Anda di halaman 1dari 21

1 MAKALAH ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Kode Etik Konsultan Pajak

Dosen Pengajar : Rotua Manulang

Disusun Oleh :
1734030005 Abdi Alif
1734030015 Denaya Nada Fadilah
1734030005 Feni Widiarti
1734030005 Sri Haryani

Prodi : Akuntansi

Mata Kuliah : Etika Profesi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Tahun Akademik 2017
2 Kata Pengantar

Segala puji syukur bagi Tuhan atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya yang telah
memberikan Kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kode
Etik Konsultan Pajak”, tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang Kami dapatkan.

Makalah yang telah Kami susun ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas project dari
Universitas 17 Agustus 1945 yang mana sebagai syarat untuk mendapatkan Nilai Project
Ujian Akhir Semester.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu Kami dalam
membuat makalah. Terima kasih kepada Bapak Rotua Manulang, selaku Dosen Etika Profesi
Akuntansi. Terima kasih kepada orang tua dan keluarga Kami yang telah memberi dukungan
dan motivasi. Tak lupa kepada rekan-rekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas solidaritasnya.

Dalam penyusunan makalah ini, Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan masih
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan makalah serta cara penulisan makalah ini, oleh
karena itu Kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan juga bermanfaat khususnya bagi Kami sebagai penyusun.

Jakarta, 06 Juli 2019

Penulis
3 Daftar Isi

Cover .............................................................................................................................................. 1

Kata Pengantar ............................................................................................................................... 2

Daftar Isi ........................................................................................................................................ 3

Bab I Pendahuluan ......................................................................................................................... 4

Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan ....................................................................................................................... 6

2.1 Konsultan Pajak ........................................................................................................... 6


2.2 Tanggung Jawab Konsultan Pajak Terhadap Wajib Pajak ........................................ 6
2.3 Kriteria Utama Seorang Konsultan Pajak .................................................................... 7
2.3.1 Legalitas ........................................................................................................... 7
2.3.2 Kompetensi ....................................................................................................... 8
2.3.3 Etika .................................................................................................................. 8
2.4 Hak Konsultan Pajak .....................................................................................................8
2.5 Kewajiban Konsultan Pajak ..........................................................................................9
3 Kesalahan dalam Proses Rekrutmen dan Seleksi ......................................................................9

Bab lll Penutup ..............................................................................................................................13

A. Kesimpulan .......................................................................................................................13
B. Saran .................................................................................................................................13
Daftar Pustaka ...............................................................................................................................14
4 Bab I Pendahuluan

Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan dunia usaha yang pesat mendorong timbulnya bidang-bidang
khusus (spesialisasi) akuntansi. Akuntansi juga tidak hanya bersifat keilmuan, namun
menjadi profesi yang mandiri. Ahli akuntansi juga dapat menduduki jabatan-jabatan penting
dalam perusahaan dan pemerintahan. Berdasarkan tujuannya, bidang akuntansi terbagi atas:
akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi biaya, akuntansi pemeriksaan,
akuntansi perpajak, akuntansi penganggaran, akuntansi pemerintahan, dan sistem akuntansi.
Peranan pajak dalam penerimaan negara adalah sangat penting, karena sebagian besar sumber
penerimaan negara berasal dari sektor pajak, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat timbal balik yang langsung dapat
ditunjukan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum atau negara.
Akuntansi perpajakan (tax accounting) adalah bidang akuntansi yang mencatat,
menggolongkan, mengihtisarkan serta menafsirkan transaksi-transaksi finansial yang
dilakukan oleh perusahaan dan bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak
(penghasilan yang digunakan sebagai dasar penetapan beban dan pajak penghasilan yang
terutang) yang diperoleh atau diterima dalam suatu tahun pajak untuk dipakai sebagai dasar
penetapan beban dan/atau pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan sebagai wajib
pajak. Dalam profesi akuntansi perpajakan terdapat jabatan TAX CONSULTANT.
Tax consultant sebuah posisi jabatan penting sebagai ujung tombak dalam kaitan dengan
pajak. Tax consultant mempunyai tujuan, tanggung jawab, hak, serta
wewenang. Biasanya di dalam perusahaan yang besar bidang keuangan dipimpin oleh
seorang manajer keuangan. Manajer keuangan atau sering disebut direksi keuangan
melaporkan secara langsung kepada direktur keuangan atau presiden direktur kemudian
perusahaan menyerahkan laporannya kepada Direktorat Jendral Pajak agar terhitung seberapa
besar pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan
5 Bab II Pembahasan

