Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TUJUAN, DASAR HUKUM, KONSEP, DAN PRINSIP-PRINSIP


AKUNTANSI SYARI’AH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syari’ah

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Juliani Lisma Sari,SE., MM., CA

disusun oleh:

Kelompok 2

1. Ananda Mutia Hardy (030119106)


2. Ni’matur Rohmah (030119113)
3. Femmy Chania (030119117)

Kelas/Semester: Akuntansi Pagi/6

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


DR. KHEZ MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
untuk salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Akuntansi Syari’ah. Makalah ini berjudul
“Tujuan, Dasar Hukum, Konsep Dan Prinsip-Prinsip Akuntansi Syari’ah”. Adapun
pembuatan makalah ini adalah sebagai tugas makalah pertemuan ke-dua dengan tujuan
pembelajaran. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif
dari semua pihak sangat diharapkan demi peningkatan karya ini, semoga bermanfaat.

Purwakarta, 7 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I........................................................................................................................................iv

PENDAHULUAN....................................................................................................................iv

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................iv

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................iv

1.3 Tujuan.........................................................................................................................iv

BAB II.......................................................................................................................................1

PEMBAHASAN.......................................................................................................................1

2.1 Tujuan Akuntansi Syari’ah..........................................................................................1

2.2 Dasar Hukum Akuntansi Syari’ah...............................................................................2

2.3 Konsep Akuntansi Syari’ah.........................................................................................2

2.4 Prinsip-Prinsip Akuntansi Syari’ah.............................................................................3

2.5 Prinsip Filosofis Akuntansi Syari’ah...........................................................................4

2.6 Ciri-ciri Akuntansi Syari’ah........................................................................................6

2.7 Karakteristik Akuntansi Syari’ah................................................................................7

2.8 Perbedaan Mendasar Akuntansi Syari’ah....................................................................8

2.9 Paradigma Pemikiran Akuntansi Syari’ah Di Indonesia...........................................10

BAB III....................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang transaksi,
pencatan, penggolongan dan pengikhtisaran untuk memudahkan untuk membuat
laporan keuangan. Dimana dari hasil laporan keuangan ini nantinya akan
membantu dalam pengambilan keputusan. 

Sementara kata syariah itu sendiri memiliki cakupan aturan yang


memberikan batas yang boleh dan tidak boleh dalam aturan ajaran islam. Jika
digabungkan, maka akuntansi syariah secara umum dapat diartikan sebagai laporan
data finansial yang digunakan oleh perusahaan, lembaga atau organisasi yang
menggunakan sistem syariah.

Akuntansi syariah bertujuan menjalankan sebuah bisnis atau transaksi


ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam dan saat ini akuntansi syariah sangat
berperan penting dalam keberlangsungan ilmu akuntansi, terutama di Indonesia
yang sebagian besar masyarakatnya muslim. Karena hal itu kita harus mempelajari
dan mengetahui lebih dalam mengenai dasar hukum dan prinsip-prinsip akuntansi
syari’ah.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa tujuan dari akuntansi syari’ah?
 Bagaimana dasar hukum akuntansi syari’ah?
 Bagaimana konsep akuntansi syari’ah?
 Bagaimana prinsip-prinsip akuntansi syari’ah ?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui tujuan dari akuntansi syari’ah
 Untuk mengetahui dasar hukum akuntansi syari’ah
 Untuk mengetahui konsep akuntansi syari’ah
 Untuk mengetahui prinsip-prinsip akuntansi syari’ah

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Akuntansi Syari’ah


Dalam hal ini para ahli merumuskan beberapa tujuan terpenting akuntansi syariah
diantaranya:

1. Perlindungan Harta (hifzul maal)

Para ahli mengutip dari ayat Al-quran yang berbunyi “faktubuhu” berarti
‘tuliskanlah’. Bahwa untuk menuliskan tentang uang dan harta adalah suatu kebutuhan untuk
menjaga harta dan menghindari dan menghilangkan keragu-raguan.

