Anda di halaman 1dari 33

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Pewarisan Sifat

Percobaan
Tanggal
Tempat

: 14 November 2016
: Laboratorium Botani

Gedung

Laboratorium

Biologi Lantai III


Fakultas

Matematika

dan

Ilmu

Pengetahuan

Alam
Nama
NPM
Jurusan
Fakultas
Kelompok

:
:
:
:
:

Universitas Lampung
Henky Yoga Ari Pratama
1614121152
Agroteknologi
Pertanian
II (Dua)

Bandar Lampung, 14 November


2016
Asisten

BELLA FRISCILLA DHETA


NPM. 1317021013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gen menjadi serangkaian DNA yang mempresentasikan sebuah
unit cetak biru. Gen untuk tinggi badan, ataupun sifat lain
dapat ditentukan dalam dua atau lebih bentuk alternatif yang
dikenal dengan alel. Jika sepasang alel pada suatu individu
adalah sama, individu disebut homozigot. Suatu individu
dengan sepasang faktor yang berlawanan disebut heterozigot
atau hibrid. Alel-alel yang terdapat dalam genom merupakan
penyusun genotipe suatu individu. Genotipe berinteraksi
dengan lingkungan untuk menghasilkan fenotipe akhir.
Keanekaragaman merupakan dasar ciri-ciri dari benda hidup.
Adanya keanekaragaman genetik merupakan hasil seleksi alam
dari suatu spesi terhadap lingkungannya. Manusia
memperlihatkan variasi pada beberapa ciri yang dapat dilihat
dengan mudah melalui fenotipe atau penampilannya.
Beberapa dari ciri-ciri yang tampak tidak mengalami seleksi
alam sehingga tetap ada sampai sekarang dan dapat
ditentukan oleh para ahli genetika.
Adanya keanekaragaman tersebut, setiap manusia memiliki
keunikan masing-masing. Keturunan dari hasil perkawinan

individu memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari


kedua induk atau orang tuanya. Kombinasi ini akan
menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies
berupa variasi yang terjadi secara alami maupun buatan.
Keanekaragaman secara alami muncul akibat pengaruh
lingkungan. Faktor lingkungan mempengaruhi sifat yang
tampak (fenotipe), di samping ditentukan oleh faktor
genetiknya (genotipe). Dengan kita mengetahui gejala fenotipe
maka kita dapat mengamati variasi sifat pada manusia,
khususnya sifat yang tampak. Selain itu, kita bisa
membandingkan persamaan dan perbedaan sifat yang
terbanyak dalam suatu populasi, misalnya populasi dalam
kelas.
Untuk mengamati fenotipe suatu individu digunakan suatu
cakram genetika, dengan menggunakan ciri-ciri di antaranya
adalah rambut yang lurus dan yang tidak lurus, kisaran rambut
ke kanan atau ke kiri, lesung pipi atau tidak, kuping melekat
atau bebas, lidah dapat melipat atau tidak, dan golongan darah
ABO.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk mengetahui
keanekaragaman pada manusia melalui pengamatan fenotipe
dan membandingkan angka-angka fenotipe beberapa sifat
manusia, maka dilakukan percobaan ini.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah:

1. Mengidentifikasi istilah gen, lokus, fenotif, genotif, dominan dan resesif.


2. Menyusun persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Setiap manusia memiliki keunikan masing-masing. Tidak ada


individu yang tepat sama, sekalipun pasangan kembar identik.
Keturunan dari hasil perkawinan individu memiliki susunan
perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya.
Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan
menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa
varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara
buatan. Keanekaragaman merupakan dasar ciriciri makhluk hidup.
Adanya keanekaragaman genetik merupakan hasil seleksi alam dari
suatu spesies terhadap lingkungannya. Keanekaragaman tidak
hanya terjadi pada tumbuhan dan hewan saja tetapi juga manusia.
Namun pada manusia, keanekaragaman yang terjadi hanya pada
tingkat gen dan berkaitan dengan pewarisan sifat. Manusia
memperlihatkan variasi pada beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat
dengan mudah melalui fenotip atau sifat yang tampak (Cummings,
2011).
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi
atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan. Faktor
lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip)
suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya
(genotip). Faktor lingkungan dapat berupa nutrisi yang
mempengaruhi tinggi, latihan fisik mengubah bentuk badan,

