Anda di halaman 1dari 20

Kelas

Kurikululum2006/2013xxx

XII
BIOLOGI
PEWARISAN SIFAT

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami hukum Mendel I dan hukum Mendel II.
2. Memahami istilah-istilah dalam persilangan.
3. Dapat menentukan persilangan pada makhluk hidup.
4. Dapat menghitung jumlah gamet yang dihasilkan oleh suatu individu.
5. Dapat menentukan jumlah kemungkinan genotipe dan fenotipe pada suatu individu.

A. Pendahuluan
Pada semua organisme termasuk manusia, ada hubungan yang erat antara anak
(keturunan) dan induknya. Hubungan ini tampak dalam sifat-sifat yang diturunkan
dari induk (orang tua) ke anak-anaknya. Penurunan atau pewarisan sifat terjadi
melalui proses fertilisasi antara gamet jantan dan gamet betina. Masing-masing
gamet yang membawa sifat kedua induk akan disatukan dalam zigot. Oleh karena
itu, sifat kedua induk akan menurun kepada anaknya. Penurunan sifat induk
kepada anaknya melalui gen disebut hereditas. Mekanisme hereditas ini mengikuti
aturan-aturan tertentu yang disebut pola-pola hereditas.
Tokoh penting yang berpengaruh terhadap perkembangan pewarisan sifat adalah
Gregor Johann Mendel. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakannya, Mendel kemudian
dikenal sebagai “Bapak Genetika”. Menurut Mendel, suatu sifat dapat muncul pada satu
generasi, namun dapat menghilang pada generasi berikutnya. Mendel meyakini ada faktor
pembawa sifat yang dapat diturunkan dari induk kepada keturunannya. Faktor
ini kemudian dikenal dengan nama gen. Setelah melalui beberapa percobaan,
Mendel akhirnya menetapkan dua hukum tentang pewarisan sifat, yaitu hukum
Mendel I dan hukum Mendel II.
Sebelum maupun sesudah terbitnya buku Mendel, ada beberapa teori lain tentang
pewarisan sifat sebagai berikut.
1. Teori darah
Teori ini menyatakan pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya terjadi
melalui darah. Akan tetapi, teori ini dapat dipatahkan setelah ditemukannya
transfusi darah. Hal ini terjadi karena darah yang diterima oleh pasien tidak
mengubah sifat pasien menjadi seperti sifat pendonornya.
2. Teori preformasi
Teori ini menyatakan pewarisan sifat terjadi melalui sel gamet yang di
dalamnya terdapat makhluk hidup kecil sebagai calon individu baru.
3. Teori epigenesis
Teori ini menyatakan pewarisan sifat terjadi melalui sel telur yang telah dibuahi
oleh sel sperma. Sel telur ini selanjutnya akan mengalami pertumbuhan
secara bertahap menjadi individu baru.
4. Teori pangenesis
Teori ini menyatakan setelah ovum dibuahi oleh sel sperma, di dalam ovum
tersebut terdapat tunas-tunas yang tumbuh menjadi makhluk hidup baru.
Melalui makhluk hidup baru inilah pewarisan sifat dapat terjadi.
5. Teori Heckel
Teori ini menyatakan pewarisan sifat adalah tanggung jawab dari substansi inti
sel sperma/spermatozoid.

B. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi (pemisahan). Prinsip dari hukum
segregasi adalah gen-gen yang mengendalikan suatu sifat atau ciri tertentu akan
memisah saat terjadi pembentukan gamet. Hukum Mendel I dapat dibuktikan pada
persilangan monohibrid, yaitu persilangan dengan satu sifat beda. Contohnya, pada
persilangan kacang ercis berbunga ungu dengan kacang ercis berbunga putih.
Mendel memilih tanaman kacang ercis sebagai objek penelitiannya karena
alasan berikut.
a. Kacang ercis memiliki banyak varietas dengan pasangan yang kontras, misalnya:
• warna bunga: ungu atau putih;
• bentuk biji: bulat atau keriput;

2
• ukuran batang: panjang atau pendek;
• warna biji: kuning atau hijau;
• posisi bunga: aksial atau terminal; dan
• warna polong: hijau atau kuning.
b. Dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami).
c. Mudah dilakukan penyerbukan silang.
d. Menghasilkan banyak keturunan.
e. Cepat menghasilkan biji.

