Anda di halaman 1dari 17

KONSEP TEORITIS AKUNTANSI ISLAM

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Syariah)

Dosen Pengampu: Dr. Nurlaila, S.E., M.A., CMA

Ekonomi Syariah A Semester 2

Di susun oleh:

Kelompok 1

Fadhillah Insani (3004223017)

Ika Darma Yuni (3004223008)

PROGRAM MAGISTER EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan kita rahmat kesehatan, rahmat keselamatan, dan rahmat kelapangan
waktu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Konsep Teoritis Akuntansi Islam”

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, terkhusus kepada ibu Dr.
Nurlaila, S.E., M.A., CMA selaku Dosen Teori Akuntansi Syariah Regional II-A

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki dalam penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “Konsep Teoritis


Akuntansi Islam” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembacanya.

Medan, 10 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................... Error! Bookmark not defined.
A. Konsep Akuntansi Islam ............................................................................... 3
B. Islamisasi Akuntansi ..................................................................................... 5
C. Pemikiran Teori Dan Konsep Akuntansi Islam ............................................ 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akuntansi merupakan hal penting dalam bisnis, sebab seluruh pengambilan
keputusan bisnis didasarkan informasi yang diperoleh dari akuntansi. Pada setiap
tahapan pengambilan keputusan keberadaan informasi mempunyai peranan
penting, baik mulai dari proses pemecahan persoalan, mencari alternatif
pemecahan persoalan, maupun memonitor pelaksanaan keputusan yang
diterapkan. Apabila proses tersebut dikaitkan dengan operasionalisasi suatu
perubahan, maka informasi akuntansi inilah yang akan sangat dibutuhkan.
Pembicaraan akuntansi syariah (Islam), akhir-akhir ini semakin sering kita
dengar, baik didalam negeri maupun di luar negeri, walaupun keberadaan
akuntansi syariah itu sendiri seperti halnya dengan keberadaan sistem ekonomi
islam masih dipertanyakan. Pembicaraan semacam itu muncul karena ilmu
akuntansi yang dipelajari sampai saat ini masih tertuju dan merujuk pada sistem
akuntansi Barat.
Kajian dan pembicaraan ekonomi Islam telah merebak ke seluruh dunia.
Bersamaan dengan itu, instrument-instrument ekonomi yang bernafaskan Islam
juga mulai bermunculan. Sebagaimana diketahui lembaga keuangan merupakan
instrument penting dihampir seluruh sidtem ekonomi di dunia. Dan keseluruhan
aktivitas atau transaksi yang terjadi dalam proses perbankan harus dilakukan
pencatatan.
Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memberikan
wawasan kepada pembaca tentang konsep teoritis akuntansi islam agar pembaca
mengetahui dan mengerti apa itu akuntansi islam yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan kajian latar belakang masalah di atas, muncul beberapa
pertanyaan yang ingin di uraikan oleh penulis dalam makalah ini sebagai berikut:

1
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep akuntansi islam?
2. Bagaimana islamisasi akuntansi?
3. Bagaimana menurut para tokoh tentang pemikiran teori dan konsep
akuntansi islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep akuntansi islam
2. Untuk mengetahui islamisasi akuntansi
3. Untuk mengetahui penjelasan para tokoh tentang pemikiran teori dan
konsep akuntansi islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Akuntansi Islam


