Disusun oleh :
Kesya Ivana (2303110180)
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Sistem peralatan hidup merupakan wujud
kebudayaan yang dihubungkan dengan peralatan yang digunakan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup seharihari,sedangkan teknologi meliputi cara-cara
atau teknik memproduksi, memakai,serta memelihara segala peralatan dan
perlengkapan.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup Sistem mata pencaharian ini berhubungan pada
kehidupan masyarakat yang masih tradisional,disesuaikan dengan tempat atau
daerah mereka tinggal,ada yang berkebun,berternak dll.
6.Sistem Religi Secara individual maupun sosial,manusia tidak terlepas dari religi
atau sistem kepercayaan yang mereka anut.Meliputi sistem kepercayaan,sistem
nilai,pandangan hidup,komunikasi keagamaan atau upacara keagamaan.
7.Kesenian dikaitkan dengan nilai estetika yang berasal dari ekspresi hartat manusia
akan keindahan yang dinikmati dengan mata atau telinga.Meliputi seni
patung/pahat,relief lukis dan gambar,seni tari,bangunan,kesusastraan,dan drama.
1.Kebudayaan materiil
2.Kebudayaan non materiil
3.Lembaga sosial
4.Sistem kepercayaan
5.Estetika
6.Bahasa Merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi
BAB IV
METODE -METODE ANTROPOLOGI
4.1 Pendahuluan
Inti ilmu antropologi adalah etnografi yang secara harfiah berarti tulisan atau
laporan tentang suatu suku bangsa berdasarkan penelitian lapangan dalam waktu
yang relatif lama. Secara etimologis, etnografi berasal dari kata Yunai ethnos berate
orang, suku atau kelompok kultural yang digabungkan dengan kata graphic dapat
diartikan lukisan, deskripsi.
Penduduk suatu dess atau beberapa desa yang berdekatan, biasanya juga
merupakan segabungan manusia yang mengucapkan satu bahasa, biasanya juga
merupakan suatu kesatuan administratif, dan mempunyai suatu rasa identitas
komunitas yang khusus, tinggal di satu wilayah geografi dengan ciri-ciri ekologi
yang sama, mempunyai pengalaman sejarah yang biasanya sama, biasanya saling
berinteraksi secara intensif dan dengan frekwensi yang tinggi. sedangkan seluruh
desa biasanya mempunyai suatu organisasi sosial yang tertentu (Koentjaraningrat
1990a:331).
BAB V
ORIENTASI TEORITIS
5.1 Pendahuluan
Secara sederhana orientasi teoritis dapat diartikan sebagai cara
seleksi,konseptualisasi dan penataan data dalam menanggapi jenis pertanyaan atau
permasalahan tertentu.Konsep orientasi teoritis memiliki pengertian yang mirip
dengan istilah pendekatan,yakni suatu kerangka anggapan yang diterima oleh
peneliti untuk mengkaji suatu masalah yang dapat dipertentangkan dengan
pendekatan lain.konsep orientasi teoritis atau pendekatan berbeda dengan konsep
teori tetapi dapat menciptakan teori.
Teori adalah prinsip-prinsip umum dasar yang berupa rumus-rumus atau aturan-
aturan yang berlaku umum yang berfungsi menjelaskan hakikat suatu gejala atau
hakikat hubungan antara dua gejala atau lebih.pengertian dari teori dalam ilmu
pengetahuan berbeda dengan pengertian teori dalam masyarakat awam.bagi
masyarakat awam,teori biasanya dianggap sebagai pikiran-pikiran yang musykil
dan jauh dari realitaas sedang dalam ilmu pengetahuan teori adalah sesuatu yang
relevan dengan realitas yang operasional sebagai alat untuk menjelaskan atau
memahami suatu realitas.oleh sebab itu,suatu teori yang tidak sesuai dengan realitas
dianggap tidak berlaku lagi.
Hakikat dan tujuan ilmu pengetahuan itu adalah teori dan teori tersebut dapat
berkembang dengan adanya penelitian ilmiah. Dalam penelitian ilmiah diperlukan
metode Ilmiah yang merupakan seperangkat prosedur dalam melaksanakan
kegiatan penelitian yang dalam batas-batas tertentu terikat dengan pendekatan
ataau orientasi teoritis.
