Anda di halaman 1dari 20

POLA KEBUDAYAAN MASYARAKAT PAPUA DALAM

MENERIMA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI


(Tugas Responsi Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan)

Oleh Kelompok 5:
Bilqis Azizah
Henky Yoga Ari Pratama
Humsin Faisal Akbar
Reza Putri
Wulangga Dwi Putra

1614121154
1614121152
1614121149
1614121162
1614121151

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERITAS LAMPUNG

2016

I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Setiap manusia memiliki dua naluri pokok yan bertentangan. Yang
pertama adalah keinginan untuk berhubungan dengan khalik-Nya
(sebagai mahluk individu), dan yang kedua dalah keinginan untuk
berhubungan dengan individu lain dalam konteks masyarakat (sebagai
mahluk sosial). Begitu juga dengan kebudayaan dan masyarakat adalah
dua hal yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan nyata yang
selamaanya akan tetap menjadi dwi tunggal, yang mana tidak ada
masyarakat tanpa kebudayaan dan kebudayaan tanpa masyarakat.
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang
merupakan kata jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal,
adapun istilah lain yaitu culture yang merupakan itilah bahasa asing
yang artinya sama dengan kebudayaan dari bahasa latin yaitu colere
yang artinya mengerjakan atau mengolah. Sedangkan arti kebudayaan
itu sendiri yaitu kompleks yang mencangkup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hokum dan adat istiadat dan lain
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Dalam konteks yang luas, kita dapat merumuskan budaya sebagai
paduan pola-pola yang merefleksikan respons-respon komunukatif
terhadap rangsangan dari lingkungan. Pola-pola budaya ini pada
giliranya merfleksika elemen-elemen yang sama dalm prilaku

komunikasi individu yang di lakukan mereka yang lahir dan di asuh


dalam budaya itu.
Melalui laporan ini kami sebagai penulis akan mengkaji mengenai polapola kebudayaan di Indonesia. Indonesia yang memiliki
beranekaragam budaya tidak dapat di pisahkan dari budaya yang telah
melekat dalam masyarakat sejak dahulu dan hingga saat ini memiliki
pengaruh yang besar terhadap pola-pola kebudayaan. Didasarkan pada
hal tersebut, kemudian menjadi penting bagi kita untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh tersebut dalam polo-pola kebudayaan yang
terjadi pada masyarakat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah:
1. Memahami dan menjelaskan pengertian dari pola-pola
kebudayaan masyarakat.
2. Memahami dan menyebutkan komponen dalam pola
kebudayaan masyarakat.
3. Memahami apa saja pengaruh pola kebudayaan
masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Aristoteles mengatakan bahwa manusia diciptakan sebagai


makhluk monodualisme. Artinya, setiap manusia memiliki
dua naluri pokok yang bertentangan. Yang pertama adalah
keinginan untuk berhubungan dengan Khaliknya (sebagai
makhluk individu), dan yang kedua adalah keinginan untuk
berhubungan

dengan

individu

lain

dalam

konteks

masyarakat (sebagai makhluk sosial). Begitu juga dengan


kebudayaan dan masyarakat adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan nyata yang selamanya
merupakan dwi tunggal, yang mana tidak ada masyarakat
tanpa

kebudayaan

dan

tidak

ada

kebudayaan

tanpa

masyarakat (Sulastomo, 2003).


Sementara itu Selo Soemardjan mendefinisikan bahwa
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Paul B.
Horton, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup
lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki
kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar
kegiatan dalam kelompok itu (Sulastomo, 2003).
Pengertian pola kebudayaan mencakup:

1.

Pola bersikap yang berlandaskan nilai budaya dan pola


berpikir

2.

Pola bertindak dan berkelakuan dalam masyarakat

3.

Pola sarana benda-benda (fisik).

Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat


adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Jadi nilai-nilai tersebut dalam
penggunaannya adalah selektif sesuai dengan lingkungan
yang

dihadapi

oleh

pendukungnya Dari

berbagai

sisi,

kebudayaan dapat dipandang sebagai:


1.

Pengetahuan

yang

diyakini

kebenarannya

oleh

2.

masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut;


Kebudayaan adalah milik masyarakat manusia, bukan
daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan

3.

tetapi manusialah yang mempunyai kebudayaan;


Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya,
kebudayaan

adalah

pedoman

menyeluruh

yang

mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat


4.

yang bersangkutan
Sebagai pedoman

bagi

kehidupan,

kebudayaan

dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan; karena


kelakuan

itu

terwujud

dengan

mengacu

atau

berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh


5.

pelaku yang bersangkutan.