berjemur dan menggelapkan kulit. Bahkan kembar identik, yang


secara genetik sama pun, menampakan perbedaan fenotipe
sebagai akibat dari pengalaman mereka sendiri-sendiri. Meskipun
penelitian dan penyelidikan tentang peristiwa genetik (hereditas)
pada manusia lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan
penyelidikan pada hewan ataupun tumbuhan. Akan tetapi, kita
dapat menyelidiki keanekaragaman manusia dari keanekaragaman
suatu populasi, misalnya : kita bisa mengamati variasi sifat pada
manusia khususnya sifat-sifat fisik yang tampak maupun kita bisa
membandingkan persamaan dan perbedaan sifat yang terbanyak
dalam populasi kelas. Berdasarkan fungsinya, kromosom dibagi
menjadi dua, yaitu kromosom tubuh dan kromosom kelamin.
Kromosom tubuh menentukan ciri-ciri tubuh, sedangkan kromosom
kelamin menentukan jenis kelamin pada individu jantan atau betina.
Genotip ialah seluruh gen yang dimiliki suatu individu. Genotip yang
terekpresikan menampakan fenotip pada suatu individu. Genotip
yang melibatkan alel-alel pada suatu lokus tunggal dapat
menghasilkan genotip yang homozigot. Keturunan homozigot
dapat dihasilkan dari galur murni. Perpaduan heterozigot dihasilkan
dari alel yang berbeda (Starr, 2010).
Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang
dapat diukur atau sifat yang nyata yang dmiliki oleh organisme. Ciri
itu tampak oleh mata, seperti warna kulit atau tekstur rambut.
Fenotip dapat juga diuji untuk identifikasinya, seperti pada
penentuan angka respiratoris atau uji serologi tipe darah. Fenotip
merupakan hasil produk-produk gen yang diekspresikan di dalam
lingkungan tertentu. Namun, gen memiliki batasan-batasan di

dalamnya sehingga lingkungan dapat memodifikasi fenotip


(Stansfield, 1983).
Gen sebenarnya adalah serangkaian DNA yang merepresentasikan
sebuah unit cetak biru. Gen untuk tinggi badan, atau sifat lain
apapun, dapat di tentukan dalam dua atau lebih bentuk alternatif
yang dikenal sebagai alel, minsalnya sifat tinggi dan sifat pendek.
Jika sepasang alel pada suatu individu adalah sama, individu itu
disebut homozigot bagi sifat tersebut. Suatu individu dengan
sepasang faktor yang berlawanan (berbeda) disebut heterozigot
atau hibrid. Alel-alel yang terdapat dalam genom merupakan
penyusun genotipe suatu individu. Genotipe berinteraksi dengan
lingkungan untuk menghasilkan fenotipe akhir (George, 2005).
Sifat dominan terjadi apabila gen tersebut bersama dengan gen lain
akan menutup sifat gen pasangannya. Sifat resesif muncul apabila
gen yang berpasangan dengan gen lain, maka gen tersebut tidak
akan muncul. Intermediat adalah sifat suatu individu yang
merupakan gabungan dari sifat kedua induknya. Hal ini dapat
terjadi karena sifat kedua induk yang muncul sama kuat. Hibrid
adalah hasil perkawinan antara dua individu yang memiliki sifat
beda. Homozigot adalah pasangan gen yang sama, bisa homozigot
dominan bisa homozigot resesif. Heterozigot adalah pasangan gen
yang berlainan. Alel adalah gen yang merupakan pasangan dari
bentuk alternatif terhadap sesamanya dan terletak pada lokus yang
bersesuaian pada kromosom yang homolog. Hukum Mendel
menyatakan bahwa setiap individu memiliki hasil persilangan yang
mengandung gamet dari kedua induknya (bersifat diploid= 2n).
Kemudian, hukum tersebut dibagi menjadi Hukum Mendel I dan

Hukum Mendel II. Hukum Mendel I terjadi jika pada pembentukan


gamet, dua gen yang berpasangan akan dipisahkan ke dalam dua
sel/gamet secara bebas. Hukum Mendel II menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet, gen-gen yang memisahkan diri dari suatu
pasangan akan secara bebas berkelompok dengan gen-gen lain
yang berasal dari pasangan lain. (Campbell, 2008).
Orang tua memberikan informasi terkode kepada anak-anaknya
dalam bentuk unit hereditas yang disebut dengan gen. Gen-gen
yang diwarisi dari ibu dan ayah merupakan tautan genetik dengan
orang tua, dan gen-gen yang menyebabkan kemiripan keluarga.
Gen-gen memprogram sifat-sifat spesifik yang muncul saat kita
berkembang dari sel yang terfertilisasi menjadi dewasa. Program
genetik tersebut tertulis dalam bahsa DNA, polimer dari empat
nukleotida berbeda. Informasi yang terwariskan diteruskan dalam
bentuk sekuens spesifik nukleotida DNA dari setiap gen, mirip
seperti informasi cetak yang disampaikan dalam bentuk urut-urutan
huruf bermakna. Sebagian besar gen menjadi bintik-bintik dan ciriciri lain, serta memprogram sel agar menyintesis enzim-enzim
spesifik dan berbagai protein lain, dengan kerja kumulatif yang
menghasilkan sifat-sifat dalam bentuk DNA (Campbell, 2008).
Pewarisan sifat-sifat hereditas memiliki baris molekuler pada
replikasi DNA secara tepat, yang menghasilkan salinan gen-gen
yang dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Pada hewan dan
tumbuhan, sel-sel reproduksi disebut gamet. Gamet merupakan
wahana yang meneruskan gen dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Selama fertilisasi, gamet jantan dan betina bergabung,
sehingga meneruskan gen-gen dari induk ke anaknya (Campbell,
2008).

