1. Mohammad Hatta
Nama Mohammad Hatta sudah tak asing lagi bagi bangsa Indonesia.
Ia adalah salah satu pahlawan proklamasi bersama Sukarno. Selain
berjasa besar bagi kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta, sapaan
akrabnya, juga memiliki rekam jejak sebagai seorang sosok yang
sangat anti terhadap korupsi.
Salah satu kisahnya ada pada 1970, ketika Bung Hatta dan
rombongan mengunjungi Tanah Merah, Irian Jaya, tempat ia sempat
dibuang oleh kolonial Belanda. Di Irian Jaya, Bung Hatta disodori
amplop berisi uang. Uang tersebut sebenarnya bagian dari biaya
perjalanan Bung Hatta yang ditanggung pemerintah.
2. Hoegeng
Gus Dur pernah berkata, "Hanya ada tiga polisi yang tidak bisa
disuap, yakni patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng." Kalimat
tersebut diutarakan Gus Dur lantaran Hoegeng memang merupakan
ikon polisi jujur dan antisuap. Sepak terjangnya sebagai seorang
polisi yang amanah memang patut ditiru.
Selain mobil, Hoegeng juga pernah menolak hadiah dua motor. Oleh
Hoegeng, kedua motor tersebut langsung dikembalilan pada hari
kedatangan. Ia memang tak pernah mau menerima hadiah-hadiah yang
tidak jelas juntrungannya.
Ketika menjadi Kapolri, pemilik rumah yang disewa Hoegeng tidak mau
dibayar. Ia akhirnya harus membayarnya lewat wesel. Hoegeng
memang sangat menghindari politik balas budi meski dalam bentuk
yang paling sederhana.
Pernah suatu ketika, Lopa ingin membeli mobil pribadi karena tidak
mau menggunakan mobil dinas untuk kegiatan keseharian. Lopa
menghubungi Jusuf Kalla yang merupakan pengusaha otomotif dan
menginginkan sedan yang paling murah. Kalla pun membohongi Lopa
dengan menawarkan Corolla seharga Rp 5 juta. Padahal harga
sesungguhnya Rp 27 juta. Karena tidak mau membeli dengan harga
teman tersebut, Lopa akhirnya membayar mobil tersebut dengan
harga asli. Mobil tersebut lunas setelah dicicil selama tiga tahun.
"Ya... boleh terima mobil darimu karena memang tidak ada urusan apa
pun. Tapi, suatu saat kau atau temanmu punya urusan kemudian
datang dan minta tolong. Saya tidak tegak lagi karena telah
tersandera oleh pemberianmu waktu itu," ungkap Lopa kepada Kalla di
kemudian hari.
Baharuddin Lopa sangat anti terhadap suap. Lopa sering menerima
parsel ketika hari raya, tapi semua parsel yang dikirim ke rumahnya
selalu dikembalikan. Suatu kali, anak-anak Lopa mengambil cokelat
dalam parsel dan menutup kembali bungkus parsel tersebut. Namun
hal ini ternyata diketahui oleh Lopa.
"Jadi parsel itu mereka buka diambil cokelatnya, kemudian saya cari
bungkus cokelat itu di toko, kemasannya apa, mereknya apa harus
sama, saya masukkan kembali dan saya bungkus kembali parsel itu lalu
saya kembalikan," kata Lopa bercerita kepada seorang sahabatnya.