Peranan akuntansi (pencatatan), selain dapat memelihara harta, namun dituntut pula
menghitung secara akurat (mencatat secara benar). Tugas seorang akuntan adalah sebagai
pengelola serta bertanggungjawab penuh atas transaksi apa saja yang dicatatnya. Begitu pula
akibat baik maupun buruknya.

2. Eksistensi Pencatatan Ketika Ada Perselisihan

Pencatatan transaksi keuangan pada harta yang dimiliki, adalah bertujuan untuk
memberikan kesaksian yang kuat ketika terjadi perselisihan pada suatu transaksi atau harta.
Pengaruh baiknya adalah saat di depan pengadilan, perselisihan dapat dihindari dengan
adanya pencatatan yang baik dan akurat.

3. Dapat Membantu Dalam Mengambil Keputusan

Para ahli mengartikan bahwa tanpa bantuan data-data yang tercatat dalam pembukuan
maka pelaku bisnis akan sulit dalam mengungkapkan pikiran yang benar ketika mengambil
keputusan yang bijak.

4. Menentukan Hasil-Hasil Usaha Yang Akan Di zakatkan

Saat akan menentukan perhitungan zakat harus mengetahui hasil usaha (pendapatan)
baik keuntungan atau kerugiannya. Atas dasar tersebut maka dapat dengan mudah dihitung
berapa jumlah yang harus dikeluarkan zakat atas hartanya.

5. Menentukan dan Menghitung Hak-Hak Yang Berserikat

1
Dalam praktek perdagangan sering kita kenal akad-akad yang jenisnya perserikatan
antara antara modal dengan keahlian, modal dengan modal, antara keahlian dengan keahlian
dan antara modal dengan nama baik (goodwill).

Dasar-dasar akuntansi yang diatur oleh akuntansi syariah di antaranya adalah untuk
dapat memastikan hak yang berserikat akan mendapatkan hasil yang telah disepakati. Hal
tersebut dapat juga mencegah adanya kezaliman di antara mereka.

6. Menentukan Imbalan, Balasan, dan Sanksi

Akuntansi syariah berfungsi untuk memberikan fasilitas dalam perhitungan imbalan


setelah terjadi transaksi perdagangan. Balasan serta sanksi apabila terdapat temuan
penyelewengan.

2.2 Dasar Hukum Akuntansi Syari’ah


Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah,
Ijma atau kesepakatan para ulama, Qiyas atau persamaan suatu peristiwa tertentu, dan Uruf
atau adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam Kaidah-kaidah akuntansi
syariah memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah akuntansi
Konvensional. Kaidah-kaidah akuntansi syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat
islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagaipelayan masyarakat pada
tempat penerapan akuntansi tersebut.

2.3 Konsep Akuntansi Syari’ah


Sekilas Tentang Akuntansi Syari'ah Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah
ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara
melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan akibatnya yang dikelompokkan dalam
account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba.
Dalam Al Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan
jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita,
sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al Quran menyatakan dalam
berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syu'ara ayat 181-184 yang berbunyi:
"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan dan
timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada
2
hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan
bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu."
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Umer Chapra
juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba
perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil.
Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti
yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat
atau ditunjuk sebelumnya. Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan laporan
sesuai dengan motivasi dan kepentingannya, sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan
membonceng kepentingannya. Untuk itu diperlukan Akuntan Independen yang melakukan
pemeriksaaan atas laporan beserta bukti- buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan
ini dipelajari dan dijelaskan dalam Ilmu Auditing.
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut "tabayyun" sebagaimana yang dijelaskan
dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." Kemudian, sesuai dengan perintah
Allah dalam Al Quran, kita harus menyempurnakan pengukuran di atas dalaam bentuk pos-
pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa' ayat 35
yang berbunyi: "Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan
neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

2.4 Prinsip-Prinsip Akuntansi Syari’ah


Pada prakteknya akuntansi syariah memiliki beberapa prinsip dasar yang
membedakannya dengan akuntansi konvensional. Prinsip tersebut diantaranya ialah prinsip
pertanggungjawaban, prinsip keadilan dan prinsip kebenaran. Berikut ini penjelasan masing-
masingnya.