Sejumlah kecil DNA dalam mitokondria dan kloroplas, DNA sel


eukariota dikemas dalam kromosom-kromosom di dalam nukleus.
Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas misalnya
manusia memiliki 46 kromosom di hampir semua selnya. Setiap
kromosom terdiri atas satu molekul DNA tunggal yang panjang yang
terkumpar secara rumit bersama dengan berbagai protein. Suatu
kromosom mengandung beberapa ratus atau bahkan beribu-ribu
gen, yang masing-masing merupakan rentetan spesifik dari
nukleotida dalam molekul DNA. Lokasi spesifik suatu gen pada
suatu kromosom disebut lokus (Campbell, 2008).
Hereditas dipercaya sebagai hasil penambahan pengaruh maternal
dan paternal, suatu pencampuran garis-garis keturunan yang mirip
dengan pencampuran cat. Mendel menunjukkan bahwa hereditas
melibatkan interaksi antara faktor-faktor diskret yang dapat dipisahpisahkan. Teori pewarisan partikulat dan bukannya suatu proses
pencampuran (George, 2005).
Hasil penyelidikan Mendel mengenai kawin silang terhadap dua
varietas menghasilkan hukum-hukum yang berlaku juga untuk
manusia. Dari silsilah orang, dapat kita tentukan kebenarannya
melalui hukum Mendel berdasarkan keterangan- keterangan yang
terkumpul. Contoh silsilah keluarga dengan daun telinga melekat
dan bebas. Faktor yang membawakan daun telinga bebas adalah
gen dominan, sedangkan gen resesif akan menampakkan daun
telinga melekat (Campbell, 2008).

Pada manusia, setiap sel somatik, sel apa pun selain yang terlibat
dalam pembentukan gamet, mengandung 46 kromosom. Selama
mitosis, kromosom menjadi cukup terkondensasi sehingga bisa
terlihat dengan mikroskop cahaya. Karena kromosom berbeda-beda
dalam ukuran , posisi sentromer, dan pola pita berwarna akibat zat
pewarna tertentu, kromosom yang cukup terkondensasi dapat
dibedakan satu sama lain melalui pemeriksaan mikroskopis
(Yuwono, 2005).
Pemeriksaan sakrama dari mikrograf ke-46 kromosom manusia dari
satu sel saat mitosis mengungkapkan bahwa ada dua kromosom
untuk masing-masing dari ke-23 tipe. Hal ini menjadi jelas ketika
citra-citra kromosom disusun berpasangan, dimulai dari kromosom
terpanjang. Tampilan susunannya yang dihasilkan disebut kariotipe.
Kedua kromosom yang menyusun satu pasangan memiliki
kesamaan panjang, posisi sentromer dan pola pewarnaan.
Keduanya disebut kromosom homolog.
Dua kromosom yang berbeda yang disebut X dan Y merupakan
pengecualian penting dari pola umum kromosom homolog pada selsel somatik manusia. Perempuan memiliki sepasang kromosom X
homolog (XX), namun laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu
kromosom Y yang homolog (XY). Sebagian besar gen yang
terkandung dalam kromosom X tidak memiliki pasangan di Y yang
mungil, dan kromosom Y mengandung beberapa gen yang tidak
ada di X. Karena menentukan jenis kelamin seseorang, kromosom X
dan Y disebut kromosom seks. Kromosom-kromosom ain disebut
autosom. (Campbell, 2008).

Keberadaan pasangan kromosom homolog dalam setiap sel somatik


manusia merupakan akibat dari asal muasal seksual. Satu
kromosom yang diwariskan dari setiap pasangan dari masingmasing orangtua. Dengan demikian, ke-46 kromosom dalam sel-sel
somatik merupakan dua set direpresentasikan sebagai n. Sel
apapun dengan dua set kromosom disebut diploid (Campbell,
2008).

III. METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kantong dan
kancing.
3.2 Cara kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini sebagai berikut:
1. Menyiapkan dua kantong plastik sebagai model alat reproduksi jantan dan
betina.
2. Menyiapkan 20 buah kancing merah dan 20 buah kancing putih.
3. Mengisi masing-masing kantong sebanyak 20 buah kancing dengan warna
merah dan putih (10 merah, 10 putih), warna merah dipilih sebagai warna
dominan dan warna putih mewakili sifat resesif,
4. Tentukan kode genotip untuk masing-masing warna (merah : M dan putih :
m).
5. Mengaduk seluruh kancing pada masing-masing kantong sampai kancing
benar-benar tercampur.
6. Mengambil

kancing

pada

masing-masing

kantong

tersebut

tanpa

melihat/dengan mata tertutup (secara acak) kemudian memasangkannya satu


persatu atau mengambil 2 buah kancing secara bersamaan.
7. Mencatat hasil persilangan ke dalam buku.
8. Menghitung perbandingan fenotif dan genotifnya.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


