TINJAUAN TEORETIS
Perspektif Antropologi
Antropologi Budaya
Istilah “antropologi” berasal dari bahasa junani asal kata
“anthropos” berarti “manusia”, dan “logos” berarti “ilmu atau wacana”,
dengan demikian secara harfiah “antropologi” adalah ilmu tentang
manusia yang dikaji dari berbagai sudut pandang ilmu 19 . Para ahli
antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi
merupakan studi tentang manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan
untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia. (Haviland, 1999: 7;
Koentjaraningrat, 1987: 1-2) .
20
Erlangga.
21 . Koentjaraningrat, 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
11
biologi lainnya, maka dalam antropologi budaya banyak berhubungan
erat dengan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi. Hal ini bisa
dipahami karena dua-duanya berusaha menggambarkan tentang
perilaku manusia dalam konteks sosialnya22.
Antropologi budaya merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang berusaha menguraikan suatu permasalahan
berdasarkan faktor-faktor budaya dan interaksi masyarakat. Menurut
Greertz, antropologi sebagai pemaknaan tingkah laku manusia atau
hubungan sebab akibat, kebudayaan yang dipelajarinya terkait dengan
cara pandang masyarakat, cara merasakan, dan berfikir masyarakat
terhadap segala sesuatu yang ada di kelilingnya. Menurut K.Kuper,
kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadikan pedoman dan
pengarah bagi kehidupan manusia bersikap dan berperilaku, baik
individu maupun kelompok. Wiliam H. Havilan mengatakan bahwa
kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki
bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh
para aggotanya, akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan
dapat diterima oleh semua orang. Menurut Edward B.Taylor
mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
moral, hukum, adat isti adat dan kemampuan lain yang didapat oleh
sebagian anggota masyarakat. Sugiarti mendefinisikan kebudayaan
keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat yang diperolehnya melalui pembelajaran23.
Sedangkan kebudayaan dalam arti sempit disebut kultur,
artinya keseluruhan sistem gagasan dan tindakan. Pengertian budaya
atau kultur dimaksud untuk menyebut nilai-nilai yang digunakan oleh
sekelompok orang dalam berpikir dan bertindak. Seperti halnya
kebudayaan sebagai suatu sistem yang berulang-ulang mengenai
22. Baker, P. T., 2014. Ekologi and Anthropologi: A Simposium The Application of
Ecological Theory to Anthropolo. The Pennsylvania State Universit. Wileyand
American Anthropological Associationare collaborating with JSTOR to digitize,
preserve and extend access to American Anthropologist.
23. Handayani, S. T.,” Kejian Kontemporer Ilmu Budaya Dasar”, dalam Y. Z Abidin & B.
A. Saeani (eds), (2014), Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia. Pustaka Setia
Bandung, Malang: UMM Prees.
12
permasalahan yang dihadapi manusia. Menurut Francis Marill,
kebudayaan adalah pola-pola perilaku yang dihasilkan dalam interaksi
sosial serta semua perilaku dan semua produksi yang dihasilkan oleh
seseorang sebaga anggota masyarakat yang ditemukan melalui interaksi
simbolis. Menurut Mitchell, kebudayaan adalah sebagai perulangan
dari keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia serta produksi yang
dihasilkannya yang diasosilisasikan. Menurut R.Soemono mengatakan
bahwa kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia berupa benda
dan buah pikiran dalam penghidupan 24 . Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan
menusia sebagai makluk sosial untuk memahami dan menginterpretasi
lingkungan serta pengalamannya, yang kemudian menjadi pedoman
bagi tingkah lakunya untuk bertahan hidup.
Unsur-Unsur Pembentuk Kebudayaan
Unsur-unsur budaya merupakan komponen yang telah terpola
menjadi sistem tersendiri membentuk suatu budaya atau kebudayaan
pada masyarakat. Unsur pembentuk kebudayaan ini dilihat sebagai
suatu unsur yang telah terpola pada masyarakat yang terbentuk dengan
adanya interaksi pada individu, kelompok dan masyarakat menjadi
suatu variasi tersendiri untuk mempelajari keberagaman suku, bahasa,
budaya dan adat yang terhadap pada suatu masyarakat. Adapun unsur-
unsur kebudayaan tersebut terdiri dari; (1) bahasa dan komunikasi, (2)
ilmu pengetahuan, (3) teknologi, (4) ekonomi, (5) organisasi sosial, (6)
agama, (7) tradisi dan (8) ideologi25.
Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kebudayaan terdiri
dari (1) perlengkapan dan paralatan hidup sehari-hari manusia yang
terdiri dari pakaian, perumahan, alat rumah tangga dan sebagainya, (2)
sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, misalnya petani,
A. Saeani, ( (eds), (2014), Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia. Pustaka Setia
Bandung, Malang: UMM Prees.
. Abidin, Y.Z., & B. A. Saeani, 2014. Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia.
27
28. Abidin, Y.Z., & B. A. Saeani, 2014. Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia.
Desa Wae Codi Kecematan Cabal. Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
30 . Sarwono, S., 1993. Sosiologi Kesehatan (Beberapa Konsep Beserta
Aplikasinya).Yogyakarta : Gajah Mada Press.
15
masyarakat tentang penyakit dan kesehatan, maka antropologi lebih
luas lagi mengkaji dari aspek fisik, sosial, dan budaya.
Menurut Anderson (1978)31 , antropologi kesehatan mengkaji
masalah kesehatan dan penyakit dua aspek yang berbeda, yaitu kutub
biologis dan kutub sosial budaya. Kutub biologis, perhatiannya pada
pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, peranan penyakit
dalam evolusi manusia, adaptasi biologi terhadap perubahan
lingkungan alam, dan pola penyakit pada perkembangan manusia.
Ketub sosial-budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional
yang mencakup aspek-aspek etiologis, terapi, ide, dan praktis
pencegahan penyakit, serta peranan praktis medis tradisional, masalah
perawatan kebutuhan biomedik, perilaku kesehatan, peranan pasien,
perilaku sakit dan masalah inovasi kesehatan.
Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengombinasikan
dalam satu disiplin ilmu pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu
sosial, humanior dalam menstudi manusia. Dalam proses
perkembanganya merupakan perpaduan antara aspek biologi dan aspek
sosio-bidaya. Foster dan Anderson (1978), mendefisinikan antropologi
kesehatan adalah suatu disiplin biobudaya yang mempengaruhi aspek
biologi dan budaya berkenaan dengan perilaku manusia, khususnya
bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga berpengaruh
terhadap kesehatan dan penyakit. Mc Elroy dan Townsend,
mendefinisikan bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan
mempengaruhi kesehatan. Dari ahli antropologi mendeskripsikan
secara luas interpretasi mengenai hubungan bio-budaya, antara
perilaku manusia dimasa lalu dan dimasa kini, dengan derajat
kesehatan dan penyakit.
Menurut Fabrega (1972;176) kesehatan adalah studi yang
menjelaskan berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan
peranan atau mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan
32 . Soejoeti, S. Z (2012). Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial
18
baik terhadap suatu penyakit akan memberikan pengaruh untuk
bersikap dan bahkan melakukan tindakan yang mendukung upaya
pencegahan penularan terhadap penyakit (Kasnodihardjo, 1994).
Pengetahuan kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang
fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari
penyakit. Perilaku kesehatan untuk hidup sehat yaitu semua kegiatan
atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti
tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan tindakan
untuk menghindari penyakit (Notoatmodjo, S., 2007)36.
Menurut J.E.Engel., et all (1995), mengambarkan kompleksitas
faktor-faktor pembentuk perilaku kesehatan masyarakat yaitu
pengaruh lingkungan meliputi; budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,
sikap dan situasi, motivasi keterlibatan, pengetahuan, sikap,
kepribadian, gaya hidup dan demografi37. Dalam teori WHO, dijelaskan
bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-
faktor di luar orang tersebut seperti lingkungan, baik lingkunga fisik
maupun nonfisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman
tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan
motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya menjadi perilaku
(Marimbi H, 2009). Namun teori WHO tersebut tidak selamanya
berhubungan dengan kenyataan bahwa dengan pengetahuan yang baik
tentang kesehatan, belum tentu memberikan perilaku yang baik dalam
upaya pencegahan penyakit 38 . Berbicara mengenai pengetahuan dan
perilaku kesehatan sedikitnya terkait dengan masalah nilai-nilai
budaya dan lingkungan masyarakat. Faktor-faktor sosial-psikologi dan
faktor budaya sering memainkan peran dalam mencetuskan penyakit
36. Maulana, V., 2014. Buku Ajar Sosiologi dan Antropologi Kesehatan . Yogyakarta.
37. Arif, S.,2000. Relevansi Teori Perilaku Terencana dalam Penelitian Niat Perilaku
Konsumen Pengguna Kereta Api “Orgi Muria”. Program Studi Magister Manajemen
Universitas Diponegoro.