5.2 Evolusionisme
Orientasi teoritis ini berkembang pada akhir abad XIX seiring dengan kemunculan
antropologi sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Aliran ini pada dasarnya
berupaya menelusuri perkembangan kebudayaan manusia sejak yang paling awal,
yakni asal usul kebudayaan primitif hingga yang paling mutakhir dan paling
kompleks. Tokoh utamanya adalah E.B.Tylor (1832- 1917) dan Lewis Henry Morgan
(1818-1881). E.B. Tylor adalah orang Inggris yang pada awalnya belajar kesusastraan
dan peradaban Yunani dan Romawi klasik dan kemudian
tertarik pada arkeologi.
Lalu dia tertarik pada etnografi karena dia sering ikut keluarganya berpetualang ke
Afrika dan Asia. Dia dianggap sebagai ahli antropologi professional pertama karena
dialah yang menduduki posisi pertama di bidang antropologi di Universitas. Dia
adalah tokoh yang pertama kali menduduki posisi reader (setingkat di bawah
professor) dalam bidang antropologi di Oxford (Inggris) pada 1884. Dia menulis
ratusan buku dan yang paling berpengaruh adalah Primitif Culture: Research into
the Development of Mythology, Phylosophy Religion, Language, Arts, and Customs,
yang terbit pertama kali pada 1871. Dalam buku ini. Tylor pertama kali
menggunakan istilah "culture" dalam bahasa Inggris dalam pengertian yang
digunakan oleh kebanyakan antropolog
Tingkat evolusi tersebut dapat dikembangkan secara lebih rinci menjadi zaman liar
tua, zaman liar madya, zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar madya,
zaman barbar muda, zaman peradaban purba, dan zaman peradaban masa kini
(Koentjaraningrat 1987: 44-45).
Baik aliran teori evolusi kebudayaan Tylor maupun Morgan mendapat banyak kritik
tajam di Inggris maupun di Amerika. Kritik terhadap Tylor. misalnya, ditujukan
pada konsep survivals, terutama karena tidak adanya catatan tertulis sehingga tidak
bias membuktikan apakah suatu kebudayaan benar-benar merupakan sisa
kebudayaan masa lampau.
Secara sadar atau tidak semua antropolog dan juga ahli ilmu sosial lainnya,
menggunakan ungkapan-ungkapan evolusionistik dalam menanggapi gejala sosial
tertentu. Istilah-istilah seperti "sederhana-kompleks", "kemajuan- kemunduran",
"tradisional-modem, atau "desa-kota", jelas menunjukkan cara berpikir yang
merujuk proses perubahan atau perkembangan dari satu tahap ke tahap lain, yang
dalam banyak hal adalah evolusionistik
Dengan kata lain, banyak pikiran dalam evolusionistik. Dengan kata lain, banyak
pikiran dalam evolusionisme tetap hadir mungkin secara tersirat dalam paradigma-
paradigma antropologi sosial budaya masa kini, dan membayang. bayangi
paradigma-paradigma tersebut (2005:99).
5.3 Difusionisme
Teori ini popular di Inggris dan Jerman-Australia pada akhir abad XIX dan awal
abad XX. Sesuai dengan namanya,teori ini mengutamakan peranan penyebaran atau
difusi dalam rangka menjelaskan kesamaan-kesamaan di antara berbagai
kebudayaan didunia. Difusi adalah proses historis dari perubahan kebudayaan
melalui transmisi lintas budaya dari objek-objek materi dan perilaku keyakinan
yang dipelajari
Tokoh utama difusionis inggris adalah G.Eliot Smith (1871-1937), William J.Perry
(1887-1949),dan W.H.R Rivers (1864-1922). Mereka berpendapat bahwa kebanyakan
aspek kebudayaan pada tahap tinggi pertama kali berkembang di Mesir dan dari
sana unsur-unsur kebudayaan tersebut menyebar ke bagian dunia lain karena
adanya kontak dengan orang Mesir.
Adapun pendiri aliran difusi di Jerman dan Austria adalah Fritz Graebner (1877-
1934) dan Peter Wilhelm Schmidt (1868-1954) sama dengan difusionis
Inggris,mereka berpandangan bahwa ciri khas kebudayaan tertua di dunia dapat
direkontrusi dari unsur-unsur kebudayaan yang masih dipertahankan masyarakat
primitive sebagai masyarakat paling tua.
Adapun pelopor aliran difusi di Amerika adalah Clark Wissler (1879-1947) dan
Alfred Kroeber (1876-1960).ide mereka lebih mirip dengan pandangan difusionis
jerman dan Austria dibandingkan pandangan difusionis Inggris dalam banyak hal.