Tabel 1. Persilangan Monohibrid
Genotip
MM
Mm
mm

Jumlah
1
6
3

Tabel 2. Penentuan Golongan Darah

IB
IO

IA

IO

IAIB
IAIO

IB IO
IOIO

4.2 Pembahasan
4.2.1 Frekuensi Genotip
Frekuensi MM =

total MM
total MM+Mm+mm
= 1 x 100%
100
= 0,01%

Frekuensi Mm =

total Mm

total MM+Mm+mm
= 6 x 100%
100
= 0,06%
Frekuensi mm =

total mm
total MM+Mm+mm
= 3 x 100%
100
= 0,03%

Hukum mendel merupakan hukum hereditas yang menjelaskan tetantang


prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme. Sebelum menjadi suatu
hukum, banyak ahli biologi yang belum mengakui pendapat atau teori
mendel tentang hereditas. Pada tahun 1865, mendel menulis sebuah
makalah berjudul experiment in Plant Hybridization. Makalah tersebut
berisi hasil percobaan persilangan-perdilangan tanaman serta hipotetsisi
mendel tentang pewarisan material genetic dari induk (tertua) kepada
anaknya. Berdasarkan percobaan mendel,tersebut lahirlah konsep genetika
adanya factor yang menentukan sifat organisme. Konsep Mendel belum
dapat diterima oleh para ahli biologi pada waktu itu hingga muncul
penemuan kromosom secara mikroskopik yang mendukung teori mendel.

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
Percobaan mengenai Persilangan Tanaman. Hukum ini terdiri dari dua
bagian, yaitu Hukum pemisahan (segregasi) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum I Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas
(independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum II
Mendel.

Hukum I Mendel atau segregasi bebas menyatakan bahwa pada


pembentukan gamet, kedua gen yang merupakan pasangan alela itu akan
memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari alelanya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok, yakni gen memiliki
bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah
konsep mengenai alel; setiap individu membawa sepasang gen, satu dari
tetua jantan dan satu dari tetua betina; jika sepasang gen ini merupakan dua
alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif yang
tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk.

Hukum II Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua


pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas,
tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel
dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini
menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan
warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.

Tiap sifat organisma hidup dikendalikan oleh sepasang factor keturunan.


Pada waktu itu Mendel belummenggunakan istilah gen.

Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif


sesamanya, kedua bentuk alternatif disebut pasangan alela.

Satu dari pasangam alela itu dominan dan menutup alela yang resesif
bila keduanya ada bersama-sama.

Pada pembentukan gamet alela akan memisah, setiap gamet


menerima satu faktor alela tersebut c dikenal sebagai hukum pemisahan
mendel atau prinsip segregasi secara bebas.

Individu murni mempunyai dua alela yang sama (homozigot), alel


dominan diberi simbol huruf besar sedang alel resesif huruf kecil.

Genotip adalah komposisi faktor keturunan (tidak tampak secara fisik).

Fenotip adalah sifat yang tampak pada keturunan.

Pada hibrida atau polihibrida berlaku prinsip berpasangan secara bebas.

Kromosom dalam sel tubuh biasanya berpasangan. Sepasang kromosom


merupakan homolog sesamanya. Artinya mereka memiliki bentuk dan
lokus gen yang sama. Sepasang gen yang terdapat pada lokus yang sama
pada kromosom yang homolog disebut alel. Alel dapat memiliki fungsi
sama, saling mendukung, ataupun berlawanan. Contoh alel yang fungsinya
sama adalah gen penentu warna merah pada bunga (AA). Kedua pasangan

gen (alel) tersebut membawa sifat yang sama, yaitu merah (A). Karena
fungsinya sama, maka disebut alel homozogot. Contoh alel yang fungsinya
tidak sama/berlawanan adalah gen penentu warna merah muda (Aa). Kedua
pasangan gen (alel) tersebut membawa sifat yang tidak sama, yaitu ada
yang membawa sifat merah (A) dan sifat putih (a) sehingga timbul sifat
intermedier. Karena fungsinya tidak sama, maka disebut alel heterozogot.

Dari sudut pandang genetika klasik, alel (dari bahasa Inggris allele)
merupakan bentuk alternatif dari gen dalam kaitan dengan ekspresi suatu
sifat (fenotipe). Sebagai ilustrasi, suatu lokus dapat ditempati gen yang
mengatur warna kelopak bunga merah (alel untuk bunga merah) dan juga
alel untuk warna kelopak bunga putih (alel untuk bunga putih). Pada
individu, pasangan alel menentukan genotipe dari individu yang
bersangkutan. Sejalan dengan perkembangan genetika, pengertian alel
menjadi lebih luas dan umum. Dalam arti modern, alel adalah berbagai
ekspresi alternatif dari gen atau seberkas DNA, tergantung tingkat ekspresi
genetik yang diamati.

Alel, versi yang kontras dari sebuah gen. Gen untuk sebuah karakter
khusus yang diwarisi, seperti warna bunga pada kacang ercis terletak pada
sebuah lokus atau posisi tertentu dalam suatu keomosom tertentu pula.
Alel-alel merupakan varien dari gen tersebut. Mendel mengembangkan
sebuah hipotetsis yang dapat kita rinci kedalam 4 ide yang saling
berhubungan. (kita akan mengganti beberapa istilah mendel yang orisinil
dengan istilah modern, contohnya, istilah gen akan menggantikan istilah
faktor yang dapat diturunkan.