38 . Maulana, V., 2014. Buku Ajar Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta.
19
(Djeky, R 2002). Sebagai masyarakat yang masih memegang nilai-
nilai budaya, tentunya pola kebiasaan semacam ini bagi mereka
adalah suatu tindakan positif, yang sifatnya mengikat. Walaupun
diakui banyak hal yang tidak dapat diterima oleh akal orang lain.
Dengan demikian masyarakat berpikir dan melakukan tindakan sesuai
pemahaman dan pengalaman yang mereka rasakan (Boedihartono,
1997).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa status kesehatan
masyarakat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terpola
dengan interaksinya terhadap lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat dari segi sosiologi dan budaya,
sehingga untuk memahami kesehatan masyarakat, maka dapat
digambarkan dari unsur-unsur pembentuk budaya dan faktor
kesehatan yang mempengaruhi perilaku sehat dan sakit.
Perilaku Sehat dan Sakit
Dari sudut pandang biologis, perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung. Secara oprasional, perilaku sebagai
suatu respons organism atau seseorang terhadap rangsangan dari luar
subjek tersebut (Soekidjo, 1993) 39 . Perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, melalui
rangsangan yang dapat menghasilkan perilaku tertentu (Notoatmodjo,
1997)40. Menurut Robert Kwich (1974), perilaku merupakan tindakan
organisme yang dapat diamati dan dipelajari. Perilaku manusia pada
dasarnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya
sebagai manifestasi hayati (Kusmiyati & Desminiarni, 1990). Menurut
Skinner, 1938 perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulasi (rangsangan dari luar). Perilaku sebagai tindakan
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas. Dari semua uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksuk perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
22
Antropologi Ekologi (Ecology Antropology)
Ekologi (Ecology)
Kata ekologi berasal dari bahasa yunani, terdiri dari dua kata,
yaitu oikos artinya rumah, dan logos artinya ilmu. Jadi secara harfiah
ekologi adalah ilmu tentang mahkluk hidup dalam rumahnya atau
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup45.
Menurut David Bornie, (1999), konsep oikos amat berkaitan dengan
karakteristik akan makhluk hidup 46 . Menurut Nirhayanit (2009),
ekologi adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Di dalam ekologi
terdiri dari beberapa komponen, yaitu unsur-unsur abiotik, bioitik,
sosial budaya (culture), dan konservasi47. Unsur-unsur ini berinteraksi
secara timbal-balik, misalnya hubungan manusia dengan lingkungan
alam untuk memenuhi kebubutuhan hidupnya melalui matari, energi,
impormasi dan sumberdaya yang terdapat pada lingkungan48.
Hubungan manusia dengan lingkungan tersebut dari sudut
pandang ekologi kebudayaan, mengkaji bagaiman mempelajari proses
adaptasi masyarakat pada lingkungannya. Menurut Vayda dan
Rappaport dalam Mulyadi (2007), adaptasi manusia dapat dilihat secara
fungsional dan prosesual. Adaptasi fungsional merupakan respon suatu
organisme atau sistem yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi
stabil (homostatis). Sedangkan adaptasi prosesual merupakan sistem
tingkah laku yang dibentuk sebagai akibat dari proses penyesuaian
manusia terhadap perubahan-perubahan lingkungan disekitarnya.
Proses adaptasi merupakan salah satu bagian dari proses evolusi
kebudayaan, yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha
16424.
48. Riberu, P., 2002. Pembelajaran Ekologi (Ecology). Dosen Pascasarjana UNJ, Jakarta.
Anthropology. 1: 207-266.
52. Otto, S., 1983. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta, Djambatan.
53. Julian, S. H. 1955. Theory of Culture Change: The Methodology of Multilinear
54. Ester, B., 1965. The Conditions of Agricultural Growth . The Economics of
Agrarian Change Under Population Pressure. Chicago, Aldine.