Aliran ini dibangun oleh bapak Antropologi Amerika,Franz Boas (1858-1942). Yang
secara tegas menolak teori-teori evolusionisme yang dikemukakan oleh
Tylor,Morgan, dan lain-lain yang cenderung spekulatif,sangkalan Boas
dituangkannya dalam buku The Limitation of the Comparative Method of
Anthropology yang terbit pada 1896.
Pada awal tahun 1920 di Amerika muncul interest di kalangan beberapa antropolog
untuk mengkaji hubungan antara kebudayaan dan kepribadian. Pada mulanya
mereka tertarik pada pengalaman masa kanak-kanak dan pengaruhnya pada
perilaku masa dewasa.karena pengaruh pemikiran Sigmund Frued dan John
Dewey,mereka kemudian tertarik pada lingkungan kebudayaan bayi atau kanak-
kanak dan pengaruhnya pada pembentukan kepribadian seseorang.
Pada masa berikutnya, muncul upaya kalangan antropolog untuk mengkaji faktor-
faktor penyeebab perbedaan pola pengasuhan anak dalam masyarakat yang
berbeda. Antropolog psikolog juga berusaha memahami faktor-faktor dan proses
psikologis terhadap praktik-praktik budaya (Ember and Ember 1981 : 45-47) salah
satu tokoh antropolog psikologis adalah Ralph Linton.
Singkatnya ada tiga topic besar dalam antropologi psikologi,yaitu hubungan antara
kebudayaan dan hakikat manusia, hubungan antara kebudayaan dan kepribadian
individu,hubungan antara kebudayaan dan tipe kepribadian khas masyarakat,
Konsep dan Teknik yang dipakai dalam penelitian antropologi ini juga berasal dari
psikologi.
5.7 Strukturalisme
Aliran strukturalisme dibangun oleh antropolog Prancis Claude Levi- Strauss. Levi
Strauss berpandangan bahwa kebudayaan manusia sesungguhnya merupakan
perwalian lahiriah dari struktur pikiran manusia yang mendasarinya. Struktur
pikiran manusia itu dipandang sama secara lintas batas budaya atau bersifat
universal. Kaum strukturalis berasumsi bahwa pikiran manusia senantiasa
distrukturkan menurut oposisi biner dan mengklaim bahwa oposisi biner tersebut
termanifestasi dalam berbagai aspek kebudayaan manusia seperti Bahasa, makanan,
metologi. dan kekerabatan (Saifuddin, 2005:65). Tentang konsep oposisi biner Levi-
Strauss.
Salah satu cara yang paling elementer adalah membagi alam semesta ke dalam dua
golongan berdasarkan ciri-ciri yang saling kontras, bertentangan, atau merupakan
kebalikannya, yaitu cara yang disebut binary opposition, atau oposisi pasangan. Dua
golongan ini bisa bersifat mutlak berupa gejala alam seperti bumi langit, suatu
keadaan seperti hidup/maut, makhluk seperti manusia binatang, manusia/dewa,
Pria/Wanita, atau warna hitam/putih, tetapi bisa juga bersifat relatif seperti kiri
kanan, depan belakang, kerabat/orang luar, kaum kerabat pemberi gadis/kaum
kerabat penerima gadis dan sebagainya.
Di Inggris, antropolog terkenal yang pernah menjadi guru besar di Oxford seperti R.
Nedham atau R. H. Barnes menggunakan konsep-konsep strukturalisme
LeviStrauss. Yang terakhir ini menulis etnografi kebudayaan Kedang di bagian
timur laut Pulau Lembata di Nusa Tenggara Timur (Koentjaraningrat, 1987: 236-
238).
Selain itu, strukturalisme berkembang pada 1960-an dengan tokohnya yang paling
berpengaruh adalah Mary Douglas melalui bukunya, Purify and Danger. Dia
berpendapat bahwa ajaran kitab suci tentang ketidakmurnian dapat diiluminasikan
dengan mengkaji posisi yang mumi' dan 'yang tidak murni dalam agama yang
dianut masyarakat berskala kecil.
Aliran ini pertama kali diusung oleh Karl Marx pada pertengahan abad XIX. Tujuan
utama materialism dialektik adalah penjelasan tentang alas an terjadinya perubahan
dan perkembangan sistem sosial budaya yang berfokus pada asumsi bahwa struktu
dan ideologi suatu masyarakat ditentukan oleh mode produksi. Masyarakat
kapitalis memiliki karakter destruktif yang inheren karena keinginan untuk
mengeksploitasi kaum buruh dalam rangka mengakumulasi keuntungan. Salah
seorang antropolog terkenal yang dipengaruhi oleh aliran ini adalah Marshall
Sahlins (Saifuddin, 2005:65).