Untuk memudahkan mengingat alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai objek
penelitiannya, kamu dapat menggunakan SUPER, Solusi Quipper berikut.

SUPER "Solusi Quipper"


Mendel memilih Ercis karena BaVer minum susu Bubuk Sendirian di Silang
Monas, kemudian Turun hujan Biji.

(Banyak varietas, penyerbukan sendiri, mudah disilangkan, banyak


menghasilkan keturunan, dan cepat menghasilkan biji)

Dalam eksperimennya, Mendel menyilangkan kacang ercis berbunga ungu


dengan kacang ercis berbunga putih. Hasil keturunan I seluruhnya berbunga ungu.
Jika bunga ungu keturunan I (F1) disilangkan dengan sesamanya, akan dihasilkan
keturunan II (F2) yang terdiri atas bunga ungu 75% dan bunga putih 25%.

C. Hukum Mendel II
Hukum Mendel II disebut juga hukum pengelompokan secara sebas. Prinsip hukum
pengelompokan secara bebas apabila ada dua pasang alel dalam suatu persilangan,
ciri atau sifat yang diberikan oleh alel akan membentuk pengelompokan secara bebas
terhadap sesamanya. Hukum Mendel II dapat dibuktikan pada persilangan dihibrid,
yaitu persilangan dengan dua sifat beda. Contohnya, pada persilangan kacang ercis biji
bulat warna ungu dengan kacang ercis biji keriput warna putih.
Dalam eksperimennya, Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis biji bulat
warna kuning dengan kacang ercis biji keriput warna hijau. Ternyata, seluruh
keturunan I berbiji bulat warna kuning. Jika keturunan I (F1) disilangkan dengan
sesamanya, akan dihasilkan keturunan II (F2) dengan fenotipe bulat kuning, bulat
hijau, keriput kuning, dan keriput hijau dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.

3
D. Istilah-Istilah dalam Persilangan
Untuk mempelajari pola-pola hereditas, terdapat beberapa istilah yang harus
diketahui terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut.

1. Parental (P)
Parental merupakan induk jantan dan induk betina yang disilangkan. Induk pada
persilangan pertama disebut P1, sedangkan induk pada persilangan kedua disebut
P2 dan seterusnya. P2 merupakan persilangan antarketurunan yang dihasilkan.

2. Gamet (G)
Gamet adalah sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang berperan pada persilangan.

3. Filial (F)
Filial merupakan hasil persilangan atau keturunan atau anak. Keturunan pertama
disebut F1, keturunan kedua disebut F2, dan seterusnya.

4. Gen
Gen merupakan faktor pembawa sifat. Gen dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu gen dominan penuh, gen dominan tidak penuh (intermediet), dan gen resesif.
Gen dominan penuh adalah gen yang kuat, sedangkan gen resesif adalah gen
yang lemah. Gen dominan penuh ditulis dengan huruf besar, sedangkan gen
resesif ditulis dengan huruf kecil. Sifat dari gen dominan penuh akan menutup sifat
dari gen resesif jika keduanya bersama-sama. Contohnya, pada gen M yang
menentukan warna bunga merah dan gen m yang menentukan warna bunga putih.
Jika keduanya bersama-sama, Mm akan berwarna merah, bukan putih.
Untuk gen dominan tidak penuh (intermediet), jika dalam keadaan homozigot
(pasangan gen dan alelnya identik), sifat yang muncul adalah sifat gen itu sendiri. Akan
tetapi, jika dalam keadaan heterozigot (pasangan gen dan alelnya tidak identik), sifat
yang muncul adalah sifat antara gen dominan dan resesif. Contohnya, pada gen H
yang menentukan warna bulu hitam dan gen h yang menentukan warna bulu putih. Jika
keduanya bersama-sama, Hh akan berwarna abu-abu.

5. Alel
Alel merupakan pasangan gen yang terdapat pada kromosom homolog dari kedua
induknya. Alel menunjukkan sifat alternatif sesamanya, seperti sifat halus dengan kasar,
tinggi dengan pendek, bulat dengan lonjong, dan sebagainya. Pasangan gen sealel

4
dituliskan dengan huruf sejenis, tetapi dapat berupa huruf besar atau huruf kecil.
Contoh adalah AA, Aa, aa, BB, Bb, dan seterusnya.

