Anda di halaman 1dari 12

Faktor Terjadinya Kelainan Polidaktili pada Anak

Cresentia Irene Iskandar

10.2014.161

E5

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstract

Genetic disorders or genetic disease is a disease caused by a defective gene or not functioning normally.
A mutated gene produces a protein that is not functioning normally, but produces a protein in another
form so it can not function properly even can not produce the protein at all. Genetic disorders are
grouped into 3 categories, single-gene disorders that are caused by changes in the DNA of one allele,
multifactorial disorder caused by changes in genes and environmental factors, as well as chromosomal
abnormalities involving chromosome number or structure. Single gene disorder also known as Mendelian
as a tribute to Gregor Mendel who first learned the principles underlying the single gene inheritance.
These diseases are classified according to the way of inheritance is autosomal dominant (polydactyly),
autosomal recessive (albinism), and related to the sex chromosomes X (Rett syndrome, hemophilia) or Y
sex chromosome linked (webbed toes).

Keywords : genetic, genetic disorders, polydactyly

Abstrak

Kelainan genetik atau penyakit genetik adalah penyakit yang disebabkan oleh gen yang rusak atau tidak
berfungsi dengan normal. Sebuah gen termutasi tidak menghasilkan protein yang berfungsi normal,
namun menghasilkan protein dalam bentuk lain sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik bahkan tidak
bisa menghasilkan protein sama sekali. Gangguan genetik ini dikelompokkan menjadi 3 kategori,
gangguan gen tunggal yang disebabkan oleh perubahan DNA untuk satu alel, gangguan multifaktorial
yang disebabkan oleh perubahan gen dan faktor lingkungan, serta abnormalitas kromosom yang
melibatkan jumlah atau struktur kromosom. Gangguan gen tunggal dikenal juga dengan istilah Mendelian
sebagai penghargaan kepada Gregor Mendel yang pertama kali mengetahui prinsip-prinsip yang
mendasari pewarisan gen tunggal. Penyakit-penyakit ini diklasifikasikan sesuai cara pewarisannya yaitu
dominan autosom (polidaktili), resesif autosom (albinisme), dan terkait kromosom kelamin X (sindrom
rett, hemofilia) atau terkait kromosom kelamin Y (webbed toes).

Kata kunci : genetika, kelainan genetik, polidaktili

Pendahuluan

Polidaktili merupakan suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosom dominan dari
kedua orangtua kepada anaknya, dimana bertambahnya jumlah jari tangan atau kaki dari jumlah
normal. Kelainan ini dapat terjadi pada satu tangan bahkan kedua tangannya. Teori tentang
genetika atau pewarisan sifat ini mulai dikenal setelah penelitian yang dilakukan oleh Mendel.
Selain karena faktor genetik, ada faktor yang menyebabkan terjadinya polidaktili yaitu faktor
teratogenik. Teratogen adalah suatu agens yang bekerja selama masa perkembangan janin untuk
menimbulkan perubahan permanen bentuk atau fungsi. Cacat lahir merupakan suatu
penyimpangan dari morfologi atau fungsi normal yang bersifat kongenital.1
Kelainan kongential merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan
organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh
hormonal, lingkungan-endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat
teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus.2