1. Prinsip Pertanggungjawaban

Karena dasar yang digunakan dalam akuntansi syariah ialah alquran, maka prinsip
pertanggungjawaban merupakan salah satu bentuk implementasi hal tersebut. Dimana setiap
hal yang dilakukan oleh manusia harus dipertanggungjawabkan. Secara kongkret transaksi

3
yang dilakukan seorang pebisnis harus dipertanggungjawabkan, nah salah satunya ialah
melalui laporan keuangan atau laporan akuntansi.

2. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan dalam akuntansi ini memiliki dua pengertian. Pertama ialah keadilan
yang berkaitan dengan praktik moral, yaitu kejujuran yang merupakan faktor yang sangat
dominan. Tanpa kejujuran ini, informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan
sangat merugikan masyarakat.

Kedua kata adil bersifat lebih fundamental “dan tetap berpijak pada nilai-niali
etika/syari’ah dan moral”, pengertian kedua inilah yang lebih merupakan sebagai pendorong
untuk melakukan upaya-upaya dekonstruksi terhadap bangun akuntansi modern menuju pada
bangun akuntansi “alternatif” yang lebih baik.

3. Prinsip Kebenaran

Berkesinambungan dengan prinsip keadilan, prinsip kebenaran akan menciptakan


keadilan dalam mengakui, mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
Contohnya pada aktivitas pengakuan, pengukuran dan pelaporan yang tentu saja akan
berjalan dengan baik jika dibarengi dengan rasa kebenaran.

2.5 Prinsip Filosofis Akuntansi Syari’ah


Untuk penetapan konsep dasar teori akuntansi syariah didasarkan pada prinsip
filosofis. Sedangkan prinsip filosofis secara implisit diturunkan dari konsep faith, knowledge
dan action yang berasal dari nilai-nilai tauhid. Berkut ini adalah penjelasan mengenai prinsip
filosofis  tersebut.

1. Prinsip filosofis humanis

Humanis berarti bahwa akuntansi syariah memiliki prinsip yang manusiawi atau dapat
dipahami dan dipelajari oleh manusia. Hal ini memilki arti bahwa akuntansi syariah bukanlah
hal yang asing yang kemudian menjadi aneh di masyarakat. Manusia yang notabene selalu
berinteraksi dengan orang lain dan menjalani kehidupan secara dinamis, akuntansi syariah ini
juga memiliki prinsip untuk dapat dipahami oleh manusia berdasar pada kemampuan dan
kapasitas yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.

4
Dalam prinsip filosofis humanis terdapat konsep dasar intrumental dan socio-
economic. Konsep dasar intrumental ini diperoleh dengan dasar pemikiran bahwa Akuntansi
Syari’ah merupakan instrumen yang dapat dipraktikkan di dalam dunia nyata. Dengan
demikian instrumen ini mempunyai hubungan dengan nilai-nilai masyarakat yang
membangun dan mempraktikannya. Sedangkan konsep dasar socio-economic
mengindikasikan bahwa teori Akuntansi Syari’ah tidak membatasi wacana yang dimilikinya
pada transaksi-transaksi ekonomi saja, tetapi juga mencakup “transaksi-transaksi sosial”.
Dalam transaksi sosial ini meliputi transaksi mental dan spiritual dari sumber daya yang
dimiliki oleh entitas bisnis.

2. Prinsip filosofis emansipatoris

Emansipatoris berarti bahwa akuntansi syariah memiliki prinsip untuk membebaskan


manusia daripada belenggu ideologi semu. Akuntansi syariah yang mengenal adanya
perubahan yang signifikan mencoba untuk melakukan perubahan pemikiran yang tadinya
sempit dan terbatas saat melihat bidang akuntansi ini dapat melihat akuntansi secara luas,
holistik, dan tercerahkan.