6. Genotipe
Genotipe adalah sifat tidak tampak yang ditentukan oleh gen dalam suatu individu.
Genotipe merupakan faktor pembawa sifat dari kedua induknya. Ada tiga macam
genotipe sebagai berikut.
a. Genotipe homozigot dominan, misalnya BB.
b. Genotipe heterozigot, misalnya Bb.
c. Genotipe homozigot resesif, misalnya bb.

7. Fenotipe
Fenotipe merupakan sifat organisme yang muncul atau dapat diamati. Contohnya,
warna bunga, bentuk biji, bentuk daun, warna bulu, dan sebagainya. Penampakan
sifat pada fenotipe dapat dipengaruhi oleh faktor gen dan faktor lingkungan.

8. Karakter
Karakter merupakan istilah yang digunakan oleh para ahli genetika untuk menjelaskan
sifat yang dapat diturunkan. Misalnya, warna bunga, bentuk biji, atau bentuk daun.

Contoh Soal 1
Berdasarkan hukum Mendel II, genotipe PpQQRr tidak akan membentuk gamet ....
A. pqR
B. PQR
C. PQr
D. pQR
E. pQr
Jawaban: A

Penjelasan:
Menurut hukum Mendel II, setiap pasangan alel mula-mula akan memisah dari
pasangannya. Setelah itu, setiap alel yang sudah berpisah akan mengelompok dengan alel-
alel yang lain. Pada soal tersebut, pengelompokan secara bebas pada genotipe PpQQRr
akan membentuk gamet PQR, PQr, pQR, dan pQr. Genotipe QQ hanya memiliki gen Q
saja, sehingga tidak mungkin membentuk gamet yang mengandung gen q.

5
Contoh Soal 2
Keadaan genetik dari suatu individu atau populasi dan merupakan faktor pembawa sifat
dari kedua induknya disebut ....
A. genotipe
B. fenotipe
C. alel
D. gamet
E. lial
Jawaban: A

Penjelasan:
Genotipe adalah keadaan genetik dari suatu individu atau populasi dan termasuk
faktor pembawa sifat dari kedua induknya. Genotipe merupakan faktor yang tidak
dapat dilihat dan dilambangkan dengan huruf-huruf tertentu.

E. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda yang merupakan
satu pasangan alel. Berikut ini adalah contoh persilangan monohibrid dominansi penuh.

Tanaman tomat buah bulat disilangkan dengan tanaman tomat buah lonjong. Sifat bulat
ditentukan oleh gen B dan bersifat dominan terhadap sifat lonjong yang ditentukan oleh
gen b. Keturunan I seluruhnya berbuah bulat. Jika tanaman hasil keturunan I
disilangkan dengan sesamanya, pada keturunan II akan diperoleh tanaman tomat buah
bulat sebanyak 75% dan tanaman tomat buah lonjong sebanyak 25%.

6
Diagram untuk persilangan monohibrid tersebut adalah sebagai berikut.

P1 : BB × bb
Buah bulat Buah lonjong
G1 : B b
F1 : Bb
100% buah bulat
P2 : Bb × Bb
Buah bulat Buah bulat
G2 : B, b B, b
F2 :

B b
B BB Bb
Buah bulat Buah bulat
b Bb bb
Buah bulat Buah lonjong

Perbandingan genotipe F2 = BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = buah bulat : buah lonjong = 75% : 25% = 3 : 1

Untuk lebih jelasnya, peristiwa persilangan monohibrid tersebut dapat


dijelaskan sebagai berikut.
a. Tanaman buah bulat bersifat dominan. Tanaman buah bulat betina pada induk
pertama (P1) memiliki genotipe homozigot BB. Dengan demikian, pada saat
pembentukan gamet, terjadi pemisahan pasangan alel BB dan terbentuklah
satu macam gen B.
b. Tanaman buah lonjong bersifat resesif. Tanaman buah lonjong jantan pada induk
pertama (P1) memiliki genotipe homozigot bb. Dengan demikian, saat pembentukan
gamet, terjadi pemisahan pasangan alel bb dan terbentuklah satu macam gen b.
c. Terjadi fertilisasi antara gamet betina B dan gamet jantan b sehingga
dihasilkan keturunan pertama (F1) yang seluruhnya atau 100% bergenotipe
Bb dan berfenotipe buah bulat.
d. F1 kemudian disilangkan dengan sesama F1 sebagai parental kedua (P2). Saat
pembentukan gamet, setiap pasangan alel Bb berpisah. Dengan demikian, terbentuk
dua macam gamet jantan (B dan b) dan dua macam gamet betina (B dan b).
e. Jika keempat gamet tersebut mengalami fertilisasi, akan terjadi pertemuan silang

