Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KERANGKA KONSEPTUAL UNTUK


LAPORAN KEUNANGAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Vita Evilini H S.E.M Akt. CSRS, CSRA

Disusun Oleh :

1) Arika Jasmine Syahrani (030119107)


2) Femmy Chania (030119117)
3) Puza Sheiba Z. (030119114)
4) Sri Oktavia Mahasetia (030119097)

Kelas Akuntansi Pagi

Fakultas Ekonomi
STIE DR. KHEZ. MUTTAQIEN
Purwakarta
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT saya panjatkan puji dan syukur atas
rahmat-NYA sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Kerangka
Konseptual Untuk Laporan Keuangan”. Semoga makalah ini dapat dipahami dan
berguna bagi kami maupun yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf
apabila ada kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan. Kami juga meminta
kritik dan saran demi perbaikan dimasa depan.

Purwakarta, 30 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................. 2

1.3 TUJUAN........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

2.1 PENGERTIAN KERANGKA KONSEPTUAL...................................... 3

2.2 MANFAAT KERANGKA KONSEPTUAL........................................... 3

2.3 KERAANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN............. 4

2.4 KONSEP KONSEP FUNDAAMENTAL.............................................. 5

2.5 KONSEP-KONSEP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN................. 7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 16

3.1 KESIMPULAN............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2Kerangka kerja
konseptual memberikan
adaptasi sistematik
dalam standar
3akuntansi bagi lingkungan
bisnis yang terus berubah.
FASB menggunakan
kerangka
4kerja konseptual untuk
membekali perkembangan
standar akuntansi yang
baru secara

1
5terorganisasi dan
konsisten. Disamping itu,
mempelajari kerangka
kerja konseptual
6FASB akan memudahkan
seseorang untuk mengerti
dan mengantisipasi standar
masa
7depan.
8Kerangka kerja konseptual
menyebutkan tujuan dari
pelaporan keuangan dan
9karakteristik dari
informasi akuntansi yang
baik, mendefinisikan
dengan tepat istilah-
2
10 istilah yang biasa
digunakan seperti asset
dan pendapatan serta
menyediakan petunjuk
11 untuk pengakuan,
pengukuran, dan
pelaporan keuangan yang
tepat. Dengan adanya
12 Standard Akuntansi
Keuangan (SAK) yang
baru, memberikan
petunjuk-petunjuk dan
13 aturan-aturan
pelaporan keuangan
yang berbeda dari
sebelumnya. Sehingga
3
14 diperlukan adanya
publikasi kepada
seluruh pelaku
akuntansi di Indonesia
agar
15 menyesuaikan dengan
peraturan baru yang
berlaku.
16 Kerangka kerja
konseptual memberikan
adaptasi sistematik
dalam standar
17 akuntansi bagi
lingkungan bisnis yang
terus berubah. FASB
menggunakan kerangka
4
18 kerja konseptual untuk
membekali perkembangan
standar akuntansi yang
baru secara
19 terorganisasi dan
konsisten. Disamping itu,
mempelajari kerangka
kerja konseptual
20 FASB akan
memudahkan seseorang
untuk mengerti dan
mengantisipasi standar
masa
21 depan.
22 Kerangka kerja
konseptual menyebutkan
5
tujuan dari pelaporan
keuangan dan
23 karakteristik dari
informasi akuntansi yang
baik, mendefinisikan
dengan tepat istilah-
24 istilah yang biasa
digunakan seperti asset
dan pendapatan serta
menyediakan petunjuk
25 untuk pengakuan,
pengukuran, dan
pelaporan keuangan yang
tepat. Dengan adanya
26 Standard Akuntansi
Keuangan (SAK) yang
6
baru, memberikan
petunjuk-petunjuk dan
27 aturan-aturan
pelaporan keuangan
yang berbeda dari
sebelumnya. Sehingga
28 diperlukan adanya
publikasi kepada
seluruh pelaku
akuntansi di Indonesia
agar
29 menyesuaikan dengan
peraturan baru yang
berlaku.
30 Kerangka kerja
konseptual memberikan
7
adaptasi sistematik
dalam standar
31 akuntansi bagi
lingkungan bisnis yang
terus berubah. FASB
menggunakan kerangka
32 kerja konseptual untuk
membekali perkembangan
standar akuntansi yang
baru secara
33 terorganisasi dan
konsisten. Disamping itu,
mempelajari kerangka
kerja konseptual
34 FASB akan
memudahkan seseorang
8
untuk mengerti dan
mengantisipasi standar
masa
35 depan.
36 Kerangka kerja
konseptual menyebutkan
tujuan dari pelaporan
keuangan dan
37 karakteristik dari
informasi akuntansi yang
baik, mendefinisikan
dengan tepat istilah-
38 istilah yang biasa
digunakan seperti asset
dan pendapatan serta
menyediakan petunjuk
9
39 untuk pengakuan,
pengukuran, dan
pelaporan keuangan yang
tepat. Dengan adanya
40 Standard Akuntansi
Keuangan (SAK) yang
baru, memberikan
petunjuk-petunjuk dan
41 aturan-aturan
pelaporan keuangan
yang berbeda dari
sebelumnya. Sehingga
42 diperlukan adanya
publikasi kepada
seluruh pelaku