Sebagai pengetahuan, kebudayaan berisikan konsepkonsep, metode-metode, resep-resep, dan petunjukpetunjuk untuk memilah (mengategorisasi).

Konsep-konsep dan merangkai hasil pilihan untuk dapat


digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan
memahami

lingkungan

yang

dihadapi

dan

dalam

mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan


memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya
dalam

pemenuhan

kelangsungan
kebudayaan

kebutuhan-kebutuhan

hidup.
sebagai

Dengan
pedoman

demikian,
bagi

untuk

pengertian

kehidupan

adalah

sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan


hidupnya(Sulastomo, 2003).
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu dikenal beberapa
masalah lain yang menyangkut kebudayaan antara lain
unsur kebudayaan. Unsur kebudayaan dalam kamus besar
Indonesia berarti bagian dari suatu kebudayaan yang dapat
digunakan sebagai suatu analisi tertentu. Dengan adanya
unsur tersebut, kebudayan disini lebih mengandung makna
totalitas dari pada sekedar perjumlahan usur-unsur yang
terdapat di dalamnya (Manan, 1989).
Unsur kebudayaan terdiri atas :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan
produk manusia sebagai homoreligius. manusia yang
mempunyai kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan luhur,
tanggapan bahwa kekuatan lain maha besar yang dapat
menghitamputikan kehidupannya.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk
manusia sebagian homosocius. Manusia sadar bahwa
tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia
membuat

kekuatan

dengan

menyusun

organisasi

kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama


untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.

3. Sistem mata pencarian yang merupakan produk dari


manusia sebagai homoeconomicus menjadikan tingkat
kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
contoh bercocok tanam, kemudian berternak, lalu
mengusahakan kerjinan, dan berdagang.
Soerjono

Soekanto

mengemukakan

bahwa ciri-ciri suatu

masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut:


1. Manusia

yang

hidup

bersama

sekurang-kurangnya

terdiri atas dua orang.


2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama.
Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusiamanusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul
sistem

komunikasi

dan

peraturan-peraturan

yang

mengatur hubungan antar manusia.


3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Merupakan suatu sistem hidup bersama.
Sistem

kehidupan

bersama

menimbulkan

kebudayaan

karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang


lainnya. Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri
dari unsur-unsur besar maupun kecil yang merupakan
bagian dari kebulatan yang berifat sebagai kesatuan.
Melville J. Herskovits melihat unsur-unsur kebudayaan atas;
Alat-alat

teknologi,

Sistem

ekonomi,

Keluarga,

dan

Kekuasaan politik (Manan, 1989).


Unsur-unsur besar atau pokok dalam kebudayaan lazim
disebut Cultural universal yang berarti unsur-unsur tersebut
bersifat

universal,

yaitu

dapat

dijumpai

pada

setiap

kebudayaan mana pun di dunia ini. Unsur-unsur universal


tersebut menurut C. Kluckhonn adalah:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,
perumahan,

alat-alat

rumah

tangga,

alat-alat

transportasi, dan sebagainya)


2. Mata pencarian hidup dan sistem-sistem ekonomi
(pertanian,

peternakan,

sistem

produksi,

sistem

distribusi dan sebagainya)


3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi
4.
5.
6.
7.

politik, sistem hukum, sistem perkawinan)


Bahasa (lisan maupun tulisan)
Kesenian (seni rupa, suara, gerak, dan sebagainya)
Sistem pengetahuan
Religi (sistem kepercayaan) segala bentuk aktivitas
kepercayaan mulai dari percaya pada dewa, upacara
keagamaan dan lain-lain.

Menurut Ralph Linton, unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan


kedalam unsur-unsur yang lebih kecil atau dapat disebut
dengan Cultural
dijabarkan

ke

Activity.
dalam

Contoh:

aktivitas

unsur

pertanian,

kedua

data

peternakan,

produksi, distribusi. Pertanian dapat dijabarkan menjadi


aktivitas irigasi, mengolah lahan dengan bajak, dan sistem
hak milik atas tanah (Manan, 1989).
Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan
masyarakat, karena kekuatan yang harus dihadapi oleh
masyarakat dan anggota-anggotanya (misalnya kekuatan
alam) yang tidak selalu baik bagi mereka. Ditambah lagi
manusia sebagai masyarakat itu sendiri perlu kepuasan baik
spiritual maupun material. Apabila manusia sudah dapat
mempertahankan diri dan menyesuaikan diri dengan alam

serta hidup damai dengan manusia-manusia lainnya, maka


akan timbul keinginan untuk menyatakan perasaan dan
keinginan yang akan disalurkan seperti kesenian (Manan,
1989).
Jadi, fungsi kebudayaan bagi masyarakat dapat kita bagi
sebagai berikut:
1. Melindungi diri dari alam
Hasil karya manusia

melahirkan

mempunyai

kegunaan

utama

di

masyarakat

terhadap

lingkungan

teknologi
dalam

yang

melindungi

alamnya.