1. Versi alternatif gen (alel-alel yang berbeda) menjelaskan terjadinya


variasi pada karakter yang diwarisi. Gen untuk warna bunga contohnya,
hadir dalam dua versi, satu untuk bunga ungu dan yang lain untuk
bunga putih. Versi alternative dari gen disebut alel.
2. Untuk setiap karakter, organisme mewarisi dua alel, satu dari masingmasing induk.
3. Jika kedua alel berbeda, maka salah satunya, alel dominan,
diekspresikan sepenuhnya dalam penampakan organisme:alel satunya,
alel resesif, tidak mempunyai efek yang jelas pada penampakan
organisme.
4. Kedua alel utnuk setiap karakter berpisah selama produksi gamet

Gen adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya
adalah urutan DNA yang menyandi suatu protein, polipeptida, atau seuntai
RNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan
modern gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan
dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai
regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional
lainnya.

Penggunaan gen dalam percakapan sehari-hari (misalnya gen cerdas


atau gen warna rambut) sering kali dimaksudkan untuk alel: pilihan
variasi yang tersedia oleh suatu gen. Meskipun ekspresi alel dapat serupa,
orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara
fenotipik berbeda. Gen diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya

melalui suatu proses reproduksi, bersama-sama dengan DNA yang


membawanya. Dengan demikian, informasi yang menjaga keutuhan bentuk
dan fungsi kehidupan suatu organisme dapat terjaga.

Gen bersifat antara lain sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam
kromosom; mengandung informasi genetika; dan dapat menduplikasikan
diri pada peristiwa pembelahan sel.

Informasi yang terkode dalam bentuk unit-unit herediter disebut gen. Gen
adalah segmen-segmen DNA. Penurunan sifat-sifat herediter memiliki
basis molekuler yaitu replikasi persisi dari DNA, dan menghasilkan
salinan-salinan gen yang dapat diteruskan dari orang tua ke keturunannya.
Pada hewan dan tumbuhan , pengiriman gen dari suatu generasi ke generasi
selanjutnya ini dilakukan oleh sperma dan ovum (telur yang belum
dibuahi). Setelah sel sperma bersatu dengan ovum (sel telur tumggal) maka
gen dari kedua orang tuanya hadir di dalam nucleus dari telur yang telah
dibuahi tersebut. DNA dari suatu sel eukariotik dibagi lagi menjadi
kromosom di dalam nukleous tersebut. Setiap spesies yang hidup
mempunyai jumlah kromosom yang khas. Sebagai contoh , manusia
mempunyai 46 kromosom (terkecuali dalam sel reproduktifnya) . Setiap
kromosom terdiri dari sebuah molekul DNA tunggal yang panjang , yang
tergulung secara rumit sehingga terikat dengan berbagai jenis protein.
Sebuah kromosom memiliki ratusan atau ribuan gen , masing-masing
merupakan bagian spesifik dari molekul DNA tersebut. Lokasi spesif suatu
gen disepanjang suatu kromosom disebut lokus gen (jamak , loci) tersebut.
Kelengkapan genetik kita terdiri dari gen apa saja yang terdapat dalam
kromosom yang diwaris oleh orang tua kita.

Gregor Mendel telah berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang terkait
dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia menyebutnya
faktor. Oleh Hugo de Vries, konsep yang serupa ia namakan pangen
(baca: pan-gen) pada buku karangannya Intracellular Pangenesis (terbit
1889). Belum membaca tulisan Mendel, de Vries mendefinisikan pangen
sebagai partikel terkecil yang mewakili satu penciri terwariskan.
Wilhelm Johannsen lalu menyingkatnya sebagai gen dua puluh tahun
kemudian. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen
terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi perlombaan seru untuk
menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel
yang kemudian jatuh pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini. Pada saat
itu DNA sudah ditemukan dan diketahui hanya berada pada kromosom
(1869), tetapi orang belum menyadari bahwa DNA terkait dengan gen.
Melalui penelitian Oswald Avery terhadap bakteri Pneumococcus (1943),
serta Alfred Hershey dan Martha Chase (publikasi 1953) dengan virus
bakteriofag T2, barulah orang mengetahui bahwa DNA adalah bahan
genetik.

Pada tahun 1940an, George Beadle dan Edward Tatum mengadakan


percobaan dengan Neurospora crassa. Dari percobaan tersebut, Beadle dan
Tatum dapat menarik hipotesis bahwa gen mengkode enzim, dan mereka
menyimpulkan bahwa satu gen menyintesis satu enzim (one gene-one
enzyme theory). Beberapa puluh tahun kemudian, ditemukan bahwa gen
mengkode protein yang tidak hanya berfungsi sebagai enzim saja, dan
beberapa protein tersusun dari dua atau lebih polipeptida. Dengan adanya
penemuan-penemuan tersebut, pendapat Beadle dan Tatum, one gene-one

enzyme theory, telah dimodifikasi menjadi teori satu gen-satu polipeptida


(one gene-one polypetide theory).