10
akuntansi di Indonesia
agar
43 menyesuaikan dengan
peraturan baru yang
berlaku.
Dewasa ini sistem pembukuan atau yang sering disebut dengan akuntansi
sangat membantu atau bahkan dibutuhkan di dalam suatu perusahaan.
Pengolahan keuangan yang membutuhkan beberapa proses pembukuan itu
hendaknya dibuat berdasarkan pada suatu konsep yang telah dierima secara
universal. Sebelum ditemukan konsep tersebut, selama bertahun-tahun berbagai
organisasi telah mengembangkan serta mempublikasikan kerangka kerja
konseptualnya sendiri, tetapi tidak ada kerangka kerja yang diterima secara
universal.
Untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang baik dan dapat dipahami
oleh pihak investor maupun pihak lainnya yang membutuhkan, hendaknya
mengikuti konsep yang telah ada. Oleh karena itu, di dalam makalah ini
dijelaskan kerangka kerja konseptual dalam menyusun laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah manfaat dari kerangka kerja konseptual?


2. Bagaimana upaya FASB (Financial Accounting Standart Board) untuk
membangun kerangka kerja konseptual?
3. Apakah tujuan dari pelaporan keuangan?
4. Bagaimanakah cara mengidentifikasi karakteristik kualitatif dan informasi
akuntansi?
5. Apa sajakah unsur-unsur dasar laporan keuangan?
6. Apa asumsi-asumsi dasar akuntansi?
7. Apa dampak atau kendala dalam pelaporan informasi keuangan?

11
1.3 Tujuan

1. Mengetahui manfaat dari kerangka kerja konseptual.


2. Memahami upaya FASB untuk membangun kerangka kerja konseptual.
3. Mengetahui tujuan dari pelaporan keuangan.
4. Mampu mengidentifikasi karakteristik kualitatif dan informasi akuntansi.
5. Mengetahui unsur dasar pelaporan keuangan.
6. Mengetahui asumsi-asumsi dasar akuntansi.
7. Memahami dampak atau kendala dalam pelaporan informasi keuangan

12
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah suatu konstitusi, suatu system koheren
dari hubungan anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar
yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi
keuangan dan laporan keuangan.

Menurut FASB (Financial Accounting Standards Board), kerangka konseptual


merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang koheren dari hubungan antara
tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang
menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan
keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan maksud ak

untansi, sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi,


konsep yang memberikan petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat,
mengukur kejadian tersebut, meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-
pihak yangberkepentingan.

Tujuannya mengidentifikasi tujuan pelaporan keuangan. Konsep lainnya


memberikan pedoman tentang: (1)Mengidentifikasi batas-batas pelaporan
keuangan; (2)Pilih-pilih transaksi, peristiwa lain, dan keadaan yang akan
disajikan; (3)Bagaimana mereka seharusnya diakui dan diukur; dan
(4)Bagaimana mereka harus diringkas dan dilaporkan.

2.2 Manfaat Kerangka konseptual


Pertama, agar berguna, pembuatan aturan harus dibangun di atas dan
berhubungan dengan konsep yang sudah mapan.
Kedua, sebagai hasil dari kerangka konseptual yang berkembang dengan
baik, profesi harus dapat lebih cepat menyelesaikan masalah praktis yang
baru dan yang muncul dengan mengacu pada kerangka teori dasar yang ada.
Dengan adanya kerangka kerja konseptual yang baik akan memungkingkan
FASB menerbitkan standar-standar yang lebih berguna dan konsisten dari
waktu ke waktu. Kerangka kerja konseptual ini akan meningkatkan
pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan
keuangan, dan akan menaikan komparabilitas antar laporan keuangan
perusahaan.