7
antara keempat gamet sehingga terbentuk keturunan F2 yang bergenotip BB,
Bb, dan bb. Genotipe BB dan Bb berfenotipe buah bulat, sedangkan genotipe
bb berfenotipe buah lonjong.
f. Perbandingan genotipe pada F2 adalah BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1. Sementara perbandingan
fenotipenya adalah buah bulat : buah lonjong = 3 : 1.

Contoh Soal 3
Tanaman kacang ercis berbunga ungu disilangkan dengan tanaman kacang ercis
berbunga putih. Sifat ungu dominan terhadap sifat putih. Ternyata, seluruh keturunan
F1 berbunga ungu. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya dan diperoleh 100
tanaman, jumlah tanaman yang berbunga ungu homozigot adalah … tanaman.
A. 25
B. 20
C. 10
D. 30
E. 50
Jawaban: A

Penjelasan:
Persilangan pada soal merupakan persilangan monohibrid. Diagram untuk
persilangan monohibrid tersebut adalah sebagai berikut.
P1 : UU × uu
Ungu Putih
G1 : U u
F1 : Uu
100% bunga ungu
P2 : Uu × Uu
Ungu Ungu
G2 : U U
u u
F2 : UU = bunga ungu = 25%
Uu = bunga ungu = 50%

uu = bunga putih = 25%


Dengan demikian, diperoleh:
Keturunan homozigot UU = 25% × 100 = 25 tanaman.
Jadi, jumlah tanaman yang berbunga ungu homozigot adalah 25 tanaman.

8
Contoh Soal 4
Kucing berbulu hitam disilangkan dengan kucing berbulu putih. Ternyata, seluruh
F1 berbulu hitam. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, perbandingan genotipe
pada F2-nya adalah ....
A. HH : Hh : hh = 1 : 2 : 1
B. HH : Hh : hh = 1 : 1 : 2
C. HH : Hh : hh = 2 : 1 : 1
D. HH : Hh = 2 : 1
E. Hh : hh = 1 : 1
Jawaban: A

Penjelasan:
Persilangan pada soal merupakan persilangan monohibrid. Diagram untuk
persilangan monohibrid tersebut adalah sebagai berikut.
P1 : HH × hh
Hitam Putih
G1 : H h
F1 : Hh
Hitam
P2 : Hh × Hh
Hitam Hitam
G2 : H H
h h
F2 : HH = bulu hitam = 25%
Hh = bulu hitam = 50%

hh = bulu putih = 25%


Dengan demikian, diperoleh:
Perbandingan genotipe pada F2 = HH : Hh : hh = 1 : 2 : 1.
Jadi, perbandingan genotipe pada F2-nya adalah HH : Hh : hh = 1 : 2 : 1.

F. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda yang merupakan
dua pasangan alel. Berikut ini adalah contoh persilangan dihibrid dominansi penuh.

9
Tanaman tomat buah bulat batang tinggi disilangkan dengan tanaman tomat
buah lonjong batang pendek. Sifat bulat ditentukan oleh gen B dan bersifat
dominan terhadap sifat lonjong yang ditentukan oleh gen b. Sementara itu, sifat
tinggi ditentukan oleh gen T dan bersifat dominan terhadap sifat pendek yang
ditentukan oleh gen t. Keturunan I seluruhnya berbuah bulat batang tinggi. Jika
tanaman hasil keturunan I disilangkan dengan sesamanya, pada keturunan F2
akan diperoleh tanaman tomat dengan fenotipe bulat tinggi, bulat pendek,
lonjong tinggi, dan lonjong pendek dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.

Diagram untuk persilangan dihibrid tersebut adalah sebagai berikut.