2.1 . Konsultan Pajak

Menurut Haryono Wibowo (2004) perpajakan merupakan salah satu persoalan penting dalam
kaitannya dengan hak dan kewajiban kita sebagai warga 6 negara. Saat membayar pajak
sering menjadi orang salah satu indikasi seorang warga negara yang baik dan bijak, salah satu
caranya adalah dukungan pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai berbagai hal
tentang perpajakan. Pemahaman ringan dalam upaya menciptakan kesadaran membayar pajak
bagi wajib pajak tentu sudah banyak disosialisasikan oleh pemerintah khususnya Direktorat
Jendral Pajak. Namun pemahaman secara konsep, teknis, dan berbagai mekanismenya
mungkin memerlukan waktu dan pemikiran serta kompentensi dibidang ilmu perpajakan.

Pengertian konsultan pajak menurut Erly Suandy (2000) adalah menyatakan bahwa dengan
beralurnya Undang – undang perpajakan yang baru. Dipandang perlu untuk lebih
meningkatkan peran serta konsultan pajak, selaku mitra Direktorat Jendral Pajak dalam usaha
memasyarakatkan ketentuan – ketentuan dibidang perpajakan, bahwa dalam menyongsong
era keterbukaan dan globalisasi serta meningkatkan kemandirian konsultan pajak indonesia,
perlu diberikan kewenagan kepada ikatan konsultan pajak indonesia untuk membina
konsultan pajak, bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dipandang perlu untuk
menyempurnakan ketentuan yang berikatan dengan profesi konsultan pajak dengan
keputusan mentri keuangan.

Pengertian Konsultan Pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 485/KMK.03/2003


ditetapkan tanggal 30 Oktober 2003 adalah sebagai berikut: “Konsultan pajak adalah setiap
orang yang dalam lingkungan pekerjaannya secara bebas memberikan jasa profesional
kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku”.

Menurut Margaret McKerchar FTIA, Kim Bloomquist and Sagit Leviner (2008: 401), tax
agents atau konsultan pajak adalah sebagai berikut: “Orang yang yang melakukan pengisian
berkas pajak untuk persiapan pengembalian pajak dan agen pajak tersebut terdaftar di suatu
asosiasi (di negara yang bersangkutan) dan karena mereka berlisensi dapat dikenakan biaya
atas jasa persiapan pajak yang mereka lakukan.”

Hite P. Hasseldine dalam penelitian Margaret McKerchar FTIA, Kim Bloomquist and Sagit
Leviner (2008) mengemukakan tax agents adalah sebagai berikut: “Tax agents atau agen
pajak adalah seseorang yang membawa suatu tugas dan bertindak untuk klien mereka
disamping itu juga menegakkan ketentuan dari hukum perpajakan dan terkadang agen pajak
dapat menjadi penengah kliennya jika mengalami konflik dengan pejabat pajak.”
6 itu masih dikutip dari penelitian Margaret McKerchar FTIA, Kim Bloomquist and
Selain
Sagit Leviner (2008) menurut Scotchmer mengemukakan tax agents adalah sebagai berikut:
“Seseorang atau anggota dari suatu asosiasi profesional yang mewakili kliennya dan terikat
oleh etika dan tugas undang-undang. Tax agents juga memegang tanggung-jawab yang sah
memberi tahu aspek-aspek perpajakan kepada klien mereka.”

Berdasarkan pengemukaan para ahli Tax Agent atau Tax Consultant atau disebut dengan
konsultan pajak adalah seseorang yang ahli pada hal-hal yang berkaitan dengan pajak, ia
mempersiapkan, memberi saran dan membantu individu atau perusahaan dengan pengajuan
pajak dan pengembalian. Juga dikenal sebagai preparers pajak, mereka menyarankan
langkah-langkah yang akan membantu perusahaan menghemat uang lebih banyak dan juga
mengikuti aturan dan peraturan pemerintah. Mereka sangat membantu karena kebijakan pajak
bisa sangat membingungkan dan bantuan mereka dapat membuat proses lebih sederhana