55. Otto, S.,1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta, Djambatan.
56. Lestari, A dan A. H. Dharmawan, 2011. The Socio-Economic and Socio-Ecological
Konflik dan Dinamika Sosal Ekologi. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan
Ekologi Manusia IPB. ISSN: 1978-4333, Vol. 02, No. 02.
26
Antropologi Ekologi
Dari berbagai studi berbagai studi literatur yang dilakukan,
menunjukan bahwa hubngan manusia dengan lingkungan merupakan
suatu gejala ekosistem yang tidak bisa dapat dipisahkan, dari aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sosial-
ekonomi yang didukung oleh ketersediaan sumber daya alam yang
memadai (59Merrill, dalam Azariah, 2009). Hal ini juga dipandang oleh
Ramli Utina (2009), hubungan manusia dan lingkungan sebagai suatu
sistem (ekosistem) yang membentuk suatu jaringan kehidupan. Posisi
manusia dalam hal ini tidak mengabaikan peran mahluk hidup
lainnya, juga tidak memandang manusia berada di luar sistem,
tetapi ini berarti bahwa manusia beserta perilakunya adalah bagian
dari suatu ekosistem 60 . Sistem ekonomi dan mata pencaharian
(livelihood), dari kajian sebelumnya menunjukan sebagai unsur
pembentuk kebudayaan pada manusia yang tergantung pada
sumberdaya alam (resource) dalam memanfaatkan resource, dengan
strategi adaptasi dalam bertahan hidup pada lingkungannya. Misalnya
strategi keluarga Nelayan di Sukabumi dalam mencari nafka sebagai
upaya untuk bertahan hidup (livelihood strategy) terhadap kondisi
kehidupan61. Cara pemanfaatan sumberdaya alam juga dikenal dengan
pola subsistem masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam,
konsep subsistensi ini dikaitkan dengan ekologi kebudayaan, yaitu
berhubungan studi masalah perilaku dan pengetahuan kebudayaan
manusia dalam hubungannya dengan lingkungan atau ekologi
manusia62.
Ekologi manusia dari semula berkembang sebagai keniscayaan
interaksi manusia (man and cul ture) dan alam (natural) hingga
Cicahuripan-Cisolok, Suka Bumi. Junal Sosialita Vol 09. No 01. Program Studi
Geografi, Faku ltas Ilmu Sosial , Universit as Negeri Jak arta (FIS UNJ). ISSN:1411-
7134.
62 . Usman, M., 2008. Ekologi Kebudayaan: Subsistensi Nelayan Suku Bajo Torosiaje
Teluk Somini di Provinsi Gorontalo (Studi Kajian Tentang Sumberdaya Alam dan
Masyarakat). Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin.
27
sekarang. Hal ini menjadi suatu kajian tersendiri dalam ilmu ekologi
manusia, karena kemampuannya dalam memberikan landasan teoritis
dan konseptual yang berguna untuk memaknai dan memahami
fenomena dan fakta hubungan interaksi manusia dan lingkungan. Dari
sudut pandang ekologi, manusia memerlukan energi, materi dan
informasi dari alam untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan
sebagai kebutuhan dasar manusia. Sistem sosial manusia dibangun
berdasarkan; organisasi sosial atau sistem pengendali, kelembagaan,
teknologi, populasi (demografi), norma dan nilai yang dibangun pada
masyarakat. Sedangkan sistem ekologi terdiri dari komponen biotik
dan abiotik63, yaitu udara, air, materi, tumbuhan, dan hewan. Interaksi
antara kedua sub-sistem tersebut berlangsung dengan adanya
pertukaran dengan melibatkan energi, materi, dan informasi yang
berinteraksi secara timbal balik pada kedua sub-sistem melalui
transaksi ekologi-ekonomi. Hal ini dikatan oleh Marten, (2001) 64 ,
ekologi manusia sebagai ilmu yang memberikan landasan analisis yang
berguna untuk memahami konsekuensi aktivitas manusia pada sistem
sosial dan sistem ekologi.
63. Dharmawan, A. H., 2007. Dinamika Sosial Ekologi Pedesaan; Perfektif dan
Pertautan Keilmuan Ekologi Manusia, Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik . Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. ISSN: 1978-4333, Vol 01.