Dengan

teknologi, manusia dapat memanfaatkan dan mengolah


alam untuk kebutuhan hidupnya, sehingga manusia
dapat menguasai alam.
2. Mengatur tindakan manusia
Dalam kebudayaan ada norma, aturan kaidah, dan adat
istiadat yang ke semuanya itu berfungsi untuk mengatur
bagaimana

manusia

bertindak

dan

berlaku

dalam

pergaulan hidup dengan anggota masyarakat lainnya.


Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan
dinamakan

pula

sebagai

design

for

living artinya

kebudayaan adalah garis-garis pokok tentang perilaku


atau

blue

print

for

behavior, yang

menetapkan

peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan


dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Unsur-unsur

normatif

yang

merupakan

bagian

dari

kebudayaan itu di antaranya adalah:


1. Unsur

yang

menyangkut

pertanian,

berhubungan

dengan hal-hal yang baik dan buruk, menyenangkan


dan tidak menyenangkan. Misalnya, perilaku laki-laki

yang memakai anting, kalung, tato, rambut panjang,


dan lain sebagainya yang terdapat dalam kehidupan
bermasyarakat dan pasti ada yang menilai baik dan
buruknya.
2. Unsur keharusan, yaitu apa yang harus dilakukan
seseorang.
3. Unsur kepercayaan.
upacara

adat

pada

Misalnya,
saat

harus

mengadakan

kelahiran,

perkawinan,

kematian, dan lain-lain.


4. Sebagai wadah segenap perasaan.
Kebudayaan berfungsi sebagai wadah atau tempat
mengungkapkan
masyarakat

perasaan

ataupun

untuk

seseorang
memuaskan

dalam
keinginan,

misalnya dengan adanya seni-seni dalam masyarakat.


Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaannya
masing-masing, berbeda yang satu dengan yang lainnya,
namun setiap kebudayaan memiliki sifat hakikat yang
berlaku umum bagi semua kebudayaan di mana pun juga,
sifat hakikat kebudayaan tersebut adalah:
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku
manusia
2. Kebudayaan telah ada dan terlebih dahulu ada dari
pada lahirnya sutu generasi tertentu, dan tidak akan
habis

dengan

habisnya

usia

generasi

yang

bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan
dalam tingkah laku.
4. Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan
kewajiban-kewajiban.
5. Tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan
yang dilarang dan diizinkan

Tidak ada kebudayaan yang statis, setiap kebudayaan pasti


dinamis,

kebudayaan

pasti

berubah,

gerak

tersebut

merupakan akibat dari gerak masyarakat yang menjadi


wadah kebudayaan. Selama masyarakat itu dinamis dalam
perkembangannya, maka kebudayaan itu pun akan dinamis
(mengalami

perubahan).

Kebudayaan

akan

mengalami

perubahan akibat dari akulturasi masyarakatnya. Misalnya,


bentuk TV, radio, pulpen, bentuk baju, dan lain sebagainya
yang kita lihat sekarang ini pasti jauh berbeda dengan yang
kita lihat lima atau tiga tahun yang lalu (Manan, 1989).
Dalam akulturasi, tidak semua kebudayaan itu dengan
mudah diterima oleh masyarakat, tetapi ada pula yang sulit
diterima

misalnya

menyangkut

kepercayaan,

ideologi,

falsafah hidup, dan makanan pokok. Sedangkan yang mudah


bisa diterima misalnya peralatan menulis, radio (alat-alat
yang

mengandung

manfaat),

dan

alat

yang

dapat

disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut(Manan,


1989).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebudayaan secara
garis besar adalah :
1. faktor kitaran (lingkungan hidup): faktor lingkungan fisik
lokasi

geografis

merupakan

suatu

corak

budaya

sekelompok masyarakat;
2. faktor induk bangsa: ada dua pandangan berbeda
mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan
Barat

dan

pandangan

Timur.

Pandangan

barat

berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari


beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaruh
terhadap

suatu

corak

kebudayaan.