Gen dan Kromosom

Kromosom tersusun atas asam nukleat dan protein. Kromosom dibedakan menjadi
kromosom autosomal (kromosom tubuh) dan kromosom seks (gonosom). Pada manusia terdapat
46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom autosomal dan 1 pasang kromosom seks.
Kromosom autosomal merupakan kromosom yang homolog, artinya kromosom yang
membentuk pasangan yang memiliki panjang, posisi sentromer dan pola pewarnaan yang sama.
Pada kromosom seks wanita terdapat sepasang kromosom homolog X (XX), sedangkan pada
pria memiliki sebuah kromosom X dan sebuah kromosom Y (XY).3 Gen adalah unit molekul
DNA atau RNA dengan panjang minimum tertentu yang membawa informasi mengenai urutan
asam amino yang lengkap suatu protein. Kesatuan dari gen disebut genom.4 Struktur atau bagian
gen pada eukariotik berbeda dengan prokariotik walau memiliki beberapa persamaan. Organisasi
dasar gen pada eukariotik terdiri atas promoter,gen struktural dan terminator. Promoter adalah
bagian gen yang berfungsi sebagai pengatur proses ekspresi genetik (transkripsi). Bagian
struktural adalah bagian gen yang membawa kode-kode genetik yang akan ditranskripsikan dan
kemudian ditranslasi. Terminator adalah bagian gen yang berperanan dalam proses penghentian
transkripsi.4 Perbedaan mendasar antara gen eukariotik dan prokariotik terletak pada gen
struktural, dimana pada sebagian besar eukariotik memiliki intron dan ekson, sedangkan pada
prokariotik tidak memiliki intron. Intron merupakan bagian yang tidak dapat diterjemahkan
menjadi urutan asam amino, sedangkan ekson merupakan bagian yang mengkode / dapat
diterjemahkan menjadi urutan asam amino.4 Gen pada kromosom terletak pada suatu tempat
yang disebut lokus. Lokus pada kromosom terletak berderet. Sepasang gen yang terdapat pada
lokus yang sama pada kromosom yang homolog disebut alel. Alel dapat memiliki fungsi yang
sama, saling mendukung dan berlawanan. Contoh alel yang memiliki fungsi yang sama adalah
gen penentu warna merah pada bunga (MM). Kedua pasangan gen (alel) ini membawa sifat yang
sama yaitu warna merah (M), karena itu disebut dengan alel homozigot. Sedangkan contoh alel
yang memiliki fungsi yang berlawanan adalah gen penentu warna merah muda (Mm). Kedua
pasangan gen ini membawa sifat yang tidak sama / berlawanan yaitu satu membawa sifat warna
merah (M) dan satu sifat warna putih (m) sehingga timbul sifat intermediet atau disebut alel
heterozigot. Gen saja tidak menentukan penampilan suatu sifat. Penampilan atau sifat luar yang
dapat kita lihat disebut dengan fenotip, seperti warna rambut, bentuk mata dan lain-lain.
Sedangkan yang mempengaruhi penampilan luar suatu sifat disebut genotip, seperti genotipe HH
untuk warna rambut hitam dan hh untuk warna rambut putih.
Gambar 1. Kromosom, DNA, Gen
( sumber : http://www.biologi-sel.com/2012/11/konsep-gen-dna-dan-kromosom-part4.html )

Gambar 2. Lokus dan Alel


Sumber : (http://biologimantaya.blogspot.com/2012/10/lokus-gen-alela.html )

Hukum Mendel

Fenomena bahwa gen tetap tidak berubah dan merupakan pola dapat ditafsirkan pertama
kali ditemukan oleh Gregor Johannes Mendel (1882-1884), seorang kepala biara pria di sebuah
biara di Moravia.5 Sejak penemuan Mendel tersebut, pengetahuan genetika berkembang dan
menjadi satu lapangan ilmu pengetahuan dalam biologi. Salah satu percobaan yang dilakukannya
adalah mencoba persilangan (perkawinan) pada tanaman ercis (kacang kapri). Mendel disebut
sebagai Bapak Genetika, karena ia telah memberikan dasar pengetahuan bagi genetika modern.
Mekanisme pewarisan melalui persilangan yang dilakukan Mendel menunjukkan kenyataan
tentang faktor dari gen-gen dalam kromosom, yaitu6

1. Gen-gen berada dalam keadaan berpasangan (alela).


2. Gen-gen memisah (segregasi) dalam sel kelamin (kepala sari dan putik, jantan dan betina,
wanita dan pria), salah satu alela menuju salah satu sel kelamin.
3. Gen tersusun secara rambang (bersamaan, berdampingan, berpasangan) dalam sel
kelamin.
4. Sifat gen tetap dari generasi ke generasi.
Hukum Mendel I : Hukum Segregasi