2.2 Tanggung Jawab Konsultan Pajak Terhadap Wajib Pajak

 Menyusun rencana perpajakan untuk optimalisasi pajak

 Melakukan koordinasi dengan perusahaan affiliasi dan bagian terkait dalam


melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan

 Approval laporan pajak masa dan tahunan secara akurat dan tepat waktu

 Melakukan verifikasi transaksi perusahaan yang terkait aspek pajak

 Menangani audit pajak dan menyusun budget tahunan bagian pajak

 Update peraturan perpajakan untuk memastikan tax compliance

Lebih lanjut, secara garis besar jasa yang diberikan seorang konsultan pajak menurut
Prijohandojo Kristanto (2009: 7) umumnya meliputi lima bidang yaitu :
1. Jasa Konsultan
Jasa konsultan adalah jasa yang diberikan oleh konsultan pajak berupa hak-hak dan
kewajiban –kewajiban perpajakan yang mungkin timbul sehubungan dengan fakta-fakta
dan data-data yang ada pada klien. Jasa ini dapat berupa telaah atau fakta-fakta dan
data-data yang diberikan oleh klien
2.7 Jasa Pengurusan
Jasa pengurusan adalah jasa yang diberikan oleh konsultan pajak antara lain mengisi dan
memasukan SPT masa ataupun SPT tahunan, mendampingi atau mewakili klien selama
proses pemeriksaan, keberatan, banding, dan permohonan restitusi
3. Jasa Perwakilan
Jasa perwakilan adalah jasa yang diberikan oleh konsultan pajak berupa tindakan yang
dilakukan atas nama klien dalam rangka mewakili klien sesuai dengan lingkup yang
diberikan dalam surat kuasa termasuk dalam penandatangan SPT, penandatanganan
berita acara, penandatanganan surat keberatan, penandatanganan surat banding,
penandatanganan memori, dan kontra memori.
4. Jasa mendampingi dan membela klien dalam rangka penyidikan dan pengadilan pajak
5. Jasa lainnya dibidang perpajakan

Untuk menjamin dan mengimbangi terlaksananya fungsi konsultan pajak tersebut, maka
pemerintah mengeluarkan peraturan. Diantaranya adalah larangan untuk melimpahkan kuasa
yang telah diberikan kliennya kepada konsultan pajak lain. Hal ini sangat penting mengingat
pelimpahan kekuasaan akan menyebabkan kebocoran pada berbagai macam dokumen wajib
pajak.
Berdasarkan kondisi demikian, konsultan pajak kini diatur pelaksanaannya dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 80 tahun 2007 tentang tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan
tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007.

2.3 Kriteria Utama Seorang Konsultan Pajak

Menurut Aris Aviantara (2009) mengemukakan bahwa legalitas, kompetensi dan etika
adalah kriteria utama yang harus dimiliki oleh seorang konsultan pajak. Dalam prakteknya,
ada cukup banyak konsultan pajak yang tidak memiliki semua kriteria tersebut, bahkan
beberapa dari mereka tidak memiliki satu pun.
2.3.1
8 Legalitas
Slemrod dan Blumenthal dalam penelitian Yuka Sakurai and Valerie Braithwaite (2001)
berpendapat walaupun orang dapat menegaskan bahwa legalitas adalah garis pemisah
antara yang legal dan ilegal, namun dalam praktiknya terdapat grey area. Legalitas
untuk konsultan pajak diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.
485/KMK.03/2003, Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 22/PMK.03/2008 dan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-16/PJ./2008, selain membutuhkan kuasa
khusus dari Wajib Pajak, peraturan ini menetapkan bahwa konsultan pajak yang
ditunjuk harus memenuhi persyaratan diantaranya memiliki izin praktek dari Direktur
Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan. Oleh karena itu, memilih orang yang
mengklaim sebagai konsultanpajak tanpa izin praktek dari Direktur Jenderal Pajak,
jelas bukan pilihan yang tepat.

Seperti dicantumkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 485/KMK.03/2003


ditetapkan tanggal 30 Oktober 2003 pasal 9, hak konsultan pajak adalah sebagai berikut:

1. Konsultan pajak yang telah memiliki izin praktek Konsultan Pajak Sertifikat A
berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib
Pajak yang berdomisili di luar negara yang mempunyai persetujuan penghindaran
pajak berganda dengan Indonesia.