Dalam prinsip filosofis terdapat emansipatoris, adapun konsep dasar dari


emansipatoris diantaranya konsep dasar critical dan konsep dasar justice. Konsep dasar
critical memberikan dasar pemikiran bahwa konstruksi teori akuntansi syariah tidak bersifat
dogmatis dan eksklusif. Konsep ini harus diterapkan pada akuntansi, karena sifat kritis sagat
diperlukan dalam akuntansi, agar kita bisa menilai secara rasional kelemahan dan kelebihan
akuntansi modern. Dalam akuntansi juga terdapat konsep dasar justice, guna untuk aspek-
aspek penting dalam akuntansi yang didudukan secara adil.

3. Prinsip filosofis transendental

Transdental maksudnya adalah bahwa teori akuntansi syari’ah dapat melintas batas
disiplin ilmu akuntansi itu sendiri, selain itu akuntansi syariah juga dapat terkait dengan
bidang ilmu lainnya seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, entologi, antropologi, dan bidang
ilmu yang lainnya. Kemudian selain itu akuntansi syariah juga mencakup pada objek yang
non materi juga melingkupi mental dan spiritual, maksudnya disini adalah akuntansi syariah
terus menjalani pendekatan dengan bidang ilmu yang lain untuk mencapai emansipatoris tadi.

5
Dalam prinsip filosofis transendental terdapat konsep dasar all-inclusive dan rational-
intuitive. Konsep dasar all-inclusive memberikan dasar pemikiran bahwa kontruksi teori
Akuntansi Syariah bersifat terbuka. Dalam hal ini berarti akuntansi syariah ada kemungkinan
menggunakan konsep dari akuntansi modern, namun yang digunakan hanya konsep selaras
dengan nilai-nilai akuntansi Islam.

Konsep dasar rational-intuitive mengindikasikan bahwa secara epistemologi,


kontruksi teori Akuntansi Syari’ah memadukan kekuatan rasional dan intuisi manusia. Pada
konsep ini berbeda dengan konsep teori modern, karena konsep teori modern lebih
mengutamakan rasio dari pada intuisi dalam proses teorinya. Sedangkan dalam konstruksi
teori Akuntansi Syari’ah intuisi merupakan instrumen yang sangat penting dan memiliki
kekuatan dalam melakukan perubahan-perubahan signifikan dalam masyarakat, kemudian hal
ini juga disinergikan  dengan instrumen raional manusia.

4. Prinsip filosofis teleogikal

Teleologikal memiliki artian bahwa akuntansi syariah juga merupakan bentuk


pertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, dan juga kepada alam
semesta. Pertanggungjawaban ini adalah untuk menuju keberhasilan manusia kepada Sang
Pencipta.

Dalam prinsip filosofis teleologikal terdapat konsep dasar ethical dan holostic welfare.
Ethical merupakan konsep dasar yang dihasilkan dari konsekuensi logis keinginan kembali ke
Tuhan dalam keadaan tetang dan suci. Karena Akuntansi Syari’ah dibangun bedasarkan nilai-
nilai etika Islam maka konsekuensi disini pada penggunaan nilai-nili etika Islamnya dalam
kontruksi Akuntansi Syari’ah yang berupa kesejahteraan pada Akuntansi Syari’ah bukan
hanya pada kesjahteraan materi saja namun pada kesejahteraan non-materi atau bisa disebut
juga dengan kesejahteraan yang utuh (holistic welfare).

