen FGFR3 pada
kromosom no 4 mengalami perubahan formasi pada proses pembelahan ovum atau sperma
selama atau segera setelah terjadi konsepsi. Perubahan ini menyebabkan kopi gen FGFR3
mengalami kerusakan sehingga tidak berfungsi.

Hingga saat ini, metode pengobatan belum ditemukan. Diagnosis dini terhadap ibu
yang akan melahirkan dengan melihat gen defek pada kromosom no 4 dapat membantu
kemungkinan pencegahan mempunyai anak achondroplasia. Tetapi hal ini masih dalam
penelitian yang masih berlanjut dan hasilnya masih belum menemukan titik terang.8

Kesimpulan

Kasus achondroplasia 80 % disebabkan oleh mutasi sementara 20 % lainnya


disebabkan oleh faktor genetik dari orang tua yang mengalami achondroplasia. Bahan
mutagen banyak dijumpai pada lingkungan tempat tinggal. Seperti limbah rumah tangga,
radiasi benda elektronik, pestisida, makanan hingga obat-obatan. Mutasi sulit untuk dicegah
karena tidak memiliki gejala langsung seperti halnya penyakit degeneratif.
Daftar Pustaka

1. Suyitno A, Sukirman. Biology for junior high school. Jakarta : Yudhistira; 2008.h.94-
5
2. Yuwono T. Biologi molekular. Jakarta: Erlangga; 2010.h.49-72
3. Nusantari E. Genetika belajar genetika dengan mudah dan komprehensif. Yogyakarta:
Deepublish; 2015.h.28-49
4. William D, Jaime. Biologi molekuler dan Sel. Erlangga. 2006; h. 56-7
5. Maulana H. 11 mutasi DNA & DNA repair. 03 Februari 2014. Diunduh dari URL:
https://www.academia.edu/8524968/11_Mutasi_DNA_and_DNA_REPAIR, 14
Februari 2017
6. Warianto C. Mutasi. Jurnal Unair; 2011;1(2)
7. Laederich MB, Horton WA. Achondroplasia:pathogenesis and implication for future
treatment. Journal University of Oregon Health and Science; 2010; 1(2)
8. Darmono. Autosomal dominan and resesif. Diunduh dari URL:
http://penyakitgenetik.yolasite.com/resources/Autosomal-dominan.pdf, 14 Februari
2017
9. Campbell NA, Reece JB, Mitchtell LG. Biologi. Jakarta : Erlangga; 2008. H. 272

Anda mungkin juga menyukai