Dalam surat Al-Baqarah ayat 282, disebutkan kewajiban bagi umat mukmin
untuk menulis setiap transaksi yang masih belum tuntas (not completed atau non-
cash). “Hai, orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya………”.
Dalam ayat ini jelas sekali tujuan perintah ini untuk menjaga keadilan dan
kebenaran, artinya perintah itu ditekankan pada kepentingan pertanggung jawaban
(accountability) agar pihak yang terlibat dalam transaksi itu tidak dirugikan, tidak
menimbulkan konflik, serta adil merata. Al-Qur’an melindungi kepentingan
masyarakat dengan menjaga terciptanya keadilan, dan kebenaran. Oleh karena itu,
tekanan dari akuntansi bukanlah pengambilan keputusan (decision making)
melainkan pertanggungjawaban (accountability).
Dalam ayat ini dapat kita ketahui bahwa sejak munculnya peradaban islam,
telah ada perintah untuk melakukan pencatatan yang penekanannya adalah untuk
tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan antara dua pihak yang
mempunyai hubungan muamalah. Konsep islam dan hakikat akuntansi
mempunyai persamaan yang searah dan telah terbukti bahwa akuntansi ada dalam
islam dan bahkan memberikan andil dalam perkembangannya.(Nurlaila, 2011)
Merujuk kepada surah diatas sebagai norma agama yang melatarbelakangi
wacana akuntansi syariah sangat mendasar. Sebab, apabila dicermati, surah diatas
mengandung 3 (tiga) pengajaran, yaitu: Pertama, pencatatan atau yang kini
dinamai dengan ilmu Akuntansi adalah salah satu yang diperintahkan didalam
ajaran islam. Kedua, pencatatan ini harus dilakukan oleh “katib” (juru tulis). Ini
merupakan isyarat perlu adanya profesi yang kini dinamakan profesi akuntan.

3
Ketiga, Akuntan yang dikehendaki Alquran adalah Akuntan yang bekerja dengan
adil.(Saparuddin Siregar, 2015).
Secara sederhana pengertian akuntansi syariah dapat dijelaskan melalui akar
kata yang dimilikinya yaitu akuntansi dan syariah. Definisi bebas dari akuntansi
adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan,
penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga menghasilkan
laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Sedangkan definisi bebas dari syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah swt untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya
di dunia.
Akuntansi dalam bahasa Arabnya disebut “Muhasabah” yang berasal dari kata
hasaba, hasiba, muhasabah, atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah,
artinya menimbang, memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau
menghisab, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat
dalam pembukuan tertentu.
Jadi, akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-
transaksi sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Informasi yang
disajikan oleh akuntansi syariah untuk pengguna laporan lebih luas tidak hanya
data finansial tetapi juga mencakup aktivitas perusahaan yang berjalan sesuai
dengan syariah serta memiliki tujuan sosial yang tidak terhindarkan dalam Islam,
misalnya adanya kewajiban membayar zakat.
Akuntansi Syari’ah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Artinya
akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi
dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan
bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Akuntansi
Syari’ah termasuk didalamnya isu yang tidak biasa dipikirkan oleh akuntansi
konvensional. Perilaku manusia diadili di hari kiamat. Akuntansi harus dianggap
sebagai salah satu derivasi/hisab yaitu menganjurkan yang baik dan melarang apa
yang tidak baik. (Muammar Khadafi, dkk, 2017)

4
Konsep Akuntansi Islam (Syariah) dapat dilihat pada gambar 1.1. berikut:

Lembaga Perusahaan Individu

Melakukan Kegiatan Muamalah


Harus Sesuai Syariah

Kegiatan Dicatat (Accounting)

Input Proses Pembukuan Output


Transaksi Laporan

Prinsip-Prinsip Akuntansi
+
Penekanan Pada Keadilan

Gambar 1.1 Konsep Akuntansi Islam

B. Islamisasi Akuntansi
Islamisasi akuntansi dari sudut pandang barat merupakan bagian dari proyek
interdisipliner dalam akuntansi. (Roslender & Billard, 1999). Ini melibatkan
perpanjangan atau modifikasi subproyek akuntansi kritis dari proyek
interdisipliner sejak proyek sebelumnya di cetakan barat, dengan cara berpikir
kapitalis. Sedangkan menurut Shahul (2001), karena akuntansi merupakan ilmu
sosial yang berkaitan dengan perilaku manusia, akuntansi tidak dapat lepas dari
proses islamisasi dengan mengklaim sebagai technical neutral dan disiplin bebas
nilai seperti yang diklaim oleh akuntan profesional. Akuntansi syariah merupakan
disiplin ilmu yang akan muncul sebagai proses islamisasi akuntansi konvensional.
Ada beberapa pendekatan yang telah diidentifikasi di mana akuntansi dapat
diislamkan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan konstruktif, pendekatan
pragmatis dan pendekatan hibrid.
Pendekatan Konstruktif