2. Konsultan Pajak yang telah memiliki izin praktek Konsultan Pajak Sertifikat B
berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
dan Badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya,
kecuali kepada Wajib Pajak Penanaman Modal, Bentuk Usaha Tetap dan yang
berdomisili di luar negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak
berganda dengan Indonesia.

3. Konsultan Pajak yang telah memiliki izin praktek Konsultan Pajak Sertifikat C
berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada
2.3.2
9 Kompetensi
Kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada
seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas
pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari
kriteria atau standar yang digunakan. Analisis kompetensi disusun sebagian besar
untuk pengembangan karier, tetapi penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan untuk
mengetahui efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan.

Menurut Spencer dalam penelitian Eko Nurmianto dan Nurhadi Siswanto (2006) level
kompetensi adalah sebagai berikut : Skill, Knowledge, Self Image, Trait dan Motive.

1) Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik misalnya
seorang progamer computer.
2) Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang khusus
(tertentu), misalnya bahasa komputer.
3) Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri, merekflesikan
identitas, contoh : melihat diri sendiri sebagai seorang ahli.
4) Trait adalah karakteristik abadi dari seorang karakteristik yang membuat orang
untuk berperilaku, misalnya : percaya diri sendiri.
5) Motive adalah sesuatu dorongan seseorang secara konsisten berperilaku, sebab
perilaku seperti hal tersebut sebagai sumber kenyamanan.

2.3.3 Etika
Dengan dibentuknya Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI), maka institusi yang
bersangkutan dapat menjadi wadah yang akan mengakomodasi kepentingan antara
kebutuhan korporasi, lembaga pendidikan tinggi, masyarakat, lembaga-lembaga riset
akan ahli perpajakan yang handal dengan kemampuan teknis para professional ahli
perpajakan yang siap untuk diterjunkan secara langsung di tengah-tengah masyarakat
sebagai Tax Agents.

Dalam Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia, yang mengatur tentang
Kepribadian Konsultan Pajak Indonesia adalah sebagai berikut:

Konsultan Pajak Indonesia wajib :


10 a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Menjunjung tinggi kepatuhan hukum dan peraturan perpajakan, integritas,
martabat dan kehormatan profesi konsultan pajak.
c. Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan
independen.
d. Menjadi wajib pajak yang baik
e. Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi

Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan :

a. Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai
negeri sipil baik pada tingkat Pusat maupun Daerah, kecuali mereka yang bekerja
pada bidang riset, pengkajian dan pendidikan.
b. Meminjamkan ijin kerja untuk digunakan oleh pihak lain.
c. Menugaskan pegawainya yang tidak menguasai seluk beluk, teknik, pengetahuan
dan peraturan perpajakan untuk bertindak atas nama Konsultan pajak, memberikan
nasehat dan menangani urusan perpajakan Klien.

Dalam bab yang mengatur hubungan konsultan pajak dengan teman seprofesi
konsultan pajak adalah sebagai berikut:

1. Hubungan dengan teman seprofesi harus dilandasi sikap saling menghormati,


saling menghargai dan saling mempercayai.
2. Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan :
a. Menarik Klien yang diketahui atau patut diketahui bahwa klien tersebut telah
diurus oleh Konsultan Pajak yang lain.
b. Membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain untuk pindah menjadi
karyawannya.
3. Konsultan Pajak Indonesia yang menerima pindahan dari Konsultan Pajak lain
wajib memberitahukan kepada Konsultan Pajak lain tersebut.
4. Bila terjadi sengketa antara sesama anggota IKPI dalam masalah profesi maka
sengketa tersebut agar didiskusikan secara musyawarah atau diajukan kepada
Pengurus Cabang.
11 5. Bila masih belum memperoleh penyelesaian maka diajukan kepada Pengurus
Pusat, dan bila masih belum pula diperoleh penyelesaian maka diajukan kepada
Dewan Kehormatan.

Dalam bab IV yang mengatur hubungan konsultan pajak dengan klien, adalah sebagai
berikut:

Konsultan Pajak Indonesia wajib:

1. Menjaga sifat profesional dan kerahasiaan dalam hubungan profesi dengan klien.
2. Menolak permintaan klien untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan.

Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan:

1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan kliennya


mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan.
2. Memberikan jaminan kepada kliennya bahwa pekerjaan yang berhubungan
dengan instansi perpajakan pasti akan berhasil.
3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan klien mempercayakan
kepentingan perpajakan kepada konsultan pajak yang lain.
4. Melakukan atau menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan
tindakan yang diketahui atau patut diketahui merupakan tindak pidana perpajakan.

2.4 Hak Konsultan Pajak

1. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat A berhak
memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib Pajak yang
berdomisili di negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan
Indonesia.
2. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat B berhak
memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali kepada Wajib
12Pajak Penanaman Modal, Bentuk Usaha Tetap, dan yang berdomisili di negara yang
mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia.
3. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat C berhak
memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.5 Kewajiban Konsultan Pajak

1. Konsultan Pajak wajib memenuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan


perpajakan.
2. Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari Wajib
Pajak, setiap Konsultan Pajak wajib:
 Memiliki Izin Praktek Konsultan pajak yang masih berlaku
 Memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak.
4. Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja yang berlaku di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang melakukan tindakan-tindakan yang
merugikan kepentingan negara.
5. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat wajib
mengikuti penataran/pendidikan penyegaran perpajakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam
setahun yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan atau Ikatan Konsultan
Pajak Indonesia.
6. Konsultan Pajak wajib memenuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Kode
Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
7. Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi jumlah dan keterangan
mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan jasa di bidang perpajakan dan melampirkan
fotokopi Sertifikat Penataran/Pendidikan Penyegaran Perpajakan.
8. Laporan Tahunan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan
April tahun takwin berikutnya.
9. Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaana penyampaian laporan
tahunan secara tertulis untuk paling lama 3 (tiga) bulan.
2.6 Kode
13 Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI)

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1
Kode Etik IKPI adalah kaidah moral yang menjadi pedoman dalam berfikir, bersikap dan
bertindak oleh setiap anggota IKPI.

Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa berpegang pada
Kode Etik IKPI.

Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban atau
dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI.

BAB II
KEPRIBADIAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA

Pasal 2
Konsultan Pajak Indonesia wajib :

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
2. Menjunjung tinggi kepatuhan hukum dan peraturan perpajakan, integritas, martabat dan
kehormatan profesi konsultan pajak
3. Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan independen.
4. Menjadi wajib pajak yang baik
5. Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi

Pasal 3
Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan :

1. Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri
sipil baik pada tingkat Pusat maupun Daerah, kecuali mereka yang bekerja pada bidang
riset, pengkajian dan pendidikan
2. Meminjamkan ijin kerja untuk digunakan oleh pihak lain
3.14Menugaskan pegawainya yang tidak menguasai seluk beluk, teknik, pengetahuan dan
peraturan perpajakan untuk bertindak atas nama Konsultan pajak, memberikan nasehat
dan menangani urusan perpajakan Klien

BAB III
HUBUNGAN DENGAN TEMAN SSEPROFESI

Pasal 4

1. Hubungan dengan teman seprofesi harus dilandasi sikap saling menghormati, saling
menghargai dan saling mempercayai
2. Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan :
a. Menarik Klien yang diketahui atau patut diketahui bahwa klien tersebut telah
diurus oleh Konsultan Pajak yang lain
b. Membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain untuk pindah menjadi
karyawannya
3. Konsultan Pajak Indonesia yang menerima pindahan dari Konsultan Pajak lain wajib
memberitahukan kepada Konsultan Pajak lain tersebut

Pasal 5
Bila terjadi sengketa antara sesama anggota IKPI dalam masalah profesi maka sengketa
tersebut agar didiskusikan secara musyawarah atau diajukan kepada Pengurus Cabang.

Pasal 6
Bila masih belum memperoleh penyelesaian maka diajukan kepada Pengurus Pusat, dan bila
masih belum pula diperoleh penyelesaian maka diajukan kepada Dewan Kehormatan.
15 BAB IV
HUBUNGAN DENGAN KLIEN

Pasal 7
Konsultan Pajak Indonesia wajib :

1. Menjaga sifat profesional dan kerahasiaan dalam hubungan profesi dengan klien
2. Menolak permintaan klien untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan

Pasal 8
Konsultan Pajak Indonesia tidak diperkenankan :