Hukum Mendel I disebut juga hukum pembentukan gamet dengan satu sifat beda
(monohibrid). Monohibrid adalah persilangan yang hanya menggunakan satu macam gen yang
berbeda atau dengan satu sifat beda.7 Alela memisah (segregasi) satu dari yang lain selama
pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang ke dalam gamet-gamet yang sama
jumlahnya.6

Kesimpulan yang didapat pada persilangan monohibrid ini bahwa,6

1. Galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat-sifat resesif
(alel aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam
alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominan lengkap).
2. Individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alela
dominan A dan setengahnya mempunyai alela resesif a.
3. Dengan rekombinasi antara gamet-gamet secara rambang, populasi F2 menampilkan
sifat-sifat dominan dan resesif dengan perbandingan yang dapat diramalkan.
Perbandingan fenotip yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Perbandingan
genotip yaitu 1 homozigot dominan (AA) : 2 heterozigot (Aa) : 1 homozigot resesif (aa).

Gambar 3. Persilangan Monohibrid


Sumber : (https://dittakris.wordpress.com/2011/06/page/3/ )

Hukum Mendel II : Hukum Pengelompokan Secara Bebas

Pasangan gen berbeda yang sedang segregasi akan memisah dan mengelompok secara bebas.
Hukum ini dibuktikan melalui percobaan persilangan dengan 2 sifat beda (dihibrid) dan
menghasilkan kesimpulan bahwa,6

1. Faktor (alela) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat yang dapat
dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet.
2. Apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, perbandingan fenotip
pada F2 adalah 9:3:3:1.
3. Uji silang dihibrida menghasilkan perbandingan 1:1:1:1.
4. Makin banyak jumlah gen (pasangan alela) makin banyak jumlah kelas fenotip dan
genotipe pada F2.
5. Metode garis cabang dalam analisis genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas
fenotip dan genotipe.
Gambar 4. Persilangan Dihibrid
Sumber : (http://fitrioyexbiologi.blogspot.com/2011/11/hukum-mendel.html)

Kelainan Genetik

Kelainan genetik atau penyakit genetik adalah penyakit yang disebabkan oleh gen yang
rusak atau tidak berfungsi dengan normal. Sebuah gen termutasi tidak menghasilkan protein
yang berfungsi normal, namun menghasilkan protein dalam bentuk lain sehingga tidak bisa
berfungsi dengan baik bahkan tidak bisa menghasilkan protein sama sekali. Secara umum
kelainan / gangguan genetik ini dikelompokkan menjadi 3 kategori, gangguan gen tunggal yang
disebabkan oleh perubahan DNA untuk satu alel, gangguan multifaktorial yang disebabkan oleh
perubahan gen dan faktor lingkungan, serta abnormalitas kromosom yang melibatkan jumlah
atau struktur kromosom.8 Gangguan gen tunggal dikenal juga dengan istilah Mendelian sebagai
penghargaan kepada Gregor Mendel yang pertama kali mengetahui prinsip-prinsip yang
mendasari pewarisan gen tunggal. Penyakit-penyakit ini diklasifikasikan sesuai cara
pewarisannya yaitu dominan autosom, resesif autosom, dan terkait kromosom kelamin X atau
Y.1

Pewarisan autosom dominan

Pewarisan autosom dominan disebabkan karena adanya sebuah gen dominan di dalam
genotip seseorang. Pembawa suatu gen yang menyebabkan penyakit dominan autosom memiliki
kemungkinan 50 % mewariskan gen tersebut pada setiap kali konsepsi.1 Beberapa kelainan yang
terikat pada autosom dominan berupa polidaktili, achondroplasia, dsb.

