Dosen pengampuh :
DIAMOND LIMBONG, S.Ak., M.M.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
2.6. Regulasi......................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15
3
BAB I PENDAHULUAN
4
d. Mengetahui kecurangan dalam menulis laporan keuangan serta cara melakukan
kecurangan dalam laporan keuangan.
e. Memahami regulasi dalam laporan keuangan.
5
BAB II PEMBAHASAN
6
c. Ommision ; Adanya perbuatan yang menghilangkan hasil saji laporan keuangan
diakibatkan kelalaian. Yang dimaksud kelalaian dalam laporan keuangan untuk
mencantumkan informasi yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil.
Biasanya laporan yang di sajikan tidak sesuai dengan fakta yang ada sehingga
dapat mempengaruhi hasil yang akan diambil.
d. Mis-Statement ; Adanya perbuatan yang menyebabkan salah saji laporan keuangan.
Penyebab salah saji ini bisa disebabkan banyak hal, atau dengan kata lain pihak
akuntan belum tentu bersalah dalam kesalahan ini.
e. Amount/Disclosures ; Adanya kesalahan dalam pengungkapan terhadap jumlah
dana dalam hasil saji laporan keuangan. Kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh
miskomunikasi antara pihak akuntan dengan manajemen pelaporan perusahaan.
7
ii. Laporan keuangan telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
secara umum.
iii. Semua informasi dalam laporan keuangan dimuat secara lengkap, benar, dan
tidak menghilangkan informasi atau fakta material.
iv. Mereka bertanggung jawab atas pengendalian internal.
8
2.3.2. Menejemen Pelaporan Posisi Keuangan.
Laporan posisi keuangan adalah laporan yang terkait posisi keuangan
perusahaan dan bersifat sistematis. Laporan ini berlaku untuk berbagai jenis
perusahaan, baik perusahaan jasa, dagang, maupun manufaktur. Laporan keuangan
adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan
yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang
dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama
kepada pihak eksternal. Laporan keuangan bagi pihak manajemen perusahaan
berfungsi sebagai laporan pertanggung jawaban keuangan pada pemilik modal. Bagi
pemilik modal, laporan keuangan berfungsi untuk megevaluasi kinerja manajer
perusahaan selama satu periode
Secara singkat, laporan posisi keuangan dapat diartikan sebagai ringkasan dari
kondisi aset, liabilitas, serta ekuitas sebuah bisnis atau perusahaan. Dalam suatu kondisi
tertentu, statements of financial position juga sering disebut dengan neraca atau balance
sheet. Informasi-informasi yang dicantumkan di dalam neraca dikenal dengan sebutan
akun. Tiap-tiap akun akan diurutkan berdasarkan likuiditasnya. Jadi, nomor urut awal
akan menunjukkan berbagai kelompok akun yang paling likuid, lalu disusul dengan
tingkat likuiditas yang lebih rendah, berurut sampai yang paling tidak likuid.
Memperoleh posisi keuangan yang bagus di laporan posisi keuangan juga
merupakan bagian dari manipulasi laporan keuangan. Apalagi jika regulasi atau kontrak
meng-haruskan adanya rasio-rasio tertentu dilaporan posisi keuangan yang harus
dipenuhi, misalnya rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio) atau rasio modal
kerja (working capital ratio).
9
Sifat atau jenis pengungkapan yang digunakan perusahaan untuk memberikan
informasi kepada pemakai laporan keuangan terbagi menjadi dua, yakni pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dan pengungkapan wajib (discretionary disclosure).
Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan sukarela
adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh
perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan
melebihi yang diwajibkan.
Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure). Pengungkapan wajib adalah
pengungkapan yang dilakukan perusahaan atas apa yang diwajibkan oleh
standar akuntansi atau peraturan badan pengawas.
Manipulasi laporan keuangan dapat terjadi melalui tidak cukupnya pengungkapan
(disclosures) yang harus dilakukan. Ketidak cukupan pengungkapan dapat
dikategorikan sebagai penghilangan (omission).