13
Masalah praktis yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu
pada kerangka teori dasar yang telah ada. Terkadang FASB sulit atau bisa
jadi tidak mungkin untuk langsung memecahkan dan menentukan perlakuan
yang seperti apa ketika ada suatu masalah baru. Dengan adanya bantuan dari
kerangka kerja konseptual yang diterima secara universal, para akuntan
praktisi diharapkan bisa fokus pada perlakuan yang rasional dan dapat
diterima.

2.3 Keraangka Konseptual Pelaporan Keuangan

Konsep Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan

Level ketiga:
ASUMSI PRINSIP PAKSAAN
"bagaimana" -
penerapan

KUALITATIF ELEMEN
KARAKTERISTIK
dari keuangan Tingkat kedua:
dari Akuntansi
pernyataan Jembatan antar level ke
informasi 1 dan 2

OBJEKTIF
dari
pelaporan
keuangan Tingkat pertama: "Mengapa" —tujuan

Akuntansi

 Tingkat pertama mengidentifikasi tujuan pelaporan keuangan — yaitu tujuan


pelaporan keuangan.
 Tingkat kedua memberikan karakteristik kualitatif yang membuat informasi
akuntansi berguna dan elemen laporan keuangan (aset, kewajiban, dan
sebagainya).
 Tingkat ketiga mengidentifikasi konsep pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan yang digunakan dalam menetapkan dan menerapkan standar
akuntansi dan konsep khusus untuk mengimplementasikan tujuan.

14
Konsep-konsep ini mencakup asumsi, prinsip, dan batasan biaya yang
menggambarkan lingkungan pelaporan saat ini.

2.4 Konsep-Konsep Fundamental


Pada tingkat ini dijelaskan tiang-tiang konseptual untuk menjelaskan
karakteristik kaulitatif dari informasi akuntansi dan mendefinisikan unsur-unsur
laporan keuangan.

1. Karakteritik Kualitatif Informasi Akuntansi


Metode akuntansi yang tepat, saat jumlah dan jenis informasi yang
harus diungkapkan, serta format penyajian melibatkan penetuan alternatif
yang memyediakan informasi paling bermanfaat untuk tujuan pengambilan
keputusan. Informasi yang baik adalah yang relevan dan handal bagi tujuan
pengambilan keputusan.
Kualitas informasi terdiri dua macam yaitu:
a) Kualitas Primer
- Relevansi, informasi yang bisa disebut relevan ketika informasi
tersebut mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Agar
relevan, informasi harus memiliki nilai prediktif, nilai umpan balik
dan harus disajikan secara tepat waktu.
- Reabilitas, informasi akuntansi dianggap handal jika dapat
diverifisikan, disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan
bias.
Reabilitas suatu informasi bisa dilihat memalui:
 Daya uji, ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen,
dengan menggunakan metode pengukuran yang samam
mendapatkan hasil yang serupa.
 Ketepatan penyajian, angka-angka dan penjelasan dalam laporan
keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi.
 Netralitas, informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan
sekelompok pemakai tertentu.
b) Kualitas Sekunder
- Komparabilitas, informasi dipandang memiliki komparabilitas jika
telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama.
- Konsistensi, apabila suatu entitas mengaplikasikan perlakuan
akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari

15
periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam
menggunakan standar akuntansi. Itu tidak berarti perusahaan tidak
dapat mengganti metode dengan metode lainnya. Perusahaan dapat
mengganti metode tetapi perusahaan harus dapat menunjukkan
bahwa metode yang baru itu lebih baik daripada metode sebelumnya.
Kemudian sifat dan pengaruh perubahan serta alasannya harus
diunggkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya
perubahan.
2. Unsur-Unsur Dasar
a) AKTIVA
Manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang
diperoleh atau dikendalikan oleh sebuah entitas sebagai hasil dari
transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian masa lalu.
b) KEWAJIBAN
Pengorbanan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang
timbul dari kewajiban berjalan sebuah entitas tertentu, kewajiban yang
ditimbulkan oleh transaksi atau kejadian masa lalu untuk mentransfer
aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa depan.
c) EKUITAS
Kepentingan residu dalam aktiva sebuah entitas, setelah dikurangi
dengan kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas merupakan
kepentingan kepemilikan.
d) INVESTASI OLEH PEMILIK
Kenaikan aktiva bersih sebah perusahaan yang ditimbulkann oelh
trnasfer sesuatu yang bernilai dari entitas lain kepada perusahaan tersebut
untuk mendapatkan atau menaikkan kepentingan kepemilikan (ekuitas)
di dalamnya. Aktiva adalah bentuk yang paling umum diterima sebagai
investasi oleh pemilik, tetapi investasi ini bisa juga meliputi jasa atau
kepuasan atau konversi kewajiban perusahaan.
e) DISTRIBUSI KEPADA PEMILIK
Penurunan aktiva bersih sebuah perusahaan yang diakibatkan
oleh pemindahan aktiva, penyediaan jasa, atau penciptaan kewajiban
oleh perusahaan kepada pemilik. Distribusi kepada pemilik akan
menurunkan kepentingan kepemilikan (ekuitas) dalam perusahaan
f) LABA KOMPREHENSIF
Perusahaan ekuitas (aktiva bersih) sebuah entitas selama suatu
periode yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian lain yang bukan

