Anda di halaman 1dari 4

Amelia Nuriyaratri (1184010018)

Kebudayaan sebagai Acuan Kerangka Bertindak

1. Pengertian Kebudayaan
Secara umum budaya sendiri budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam
bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu
mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani,
kata culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa
Indonesia.
Ralph Linton yang memberikan definisi kebudayaan yang berbeda dengan
perngertian kebudayaan dalam kehidupan sehari- hari kebudayaan adalah seluruh cara
kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja
yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”
“Kebudayaan yang merupakan cetak biru bagi kehidupan atau pedoman bagi
kehidupan masyarakat adalah perangkatperangkat acuan yang berlaku umum dan
menyeluruh dalam menghadapi lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
para warga masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.” Dalam kebudayaan terdapat
perangkat-perangkat dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh pendukung
kebudayaan tersebut. Perangkat-perangkat pengetahuan itu sendiri membentuk sebuah
sistem yang terdiri atas satuan-satuan yang berbeda-beda secara bertingkat-tingkat
yang fungsional hubungannya satu sama lainnya secara keseluruhan Pendapat di atas
menunjukkan bahwa kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai
tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan
tersebut. Dalam kehidupan masyrakat banyak terdapat institusi sosial karena kegiatan
manusia terdiri dari beragam bentuknya yang harus diatur agar terjaga keteraturan
sosial. Masyarakat memiliki pranata sosial tertentu, dimana berisi aturan-aturan sosial
tertentu yang mengatur semua aktivitas sosial setiap individu dalam kaitannya dengan
fungsi dan peran setiap orang dalam jejaring kehidupan bersama yang bermartabat.
Adapun unsur-unsur pranata sosial dalam masyarakat, yaitu:
a. Kaidah atau norma,
Kaidah dibentuk untuk menciptakan keselarasan dan mengatur hubungan sosial
dalam masyarakat. Kaidah berfungsi untuk melindungi dan menjamin hak dan
mengatur pelaksanaan kewajiban individu. Menurut Prof. Notonogoro, norma
sosial yang ada dalam masyarakat terbagi atas norma agama (pedoman), norma
adat dan kebiasaan (tidak tertulis/tertulis), norma kesusilaan dan norma kesopanan
(tidak tertulis) serta norma hukum (tertulis).
b. Lembaga Sosial
Lembaga sosial adalah institusi masyarakat yang mewadahi kegiatan pengaturan
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, baik di bidang ekonomi, politik,
kesehatan, hukum dan pendidikan. Apabila tujuan tersebut dapat diwujudkan akan
tercipta sesuatu pola hubungan sosial yang teratur dalam masyarakat. Contoh:
Puskesmas, LBH (Lembaga Bantuan Hukum), Komnas HAM, dan KPK.
c. Aparat penegak ketertiban masyarakat. Pemegang kedaulatan itu tugasnya
mengeluarkan perintah-perintah yang merupakan hukum. Pada tahap kehidupan
pra hukum atau pra sosial atau alamiah, manusia saling menghancurkan. Untuk
menghentikan keadaan demikian, menurut Hobbes, diperlukan pemenuhan 2 (dua)
syarat. Syarat pertama adalah berfungsinya hukum yang menurut Hobbes
berintikan penegakkan ketertiban. Syarat kedua berkaitan dengan prasyarat
struktural atau institusional eksistensi hukum yakni adanya kedaulatan politik
yang seragam dan terpusatkan. Hobbes menyederhanakan keadaan tanpa hukum
dengan situasi tanpa ketertiban. Pranata dan lembaga sosial dalam pengendalian
sosial di antaranya: Polisi, Pengadilan, Tokoh Masyarkat, Lembaga Pendidikan.
Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku maka
kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi adalah suatu
yang sulit berubah, karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat
pendukungnya.
2. Unsur-Unsur Kebudayaan
Para sarjana antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan sebagai suatu
keseluruhan yang terintegrasi, ketika hendak menganalisis membagi keseluruhan itu
ke dalam unsur-unsur besar yang disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” atau
cultural universals. 7 unsur kebudayaan itu adalah:
1. Bahasa,
2. Sistem pengetahuan,
3. Organisasi sosial,
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi,
5. Sistem mata pencaharian hidup,
6. Sistem religi,
7. Kesenian,
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud
kebudayaan terurai di atas, yaitu wujudnya sistem budaya, berupa sistem sosial, dan
berupa unsurunsur kebudayaan fisik (Koentjaraningrat, 2009: 164-165).

Fungsi Budaya
Fungsi kebudayaan yang dimaksud adalah penerapan nyata dari berbagai kesepakatan
bersama yang telah menjadi acuan hidup suatu kaum. Budaya dapat mengatur
manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk
menentukan sikap dalam menghadapi suatu masalah maupun fenomena sosial lainnya.
Secara umum, kebudayaan dapat berfungsi sebagai:
1. Suatu pedoman dalam berhubungan antar manusia atau kelompok.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan renungan kehidupan
lainnya.
3. Pembimbing kehidupan manusia secara umum, baik sebagai individu dan
kelompok.
4. Pembeda utama antar manusia sebagai mahluk berakal budi dengan mahluk
lain seperti binatang.
5. Pegangan bersama untuk menjadi acuan serupa yang dapat terus dijalankan
dan dikembangkan secara berkelompok pula demi kelanjutan hidup dari
generasi ke generasi.
Wujud dan Komponen Budaya
Sementara itu wujud nyata budaya sendiri menurut J.J. Hoenigman dibedakan
menjadi tiga, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak, berikut adalah penjelasannya:
1. Gagasan (Wujud ideal). Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan
dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (Tindakan). Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat
diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (Karya). Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan
karya (artefak) manusia.

Kemudian, berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas


dua komponen utama, yakni:

1. Kebudayaan material. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan


masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini
adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:
mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material
juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion
olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan
abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng,
cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Anda mungkin juga menyukai