5
Pendekatan pertama merupakan deduksi dari Ajaran Islam yang disebut
pendekatan normatif atau pendekatan konstruktif. Pendekatan ini menggunakan
penganjur “apa yang seharusnya”. Ini melibatkan menyimpulkan tujuan pelaporan
keuangan, postulat akuntansi dan definisi konsep akuntansi dari prinsip syariah
dan kemudian merupakan dasar untuk kerangka struktural, yang akan bertindak
sebagai referensi untuk pengembangan prinsip akuntansi, (Shahul , 2000a). Oleh
karena itu dalam menganalisis kerangka IAS untuk penyusunan dan penyajian
laporan keuangan misalnya konsep dasar kelangsungan usaha, stabilitas daya beli
unit moneter dan konservatisme tidak sesuai dengan Islam. Konsep kegunaan
keputusan informasi akuntansi seperti relevansi dan reliabilitas segera dianut ke
dalam akuntansi Islam oleh AAOIFI. Menurut AAIOFI (1996), melalui
pendekatan konstruktif, ia menetapkan tujuan atau konsep berdasarkan prinsip-
prinsip Islam dan ajarannya dan mempertimbangkan tujuan tersebut dalam
kaitannya dengan pemikiran kontemporer. Pendekatan ini meminimalkan
pengaruh pemikiran akuntansi kontemporer sekuler terhadap tujuan Akuntansi
Islam (Karim, 1995).
Pendekatan Pragmatis
Pendekatan kedua adalah pendekatan pragmatis. Ini adalah pendekatan
berbasis akuntansi kontemporer atau pendekatan induktif empiris. Pendekatan ini
menggunakan pengusul “apa adanya”. Ini mengadopsi tujuan akuntansi keuangan
barat yang tersedia saat ini yang sesuai untuk organisasi bisnis Islam dan tidak
termasuk tujuan yang melanggar persepsi syariah, (Karim, 1995). Menurut
Abdegader (1994), pendekatan ini sejalan dengan Prinsip Peradilan Islam Sofia.
Berdasarkan Ahmad dan Hamad (1992) sebagian besar perbankan syariah telah
jatuh dalam ruang lingkup standar akuntansi yang ada, sehingga mereka
mengatakan bahwa tidak perlu perombakan besar-besaran kecuali yang belum
tercakup oleh akuntansi konvensional. Hal ini juga dikatakan sebagai pendekatan
parsial Islamisasi Akuntansi (Anwar, 1997).
Pendekatan Hibrid
Untuk menjembatani kelemahan pendekatan berbasis ajaran Islam yang
semula dan berbasis kontemporer, Shahul (2000) mengusulkan pendekatan

6
hybrid. Pada dasarnya, pendekatan ini adalah untuk menjembatani 'kesenjangan'
antara dua pendekatan sebelumnya. Shahul (2000) mengusulkan pendekatan ini
dengan dimulai dengan: (1). Mengidentifikasi prinsip-prinsip etika dan akuntansi
syariah dalam kaitannya dengan kegiatan bisnis dan membandingkannya dengan
apa yang saat ini dipraktikkan, (2). Mengidentifikasi tujuan utama dan tujuan
tambahan berdasarkan prinsip-prinsip etika Islam, (3). Mempertimbangkan
perkembangan pelaporan terkait sosial yang tidak dapat diabaikan oleh akuntansi
modern, (4). Mengidentifikasi landasan thoretical akuntansi Islam, (5).
Mengidentifikasi pengguna informasi akuntansi Islam dan informasi apa mereka
butuh. Berdasarkan pertimbangan identifikasi tersebut, mencoba untuk
mengembangkan karakteristik akuntansi Islam, yang akan menggabungkan
prinsip-prinsip etika bisnis Islam dan pencapaian tujuan akuntansi Islam.
Diharapkan akuntansi syariah yang dihasilkan dapat diterapkan dan dapat
mencapai tujuan sosio-ekonomi Islam. Pendekatan ini menyiratkan bahwa
akuntansi Islam yang dihasilkan harus didasarkan tidak hanya pada pemahaman
prinsip-prinsip Syariah yang berkaitan dengan kegiatan bisnis tetapi juga pada
masalah-masalah masyarakat yang mungkin dapat berkontribusi untuk
dipecahkan. (Sartini, 2005).