16
bersumber dari pemilik. Hal ini termasuk semua perubahan ekuitas
selama suatu periode kecuali perubahan yang diakibatkan oleh investasi
oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
g) PENDAPATAN
Arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas
atau pelunasan kewajiban (kombinasi dari keduanya) selama suatu
periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau
aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi
sentral perusahaan.
h) BEBAN
Arus keluar atau penggunaan lainnya atas aktiva sebuah entitas
atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu
periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau
aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi sentral
perusahaan.
i) KEUNTUNGAN
Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang
ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua
transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi
perusahaan selama suatu periode kecuali yang berasal dari pendapatan
atau investasi oleh pemilik.

j) KERUGIAN
Penurunan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang
ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidental dan dari semua
transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi
perusahaan selama suatu periode kecuali yang berasal dari beban atau
distribusi kepada pemilik.

2.5 Konsep-Konsep Pengakuan Dan Pengukuran


Konsep-konsep ini menjelaskan mengenai bagaimana unsur-unsur
serta kejaidan keuangan yang harus diakui, diukur, dan dilaporkan kepada
perusahaan. Konsep ini berfungsi sebagai pedoman dalam menanggapi
isu-isu pelapora keuangan yang kontroversial secara rasional.

1. Asumsi-asumsi Dasar
a. Asumsi Entitas Ekonomi

Asumsi Entitas Ekonomi (economic aktivitentity assumption)


merupakan sebuah aktivitas ekonomi yang dapat diidentifikasi dengan

17
unit pertanggungjawaban tertentu. Dengan kata lain, aktivitas entitas
bisnis dapat dipisahkan dan dibedakan dengan aktifitas pemiliknya dan
dengan setiap unit bisnis lainnya.

b. Asumsi Kelangsungan Hidup

Asumsi kelangsungan hidup (going concern assumption) yaitu


perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang. Pengalaman
mengindikasikan bahwa meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis,
perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang. Dan
walaupun akuntan tidak percaya bahwa perusahaan akan hidup
selamanya, akuntan mengasumsikan bahwa perusahaan akan hidup
cukup lama untuk memenuhi tujuan dan komitmennya.

c. Asumsi Unit Moneter

Asumsi unit moneter (monetary unit assumption) mengandung


arti bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi dan
merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi.
Asumsi ini menyiratkan bahwa unit oneter adalah cara yang paliang
efektif untuk menunjukkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
tentang perubahan modal serta pertukaran barang dan jasa. Unit moneter
adalah unit yang relevan, sederhana, tersedia secara universal, dapat
dipahami, dan berguna. Aplikasi asumsi ini tergantung pada asumsi-
asumsi yang lebih dasar bahwa data kuantitatif akan berguna dalam
mengomunikasikan informasi ekonomi dan membuat keputusan ekonomi
yang rasional.

d. Asumsi Perioditas

Asumsi perioditas (periodicity assumption) atau periode waktu


menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat
dipisahkan ke dalam periode waktu artifisial. Periode waktu ini
bervariasi, namun pada umumnya dilakukan secara bulanan, kuartalan,
dan tahunan. Semakin pendek periode waktu, semakin sulit menentukan
laba bersih yang tepatuntuk periode bersangkutan. Hasil bulanan
biasanya tidak seakurat hasil kuartalan, dan hasil kuartalan biasanya
tidak seakurat hasil tahunan. Investor menginginkan agar informasi
semacam itu diproses dan disebarkan secara cepat. Namun, semakin
cepat penerbitan informasi, semakin tinggi probabilitas
ketidakakuratannya.

2. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi

18
Empat prinsip dasar akuntansi (principles of accounting) yang
digunakan untuk mencatat transaksi adalah biaya historis, pengakuan
pendapatan, penandingan dan pengungkapan penuh.

a. Prinsip Biaya Historis

Prinsip biaya historis (historical cost principle) adalah aktiva dan


kewajiban diperlukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Biaya
(cost) memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang
lainnya, yaitu dapat diandalkan. Sebagai contohnya, misal jika kita ingin
menentukan harga jual saat ini, maka kita akan kesulitan menentukan
nilai suatu item yang tidak terjual. Setiap staf departemen akuntansi
mungkin memiliki pandapat berbeda tentang nilai aktiva. Semua
perusahaan menutup akunnya paling tidak setahun sekali, dan sebagian
dari mereka menghitung laba bersih sebulan sekali. Perusahaan perlu
menentukan nilai jual dari setiap aktiva ketika mereka ingin menentukan
laba. Kesulitan serupa juga dimiliki oleh metode-metode biaya berjalan
lainnya (biaya pengganti, nilai sekarang dari arus kas masa depan) dan
setiap dasar penilaian lainnya kecuali biaya historis.

Kewajiban seperti obligasi, wesel, dan utang usaha, diterbitkan


serta dipertukarkan oleh perusahaan dengan aktiva, atau barangkali jasa,
pada harga yang telah disepakati. Harga ini, yang ditentukan oleh
transaksi pertukaran, yaitu “biaya” kewajiban. Perusahaan menggunakan
jumlah ini untuk mencatat kewajiban dalam akun dan melaporkannya
dalam laporan keuangan.

Secara umum penggunaan laporan keuangan lebih memilih


menggunakan biaya historis karena memberikan tolok ukur yang dapat
dipercaya untuk mengukur tren historis. Akan tetapi, informasi nilai wajar
mungkin lebih berguna bagi jenis aktiva dan kewajiban tertentu serta
dalam industri tertentu. Sebagai contoh, perusahaan melaporkan banyak
instrumen keuangan, termasuk derivatif, pada nilai wajarnya, dan
persediaan pada yang terendah antara harga pasar atau biaya.Industri
tertentu, seperti brokerage houses dan resakdana, menyusun laporan
keuangan dasarnya atas nilai wajar.

Pada akuisisi awal, biaya historis sama dengan nilai wajar. Dalam
periode selanjutnya, ketika kondisi pasar dan ekonomi berubah, biaya
historis dan nilai wajar sering kali berbeda. Akibatnya, ukuran atau
estimasi nilai wajar sering kali menyajikan informasi yang lebih relevan
tentang arus kas masa depan yang diharapkan terkait dengan aktiva atau
kewajiban. Sebagai contohnya, ketika aktiva berumur panjang menurun
nilainnya, ukuran nilai wajar menentukan kerugian penurunan nilai.

19
b. Prinsip Pengakuan Pendapatan

Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle)


merupakan pendapatan yang pada umumnya diakui jika telah direalisasi
atau dapat direalisasi dan telah dihasilkan. Pendapatan dikatakan telah
direalisasi (realized) jika produk (barang dan jasa), barang dagang, atau
aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas.
Pendapatan dikatakan dapat direalisasi (realizable) apabila aktiva yang
diterima atau dipegang dapat segera dikonversikan menjadi kas atau
klaim atas kas. Aktiva dikatakan dapat dikonversi menjadi kas apabila
dapat dijual atau dipertukarkan dalam pasar aktif pada harga yang dapat
ditentukan dengan mudah tanpa biaya tambahan yang signifikan.

Pendapatan dianggap telah dihasilkan (earned) apabila sebuah


entitas telah melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hak
atas manfaat yang direpresentasikan oleh pendapatan. Penjualan
memberikan pengukuran pendapatan yang objektif dan dapat diverifikasi
dengan harga jual. Pengakuan pendapatan sebelum penjualan aktual akan
menimbulkan banyak variasi dalam praktek pengakuan. Pengakuan pada
saat penjualan menyediakan pengujian yang seragam dan logis. Namun,
ada sejumlah pengecualian untuk aturan ini, antara lain :