2.6 Ciri-ciri Akuntansi Syari’ah


Ciri-ciri dari akuntansi syari’ah adalah sebagai berikut:

1. Dilaporkan secara benar (QS. 10:5)


2. Cepat dalam pelaporannya (QS.2:202, 19:4,5)
3. Dibuat oleh ahlinya (akuntan) (QS.13:21, 13:40)

6
4. Tearang, jelas, tegas dan informatif (QS. 17:12, 14:41)
5. Memuat informasi yang menyeluruh (QS.6:552, 39:10)
6. Informasi ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dan membutuhkan   (QS.2:212,
3:27)
7. Terperinci dan teliti (QS.65:8)
8. Tidak terjadi manipulasi (QS.69:20, 78:27)
9. Dilakukan secara kontinyu (tidak lalai) (QS.21:1, 38:26)

2.7 Karakteristik Akuntansi Syari’ah


Berikut ini adalah persyaratan dan kaarakteristik dalam implementasi transaksi akuntansi
syari’ah :

1. Transaksi  syariah  dilakukan  berdasarkan  prinsip  saling  paham  dan saling
2. ridha;
3. Prinsip  kebebasan  bertransaksi  diakui  sepanjang  objeknya  halal  dan baik
4. (thayib);
5. Uang  hanya  berfungsi  sebagai  alat  tukar  dan  satuan  pengukur  nilai,
6. bukan sebagai komoditas;
7. Tidak mengandung unsur riba;
8. Tidak mengandung unsur kezaliman;
9. Tidak mengandung unsur maysir;
10. Tidak mengandung unsur gharar;
11. Tidak mengandung unsur haram;
12. Tidak  menganut  prinsip  nilai  waktu  dari  uang  (time  value  of  money)
13. Karena  keuntungan  yang  didapat dalam  kegiatan  usaha  terkait  dengan
resiko  yang  melekat  pada  kegiatan  usaha  tersebut  sesuai  dengan prinsip al-
ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk);
14. Transkasi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
serta  untuk  keuntungan  semua  pihak tanpa  merugikan  pihak  lain
sehingga  tidak  diperkenankan  menggunakan  standar  ganda  harga  satu akad serta
tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu
akad;

7
15. Tidak  ada  distorsi  harga  melalui  rekayasa  permintaan  (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar); dan
16. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah). Selain itu menurut
As-sa‟dy terdapat kaidah-kaidah dalam transaksi antara lain:
17. Keharaman riba,
18. Pengharaman transaksi yang mengandung unsur gharar dan bahaya,
19. Pengharaman transaksi yang mengandung unsur penipuan,
20. Transaksi dilakukan atas dasar saling ridha atanra penjual dan pembeli,
21. Transaksi  hanya  dilakukan  oleh  pemilik  barang  atau  pihak  yang mewakili,
22. Jika  akad  mengandung  unsur  yang  dapat  meninggalkan  sesuatu  yang
wajib  atau  melanggar  sesuatu yang  diharamkan,  maka  hukumnya haram dan tidak
sah.

2.8 Perbedaan Mendasar Akuntansi Syari’ah

a. Perbedaan dari Segi Pengertiannya

Akuntansi Islam lebih mengarah pada pembukuan, pendataan, kerja dan usaha,
kemudian juga perhitungan dan perdebatan (tanya jawab) berdasarkan syarat-syarat yang
telah disepakati, dan selanjutnya penentuan imbalan atau balasan yang meliputi semua
tindaktanduk dan pekerjaan, baik yang berkaitan dengan keduniaan maupun yang berkaitan
dengan keakhiratan.

Akuntansi konvensional ialah seputar pengumpulan dan pembukuan, penelitian


tentang keterangan-keterangan dari berbagai macam aktivitas.

b. Perbedaan dari Segi Tujuannya

Akuntansi Islam bertujuan menjaga harta yang merupakan hujjah atau bukti ketika
terjadi perselisihan, membantu mengarahkan kebijaksanaan, merinci hasil-hasil usaha untuk
perhitungan zakat, penetuan hak-hak mitra bisnis dan juga membantu menetapkan imbalan
dan hukuman serta penilaian evaluasi kerja dan motivasi

Akuntansi konvensional menjelaskan utang piutang, untung rugi, sentral moneter dan
membantu dalam mengambil ketetapan-ketetapan manajemen.