Berdasarkan

pandangan Barat umumnya tingkat Kaukasoid dianggap


lebih tinggi dari pada bangsa lain, yaitu Mongoloid dan
Negroid. Sedangkan, pandangan timur berpendapat
bahwa peran induk bukan sebagai faktor yang lebih
dulu lahir dan cukup tinggi pada saat bangsa barat
masih tidur dalam kegelapan . hal itu lebih jelas ketika
dalam abad ke-20, bangsa Jepang yang dapat dikatakan
lebih rendah daripada bangsa Barat;
3. faktor saling kontak antar bangsa: hubungan antar
bangsa yang makin mudah akibat sarana perhubungan
yang makin sempurna menyebabkan satu bangsa
mudah berhubungan dengan bangsa lain.
Akibat daripada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu
bangsa mempertahankan kebudayaannya tergantung pada
kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan
asli

dapat

bertahan

lebih

kuat.

Sebaliknya

apabila

kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing


maka lenyaplah kebudayaan asli dan terjadi budaya jajahan
yang sifatnya tiruan(Manan, 1989).

III. PEMBAHASAN

Pola kebudayaan mencakup pola sikap yang berlandaskan


nilai budaya dan pola pikir; pola bertindak dan berkelakuan
dalam masyarakat; serta pola sarana benda-benda fisik. Di
sebagian besar daerah-daerah di Papua, pola kebudayaan

mereka mengikuti aturan adat masing-masing suku dan


sangat taat pada kepala suku mereka. Nilai budaya dan pola
berpikir masyarakat di sana sebagian besar terinspirasi dari
keadaan alam Papua yang beragam. Suku yang hidup di
pegunungan pasti memiliki kebijakan adat yang berbeda
dengan suku yang hidup di pinggir pantai, seperti pola
pembagian tugas mencari makanan, berhubungan dengan
suku lain, struktur pakaian, dan lain sebagainya. Kemudian,
karena memiliki nilai-nilai budaya dan pola berpikir yang
berbeda, maka pola bertindak dan berkelakuan dalam
masyarakat pun berbeda. Sebagian besar tindakan dan
kelakuan masyarakat mengikuti kebijakan suku mereka.
Melalui hal itu, perkembangan sarana benda-benda yang
mereka gunakan pun tidak jauh berbeda dengan nilai-nilai
budaya dan pola berpikir yang mereka anut.
Kearifan lokal yang terbangun di tanah Papua membuat
masyarakatnya cenderung menganggap baik apa yang telah
ditetapkan oleh peraturan adat. Tradisi yang dilaksanakan
secara turun-temurun dan kebiasaan tingkah laku dalam
masyarakat yang terjadi berulang-ulang membuat tingkat
kritik berpikir di sebagian besar kalangan mereka pun cukup
rendah. Apalagi, karena sikap adat mereka yang berhasil
memberikan ketenteraman dan kesejahteraan serta teknik
mencari makanan yang dibuktikan berhasil cenderung
membuat mereka beranggapan bahwa apa yang sudah
mereka lakukan sudah baik dan tidak perlu dikembangkan,
kecuali bila kepala suku mereka bertindak atau merumuskan
kebijakan tentang itu.

Sifat

kebudayaan

yang

dinamis

membuat

beberapa

masyarakat di berbagai belahan dunia yang bersentuhan


langsung

dengan

kebudayaan

baru

berpikir

bahwa

kebudayaan yang baru tersebut dapat membuat kehidupan


mereka lebih baik, tak terkecuali di Papua. Papua tergolong
daerah

tertinggal

yang

kemajuan teknologi jika

belum

banyak

terpapar

oleh

dibandingkan dengan daerah-

daerah lainnya di Indonesia. Kekurangan akses teknologi


membuat

kemajuan

di

daerah

Papua

lebih

lambat

dibandingkan dengan daerah lain. Masyarakat yang telah


mengenal kemudahan teknologi dari luar daerahnya pada
umumnya cenderung mengadopsinya karena anggapan
mereka bahwa dengan menerapkan teknologi tersebut,
kehidupan

mereka

Masyarakat

yang

akan
telah

lebih

baik

menerima

dan

sejahtera.

kebudayaan

baru

cenderung meninggalkan kebudayaan lamanya. Oleh karena


itu, dewasa ini di Indonesia sedang digalakkan pelestarian
kebudayaan setempat agar kearifan lokal dapat senantiasa
terjaga.