1) Selama Produksi.
Pengakuan pendapatan sebelum kontrak selesai dibolehkan
untuk kontrak-kontrak konstruksi jangka panjang tertentu. Dalam
metode ini, pendapatan diakui secara periodik berdasarkan persentase
pekerjaan yang telah diselesaikan. Walaupun secara teknis transfer
kepemilikan belum terjadi, namun pendapatan dianggap telah
diterima pada berbagai tahap proses konstruksi. Jika tidak
dimungkinkan untuk mengetimasi biaya dan kemajuan konstruksi
secara akurat, pengakuan pendapatan akan ditunda samapi pekerjaan
selesai.
2) Akhir Produksi
Pendapatan bisa diakui setelah siklus produksi berakhir tetapi
sebelum penjualan terjadi. Ini dapat dilakukan jika produk atau aktiva
lainnya dapat dijual dalam pasar yang aktif dengan harga tertentu
tanpa biaya tambahan yang signifikan.
3) Penerimaan Kas

20
Penerimaan kas merupakan dasar pengakuan pendapatan
lainnya. Pendekatan dasar kas hanya akan digunakan apabila tidak
dimungkinkan untuk menentukan angka pendapatan pada saat
penjualan karena ketidakpastian penagihan. Salah satu bentuk dasar
kas adalah metode penjualan cicilan dimana pembayaran dilakukan
melalui cicilan periodik sepanjang periode waktu yang cukup lama.
Kesimpulannya, pendapatan dicatat pada periode ketika
pendapatan itu direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan. Hal
ini terjadi pada tanggal penjualan, tetapi keadaannya mungkin
mengahruskan pemakaian metode persentase penyelesaian, metode
akhir-produksi, atau pendekatan penerimaan-kas.

c. Prinsip Penandingan

Dalam mengakui beban, pendekatan yang dipakai adalah “biarkan


beban mengikuti pendapatan”. Beban diakui bukan pada saat upah
dibayarkan, atau ketika pekerjaan dilakukan, atau pada saat produk
diproduksi, tetapi ketika pekerjaan (jasa) atau produk secara aktual
memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Jadi, pengakuan beban
berkaitan dengan pengakuan beban berkaitan dengan pengakuan
pendapatan. Praktek ini disebut sebagai prinsip penandingan (matching
principle) karena menyatakan usaha (beban) ditandingkan dengan
pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini rasional dan dapat diterapkan.

Untuk biaya-biaya yang sulit diasosiasikan secara rasional dengan


pendapatan, ada beberapa cara lain yang bisa dipakai. Umumnya
kebijakan alkasi yang “rasional dan sistematis” yang mendekati prinsip
penandingan. Pola pengakuan beban jenis ini melibatkan asumsi-asumsi
tentang manfaat yang diterima serta biaya yang terkait dengan manfaat
tersebut.

Beberapa biaya bisa langsung dibebankan ke periode berjalan


sebagai beban hanya karena tidak dapat diasosiasikan dengan pendapatan.
Contoh dari jenis-jenis biaya semacam ini adalah gaji pejabat dan beban
administratif lainnya.

21
Jenis Biaya Hubungan Pengakuan
Biaya Produk: Hubungan langsung Diakui pada periode
Bahan baku antara biaya dan diterimanya pendapatan
Tenaga kerja pendapatan (penandingan)
Overhead
Biaya periode: Dibebankan pada saat
Gaji Tidak ada hubungan
terjadinya.
langsung antara biaya
Biaya administrative
dan pendapatan

Biaya pada umumnya diklasifikan menjadi dua kelompok, yaitu


biaya produk dan biaya periode. Biaya produk, seperti bahan baku, tenaga
kerja, dan overhead, melekat pada produk. Perusahaan akan mencatat
biaya-biaya tersebut pada periode mendatang ketika mengakui pendapatan
dari produk itu dalam periode berikutnya. Biaya periode, seperti gaji
pejabat dan biaya administratif lainnya, terjadi selama periode
bersangkutan. Perusahaan mengakui biaya semacam itu pada periode
antara, meskipun manfaat yang berkaitan dengan biaya tersebut mungkin
saja terjadi di masa depan.

Keabsahan konseptual dari prinsip penandingan terus menjadi


subjek perdebatan. Masalah utamanya adalah bahwa prinsip penandingan
memungkinkan biaya tertentu ditangguhkan dan diperlakukan sebagai
aktiva pada neraca meskipun dalam kenyaannya biaya ini tidak memiliki
manfaat di masa depan. jika disalahgunakan, maka prinsip ini akan
membuat neraca menjadi “lokasi pembuangan” untuk biaya-biaya yang
tidak dapat ditandingkan dengan pendapatan. Selain itu, belum ada definisi
yang objektif untuk “sistematis dan rasional”.

d. Prinsip Pengungkapan Penuh

Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek


yang umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk
mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini, yang sering
disebut prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle). Mengakui
bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan
keuangan mencerminkan serangkaian trade-off penilaian. Trade-off ini
terjadi antara 1) kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci
hal-hal yang akan mempengaruhi keputusan pemakai, dengan 2)
kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami.
Disamping itu, penyusun laporan keuangan juga harus memperhitungkan
biaya pembuatan dan penggunaan laporan keuangan.