8
c. Perbedaan dari Segi Karakteristik

Akuntansi Islam berdasarkan pada nilai-nilai akidah dan akhlak. Maka sudah menjadi
tugas seorang akuntan untuk memberikan data-data dalam membantu orang-orang yang
bersangkutan tentang sejauh mana hubungan kesatuan ekonomi dengan kaidah-kaidah dan
hukum-hukum syariat Islam dalam bidang muamalah.

Seorang akuntan muslim selalu sadar bahwa ia harus bertanggungjawab di hadapan


Allah tentang pekerjaannya, dan ia tidak boleh menuruti keinginan pemilik modal (pemilik
proyek) kalau ada langkah-langkah penyelewengan dari hukum Allah serta memutarbalikan
fakta (data yang akurat)

Akuntansi konvensional didasarkan pada ordonansi atau peraturan-peraturan dan


teori-teori yang dibuat oleh manusia yang memiliki sifat khilaf, lupa, keterbatasan ilmu dan
wawasan. Maka konsep itu labil dan tidak permanen. Konsep, sistem, dan teknik akuntansi
yang membantu suatu lembaga atau organisasi untuk menjaga agar tujuan fungsi dan
operasionalnya berjalan sesuai dengan ketentuan syariah, dapat menjaga hak
hal stakeholders yang ada di dalamnya, dan mendorong menjadi lembaga yang dapat encapai
kesejahteraan hakiki dunia akhirat.

d. Perbedaan dari Segi Modal

Modal dalam  akuntansi konvesional terbagi 2 bagian yaitu, modal tetap (aktiva tetap)
dan modal yang beredar (aktiva lancar). Dalam akuntansi islam barang-barang pokok dibagi
menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock) selanjutnya barang dibagi
menjadi barang milik dan barang dagang.

e. Perbedaan dari Segi Konsep

Akuntansi konvensional mempraktekkan teori pencadangan dan ketelitian dari


menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta menyampaikan laba yang bersifat
mungkin. Akuntansi  islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau
harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk
kemungkinan bahaya dan resiko.

f. Perbedaan dari Segi Prinsip

9
Akuntansi konvensional meneapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya
jual beli. Akuntansi islam memakai aqidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya
perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun belum.
Akan tetapi jual beli dalah suatu keharusan untuk mengatakan laba, dan laba tidak boleh
dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.

2.9 Paradigma Pemikiran Akuntansi Syari’ah Di Indonesia


Perkembangan Akuntansi Syari’ah di Indonesia dilatarbelakangi oleh perkembangan
lembaga keuangan syari’ah. Di Indonesia banyak bermunculan lembaga-lembaga keuangan
yang berbasis syari’ah mengingat banyaknya masyarakat yang beragama Islam. Menurut
Bank Indonesia dalam Outlook Bank Syariah 2013  perkembangan Bank syari’ah relatif
cukup tinggi berkisar antara 36%- 58% dengan  pertumbuhan asset perbankan syariah
mencapai ±37% dan total asset mencapai ± Rp 179 Triliun.  Namun perkembangan
Akuntansi Syari’ah hanya di lembaga keuangan yang berbasis syari’ah saja sedangkan
disektor non lembaga keuangan seperti perusahaan jasa, perusahaan manufaktur dan
perusahaan ritel belum mengalami perkembangan bahkan terlihat stagnan.

Beberapa isu yang mendorong munculnya akuntansi syariah adalah masalah


harmonisasi standar akuntansi internasional di negara-negara Islam , usulan pemformatan
laporan usaha badan Islami (Muhammad, 2003: 77). Begitu pula dengan kajian ulang filsafat
tentang konstruksi etika dalam pengembangan teori akuntansi sampai pada masalah penilaian
(asset) dalam akuntansi. Masalah penting yang perlu diselesaikan adalah perlunya akuntansi
syariah yang dapat  menjamin terciptanya keadilan ekonomi melalui formalisasi prosedur,
aktivitas, pengukuran tujuan, kontrol dan pelaporan yang sesuai dengan prinsip syariah
(Muhammad, 2003: 79).