P1 : BBTT × bbtt
Buah bulat batang tinggi Buah lonjong batang pendek
G1 : BT bt
F1 : BbTt

100% Buah bulat batang tinggi


P2 : BbTt × BbTt
Buah bulat batang tinggi Buah bulat batang tinggi
G2 : BT, Bt, bT, bt BT, Bt, bT, bt
F2 :

BT Bt bT bt
BT BBTT BBTt BbTT BbTt
Bulat tinggi Bulat tinggi Bulat tinggi Bulat tinggi
Bt BBTt BBtt BbTt Bbtt
Bulat tinggi Bulat pendek Bulat tinggi Bulat pendek
bT BbTT BbTt bbTT bbTt
Bulat tinggi Bulat tinggi Lonjong tinggi Lonjong tinggi
bt BbTt Bbtt bbTt bbtt
Bulat tinggi Bulat pendek Lonjong tinggi Lonjong pendek

Perbandingan genotipe F2 = BBTT : BBTt : BBtt : BbTT : BbTt : Bbtt : bbTT : bbTt : bbtt
1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = bulat tinggi : bulat pendek : lonjong tinggi : lonjong pendek
9 : 3 : 3 : 1

10
Untuk lebih jelasnya, peristiwa persilangan dihibrid tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Tanaman tomat buah bulat batang tinggi bersifat dominan. Tanaman tomat buah
bulat batang tinggi betina pada induk pertama (P1) memiliki genotipe homozigot
BBTT. Terjadi pemisahan alel secara bebas sehingga BB berpisah menjadi B dan
B, sedangkan TT berpisah menjadi T dan T. Saat pembentukan gamet betina,
terjadi penggabungan alel secara bebas sehingga terbentuk gamet BT.
b. Tanaman tomat buah lonjong batang pendek bersifat resesif. Tanaman tomat
buah lonjong batang pendek jantan pertama (P1) memiliki genotipe bbtt.
Terjadi pemisahan alel secara bebas, yaitu bb berpisah menjadi b dan b,
sedangkan tt berpisah menjadi t dan t. Saat pembentukan gamet, terjadi
penggabungan alel secara bebas sehingga terbentuk gamet bt.
c. Terjadi fertilisasi antara gamet betina BT dan gamet jantan bt sehingga
dihasilkan keturunan pertama (F1) yang seluruhnya atau 100% bergenotipe
BbTt dan berfenotipe buah bulat batang tinggi.
d. F1 kemudian disilangkan dengan sesama F1 sebagai parental kedua (P2). Saat
pembentukan gamet, setiap pasangan alel memisah dan bergabung secara bebas
dengan alel bukan pasangannya. Dengan demikian, akan terbentuk empat macam
gamet jantan (BT, Bt, bT, dan bt) dan empat macam gamet betina (BT, Bt, bT, dan bt).
e. Jika keempat pasang gamet tersebut mengalami fertilisasi, akan terjadi
pertemuan silang antara mereka sehingga terbentuk keturunan F2 dengan 9
macam genotipe dan 4 macam fenotipe.
f. Perbandingan genotipe pada F2 adalah BBTT : BBTt : BBtt : BbTT : BbTt : Bbtt : bbTT :
bbTt : bbtt = 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1. Sementara perbandingan fenotipenya adalah
bulat tinggi : bulat pendek : lonjong tinggi : lonjong pendek = 9 : 3 : 3 : 1.

Contoh Soal 5
Kelinci hitam ekor panjang disilangkan dengan kelinci putih ekor panjang. Jika diperoleh
keturunan dengan perbandingan hitam ekor panjang : putih ekor panjang : hitam ekor
pendek : putih ekor pendek = 3 : 3 : 1 : 1, genotipe kedua induknya adalah ....
A. HhPp >< hhPp D. Hhpp >< hhPp
B. HHPP >< HhPp E. HHpp >< hhpp
C. HHpp >< hhPp
Jawaban: A

11
Penjelasan:
Berdasarkan informasi pada soal, dapat diketahui beberapa hal berikut.
• Jumlah angka perbandingannya adalah 3 + 3 + 1 + 1 = 8. Ini berarti persilangan
yang terjadi adalah antara dua individu yang heterozigotik, dengan salah satunya
heterozigotik untuk dua sifat dan satunya lagi heterozigotik untuk satu sifat.
• Kelinci hitam ekor panjang dapat bersifat heterozigotik untuk dua sifat karena
hitam dan panjang bersifat dominan.
• Kelinci putih ekor panjang bersifat heterozigotik untuk satu sifat saja, yaitu ekor
panjang. Hal ini karena panjang bersifat dominan, sedangkan putih bersifat resesif.