C. Pemikiran Teori Dan Konsep Akuntansi Islam


Teori akuntansi merupakan seperangkat konsep, definsi, dalil dan pragmatis,
yang merupakan kerangka referensi umum dalam bidang akuntansi. Seperti teori
pada umunya, teori akuntansi mempunyai fungsi sebagai acuan umum untuk
menilai praktik akuntanssi dan penuntutan perkembangan praktik dan prosedur
akuntansi baru. Adapun konsep teoritis akuntansi merupakan pernyataan atau
aksioma yang terbukti dengan sendirinya, yang diterima berdasarkan
kesesuaiannya denga tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan lingkungan
perekonomian yang bebas dan mengakui hak milik pribadi/ swasta.
Gambling dan Karim (Harahap, 1992) menarik hipotesis karena Islam
memiliki syariah yang dipatuhi semua umatnya, wajarlah bahwa masyarakat
memiliki lembaga keuangan dan akuntansinya yang diserahkan melalui

7
pembuktian sendiri sesuai landasan agama. Mereka merumuskan tiga model
antara lain Colonial Model yang menyebutkan jika masyarakatnya Islam,
mestinya pemerintahnya akan menerapkan syariat islam dan mestinya teori
akuntansinya pun akan bersifat teori akuntan Islami. Mereka juga menekankan
bahwa sesuai sifatnya, mestinya Islam harus memiliki akuntansi karena
pentingnya penekanan pada aspek sosial dan perlunya penerapan sistem zakat dan
baitul maal.
Akuntansi Islam merupakan konsep, sistem, dan teknik akuntansi yang
membantu suatu lembaga atau organisasi untuk menjaga agar tujuan, fungsi dan
operasionalnya berjalan sesuai dengan ketentuan syariah, dapat menjaga hak hal
stakeholder yang ada di dalamnya, dan mendorong menjadi lembaga yang dapat
mencapai kesejahteraan hakiki dunia dan akhirat.
DR. Scott (Harahap, 1993, 1995) adalah seorang penulis yang banyak
memerhatikan masalah etika dan moral dalam melahirkan teori akuntansi. Ia
selalu menggunakan kriteria keadilan dan kebenaran dalam merumuskan setiap
teori akuntansi, model ini disebut Ethical Theory of Accounting. Menurut beliau
dalam penyajian laporan keuangan, akuntan harus memerhatikan semua pihak
(user)dalam memperlakukannya secara adil dan benar. Dan memberikan data
yang akurat jangan menimbulkan salah tafsir dan jangan pula bias.
Dalam buku yang sama Harahap (1991) mengemukakan bahwa akuntansi
Islam itu pasti ada. Ia menggunakan metode perbandingan antara konsp syariat
Islam yang relevan dengan akuntansi dengan konsep dan ciri akuntansi
kontemporer (dalam nuansa komprehensif) itu sendiri, sehingga ia menimbulkan
bahwa nilai-nilai Islam ada dalam akuntansi dan akuntansi ada dalam struktur
hukum dan muamalat Islam. menurutnya keduanya mengacu pada kebenaran
kendatipun kadar kualitas dan dimensi dan bobot pertanggungjawabannya bisa
berbeda. Dan juga penekanan pada aspek tanggungjawab dan aspek pengambilan
keputusan berbeda.
Shaari Hamid, Russel Craig, dan Frank Clarke (1993) dalam artikel mereka
yang berjudul Religion: A Confounding Cultural Element in the International
Harmonization of Accounting mengemukakan dua hal berikut.