No 10.
64. Marten, G. G., 2000. Human Ekologi: Basic Concept to for Sustainable Development .
65. Sugihardjo., dkk, 2012. Strategi Bertahan dan Strategi Adaptasi Petani Samin
Terhadap Dunia Luar (Petani Samin Di Kaki Pegunungan Kendeng Di Sukolilo
Kabupaten Pati). Staf Pengajar Program Sudi Agribisnis, Fakultas Pertanian UNS. SEPA
: Vol. 8 No. 2. ISSN : 1829-9946.
29
pemerintah dan perkembang industri kapitalis, seringkali
menghancurkan kearifan lokal sebagai suatu konflik pada masyarakat66.
Hal ini berbeda dengan stategi adaptasi petani Samin terhadap dunia
luar memiliki strategi tersendiri dalam menghadapi dunia luar yang
akan menghancurkan nilai-nilai budaya lokal yang merupakan warisan
dari leluhurnya. Salah satu karakter yang ditonjolkan oleh masyarakat
Samin adalah kolektivisme yang kuat baik dalam tataran keluarga
maupun dalam masyarakat, kekuatan kelembagaan lokal ini
menghambat kapitalisme masuk di wilayah mereka67.
Studi dari D.R.Sulistyastuti dan Faturochman (2000),
Menunjukan bahwa masyarakat tiga desa, yaitu Desa Keboansikep
Sidoarjo, Kalitengah Klaten dan Sriharjo Bantul, tiap lapisan
masyarakat yang berbeda memiliki cara dan dinamika bertahan hidup
yang berbeda dengan lapisan yang lain. Hal ini dilihat dari semakin
rendah tingkat status ekonomi, semakin berat upaya untuk bertahan
hidup. Yang membanggakan dari kelompok ini adalah kegigihannya
untuk tetap bertahan dengan menggunakan usaha yang semakin
banyak meskipun hanya untuk mendapatkan sedikit uang 68 .
Masyarakat di kabupaten Bengkalan dengan rendahnya akses terhadap
modal terutama modal finansial merupakan penyebab kemiskinan, dan
menyebabkan nelayan tidak mampu mengakses modal fisik berupa
teknologi penangkapan yang lebih moderen. Kondisi ini semakin
diperparah dengan adanya konflik perebutan sumber daya dengan
nelayan dari daerah lain. Strategi yang dilakukan untuk bertahan
hidup adalah stetegi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan
miskin melalui trategi ekonomi dan sosial, melalui pola nafkah ganda,
pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga dan migrasi, strategi sosial
. Rahmawati, R., dkk, 2008. Pengetahuan Lokal Masyarakat Adat Kasepuan: Adaptasi,
66
. Widodo, S., 2011. Trategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di
69
Role of Research. Natal Parks Board, PO Box 662, Pietermaritzburg 3200, South
Africa. The Environmentalist, Volume 13, Number 2, 105-110.
71. Helmut, R., 1991. The Role of Rural-Rural Migration as a Survival Strategy in the
Concepts for the 21st Century. University of Sussex, Institute for Development Studies,
DP 296, Brighton.
74. Sterlin, Q. D., 2002. Urban Livelihoods: A People-centred Approach to Reducing
Poverty. ISBN: 1 85383 861 6 paperbac. ISBN: 1 85383 860 8 hardback. Earthscan
Publications Limited London.
75 . Freeman, E. F., (eds), (2005). Rural livelihoods and poverty reduction policies .
Routledge, London.
32
Menurut kajian dari (Sayogya, 1982), perkembangan sistem
penghidupan dan nafka bagi wilayah pedesaan tidak bisa lepas dari
proses sistem sosial ekonomi yang senantiasa melanda pedesaan. Proses
adaptasi ekonomi dan ekologi dibentuk oleh petani aras individu,
rumah tangga (aras kelompok), aras kelompok serta komunitas lokal
aras sistem sosial sebagai upaya menyelaraskan eksistensi mereka
terhadap arus perubahan sosial, menghasilkan sejumlah gambaran
dinamika sistem penghidupan dan nafka pedesaan 76 . Sistem mata
pencaharian masyarakat pedesaan terdiri dari pola ekonomi tradisional
yang dilakukan melalui kegiatan produksi, untuk memenuhi
kehidupan ekonominya. Dari hasil penelitian yang dilakukan di 17
desa kabupaten Chamoli dan 12 desa di kabupaten Pauri India,
menunjukan bahwa subsistensi pemenuhan kebutuhan mata
pencaharian masyarakat desa dari berbagai kombinasi mata
pencaharian yaitu, melalui pertanian, perternakan, pengrajin, dan
pemanfaatan non-kayu hasil hutan (HHBK) memberikan dasar untuk
ekonomi pasar yang dilakukan untuk menambah pendapatan ekonomi
keluarga77.