1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan kliennya mengenai


pekerjaan yang sedang dilakukan
2. Memberikan jaminan kepada kliennya bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan
instansi perpajakan pasti akan berhasil
3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan klien mempercayakan
kepentingan perpajakan kepada konsultan pajak yang lain
4. Melakukan atau menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan
tindakan yang diketahui atau patut diketahui merupakan tindak pidana perpajakan

BAB V
PELAKSANAAN KODE ETIK

Pasal 9

1. Setiap Konsultan Pajak wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik IKPI
2. Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik IKPI dilakukan oleh Dewan Kehormatan

Pasal 10
Konsultan Pajak Asing yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
menjalankan profesinya di Indonesia wajib tunduk dan taat pada Kode Etik IKPI.
16 BAB VI
DEWAN KEHORMATAN

Pasal 11
1. Dewan Kehormatan berwenang memeriksa dan memberikan keputusan sanksi atas
pelanggan Kode Etik IKPI yang dilakukan oleh anggota IKPI
2. Dalam melakukan pemeriksaan dan memberikan keputusan, Dewan Kehormatan
membentuk Majelis Dewan Kehormatan yang terdiri dari :

a. Ketua Dewan Kehormatan sebagai Ketua


b. Sekretaris Dewan Kehormatan sebagai Sekretaris
c. Ketua / Sekretaris IKPI cabang dimana anggota tersebut terdaftar sebagai anggota
d. Pihak-pihak lain yang dianggap perlu, yang mempunyai keahlian dan atau
pengetahuan dan atau mereka yang memiliki integritas yang tidak diragukan
mengenai masalah yang bersangkutan.
3. Dewan Kehormatan bertindak jika ada pengaduan tertulis, baik dari masyarakat maupun
dari anggota IKPI, mengenai pelanggaran Kode Etik IKPI yang dilakukan oleh anggota
IKPI dan apabila ada masalah yang oleh Pengurus Pusat IKPI dianggap perlu untuk
diajukan kepada Dewan Kehormatan
4. Keputusan sanksi kepada anggota IKPI dilakukan oleh Dewan Kehormatan melalui IKPI
cabang dimana Anggota tersebut terdaftar
5. Dewan Kehormatan memberitahukan hasil kerjanya kepada anggota IKPI melalui
pengurus IKPI Pusat sekurang-kurangnya setahun sekali

Pasal 12

1. Sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik berupa :


a. Teguran tertulis
b. Pemberhentian sementara

2. Dalam hal dilaksanakan sanksi berupa pemberhentian sementara atau pemberhentian


tetap, salinan keputusan tersebut dilaksanakan kepada :

a. Pengurus IKPI Pusat


17b. Pengurus IKPI dimana yang bersangkutan terdaftar
c. Kantor Pusat DJP dan Kantor Pelayanan Pajak setempat.

3. Sebelum sanksi yang tersebut pada ayat (1) diatas diberikan, anggota IKPI yang
bersangkutan harus diberi kesempatan membela diri dalam rapat Majelis Dewan
Kehormatan dan anggota tersebut dapat disertai oleh sebanyak-banyknya 3 (tiga) orang
anggota IKPI lainnya sebagai pendamping
4. Dalam hal keputusan sanksi pemberhentian tetap, maka keputusan tersebut baru berlaku
setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri didepan Kongres
5. Keputusan Kongres merupakan keputusan final dan mengikat

BAB VII
KEPUTUSAN DEWAN KEHORMATAN

Pasal 13

1. Keputusan Dewan Kehormatan mempunyai kekuatan tetap sejak diucapkan dalam sidang
terbuka dengan atau tanpa dihadiri oleh para pihak pada hari, tanggal dan waktu yang
telah diberitahukan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 21 (dua
puluh satu) hari kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah keputusan diucapkan,
salinan Keputusan Dewan Kehormatan disampaikan kepada :
a. Anggota yang bersangkutan melalui cabang IKPI dimana anggota tersebut
terdaftar
b. Cabang IKPI dimana anggota tersebut terdaftar
c. DPP – IKPI
d. Kantor Pusat DJP dan KPP setempat dalam hal yang bersangkutan dikenakan
sanksi pemberhentian sementara atau pemberhentian tetap
18 BAB VIII
KETENTUAN – KETENTUAN LAIN

Pasal 14

Konsultan Pajak Indonesia wajib mengikuti ketentuan-ketentuan penggunaan papan nama


kantor konsultan pajak sebagai berikut :

1. Nama kantor Konsultan Pajak yang dipergunakan adalah sesuai dengan nama yang
tercantum dalam ijin kerja dari Menteri Keuangan / Direktur Jenderal Pajak.
2. Nomor ijin kerja harus dicantumkan pada papan nama yang dibuat oleh Konsultan Pajak
3. Ukuran papan nama Kantor Konsultan pajak tidak diperkenankan lebih dari 80 x 120 cm
dan menggunakan dasar papan berwarna putih dan huruf berwarna hitam

Pasal 15
Konsultan Pajak Indonesia tidak dibenarkan memasang iklan semata-mata untuk menarik /
mendapatkan klien.