Tahun 1992 sebagai tahun yang  bersejarah bagi Ekonomi Syariah dengan ditandai
berdirinya Bank Muamalat Indonesia sebagai  pioner lembaga keuangan syariah merupakan
tonggak awal yang sangat menentukan, begitu juga Akuntansi Syariah. Pada saat itu
akuntansi syariah belum mendapatkan pengakuan yang jelas dalam PSAK, baru pada tahun
2002 dengan disahkannya PSAK 59 keberadaan Akuntansi Syariah mulai diakui dan
diterapkan dalam lembaga keuangan Syariah.

10
Bank Muamalat Indonesia sebagai pelopor Bank Syariah Islam pertama di Indonesia
lahir sebagai hasil Kerja Tim Perbankan MUI tersebut. Akte pendirian PT. Bank Muamalat
Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Pada awal penandatanganan akte
pendirian Bank ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 miliar.

Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan Bank Syariah ini belum
mendapat perhatian yang optimal dari tatanan Industri Perbankan Nasional. Pelopor kedua
Bank Syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri
merupakan Bank milik pemerintah pertama yang melandaskan operasional pada Prinsip
Syariah. Secara struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu
anak perusahaan di lingkungan Bank Mandiri yang kemudian dikonversikan menjadi Bank
Syariah secara utuh.

Dalam rangka melancarkan proses konversi menjadi  Bank Syariah BSM menjalin
kerjasama dengan Tazkia Institute terutama dalam bidang pelatihan dan pendampingan
konversi. Setelah terbentuknya Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri dan
antusias masyarakat terhadap adanya Bank yang memakai Sistem Islam. Maka berbagai Bank
Konvensional lainnya mengikuti jejak untuk membuka cabang Bank Syariah di institusinya.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kaidah
Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan
dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-
sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan
dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan,
maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau
peristiwa. Selain dari itu melalui uraian di atas dapat kita ketahui bersama,
bahwa konsep Akuntansi Islam jauh lebih dahulu dari konsep Akuntansi
Konvensional, dan bahkan Islam telah membuat serangkaian kaidah yang belum
terpikirkan oleh pakar-pakar Akuntansi Konvensional. Sebagaimaya yang
terjadi juga pada berbagai ilmu pengetahuan lainnya, yang ternyata sudah
diindikasikan melalui Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab wahyu Allah
dalam Al Qur'an. ". (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (QS.An-
Nahl/ 16:89)

12
DAFTAR PUSTAKA

Wasilah, Nurhayati, Sri. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat : Jakarta.


diakses pada 7 Maret 2022

https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/tujuan-akuntansi-syariah-lengkap/

http://mudaarraayah.blogspot.co.id/2013/06/konsep-dasar-akuntansi-syariah.html

http://risaseptiani.blogspot.co.id/2012/05/akuntansi-islam.html

http://akuntansiiseasy.blogspot.co.id/2014/10/terminologi-dasar-akuntansi.html

http://anakhumairah.blogspot.co.id/2014/06/pentingnya-mempelajari-akuntansi-syariah.html

https://sithobil.wordpress.com/2012/10/26/konsep-dasar-akuntansi-syariah

http://mrcomp.wordpress.com/2009/02/24/konsep-dasar-akuntansi-syariah

http://mepi-6.blogspot.co.id/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/27/akuntansi-islam-syariah

http://nilampamularsih.blogspot.com/2011/09/akuntansi-syariah.html

http://beiakuntasi.blogspot.co.id/2012/06/akuntasi-islam-dalam-perspektif-alquran.html

http://inibloghesty.blogspot.co.id/2015/02/perkembangan-akuntansi-syariah-di.html

13

Anda mungkin juga menyukai