76. Sayogya, 1982. Bunga Rampai Perekonomian Desa. Gajah Mada Universitas Press.
Yogyakarta.
77 . Sati, V. P., 2014. Towards Sustainable Livelihoods and Ecosystems in Mountain
Blau. UKSW
33
pertukaran. Meskipun diantara mereka memiliki derajat harkat
kekayaan dan fungsionaris adat yang berbeda-beda. Dalam hubungan
seperti ini, pertukaran langsung merupakan kewajiban membayar atau
membalas kembali kepada orang atau kelompok lain atas apa yang
mereka berikan atau lakukan sesuai dengan nilai yang sama79.
Pertukaran ekonomi ini terjadi dengan adanya barang atau
komoditas yang memiliki nilai jual. Komoditas merupakan hasil karja
manusia yang diproduksi dalam bentuk barang dan jasa untuk
dipertukarkan melalui mekanisme pasar. Komoditas tersebut dalam
bentuk barang dan jasa umumnya diproduksi secara massal untuk
malayani kebutuhan banyak konsumen dan juga produksi berulang-
ulang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen yang
menjadi target pasarnya 80 . Aspek penting dari komoditas yaitu
komoditas tersebut memiliki nilai guna dalam hal barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Selain itu komoditas juga
merupakan sebuah komoditas yang dipertukarkan dengan barang atau
jasa lain yang berbeda kegunaannya atau disebut sebagai nilai tukar.
Mekanisme berlangsungnya proses pertukaran komoditas (barang)
dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian yaitu81;
1 Tipe K-K, yaitu suatu komoditas ditukar langsung dengan
komoditas lainnya, misalnya seorang petani menukar sesumpit
jagung dengan sejerat ikan kepada seorang nelayan atau
disebut dengan barter sebagai bentuk pertukaran komoditi
yang pertama dalam sejara umat manusia. Dalam hal ini para
actor melakukan interaksi sosial dan saling mengontrol
perilaku mereka.
2 Tipe K-U-K, yaitu komoditi dikonversikan ke dalam uang,
kemudian uang dikonversikan lagi ke dalam komoditi,
79. Damsar & Indrayani, 2009.Pengantar Sosiologi Ekonomi Edisi Ke Dua. Hal;104-
107.Kencana Prenamedia Group. Jakarta.
80. Suyanto, B., 2002. Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di Era-Masyarakat
82. Suyanto, B., 2002. Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di Era-Masyarakat
Post-Modernisme. Hal 18.Kencana Prenada Media Group.
83 . Sanderson, S. K., 2003. Makro Sosiologi. Hal; 118. Jakarta; Raja-Grafindo Persada..
84. Suyanto, B., 2002. Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di Era-Masyarakat
. Wakerkwa, H., 2009. Perang Antar Suku (Tinjauan Terhadap Penanganan Perang
85
Antar Suku Dani dan Suku Amungme Tahun 2007-2008 di Distrik Tembagapura
Kabupaten Mimika. Hal 55.Program Studi Magister Sosiologi Agama Universitas
Kristen Satya Wacana.
86. Kum, K., 2012. Konflik Etnik.Telaah Kritis dan Kontruktif Atas Konflik Etnik di
88. Goodman, G. R. D.J., 2004.Teori Sosiologi Modern Edisi Ke Enam. Hal 359. Fajar
Interpratama Offset. Jakarta.
89. Suyanto, B., 2002. Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di Era-Masyarakat
90. Suyanto, B., 2002. Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di Era-Masyarakat
Post-Modernisme. Hal 177.Kencana Prenada Media Group.
91. Suyanto, B., 2002. Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di Era-Masyarakat
40