22
Informasi tentang posisi keuangan, laba, arus kas, dan investasi
dapat ditemui dalam salah satu tempat berikut: 1) dalam bagian utama
laporan keuangan, 2) catatan atas laporan keuangan, atau 3) informasi
suplementer.

Laporan keuangan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan


arus kas, dan laporan ekuitas pemilik. Laporan keuangan (financial
statement) merupakan cara mengkomunikasikan informasi yang frmal dan
terstruktur. Agar bisa ditempatkan dalam bagian utama laporan keuangan,
suatu item harus memenuhi definisi unsur dasar, dapat diukur dengan
tingkat kepastian yang memadai, dan relevan serta handal.

Pengungkapan bukan merupakan pengganti akuntansi yang baik.


Seperti yang dikatakan oleh mantan akuntan kepala SEC : “pengungkapan
yang baik tidak menyembuhkan akuntnasi yang buruk, seperti halnya kata
sifaatakata keterangan yang tidak dapat digunakan tanpa, atau untuk
menggantikan, kata benda atau kata kerja. Jadi sebagai contoh, akuntansi
dasar kas untuk harga pokok penjualan akan menyesatkan, sekalipun
jumlah dasar akrualnya diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.

Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements)


umumnya ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-pos yang
disajikan dalam bagian utama laporan keuangan. Jika informasi dalam
bagian utama laporan keuangan menyajikan gambaran yang tidak lengkap
menyangkut kinerja dan posisi keuangan perusahaan, maka informasi
tambahan yang dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
harus dimasukkan dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi yang
terdapat dalam catatan ini tidak harus dapat dikuantifikasi atau memenuhi
kualifikasi sebagai suatu unsur. Catatan atas laporan keuangan bisa
berbentuk narasi, sebagian atau seluruhnya. Contoh-contoh catatan ini
adalah penjelasan tentang kebijakan akuntansi dan metode yang dipakai
untuk mengukur unsur-unsur yang dilaporkan dalam laporan, penjelasan
mengenai ketidakpastian dan kontinjensi, serta statistik dan rincian
terbanyak untuk dimasukkan dalam bagian utama laporan. Catatan atas
laporan keuangan tidak hanya membantu tetapi juga penting untuk
memahami kinerja dan posisi keuangan perusahaan.

Informasi suplementer (supplementary information) dapat


mencakup rincian atau jumlah yang merupakan perspektif yang berbeda
dari yang dipakai dalam laporan keuangan. Informasi ini bisa berupa
infrmasi kuantitatif yang sangat relevan tetapi reliabilitasnya rendah.

23
Sebagai contoh perusahaan minyak dan gas biasanya menyajikan
informasi tentang cadangan pasti serta arus kas yang didiskontokan.

Informasi suplementer bisa juga mencakup penjelasan manajemen


tentang informasi keuangan dan pembahasan tentang signifikansi dari
infrmasi keuangan tersebut. Sebagai contoh, banyak penggabungan bisnis
telah menciptakan kesepakatan pembiayaan yang membutuhkan praktek
serta prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan baru yang unik. Dalam
setiap situasi semacam ini, ada satu masalah serupa yang harus dihadapi:
memastikan informasi yang memadai telah disajikan untuk menjamin
agar investor yang memiliki kemampuan memahami yang memadai
(reasonably prudent investor) tidak tersesat.

3. Kendala
Dalam menyediakan infrmasi yang mengandung karakteristik kualitatif
agar membuatnya menjadi berguna, dua kendala (constraints) yang dominan
harus diperhitungkan yaitu:
a. Hubungan Biaya-Manfaat

Sering kali pemakai mengasumsikan bahwa informasi adalah


komoditas bebas biaya. Namun para pembuat dan penyedia infrmasi
akuntansi mengetahui bahwa hal itu salah. Karena itu ada hubungan biaya –
manfaat (cost-benefit relationship) yang harus diperhitungkan. Biaya
penyediaan informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperleh
dari pemakaian informasi itu. badan-badan pembuat standar dan badan-
badan pemerintah kini menggunakan analisis biaya-manfaat sebelum
menetapkan persyaratan informasional. Dalam rangka menjustifikasi
penerbitan suatu standar pengukuran atau pengungkapan tertentu, manfaat
yang bisa didapat dari standar harus melampaui biaya yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan tersebut.