Proses penyeleksian mRNA.


Ekspresi gen adalah proses dimana kode-kode informasi yang ada pada gen
diubah menjadi protein-protein yang beroperasi di dalam sel. Ekspresi gen
terdiri dari dua tahap:
1. Transkripsi, proses pembuatan salinan RNA.
2. Translasi, proses sintesis polipeptida yang spesifik di dalam ribosom.
Proses transkripsi DNA menjadi mRNA dan translasi mRNA menjadi
sebuah polipeptida disebut dogma sentral (central dogma). Dogma sentral
berlaku pada prokariot dan eukariot. Namun, pada eukariot ada tahap
tambahan yang terjadi di antara transkripsi dan translasi yang disebut tahap
pre-mRNA. Tahap pre-mRNA adalah untuk menyeleksi mRNA yang akan
dikirim keluar nukleus untuk ditranslasikan di ribosom. Ekson merupakan
mRNA yang akan dikirim keluar nukleus untuk ditranslasikan, sedangkan
intron merupakan mRNA yang akan tetap berada di dalam nukleus karena
kemungkinan mRNA tersebut akan membentuk protein yang tidak
fungsional (tidak berguna) jika ditranslasikan. Intron kemudian akan terurai
kembali untuk membentuk rantai mRNA baru. Ketahui pula bahwa
beberapa kesalahan yang disebut mutasi dapat terjadi pada proses ekspresi
gen ini.

Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi


genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam

kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila


terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan
tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak,
mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran
gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau
lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan HardyWeinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik
adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk
mengukur perubahan genetik.
Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg
a. Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama.
b.

Perkawinan terjadi secara acak.

c.

Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.

d.

Tidak terjadi migrasi.

e.

Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar.

Jika lima syarat yang diajukan dalam kesetimbangan Hardy Weinberg tadi
banyak dilanggar, jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang
akan menyebabkan perubahan perbandingan alel dalam populasi tersebut.
Definisi evolusi sekarang dapat dikatakan sebagai: Perubahan dari
generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel atau genotipe populasi.
Genetika populasi adalah cabang dari genetika yang mempelajari gen-gen
dalam populasi, yang menguraikan secara matematik kibat dari keturunan
pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah suatu kelompok dari satu
macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan (sampel). Semua
mahkluk merupakan suatu masyarakat sebagai hasil perkawinan antar
spesies dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene
pool) ialah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetik

dalam anggota dari suatu populasi yang membias secara kawin. Gen-gen
dalam lengkang mempunyai hubungan dinamis dengan alel lainnya dan
dengan lingkungan diman mahkluk-mahkluk itu berada. Faktor-faktor
lingkungan seperti seleksi, mempunyai kecenderungan untuk merubah
frekuensi gen dan dengan demikian akan menyebabkan perubahan efolusi
dalam populasi.
Dalam tahun 1908 G. Hardy (seorang ahli matematika bangsa inggris) dan
W. Weinberg (seorang dokter bangsa jerman) secara terpisah menemukan
dasar-dasar yang ada hubungan dengan frekuensi gen di dalam populasi.
Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis itu dikenal sebagai prinsif
ekuilibrium Hardy Weinberg.pernyataan itu menegaskan bahwa didalam
populasi yang equilibrium ( dalam kesimbangan), maka baik frekuensi gen
mapun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke genarasi
seterusnya. Ini dijumapai dalam populasi yang besar, dimana perkawinan
berlangsung secara acak (Random) dan tidak ada pilihan/ pegetahuan atau
faktor lain yang dapat merubah frekuensi gen.
Pimisahan menurut mendel dapat dikemukankan secara matematis
mengunakkkan rumus binomium (a + b) diman a adalah kemungkinan
bahwa suatu kejadian akan terjadi, sedang b yang mungkin tidak akan
terjadi. Perbandingan 1:2:1 yang memperlihatkan pemisahan dari sepasng
alel tunggal (Aa), pada perkawinan monohibrid dapat digambarkan sebagai
berikut: (a+b) = (A+a) = 1AA + 2Aa + 1aa (Surya, 2008).
Faktor- faktor yang mempengaruhi frekuensi gen dan keanekaragaman
(variabilitas) genetik
Estimasi frekuensi gen yang sebenarnya didalam suatu populasi sering
memerlukan penggunan berbagai pendekatan matematik. Namun pada
pembahasan kita, untuk sebagian besar akan kita pusatkan pada prinsip-