KESIMPULAN
Berdasarkan laporan pola kebudayaan yang telah dibuat
maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencangkup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat
dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Kebudayaan memiliki bebrapa komponen atau unsur yang tidak bisa
dilepaskan seperti sistem religi, sistem mata pencarian, dan sistem
organisasi kemasyarakatan.
3. Pola kebudayaan pun memberikan pengaruh terhadap kebudayaan
itu sendiri seperti seperti mata pencaharian yang berbeda karena
perbedaan geografis antara satu dengan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Sulastomo (2003). Kebudayaan indonesia. Jakarta: Penerbit
Buku Kompas.
Manan,
Imran.
1989. Antropologi
Pendidikan
Suatu
Pengantar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:
Jakarta.
Manan, Imran. 1989. Dasar-Dasar Budaya Pendidikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

LAMPIRAN

Mengamati Kehidupan Tanpa "Gadget" Bocah


Papua
Fatimah Kartini Bohang - Kompas Tekno
Selasa, 27 September 2016 | 16:07 WIB

Fatimah Kartini/Kompas.com Deka (7), bocah Papua yang bermain pistolpistolan kayu di pinggir Danau Sentani, Kalkote, Jayapura berfoto bersama
jurnalis KompasTekno.
JAYAPURA, KOMPAS.com - Matahari masih terik-teriknya menyembur
Tanah Papua pada pukul tiga sore WIT. Suhu 32 derajat terasa mengiris
kulit, tapi toh tak menghentikan tiga bocah bermain di pinggiran Danau
Sentani, Kalkote, Jayapura.
Mulanya Yulius (11) menodongkan pistol kayu ke arah Deka (7). Tak terima
sobat kecilnya ditawan, Titus (11) lalu membidik Yulius dengan pistolpistolan kayu yang ia rakit sendiri. Sekejap ketiganya larut dalam tawa, lalu
berlarian ke sana ke mari.
"Rumah kami dekat, di situ rumah saya yang belum jadi," kata Yulius
kepada KompasTekno, Selasa (27/9/2016).
Bermain pistol-pistolan menjadi rutinitas sore bocah-bocah sekitar Danau

Sentani. Kadang mereka suka lupa waktu, hingga matahari terbenam


mengingatkan mereka bahwa sudah saatnya pulang ke rumah.
Mereka tak kenal smartphone, internet, apalagi media sosial. Tak ada artis
Instagram yang mereka buntuti atau kerap diistilahkan "stalking".

Bermain, berlari tanpa alas kaki, melawan terpaan angin, dan menyaksikan
matahari perlahan-lahan pamit, sudah cukup membuat mereka bahagia.
Fatimah Kartini Bohang/KOMPAS.com Kiri-kanan: Titus (11) dan
Mulanya Yulius (11), dua bocah Papua yang asyik bermain pistolpistolan dari kayu di danau Sentani, Jayapura, Selasa (27/9/2016).
Membawa peradaban ke Tanah Papua
Papua bisa dibilang salah satu wilayah Indonesia yang belum banyak
terpapar teknologi. Tak usah bicara soal video-streaming dan Snapchat,
smartphone saja belum banyak yang memilikinya di sini.
Jurnalis KompasTekno merasakan betul perjuangan mencari sinyal seluler
ketika pertama kali menginjakkan kaki di Bandar Udara Sentani, Jayapura.
Baru sekitar 30 menit hilang dari dunia maya, KompasTekno serasa hilang
seutuhnya dari dunia.
Masalah teratasi ketika KompasTekno membeli kartu perdana baru dan
menyetel ulang paket internet. Sesekali sinyalnya lancar, tapi lebih sering
mandek.
Hal ini menjadi perhatian Kementerian Komunikasi dan Informasi
(Kemenkominfo). Melalui proyek Palapa Ring, pemerintah ingin
mengalirkan jaringan internet ke daerah-daerah pelosok, salah satunya
Papua.

Pekan ini, Kemenkominfo juga menggelar festival tahunan Desa Teknologi


Informasi dan Komunikasi (Destika) di Jayapura. Sebelumnya, Destika
pernah digelar di Melung, Majalengka, dan Belitung Timur.
"Ini adalah program untuk membangun desa dari sektor teknologi. Kami
ingin semua masyarakat bisa memanfaatkan teknologi secara maksimal,"
kata Kepala Seksi Penerapan Teknologi dan Infrastruktur Dirjen Aptika
Kemenkominfo, Aris Kurniawan, kepada KompasTekno.
Festival Destika bakal digelar mulai besok, Rabu (28/9/2016) sampai Jumat
(30/9/2016) di Danau Sentani, Jayapura. Tak kurang dari 1.000 peserta dari
perwakilan desa dari seluruh Indonesia, Kemenkominfo, developer, startup,
dan Pemda bakal berkumpul untuk saling berbagi ilmu soal pemanfaatan
teknologi.

Anda mungkin juga menyukai