Aliran ini pertama kali dikembangkan oleh Leslie White dan Julian Steward dan
dikenal juga sebagai 'neo-evolusionisme' atau 'ekologi budaya. Sekarang, aliran ini
identik dengan karya-karya Marvin Harris. Menurut materialis kultural, struktur
sosial dan suprastruktur ideologi ditentukan oleh mode produksi dan mode
reproduksi masyarakat, sambil menolak konsep metafisika dialektika Hegel yang
dianut materialisme dialektika (Saifuddin, 2005:65). Fokus kajian aliran ini adalah
penjelasan tentang cara-cara manusia dengan sarana kebudayaan yang dimilikinya
memanipulasi dan membentuk ekosistem sendiri. Aliran ini menekankan bahwa
corak manipulasi lingkungan menghasilkan keragaman konfigurasi dan sistem
budaya.
Ada dua konsep sentral dalam aliran ekologi budaya, yakni lingkungan dan
adaptasi. Lingkungan dipahami sebagai ciri-ciri atau hal yang berkenaan dengan
habitat alami yang oleh para ekolog budaya dianggap sebagai environmental
possibilism (posibilisme lingkungan), alih-alih sebagai penentu variasi pengaturan
kebudayaan. Para ekolog budaya pada umumnya berpendapat bahwa faktor-faktor
lingkungan dan budaya merupakan bagian dari suatu sistem yang saling
berinteraksi.
5.10 Etnosains
Aliran antropolog kognitif atau ctnosains berkembang di Amerika pada 1950-an dan
1960-an. Pertumbuhannya dirangsang oleh linguistic, seperti halnya strukturalisme
Levi-Strauss. Arsitek utamanya adalah Harold Conklin, Ward Goodenough, dan
Charles Frake. Aliran ini berupaya mengidentifikasi aturanaturan kebudayaan yang
mendasari tingkah laku manusia melalui analisis konsep komponensial.
Penelitian sosial bertujuan untuk merekonstruksi makna atas perilaku sosial Kedua,
ilmu-iulmu sosial harus interpretif dan hermeneutik, berbeda dengan ilmuilmu
alam. Ketiga, beberapa pokok yang menjadi program interpretif dalam ilmuilmu
sosial mencakup:
1) hanya dengan interpretasi perilaku dan keyakinan individu dapat dipahami dan
hanya dengan interpretasi makna atau signifikansi suatu tindakan atau keyakinan
dapat ditemukan.
3) perilaku sosial diwujudkan oleh makna yang diberikan oleh pelaku pada
perilaku tersebut dan.
4) dalam ilmu-ilmu sosial, tidak ada fakta yang bebas dari makna spesifik dalam
kebudayaan (Saifuddin, 2005:287-288).
Antropologi simbolik memandang manusia sebagai subjek dan objek sekaligus dari
suatu sistem simbol sebagai sarana komunikasi. Simbol menjadi fondasi bagi
gagasan, nilai, dan perilaku. Simbol dapat berupa apa saja yang diberi makna oleh
manusia seperti tanda, Bahasa, kejadian, Tindakan, atau objek yang berkaitan
dengan gagasan atau emosi. Sistem simbol itu dikaji dalam konteks interaksi
manusia dengan manusia lain dan dengan lingkungan alaminya (Saifuddin,
2005:291).
Secara ringkas, antropologi simbolik didasarkan pada konsep bahwa para anggota
masyarakat memiliki Bersama sistem simbol dan makna yang disebut kebudayaan.
Sistem tersebut mempresentasi realitas dimana manusia hidup. Antropologi
simbolik menekankan sistem, apakah sistem itu terintegrasi secara ketat atau
longgar. karena para anggota suatu masyarakat harus mengartikulasikan dan
memiliki Bersama hingga tingkatan tertentu.
5.12 Sosiobiologi
Demikian garis besar orientasi teoritis dalam ilmu antropologi. Tentu saja, orientasi
teoritis tersebut jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang dikemukakan di atas
dan uraian yang lebih rinci disajikan dalam pembahasan tentang objek kajian
tertentu seperti tentang konsep kebudayaan dan agama.