Polidaktili

Polidaktili merupakan suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosom dominan P,
dimana bertambahnya jumlah jari tangan atau kaki dari jumlah normal. Kelainan ini dapat terjadi
pada satu tangan bahkan kedua tangannya. Polidaktili ini tidak bersifat letal (mematikan).
Seseorang yang menderita polidaktili memiliki genotip PP atau Pp, sedangakan pp normal.
Gambar 5. Polidaktili
Sumber : (http://www.kozmetikcerrahi.com/estetik_el.htm )

Gambar 6. Persilangan Polidaktili


Sumber : (http://www.materisma.com/2014/11/penjelasan-hereditas-pada-manusia.html )

Penyebab lain yang menyebabkan polidaktili adalah faktor teratogenik. Teratologi adalah
penelitian perkembangan janin abnormal. Suatu zat yang telah diidentifikasi sebagai penyebab
kelainan lahir disebut teratogen dikatakan sebagai teratogenik.9 Teratogen adalah suatu agens
yang bekerja selama masa perkembangan janin untuk menimbulkan perubahan permanen bentuk
atau fungsi. Cacat lahir merupakan suatu penyimpangan dari morfologi atau fungsi normal yang
bersifat kongenital.1 Kelainan kongential merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan
dan pembentukan organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital diduga karena penyimpangan
kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan-endometrium yang kurang subur, kelainan
metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus.2 Perubahan yang
disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga
menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis. Umumnya
bahan teratogenik dibagi menjadi 3 berdasarkan golongannya yakni bahan teratogenik fisik,
kimia dan biologis.
Faktor Teratogenik Fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik
misalnya radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir
(misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir
dengan berbagai kecacatan fisik.
Faktor Teratogenik Kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila
masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan
gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan
obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek
teratogenik. Sebagai contohnya adalah alkohol. Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik
yang umum terjadi terutama di negara-negara yang mengkonsumi alkohol tinggi. Konsumsi
alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama pada trisemester pertama, dapat
menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal
alkoholic syndrome. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk
muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu dilahirkan.
Faktor Teratogenik Biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah
torch atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen
teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi torch dapat
menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain
itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat
memberikan efek teratogenik.
Achondroplasia

Achondroplasia merupakan penyakit kekerdilan yang terjadi pada satu diantara 10.000
orang. Satu salinan tunggal dari alel yang cacat menghasilkan fenotip kerdil. Penyakit tersebut
bersifat letal sehingga menyebabkan kematian janin pada genotip homozigot.10 Tetapi pada
beberapa kasus, penderita achondroplasia dengan genotip heterozigot dapat bertahan hidup
hingga dewasa.

Gambar 7. Achondroplasia
Sumber :
(http://www.sciencemuseum.org.uk/whoami/findoutmore/yourgenes/whatcausesgeneticcondition
s/whatisdominantinheritance/whatisachondroplasia.aspx )
Kriteria pewarisan autosom dominan :

1. Sifat heterozigot muncul pada setiap generasi tanpa selang.


2. Sifat diwariskan oleh penderita ke setengah jumlah anak.
3. Pewarisan sifat tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dimana presentase penderita laki-
laki dan perempuan sama banyak (50%:50%)
Pewarisan autosom resesif

Pewarisan autosom resesif merupakan suatu sifat yang diwariskan yang hanya
berekspresi dalam genotip homozigot resesif. Beberapa kelainan yang terikan pada autosom
resesif berupa albinisme / albino, phenylketonuria (PKU), dsb.

Albinisme / albino

Albinisme terdiri dari sekelompok kelainan metabolik yang ditentukan secara genetik dan
ditandai oleh defisiensi pigmen.11 Kondisi ini merupakan akibat dari defek biosintesis dan
distribusi melanin. Melanin disintesis oleh melanosit dari tirosin dalam melanosom yaitu organel
intraseluler yang terikat membran.12 Pada orang kulit putih, varian resesif autosom
mempengaruhi kulit, rambut, dan seringkali mata. Pada orang kulit hitam, albinisme dominan
dan parsial lebih sering terjadi dan tidak mempengaruhi mata.11 Pada albinisme ini, penderita
albinisme memiliki genotip aa, sedangkan AA dan Aa berkulit normal.