Dengan demikian, kelinci hitam ekor panjang bergenotipe HhPp dan menghasilkan
empat macam gamet. Sementara itu, kelinci putih ekor panjang bergenotipe hhPp dan
menghasilkan 2 macam gamet. Persilangan yang terjadi adalah sebagai berikut.
P : HhPp × hhPp
Hitam panjang Putih panjang
G : HP hP
Hp hp
hP
hp
F :
HP Hp hP hp
hP HhPP HhPp hhPP hhPp
Hitam panjang Hitam panjang Putih panjang Putih panjang
hp HhPp Hhpp hhPp hhpp
Hitam panjang Hitam pendek Putih panjang Putih pendek

Perbandingan fenotipe yang diperoleh adalah sebagai berikut.


Hitam panjang : putih panjang : hitam pendek : putih pendek = 3 : 3 : 1 : 1.
Jadi, genotipe kedua induknya adalah HhPp >< hhPp.

Contoh Soal 6
Pada marmot, warna bulu hitam dominan terhadap warna bulu albino dan bulu kasar
dominan terhadap bulu halus. Marmot bulu hitam kasar disilangkan dengan marmot
bulu albino halus menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berbulu hitam kasar. Jika
marmot keturunan F1 disilangkan dengan marmot yang albino halus, kemungkinan

12
diperoleh keturunan berbulu kasar sebanyak ....
A. 6,25%
B. 12,5%
C. 25%
D. 50%
E. 75%
Jawaban: D
Penjelasan:
Persilangan pada soal merupakan persilangan dihibrid. Diagram untuk persilangan
dihibrid tersebut adalah sebagai berikut.
P1 : HHKK × hhkk
Hitam kasar Albino halus
G1 : HK hk
F1 : HhKk
Hitam kasar
P2 : HhKk × hhkk
Hitam kasar Albino halus
G2 : HK hk
Hk
hK
hk
F2 :

HK Hk hK hk
hk HhKk Hhkk hhKk hhkk
Hitam kasar Hitam halus Albino kasar Albino halus

Pada F2, diperoleh keturunan sebagai berikut.


HhKk → hitam kasar = 1
Hhkk → hitam halus = 1
hhKk → albinokasar = 1
hhkk → albino halus = 1
Dari hasil tersebut, diketahui yang berbulu kasar ada dua, yaitu hitam kasar dan albino

2
kasar. Dengan demikian, jumlah keturunan yang berbulu kasar adalah 4 ×100% = 50% .

13
Jadi, jika marmot keturunan F1 disilangkan dengan marmot yang albino halus,
kemungkinan diperoleh keturunan berbulu kasar sebanyak 50%.

SUPER "Solusi Quipper"


Hasil persilangan antara keturunan F1 dan induk resesif selalu memiliki
perbandingan fenotipe yang setara antarketurunan yang dihasilkan.

Contoh:
Aa × aa → Aa : aa = 1 : 1
AaBb × aabb → AaBb : Aabb : aaBb : aabb = 1 : 1 : 1 : 1
AaBbCc × aabbcc
→ AaBbCc : AaBbcc : AabbCc : Aabbcc : aaBbCc : aaBbcc : aabbCc : aabbcc
1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1

Banyaknya angka 1 yang harus dituliskan dalam perbandingan dapat


langsung ditentukan dengan melihat genotipe F1-nya.
• Jika monohibrid, berarti jumlah angka 1 = 21 = 2.
• Jika dihibrid, berarti jumlah angka 1 = 22 = 4.
• Jika trihibrid, berarti jumlah angka 1 = 23 = 8 dst.
Dengan cara ini, kamu tidak perlu menyilangkan terlebih dulu.

G. Persilangan Testcross, Backcross, dan Resiprok


1. Persilangan Testcross
Persilangan testcross atau uji silang adalah persilangan antara individu yang belum
diketahui genotipenya (apakah homozigot atau heterozigot) dan induk yang
bergenotipe resesif. Adapun tujuan dari testcross adalah untuk menguji apakah suatu
individu yang berfenotipe dominan memiliki genotipe homozigot atau heterozigot.
Jika keturunan hasil testcross tidak memisah atau berfenotipe seragam,
individu yang diuji memiliki genotipe homozigot atau bergalur murni. Akan tetapi,
jika keturunannya memisah 1 : 1 atau memiliki lebih dari satu fenotipe, individu
yang diuji bersifat heterozigot. Selain itu, testcross juga bertujuan untuk
mengetahui jenis gamet yang dihasilkan oleh individu yang genotipenya belum
diketahui. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh persilangan testcross berikut.