Analisis biaya-manfaat sulit dilakukan karena biaya dan terutama


manfaatnya tidak selalu nyata dan dapat diukur. Ada banyak jenis biaya,
mencakup biaya pengumpulan dan pemrosesan, biaya penyebaran, biaya
auditing, biaya litigasi yang potensial, biaya pengungkapan pada pesaing,
dan biaya analisis serta interprestasi. Manfaat yang diperoleh pembuat
laporan keuangan mencakup pengendalian manajemen dan akses terhadap
modal yang lebih besar dengan biaya yang lebih rendah. Pemakai laporan
keuangan memperoleh informasi yang lebih baik dalam hal alokasi sumber
daya, penilaian pajak, dan regulasi tarif pajak. Namun manfaat secara umum
lebih sulit dikuantifikasi dibandingkan biaya.

24
b. Materialistis

Kendala materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak


suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian
item tersebut mempengaruhi atau mengumbah penilaian seorang pemakai
laporan keuangan. Aspek yang terlibat dalam materialitas adalah ukuran
dan kepentingan relatif. Jika jumlah yang terlibat signifikan ketika
dibandingkan dengan pendapatan serta beban lainnya, aktiva dan
kewajiban, atau laba bersih entitas, maka standar yang logis dan dapat
diterima harus diikuti. Jika jumlahnya begitu kecil sehingga tidak
signifikan ketika dibandingkan dengan item-item lain, maka aplikasi
standar tertentu bisa dipandang tidak penting.

Materialitas juga merupakan faktor yang penting dalam banyak


keputusan akuntansi internal. Jumlah klasifikasi yang dibutuhkan dalam
buku besar pembantu beban, tingkat keakuratan yang dibutuhkan ketika
mengalokasikan beban ke berbagai departemen perusahaan, serta sejauh
mana penyesuaian harus dilakukan terhadap item-item akrual dan
deferal. Hanya dengan menerapkan penilaian yang baik dan keahlian
profesional jawaban yang tepat dan rasional dapat ditemukan, yang
merupakan kendala materialitas yang pantas diterapkan.

c. Praktek Industri

Pertimbangan praktis lainnya adalah praktek-praktek industri


(industry practices). Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan
kadang-kadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar. Dalam
industri utilitas publik, aktiva tidak lancar dilaporkan terlebih dahulu
dalam neraca untuk menunjukkan karakteristik industri utilitas yang
padat modal. Tanaman pertanian umumnya dilaporkan pada nilai pasar
karena sulit untuk menentukan angka-angka biaya yang akurat atas
tanaman individual itu.

d. Konservatisme

Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah


solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan penetapan
yang terlalu tinggi bagi aktiva dan laba. Konservatisme, jika
diaplikasikan secara tepat, akan menyediakan pedoman yang paling
rasional dalam situasi sulit. Jangan menyajikan angka laba bersih dan
aktiva bersih yang terlalu tinggi.

25
Contoh-contoh konservatisme dalam akuntansi adalah pemakaian
metode yang terendah antara biaya atau harga pasar (lower cost or
market) ketika menilai persediaan dan aturan yang mengharuskan
kerugian bersih akrual diakui atas komitmen pembelian barang untuk
persediaan oleh perusahaan. Jika muncul keraguan, maka lebih baik
menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu rendah
daripada terlalu tinggi. Tentu saja tidak ada keraguan, maka tidak perlu
mengaplikasikan kendala ini.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka kerja konseptual merupakan sistem koheren yang terdiri
dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang meliputi
landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penetuan sifat, fungsi,
serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. FASB
(Financial Accounting Standard Board) telah membentuk suatu konsep
kerangka kerja akuntansi keuangan yang telah diakui secara universal.
Konsep kerangka kerja ini didasarkan pada beberapa asumsi dasar, yaitu 1)
entitas ekonomi, 2) kelangsungan hidup. 3) unit moneter, dan 4) periodisitas.
Prinsip dasar yang dipegang dalam penyusunan pelaporan adalah prinsip
biaya historis, prinsip pengakuan pendapatan, prinsip penandingan, serta
prinsip pengungkapan penuh. Konsep dasar yang telah dibentuk tersebut
tentu saja dapat memberikan kemudahan dalam pembuatan laporan keuangan.

26

Anda mungkin juga menyukai