10
Fraud (kecurangan) itu sendiri secara umum merupakan suatu perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar
organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau
kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Orang awam seringkali
mengasumsikan secara sempit bahwa fraud sebagai tindak pidana atau perbuatan
korupsi. Fraud, kerap kali kita jumpai di organisasi perusahaan maupun
pemerintahan. Pada intinya fraud dalam perusahaan merupakan perbuatan
kecurangan disengaja yang didasari ketidakjujuran yang bisa dilakukan oleh
seseorang, baik karyawan maupun pimpinan yang berakibat merugikan
perusahaan, baik secara financial maupun non-financial. Kerugian perusahaan
karena fraud ini pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemilik perusahaan, pengelola
perusahaan dan pegawai yang bekerja untuk meningkatkan kinerja tidak akan
pernah tercapai jika dalam perusahaan masih terdapat tindakan-tindakan
kecurangan. Dalam rangka memberikan suatu efek jera, memperkecil kerugian
akibat kecurangan dan memperbaiki sistem pengendalian maka jika ada indikasi
kuat terjadi suatu kecurangan, perusahaan diharapkan mengambil action yang tepat
dengan melakukan audit investigatif.
11
menyalahgunakan dana atau menyesatkan, melebih-lebihkan pendapatan, mengecilkan
biaya, melebih-lebihkan nilai aset perusahaan atau mengurangi pelaporan terhadap
besarnya kewajiban, terkadang mereka juga melakukan kerjasama dengan pejabat di
perusahaan lain atau afiliasinya.
Skandal akuntansi atau kecurangan akuntansi hingga bangkrutnya perusahaan-
perusahaan besar masih marak terjadi di dunia. Skandal yang sering melibatkan internal
suatu organinsasi yang dengan sengaja menyalahgunakan informasi akuntansi yang
diketahuinya untuk kepentingan pribadi atau beberapa pihak saja, yang pada akhirnya
menyebabkan reputasi akuntan menjadi perbincangan banyak pihak. Kecurangan tersebut
dapat berupa penggunaan secara tidak semestinya uang atau dana, menghasilkan laporan
yang menyesatkan bagi pengguna, melebih-lebihkan nilai atau nominal yang tertera pada
laporan perusahaan hingga bisa mengecilkan nominal yang sebenarnya. Kecurangan tidak
hanya sekedar tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh internal suatu perusahaan tetapi
bisa juga melibatkan kerja sama dari pihak eksternal untuk melakukan tindakan
kecurangan tersebut untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hingga pada akhirnya akan
mengakibatkan dampak negatif atau kerugian, tidak hanya masyarakat sekitar bahkan
juga dapat menyebabkan semakin menurunnya perekonomian negara.
2.6. Regulasi.
Bagi sebagian orang, mencapai target bukanlah hal yang sulit. Tanpa
memerlukan upaya ekstra, mereka dapat mengakses berbagai cara untuk dapat
memperoleh tujuan. Namun, masyarakat yang lain mengalami banyak hambatan dalam
mencapai tujuan mereka.
Untuk mengatasi hal tersebut, menurut Joseph Stiglitz, pemerintah perlu
melindungi warga negara yang kurang beruntung melalui regulasi. Stiglitz, dalam
tulisannya Regulation and Failure, menjelaskan bahwa sesuai sifatnya, regulasi adalah
pembatasan terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh individu atau perusahaan.
Regulasi yang tepat justru dapat memajukan inovasi dan meningkatkan
kesejahteraan. Meskipun regulasi terkesan hanya berfokus pada mencegah orang dari
tindakan yang merugikan, beberapa regulasi juga dibuat untuk mendorong perilaku yang
konstruktif.
Sementara itu David Levi-Faur dalam buku Handbook on the Politics of
Regulation merangkum tulisan para ahli yang mendefinisikan regulasi sesuai dengan
12
sudut pandang yang berbeda-beda. Misalnya bagi orang dengan perspektif ‘kanan’,
regulasi adalah kata kotor yang mewakili tangan berat pemerintah otoriter dan badan
aturan yang membatasi kebebasan manusia atau nasional.