prinsip dan konsep-konsep saja, dan mengabaikan langkah-langkah


sebenarnyaa dalam kalkulasi, yang dapat dicari dalam buku-buku genetika
yang terperinci. Kalkulasi ini memperhitungkan sejumlah faktor yang
diketahui mempengaruhi frekuensi gen dalam atau variabbilitas genetik
dari, populasi. Faktor-faktor itu diantaranya adalah mutasi, reproduksi
seksual dan rekombinasi, perkawinan keluarga, migrasi, arus genetik secara
acak (rendom genetic drift), seleksi, dan lingkungan.
Mutasi Akhirmya , gen-gen terdapat dalam berbagai bentuk sebagai alela
yang berlainan karena mereka mengalami mutasi. Sebab itu, frekuensi
alela-alela pada lokus didalam suatu populasi di pengaruhi oleh sifat dapat
bermutasi dari lokus itu. Mutasi maju (forward mutation) mengurangi
frekuensi gen-gen tipe liar; muatsi surut (back mutation) meningkatkan
frekuensi gen-gen tipe liar.
Selain dari pada itu, gen-gen dapat mengalami mutasi maju menjadi
banyak bentuk yang berlainan, suatu penomena yang telah kita teliti
terdahulu sebagai alelisma jamak. Adanya banyak alela yang berlainan bagi
gen yang sama dikenal sebagai polimorfisma. Pada tahun-tahun terakhir
ini, genetika molekular telah meningkatkan pengetahuan kita mengenai
polimorfisma ekstensif melalui studi struktur molekular protein-protein
(hemoglobin, misalnya) dan deretan ADN.
Terdapat tiga jenis darah dalam penggolongan sistem ABO, yaitu golongan
darah A, B, AB, dan O. Penggolongan ini ditentukan dari antigen dan
antibodi yang terdapat pada darah. Antigen dalam golongan darah (disebut
juga aglutinogen) terdapat pada eritrosit atau sel darah merah. Sedangkan
antibodi dalam golongan darah (disebut juga aglutinin) terdapat pada
plasma darah.

Golongan darah A memiliki antigen A pada eritrositnya dan memiliki


antibodi anti-B dalam plasmanya.

Gongan darah B memiliki antigen B pada eritrositnya dan memiliki


antibodi anti-A dalam plasmanya.

Golongan darah AB memiliki antigen A dan B pada eritrositnya,


namun tidak memiliki antibodi dalam plasmanya.

Golongan darah O tidak memiliki antigen dalam eritrositnya, namun


memiliki antibodi anti-A dan anti-B dalam plasmanya.

Penggumpalan darah yang terjadi antara darah yang berbeda jenis terjadi
karena interaksi antara antigen dan antibodi. Apabila antigen A bertemu
dengan antibodi anti-A maka akan terjadi gumpalan, dan apabila antigen B
bertemu dengan anti-B akan terjadi gumpalan juga. Karena interaksi
tersebut maka pada saat transfusi darah, perlu diperhatikan tentang
golongan darah ang sesuai. Aturan dalam transfusi darah adalah sebagai
berikut.

Golongan darah A dapat diberikan kepada golongan A dan AB, dan


dapat menerima dari golongan A dan O.

Golongan darah B dapat diberikan kepada golongan B dan AB, dan


dapat menerima dari golongan B dan O.

Golongan darah AB dapat diberikan kepada golongan AB saja, namun


dapat menerima darah dari semua golongan sehingga golongan darah
ini disebut resipien (penerima) universal.

Golongan darah O dapat diberikan pada semua golongan darah


sehingga disebut sebagai donor (pemberi) universal, namun golongan
darah O hanya bisa menerima dari golongan O saja.

Pengujian golongan darah atau yes golongan darah dapat dilakukan dengan
meneteskan antibodi pada darah yang telah diambil dari seseorang.

Antibodi yang digunakan adalah anti-A, anti-B, dan anti-AB. Darah


diteteskan pada tiga tempat terpisah dan diberi anti-A pada satu tempat,
anti-B pada tempat yang lain, dan anti-AB pada tempat terakhir. Yang akan
terjadi pada darah ketika diberi antibodi tersebut adalah sebagai berikut.

Golongan darah A akan menggumpal ketika ditetesi anti-A dan antiAB, dan tidak menggumpal dengan anti-B.

Golongan darah B akan menggumpal ketika ditetesi anti-B dan antiAB, dan tidak menggumpal dengan anti-A.

Golongan darah AB akan menggumpal ketika ditetesi semua antibodi


tadi, baik anti-A, anti-B, maupun anti-AB.

Golongan darah O tidak akan menggumpal ketika ditetesi anti-A,


anti-B, maupun anti-AB.

Dalam penelitian yang banyak dilakukan, terbukti bahwa golongan darah O


merupakan golongan darah yang paling banyak ditemukan. Sedangkan
golongan darah AB merupakan golongan darah yang paling sedikit
ditemukan. Perbedaan golongan darah disebabkan oleh gen penentu
golongan darah yang terdapat pada kromosom. Terdapat alel IA, IB, dan i
yang menentukan golongan darah.

Golongan darah A memiliki gen IAIA atau IAi dalam kromosomnya.

Golongan darah B memiliki gen IBIB atau IBi dalam kromosomnya.

Golongan darah AB memiliki gen IAIB dalam kromosomnya.

Golongan darah O memiliki gen ii dalam kromosomnya.