Bunga mawar merah disilangkan dengan bunga warna putih. Warna merah ditentukan
oleh gen M dan bersifat dominan terhadap warna putih yang ditentukan oleh gen m.
Ada dua kemungkinan genotipe untuk warna merah, yaitu MM atau Mm.

14
Kemungkinan 1: Jika genotipe bunga merah adalah homozigot (MM)

P1 : MM × mm
Merah Putih
G1 : M m

F1 : Mm
Merah
Oleh karena seluruh keturunannya berwarna merah, maka bunga tersebut memiliki
genotipe homozigot atau termasuk suatu galur murni.

Kemungkinan 2: Jika genotipe bunga merah adalah heterozigot (Mm).


P1 : Mm ×mm
Merah Putih
G1 : M, m m
F1 :

m
Mm
M
merah
M mm
putih

Perbandingan genotipe pada F1 = Mm : mm = 1 : 1


Perbandingan fenotipe pada F1 = merah : putih = 1 : 1

Oleh karena pada keturunannya terbentuk dua macam fenotipe, yaitu merah
dan putih, maka bunga tersebut memiliki genotipe heterozigot.
Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada persilangan testcross,
jika keturunannya berfenotipe seragam, individu yang diuji memiliki genotipe
homozigot atau bergalur murni. Akan tetapi, jika keturunannya memiliki lebih dari
satu fenotipe, individu yang diuji bersifat heterozigot.

2. Persilangan Backcross
Persilangan backcross atau silang balik adalah persilangan antara suatu individu dan salah
satu induknya. Tujuan dari persilangan backcross adalah untuk mendapatkan kembali sifat-
sifat galur murni, baik yang bergenotipe homozigot dominan maupun bergenotipe

15
homozigot resesif. Backcross akan menghasilkan progeni, yaitu keturunan yang
berasal dari sumber yang sama. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
persilangan backcross berikut ini!

Tanaman padi berbiji pulen disilangkan dengan tanaman padi berbiji tidak pulen.
Sifat pulen ditentukan oleh gen P dan bersifat dominan terhadap sifat tidak pulen
yang ditentukan oleh gen p. Terhadap F1 dilakukan backcross. Ada dua macam
induk yang dapat digunakan, yaitu induk dominan dan induk resesif.

Kemungkinan 1: Jika disilangkan dengan induk dominan


P1 : PP × pp
Biji pulen Biji tidak pulen
G1 : P p

F1 : Pp
Biji pulen
Backcross : PP × Pp
(P1) (F1)
Progeni : PP Pp

Perbandingan genotipe = PP : Pp = 1 : 1
Perbandingan fenotipe = seluruh keturunan berfenotipe biji pulen meskipun
genotipenya berbeda.

Kemungkinan 2: Jika disilangkan dengan induk resesif


P1 : PP × pp
Biji pulen Biji tidak pulen
G1 : P p
F1 : Pp

Biji pulen
Backcross : Pp × pp
(F1) (P1)
Progeni : Pp pp

Perbandingan genotipe = Pp : pp = 1 : 1
Perbandingan fenotipe = biji pulen : biji tidak pulen = 1 : 1

16
Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada backcross, jika F1 disilangkan
dengan induk yang dominan, akan dihasilkan genotipe dengan perbandingan 1 : 1 dan
fenotipenya 100% seragam. Akan tetapi, jika F1 disilangkan dengan induk yang resesif,
perbandingan genotipe dan fenotipenya akan sama, yaitu 1 : 1.

3. Persilangan Resiprok
Persilangan resiprok atau persilangan ulang adalah persilangan dengan menukarkan
jenis kelamin. Perbandingan fenotipe dan genotipe hasil persilangan ini tidak akan
berubah selama gen-gen yang disilangkan tidak terpaut pada kromosom kelamin. Akan
tetapi, jika gen tersebut terpaut pada kromosom kelamin, perbandingan keturunannya
akan berubah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh persilangan resiprok berikut ini.

Kacang ercis bunga ungu disilangkan dengan kacang ercis bunga putih. Sifat ungu
ditentukan oleh gen U dan bersifat dominan terhadap sifat putih yang ditentukan
oleh gen u. Terhadap parental pertama (P1) dilakukan persilangan resiprok.