BAB IX
ATURAN PERALIHAN

Pasal 16
Perkara-perkara pelanggaran Kode Etik IKPI yang belum diperiksa dan belum diputuskan
akan diperiksa dan diputuskan berdasarkan Kode Etik IKPI.

BAB X
PENUTUP

Pasal 17
Kode Etik IKPI berlaku sejak tanggal ditetapkan. Pada tanggal : 30 Agustus 2003.
2. 7. Jurnal
19 Konsultan Pajak
2.7.1 Pemahaman Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Mengenai Hubungan dengan
Wajib Pajak oleh Konsultan Pajak di Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman kode etik Ikatan
Konsultan Pajak Indonesia mengenai hubungan dengan wajib pajak oleh Konsultan Pajak di
Surabaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dengan
beberapa konsultan pajak di Surabaya. Kode etik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia tahun 2009. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi
data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Penelitian ini membuktikan bahwa
semua konsultan pajak memahami isi dari kode etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
mengenai hubungan dengan wajib pajak.

2.7.2 Analisis Perilaku Konsultan Pajak Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib


Pajak

Masalah kepatuhan saat ini tidak kalah penting karena ketidakpatuhan secara
bersamaan akan mengarah pada upaya penggelapan pajak seperti penggelapan pajak
dan penghindaran pajak, yang mengakibatkan berkurangnya setoran pajak ke kas
negara. Alternatif yang sering menjadi pilihan bagi Wajib Pajak adalah dengan
menggunakan jasa konsultan pajak yang dapat membantu Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajibannya di bidang perpajakan, konsultan pajak
tentu saja penting dalam struktur pajak, karena konsultan pajak adalah perpanjangan
dari Direktorat Jenderal Pajak dalam mensosialisasikan masalah perpajakan kepada
Wajib Pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku konsultan
pajak terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak, yang terdiri dari: kode etik,
profesionalisme, sifat machiavellian. Penelitian ini dilakukan di Kantor Konsultan
Pajak (KKP) di Denpasar yang terdaftar di Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI).
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dengan jumlah sampel 97
Konsultan Pajak di Denpasar terdaftar di IKPI Denpasar.Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas; uji asumsi klasik yang meliputi uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas, analisis regresi linier
berganda menggunakan SPSS 16 for windows.
20 Berdasarkan hasil penelitian dibahas bahwa kode etik memiliki pengaruh positif
terhadap kepatuhan pajak, sedangkan profesionalisme, dan sifat machiavellis tidak
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN Konsultan Pajak adalah setiap orang yang dengan keahliannya dan dalam
lingkungan pekerjaannya, secara bebas dan profesional memberikan jasa perpajakan kepada
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kode Etik IKPI adalah kaidah moral yang
menjadi pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak bagi setiap anggota IKPI. Setiap
anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa berpegang pada Kode
Etik IKPI. Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban atau
dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI
21

Daftar Pustaka

http://niandha.blogspot.com/2013/10/tax-y-makalah-ditulis-untuk.html?m=1
http://www.ekonomi-holic.com/2013/02/akuntansi-perpajakan.html
http://toyota.add-news.com/tentang-konsultan-pajak/
http://ksandi43.wordpress.com/2011/12/05/peran-para-konsultan-pajak/
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/592/jbptunikompp-gdl-serlyoktav-29590-7-unikom_s-
i.pdf
http://fridppak10.blogspot.com/2010/12/tugas-dan-wewenang-tax-officer.html
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/437/jbptunikompp-gdl-yeyenyunia-21804-2-unikom_y-
i.pdf
http://ferdyhendrawan.blogspot.com/2011/01/perkembangan-jasa-konsultan-pajak.html

Anda mungkin juga menyukai