Golongan darah manusia dibagi menjadi beberapa macam. Hal ini dapat
dilihat dari aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi ) yang terkandung
dalam darah seseorang. Penggolongan darah ini pertama kali ditemukan
oleh Dr. Lendsteiner dan Donath. Di dalam darah manusia terdapat

aglutinogen (antigen) pada eritrosit dan aglutinin (antibodi ) yang terdapat


di dalam plasma darah.
Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika
eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain, maka terjadi
penggumpalan (aglutinasi). Tetapi pada orang selanjutnya, campuran itu
tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang
terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin
(antibodi) yang terdapat pada serum darah. Aglutinogen dibedakan menjadi
dua yaitu:

Aglutinogen A : memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung


glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.

Aglutinogen B : memiliki enzim galaktose pada rangka


glikoproteinnya. Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin dan .

Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja


atau aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung
aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama
sekali. Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar
penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.
Penggolongan darah pada manusia maupun hewan selain dengan sistem
ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Hal ini didasarkan
pada hasil penemuan antigen baru oleh K. Landsteiner dan P. Levine pada
tahun 1927 pada eritrosit. Antigen ini oleh Landsteiner dan Levin diberi
nama antigen M dan antigen N. Sama halnya dengan sistem ABO, apabila
di dalam eritrosit seseorang terdapat antigen M maka golongan darah orang
tersebut disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit seseorang
yang lain terdapat antigen N maka golongan darah orang tersebut disebut

golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi memiliki kedua
antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah MN.
Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang
memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan
alela LN yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini
tidak terdapat dominansi antara alela LM dan alela LN, artinya apabila
seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N) maka orang itu
bergolongan darah MN.
Landsteiner dan A.S. Weiner pada tahun 1946 menemukan antigen tertentu
dalam darah Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen rhesus (Rh).
Antigen ini jugaditemukan dalamsel darah merah manusia, sehingga darah
manusia di golongkanmenjadi 2 yaitu Rh+ dan Rh- :
Orang bergolongan Rh+ : Bila di dalam eritrositnya terkandung
aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit berwarna.
Orang bergolongan Rh- : Bila dalam eritrositnya tidak terdapat
aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit putih.
Seorang ibu yang Rh+ mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+,
kemungkinan anaknya akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi
gangguan darah karena faktor Rh, tetapi pada ibu yang bergolongan darah
Rh- :

bila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan


apapun dan mungkin lahir dengan selamat

bila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan


lahir dengan selamat, artinya tidak mengalami gangguan karena sistem
Rh ini. Tetapi pada waktu bayi ini lahir dalam rahim ibu kemungkinan
akan tertinggal antigen Rh yang dapat ikut peredaran darah ibu,
sehingga dalam tubuh ibu akan terbentuk zat anti Rh.

Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan


RH-, dimana darah ibu sudah terbentuk zat anti Rh +, maka tubuh bayi akan
kemasukan zat anti Rh+, dan anak itu akan menderita penyakit kuning atau
anemia berat sejak lahir yang disebut erythroblastosis foetalis (sel darah
merahnya tidak dapat dewasa) yang ditandai dengan :

tubuh menggembung oleh cairan

hati dan limpha membengkak

dalam darah banyak erithroblast (eritrosit yang belum masak yang dya
ikatanya terhadap oksigen berkurang )

kulit berwarna kuning keemasan


Hal ini dapat terjadi karena zat anti Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran
darahanak, sehingga zat anti Rh tersebut bertemu dengan antigen Rh. Bayi
yangmengalami gangguan ini biasanya tidak berumur panjang. Tetapi
kondisi ini sekarang dapat ditolong dengan jalan mengganti seluruh
darahnya dengan darahyang normal.

V. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Peristiwa penyimpangan terhadap Hukum I Mendel terjadi karena adanya


interaksi antara gen-gen, yaitu adanya sebuah atau sepasang gen yang menutupi
(mengalahkan) atau dikalahkan ekspresi gen lain yang bukan alelnya.
2. Monohibrid adalah persilangan yang hanya menggunakan satu macam gen yang
berbeda atau menggunakan satu sifat beda. Hukum I Mendel pada intinya
mengungkapkan bahwa dua alat yang mengakhiri sifat tertentu akan terpisah
pada dua gamet yang berbeda.
3. Hukum II Mendel ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu
persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda Hukum Mendel ke-II
menyatakan bahwa apabila 2 individu memiliki 2 pasang sifat atau lebih maka
diturunkannya sifat secara bebas tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil .A, dkk. 2008. Biologi Jilid 1(Edisi Kedelapan). Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Cummings, Michael R. 2011. Human Heredity : Principles and Issues, Ninth Edition.
Brooks/Cole Cengage Learning. New York.
George. 2005. Biologi Edisi Kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Stansfield, William D. 1983. Genetika, Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Starr, Cecie dan Beverly McMillan. 2010. Human Biology, Eighth Edition.
Brooks/Cole Cengage Learning. New York.
Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekuler. Penerbit Erlangga: Jakarta

PEWARISAN SIFAT
(Laporan Praktikum Biologi Umum)

Disusun oleh:
Henky Yoga Ari Pratama
1614121152

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

2016

Anda mungkin juga menyukai