Bagi ‘sayap kiri’ regulasi adalah bagian dari suprastruktur yang melayani
kepentingan kelas dominan dan membingkai hubungan kekuasaan dalam bentuk yang
tampak beradab. Bagi sarjana hukum, regulasi seringkali merupakan instrumen hukum,
sedangkan untuk sosiolog dan kriminolog regulasi adalah bentuk lain dari kontrol sosial,
sehingga mereka menekankan instrumen regulasi seperti pada isu-isu keadilan restoratif
dan regulasi responsif. Bagi sebagian orang, regulasi adalah sesuatu yang dilakukan
secara eksklusif oleh pemerintah, urusan negara dan penegakan hukum.
Beberapa hal penting yang diatur oleh SOX, diantaranya sebagai berikut :
1. Klarifikasi tugas, tanggung jawab, dan akuntabilitas dari dewan direksi, dewan
komite, dan auditor atau akuntan publik.
2. Pengurangan benturan kepentingan yang akan mempengaruhi direksi, eksekutif,
auditor, atau akuntan publik.
3. Memastikan bahwa komisaris memperoleh informasi cukup tentang rencana dan
kegiatan perusahaan, informasi tentang kecukupan kebijakan perusahaan dan
pengendalian internal, dan informasi yang dapat memastikan kepatuhan termasuk
peranan whistle blower.
4. Memastikan bahwa komisaris memiliki kompetensi yang cukup dibidang keuangan
dan keahlian lain yang diperlukan.
5. Memastikan bahwa laporan keuangan sudah akurat, lengkap, dapat dimengerti, dan
transparan.
6. Memastikan bahwa standar akuntansi telah memadai untuk memproteksi investor.
7. Memastikan bahwa regulasi dan pengawasan terhadap akuntan publik yang
mengaudit perusahaan serta penunjukan dan parameter kinerja mereka telah
memadai (adequate) dan tepat (apptopriate) untuk melayani kepentingan publik.
13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Manipulasi adalah suatu proses rekayasa yang dilakukan secara diam-diam
dengan mengubah bagian dari suatu kumpulan informasi baik itu subtansi, realitas,
kenyataan, fakta-fakta, data, atau bahkan kumpulan pengetahuan yang dibuat sesuai
dengan kehendak pelaku. Alasan perusahaan memanipulasi laporan keuangan adalah
untuk mempertahankan gambaran kinerja perusahaan yang baik demi menarik minat
investor. Dikarenakan mereka memahami bahwa melakukan manipulasi tidak akan
melanggar undang-undang yang mengatur transaksi mereka, atau bahwa situasi tersebut
tidak termasuk dalam undang-undang yang mengatur transaksi mereka, maka mayoritas
orang mampu memanipulasi transaksi keuangan sedimikian-sehingga.
Kecurangan adalah suatu praktek yang memberikan manfaat bagi yang
melakukannya namun menyebabkan kerugian pada secara terus menerus. Pengelola
perusahaan dan pegawai yang bekerja untuk meningkatkan kapabilitas kinerja tidak
akan tercapai jika dalam perusahaan masih melakukan tindakan-tindakan penipuan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, A., & Sulhani, S. (2018). Pengaruh manipulasi Laporan Keuangan Dan
Karakteristik chief financial officer Terhadap Ketepatwaktuan pelaporan
Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Pemoderasi [Abstract].
Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 5(2), 117-136.
doi:10.24815/jdab.v5i2.10872
Rahardjo, S. S. (2018). Etika dalam Bisnis & Profesi Akuntan dan Tata Kelola
Perusahaan. Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.
Sofyani, H., & Rahma, N. (2017). Kenapa Seseorang Melakukan Manipulasi Laporan
Keuangan?: Studi Dengan Pendekatan Skenario Kasus Dilema Etika [Abstract].
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Islam, 5(1), 31-46. doi:P-ISSN:2338-2783|E-
ISSN:2549-3876
15