Gambar 8. Albinisme / Albino


Sumber : (http://thierryvatin.e-monsite.com/pages/sante-et-medecine/albinisme.html )

Phenylketonuria (PKU)

Phenylketonuria (PKU) adalah suatu kelainan metabolisme asam amino phenylalanine,


karena tidak adanya enzim phenylalanine hidroksilase yang merubah phenylalanine menjadi
tyrosine. Jika diet tidak dibatasi maka kadar phenylalanine yang terlalu tinggi menyebabkan
kerusakan saraf, retardasi mental, serta hipopigmentasi rambut, mata, dan kulit. Phenylalanine
mudah menembus plasenta, dan kadar yang tinggi di dalam serum ibu dapat menyebabkan
kematian janin, mikrosefalus, retardasi mental, dan cacat jantung pada janin heterozigot yang
sebenarnya bisa tidak terkena.1 Penderita PKU memiliki genotip pp, sedangkan PP dan Pp adalah
normal.

Kriteria pewarisan autosom resesif :

1. Sifat sering melewatkan generasi.


2. Jumlah hampir sama laki-laki dan perempuan yang menderita.
3. Sifat-sifat adalah sering ditemukan pada keturunan dari perkawinan sekerabat.
4. Jika kedua orangtua adalah menderita, maka semua anak akan menderita.
5. Dalam kebanyakan kasus ketika individu yang tidak menderita menikah dengan individu
yang menderita, semua anak akan menjadi tidak menderita. Ketika setidaknya satu anak
adalah menderita (menunjukkan bahwa orangtua yang tidak menderita adalah
heterozigot), sekitar separuh anak akan menderita.
6. Kebanyakan individu yang terkena memiliki orangtua yang tidak menderita yaitu yang
bersifat pembawa (carrier).

Pewarisan gonosom tertaut kromosom X

Gen tertaut kromosom x merupakan gen tertaut kelamin tidak sempurna, artinya gen yang
terletak pada bagian yang homolog. Sebagian besar penyakit terkait kromosom X diwariskan
secara resesif. Jika seorang wanita membawa sebuah gen yang menyebabkan suatu penyakit
resesif terkait kromosom X maka setiap anak laki-laki memiliki resiko 50% terkena dan setiap
anak perempuan kemungkinan 50% menjadi pembawa sifat (carrier). Pria yang membawa
sebuah gen resesif terkait kromosom X biasanya terkena karena mereka tidak memiliki
kromosom X kedua untuk mengekspresikan gen dominan normal. Jika seorang pria mengidap
suatu penyakit terkait kromosom X maka semua anak laki-lakinya tidak akan terkena karena
emreka tidak dapat menerima kromosom X-nya yang terkana. Penyakit dominan terkait
kromosom X terutama mengenai wanita karena cenderung letal pada janin pria.1 Pewarisan
gonosom X dibagi menjadi pewarisan gonosom X dominan seperti sindrom rett, dan pewarisan
gonosom X resesif seperti hemofilia, dsb.

Sindrom Rett

Sindrom Rett merupakan gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita.
Walaupun normal pada awal masa bayi, anak perempuan tersebut mulai menunjukkan bukti-
bukti adanya keterlambatan perkembangan psikomotorik sampai akhir tahun pertama. Mulai
sekitar usia 6 bulan mereka mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai
berkurang antara usia 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan tangan menjadi tidak terkendali, gerakan
yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial.
Gerakan-gerakan otot tampak tidak terkoordinasi. Seringkali memasukkan tangan ke mulut,
menepukkan tangan dan membuat gerakan dua tangannya seperti orang yang sedang mencuci
baju. Hal ini terjadi antara usia 6-30 bulan. Selain itu, ganguan lain yang sering menyertainya
adalah gangguan pernafasan, otot-otot yang makin kaku, timbul kejang, scoliosis tulang
punggung, pertumbuhan terlambat dan kaki makin mengecil (hypotrophik).11, 13, 14
Gambar 9. Rett Syndrome
Sumber : (http://globalgenes.org/raredaily/shonas-digestive-pain-was-just-one-of-many-
symptoms-of-rett-syndrome/ )

Hemofilia

Hemofilia merupakan penyakit keturunan yang mengakibatkan darah seseorang sukar


membeku. Terdapat beberapa jenis hemofilia yaitu hemofilia A dan hemofilia B. Hemofilia A
disebabkan oleh defisiensi faktor VIII. Sedangkan hemofilia B disebabkan oleh defisiensi faktor
IX.15 Faktor VIII lima kali lebih sering dibanding defisiensi faktor IX.16