8
1. Islam sebagai agama yang memiliki aturan-aturan khusus dalam sistem
ekonomi keuangan (misalnya free interest banking system) pasti
memerlukan teori akuntansi yang khusus pula yang dapat
mengakomodasi ketentuan syariah itu.
2. Kalau dalam berbagai studi disimpulkan bahwa aspek budaya yang
bersifat lokal (national boundaries) sangat banyak memengaruhi
perkembangan akuntansi, Islam sebagai agama yang melampaui batas
negara tidak boleh diabaikan. Islam dapat mendorong internasionalisasi
dan harmonisasi akuntansi.
Dalam artikel tersebut dibahas dikemukakan bahwa etika dan perilaku bisnis
didasarkan pada tradisi dan filosofi Barat. Ada penulis yang menganggap bahwa
tradisi ini dipengaruhi etika Yahudi dan Kristiani, ada yang menganggap
dipengaruhi oleh etika Protestan, ada yang menganggap hanya tradisi Barat.
Perilaku bisnis melahirkan prinsip dan teknik akuntansi. Kalau konsep dasar
bisnis berbeda, mestinya prinsip dan konsep dasar akuntansinya juga harus
berbeda. Menurut penulis banyak konsep bisnis Barat yang tidak sesuai dengan
syariat Islam sehingga konsep dan praktik akuntansinya juga ada yang tidak
sesuai dengan Islam. Artinya akuntansi berdasarkan Islam harus ada.
Toshikabu Hayashi (1989) dalam tesisnya yang berjudul: On Islamic
Accounting membahas dan mengakui keberadaan akuntansi Islam. Dalam
tulisannya yang berasal dari tesisnya mengambil S2, beliau mengisahkan
akuntansi barat yang dinilainya memiliki sifat yang dibuat sendiri dengan
berpedoman pada filsafat kapitalisme. Sifat-sifat akuntansi Barat ini menurut dia
kehilangan arah bila dihubungkan dengan aspek etika dan sosial dan bebas nilai.
Sementara itu, trendnya harus bernuansa sosial sebagaimana yang dimiliki
akuntansi Islam dan diakui oleh Gambling dan Karim. Dalam akuntansi Islam dia
katakan bahwa ada meta rule yang berada di luar konsep akuntansi yang harus
dipatuhinya, yaitu hukum syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan
manusia. (Harahap, 1997).
Menurut beliau akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yang
menurut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Dalam

9
tulisannya, Hayashi menjelaskan bahwa konsep akuntansi sudah ada dalam
sejarah Islam yang sangat berbeda dari konsep konvesional sekarang. Dia
menunjukkan istilah muhtasub sebagai seseorang yang diberikan kekuasaan besar
dalam masyarakat untuk memastikan setiap tindakan ekonomi berjalan sesuai
syariah. Ia menerjemahkan akuntansi sebagai muhasabah. Bahkan beliau
menjelaskan bahwa dalam konsep Islam ada pertanggungjawaban di akhirat, di
mana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan
Tuhan. Dan Tuhan memiliki akuntan (Rakib dan Atid) yang mencatat semua
tindakan manusia bukan saja bidang ekonomi, tetapi sosial dan pelaksanaan
hukum syariah lainnya.
Dalam hal zakat ia mengemukakan bahwa dalam menghitung zakat sebagai
kewajiban Muslim memiliki beberapa konsep pengukuran, pengakuan, dan
pelaporan yang berbeda dari konsep akuntansi Barat, seperti penilaian persediaan
yang harus menggunakan harga pasar, memakai konsep accrual basis, dan konsep
time period yang tegas. Dalam kesimpulannya beliau menyatakan sebagai berikut.
Akuntansi Islam yang memiliki makna implisit bidang ekonomi, politik, agama,
memiliki kas yang besar untuk menunjukkan kunci ke arah akuntansi pasca
Newtonian (pasca kemajuan Barat, pen).
Muhammad Akram Khan (Harahap, 1992) merumuskan sifat akuntansi Islam
sebagai berikut.
1. Penentuan Laba Rugi yang Tepat Walaupun penentuan laba rugi agak
bersifat subjektif dan bergantung nilai, kehati-hatian harus dilaksanakan
agar tercapat hasil yang bijaksana (atau dalam Islam sesuai dengan
syariah) dan konsisten sehingga dapat menjamin bahwa kepentingan
semua pihak pemakai laporan dilindungi.
2. Mempromisikan dan Menilai Efisiensi Kepemimpinan Sistem akuntansi
harus mampu memberikan standar berdasarkan hukum sejarah untuk
menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijaksanan-kebijaksaan yang
baik.
3. Ketaatan kepada Hukum Syariah Setiap aktivitas yang dilakukan oleh
unit ekonomi harus dinilai halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus

10
menjadi alasan tunggal untuk menentukan berlanjut tidaknya suatu
organisasi.
4. Keterikatan pada Keadilan Karena tujuan utma dalam syariah adalah
penerapan keadilan dalam masyarakat seluruhnya, informasi akuntan
harus mampu melaporkan (selanjutnya mencegah) setiap kegiatan atau
keputusan yang dibuat untuk menambah ketidakadilan dalam
masyarakat.
5. Melaporkan dengan Baik Telah disepakati bahwa peranan perusahaan
dianggap dari pandangan yang lebi luas (pada dasarnya bertanggung
jawab pada masyarakat secara keseluruhan). Nilai sosial ekonomi dari
ekonomi Islam harus diikuti dan dianjurkan. Informasi akuntansi harus
berada dalam posisi yang terbaik untuk melaporkan hal ini.
6. Perubahan dalam Prakti Akuntansi Peranan akuntansi yang demikian luas
dalam kerangka Islam memerlukan perubahan yang sesuai dan cepat
dalam praktik akuntansi sekarang. Akuntansi harus mampu bekerja sama
untuk menyusun saran-saran yang tepat untuk mengikuti perubahan ini.
Iwan Triyuwono (2000), telah membuktikan bahwa ilmu akuntansi itu bukan
bebas nilai. Akuntansi konvensional saat ini sudah diwarnai oleh nilai-nilai
kapitalisme yang didasari oleh filsafat kapitalisme, yang materialis dan sekular.
Islam sebagai suatu agama yang memiliki nilai-nilai juga memiliki akuntansi jika
penganutnya memiliki organisasi yang dikelola dengan dasar-dasar syariah itu.

11
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi Syari’ah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Artinya


akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi
dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan
bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Akuntansi
Syari’ah termasuk didalamnya isu yang tidak biasa dipikirkan oleh akuntansi
konvensional. Perilaku manusia diadili di hari kiamat. Akuntansi harus dianggap
sebagai salah satu derivasi/hisab yaitu menganjurkan yang baik dan melarang apa
yang tidak baik.
Akuntansi sebagai ilmu sosial yang melibatkan perilaku manusia, tidak bisa
lepas dari proses islamisasi. Selain itu, disiplin modern termasuk akuntansi yang
berkembang dari pandangan sekuler Barat yang menghilangkan gambaran Tuhan
tidak sesuai dengan cara hidup Islami dan oleh karena itu perlu diislamkan. Oleh
karena itu, dalam merancang akuntansi Islam, juga tepat diarahkan pada
pencapaian tujuan sosial ekonomi Islam, misalnya: tujuan dan karakteristiknya
harus dapat mengarahkan perusahaan tidak hanya untuk memberikan pendapatan
yang sebenarnya. gambar perusahaan tetapi juga untuk mendorong mereka ke
bawah dan mencegah mereka menjadi tidak adil. Ada 3 metode di mana akuntansi
dapat diislamkan, yaitu pendekatan konstruktif, pendekatan pragmatis, dan
pendekatan hibrid.

B. Saran
Kepada para pembaca agar apa yang telah disajikan dan disampikan dapat
bermanfaat bagi kita semua, dan dapat dipahami. Didalam makalah ini juga masih
banyak sekali kesalahan dan kekurangan. Dan diharapkan agar dapat dikritik dan
dikoreksi ole para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Shaari.1993.Religion: A Confounding Cultural Element in


the International Harmonization of Accounting?. Vol 29 No. 2. 1993

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Akuntansi Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Hayashi, Toshikazu. 1989. On Islamic Accounting: Its Future Impact on Western


Accounting. Institute of Middle Eastern Studies, International University of
Japan.
Khaddafi, Muammar, dkk, 2017, Akuntansi Syariah Meletakkan Nilai-Nilai
Syariah Islam Dalam Ilmu Akuntansi, (Medan: Madenatera).
Muslim, Sarip. 2015. Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik. Bandung :
pustaka setia.
Nurlaila, 2011. Prinsip Dasar Akuntansi dalam Al- Quran. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol 8 No. 2 Juni 2011.
Sartini, “Islamisasi Akuntansi”, Jumol Analisis Bisnis dan Ekonomi, Vol.3 No.2,
Oktober 2005.
Siregar, Saparuddin. 2015. Akuntansi Perbankan Syariah Sesuai PASI Tahun
2013. Medan: FEBI UIN SU Press
Triyuwono, Iwan. 2006. Menyibak Akuntansi Syariah. Yogyakarta : kreasi
wacana.

14

Anda mungkin juga menyukai