Persilangan 1: Kacang ercis ungu jantan dengan kacang ercis putih betina

P1 : UU × uu
Bunga ungu Bunga putih
G1 : U u
F1 : Uu
100% berbunga ungu
P2 : Uu × Uu
Bunga ungu Bunga ungu
F2 :

U u
U UU Uu
Bunga ungu Bunga ungu
U Uu uu
Bunga ungu Bunga putih

Perbandingan genotipe F2 = UU : Uu : uu = 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = bunga ungu : bunga putih = 3 : 1

17
Persilangan 2: Kacang ercis ungu betina dengan kacang ercis putih jantan
P1 : UU × uu
Bunga ungu Bunga putih
G1 : U u
F1 : Uu
100% berbunga ungu
P2 : Uu × Uu
Bunga ungu Bunga ungu
F2 :

U u
U UU Uu
Bunga ungu Bunga ungu
U Uu uu
Bunga ungu Bunga putih

Perbandingan genotipe F2 = UU : Uu : uu = 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = bunga ungu : bunga putih = 3 : 1

Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada persilangan resiprok, tidak
terjadi perubahan perbandingan genotipe maupun fenotipe pada keturunannya.

H. Menghitung Jumlah Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe


1. Menghitung Jumlah Macam Gamet
Jumlah macam gamet yang dihasilkan oleh suatu individu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus 2n, n adalah banyaknya sifat beda atau banyaknya pasangan
alel heterozigot yang bebas memisah.
Contoh:
Jika ada individu bergenotipe AaBBcc, hitunglah pasangan alel yang heterozigot saja.
Jawab:
Pada soal, pasangan alel yang heterozigot hanya satu, yaitu Aa. Dengan demikian,
jumlah macam gamet yang dihasilkan = 2 1 = 2. Macam gamet yang dihasilkan
tersebut adalah ABc dan aBc.

18
2. Menentukan Jumlah Kemungkinan Genotipe dan Fenotipe pada
F2 Berdasarkan Jumlah Sifat Bedanya
Jumlah kemungkinan genotipe dan fenotipe pada F2 berdasarkan jumlah sifat bedanya
(monohibrid, dihibrid, trihibrid, dan seterusnya) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jumlah Sifat Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Perbandingan
Beda Macam Macam Macam Perbandingan Fenotipe F2
Gamet F1 Genotipe F2 Fenotipe F2 F2

1 (monohibrid) 21 = 2 31 = 3 2 4 3:1
2 (dihibrid) 22 = 4 =9 4 16 9:3:3:1
32
3 (trihibrid)
23 = 8 33 = 27 8 64 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3
:3:1
4 (tetrahibrid )
24 = 16 34 = 81 16 256 81 : 27 : 27 : 27 :
27 : 9 : 9 : 9 : 9 : 9
:9:3:3:3:3:1
n 2n
3n 2n 4n

Untuk menentukan macam fenotipe, dapat digunakan rumus segitiga Pascal


seperti tabel berikut ini.
Jumlah Sifat Beda Kemungkinan Macam Jumlah Macam Fenotipe
Fenotipe
1 1 1 2
2 1 2 1 4
3 1 3 3 1 8
4 1 4 6 4 1 16
n 2n

19
Contoh Soal 7
Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui suatu individu bergenotipe homozigot
atau heterozigot adalah ....
A. persilangan testcross
B. persilangan resiprok
C. mengamati fenotipe induk dominan
D. mengamati fenotipe kedua induknya
E. mengamati fenotipe individu tersebut
Jawaban: A

Penjelasan:
Persilangan testcross atau uji silang adalah persilangan antara individu yang belum
diketahui genotipenya (apakah homozigot atau heterozigot) dan induk yang
bergenotipe resesif.

Contoh Soal 8
Jumlah macam kemungkinan fenotipe F2 pada perkawinan trihibrid adalah ....
A. 2
B. 4
C. 8
D. 16
E. 32
Jawaban: C

Penjelasan:
Individu trihibrid masing-masing akan menghasilkan 23 = 8 macam gamet. Jika terjadi
persilangan di antara dua individu trihibrid, kemungkinan macam fenotipe F2 yang diperoleh
adalah 23 = 8 macam dengan perbandingan fenotipe 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1.

20

Anda mungkin juga menyukai