Gambar 10. Hemofilia


Sumber : (http://www.genetic-diseases.net/hemophilia-syndrome/ )

Pewarisan gonosom tertaut kromosom Y

Gen tertaut kromosom Y disebut juga gen holandrik. Sifat yang diturunkan hanya kepada
anak laki-laki karena mempunyai kromosom Y. Gen tertaut kromosom Y merupakan gen tertaut
kelamin sempurna, artinya gen yang terletak pada bagian yang tidak homolog. Contoh dari
kelainan tertaut kromosom Y seperti hairy pinnae, ichtyosis, webbed toes, dsb.

Diagram silsilah (Pedigree)

Diagram silsilah atau pohon keluarga merupakan diagram sederhana mengenai struktur
keluarga. Prediksi kemungkinan penurunan suatu gen dapat dilakukan dengan melihat diagram
silsilah yang memperlihatkan hubungan genetik antar generasi. Diagram ini juga dapat
menunjukkan apakah gen tersebut bersifat dominan atau resesif dan apakah seseorang dapat
menjadi pembawa gen (carrier) resesif yang dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Salah satu
diagram silsilah yang terkenal adalah keluarga kerjaan Eropa yang berasal dari Ratu Victoria
yang merupakan carrier hemofilia.8

Gambar 11. Diagram Silsilah


Sumber :
(http://hihg.med.miami.edu/code/http/modules/education/Design/CoursePageContent.asp?ID=45
)

Kesimpulan

Polidaktili merupakan suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosom dominan dari
kedua orangtua kepada anaknya, dimana bertambahnya jumlah jari tangan atau kaki dari jumlah
normal. Kelainan ini dapat terjadi pada satu tangan bahkan kedua tangannya. Penderita
polidaktili memiliki genotip PP atau Pp sedangkan genotip pp adalah normal. Selain itu juga
terdapat faktor lain yang menyebabkan terjadinya polidaktili yaitu faktor teratogenik.

Daftar Pustaka

1. Levono KJ, Cunningham FG, Gant NF, Alexander JM, Bloom, SL, Casey BM, et al.
Obstetri williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC; 2009.h.84-6,100.
2. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga untuk pendidikan
bidan. Jakarta : EGC;1998.h.396.
3. Campbell NA, Reece JB, & Mitchell LG. Biologi. Jil 1 Ed.5. Jakarta:
Erlangga;2002.h.242.
4. Yuwono T. Biologi molekular. Jakarta : Erlangga;2008.h.75-8,84
5. Asih NLGY. Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta : EGC;1995.h.45.
6. Yunus R, Haryanto B, Abadi C. Teori darwin dalam pandangan sains dan islam. Depok :
Prestasi;2006.h.71-3.
7. Abdurahman D. Biologi kelompok pertanian. Bandung : Grafind;2008.h.22.
8. James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta :
Erlangga;2008.h.95-7.
9. Asih Y. Kehamilan di atas usia 30. Jakarta : Arcan;1999.h.91.
10. Sudjadi B, Laila S. Biologi. Yogyakarta : Yudhistira;2007.h.125.
11. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes : pedriatika. Ed.7. Jakarta :
Erlangga;2005.h.126,196.
12. Wahab AS. Ilmu kesehatan anak nelson. Vol. 1. Ed. 15. Jakarta : EGC;1996.h.70.
13. Naga DS, Waruwu FE, Monika, Muradriarini V, Widiastuti N, Lianawati, dkk. Jurnal
provitae. Jakarta : Buku Obor;2006.h.13.
14. Priyatna A. Amazing autism. Jakarta : PT Elex Media Komputindo;2010.h.3.
15. Davey P. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga;2006.h.329.
16. Asih Y. Keperawatan medikal-bedah : buku saku dari brunner & suddarth. Jakarta :
EGC;1996.h.202.

Anda mungkin juga menyukai