Di susun oleh:
Kelompok 1
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan kita rahmat kesehatan, rahmat keselamatan, dan rahmat kelapangan
waktu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Konsep Teoritis Akuntansi Islam”
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki dalam penulisan makalah selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan kajian latar belakang masalah di atas, muncul beberapa
pertanyaan yang ingin di uraikan oleh penulis dalam makalah ini sebagai berikut:
1
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep akuntansi islam?
2. Bagaimana islamisasi akuntansi?
3. Bagaimana menurut para tokoh tentang pemikiran teori dan konsep
akuntansi islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep akuntansi islam
2. Untuk mengetahui islamisasi akuntansi
3. Untuk mengetahui penjelasan para tokoh tentang pemikiran teori dan
konsep akuntansi islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ketiga, Akuntan yang dikehendaki Alquran adalah Akuntan yang bekerja dengan
adil.(Saparuddin Siregar, 2015).
Secara sederhana pengertian akuntansi syariah dapat dijelaskan melalui akar
kata yang dimilikinya yaitu akuntansi dan syariah. Definisi bebas dari akuntansi
adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan,
penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga menghasilkan
laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Sedangkan definisi bebas dari syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah swt untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya
di dunia.
Akuntansi dalam bahasa Arabnya disebut “Muhasabah” yang berasal dari kata
hasaba, hasiba, muhasabah, atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah,
artinya menimbang, memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau
menghisab, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat
dalam pembukuan tertentu.
Jadi, akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-
transaksi sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Informasi yang
disajikan oleh akuntansi syariah untuk pengguna laporan lebih luas tidak hanya
data finansial tetapi juga mencakup aktivitas perusahaan yang berjalan sesuai
dengan syariah serta memiliki tujuan sosial yang tidak terhindarkan dalam Islam,
misalnya adanya kewajiban membayar zakat.
Akuntansi Syari’ah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Artinya
akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi
dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan
bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Akuntansi
Syari’ah termasuk didalamnya isu yang tidak biasa dipikirkan oleh akuntansi
konvensional. Perilaku manusia diadili di hari kiamat. Akuntansi harus dianggap
sebagai salah satu derivasi/hisab yaitu menganjurkan yang baik dan melarang apa
yang tidak baik. (Muammar Khadafi, dkk, 2017)
4
Konsep Akuntansi Islam (Syariah) dapat dilihat pada gambar 1.1. berikut:
Prinsip-Prinsip Akuntansi
+
Penekanan Pada Keadilan
B. Islamisasi Akuntansi
Islamisasi akuntansi dari sudut pandang barat merupakan bagian dari proyek
interdisipliner dalam akuntansi. (Roslender & Billard, 1999). Ini melibatkan
perpanjangan atau modifikasi subproyek akuntansi kritis dari proyek
interdisipliner sejak proyek sebelumnya di cetakan barat, dengan cara berpikir
kapitalis. Sedangkan menurut Shahul (2001), karena akuntansi merupakan ilmu
sosial yang berkaitan dengan perilaku manusia, akuntansi tidak dapat lepas dari
proses islamisasi dengan mengklaim sebagai technical neutral dan disiplin bebas
nilai seperti yang diklaim oleh akuntan profesional. Akuntansi syariah merupakan
disiplin ilmu yang akan muncul sebagai proses islamisasi akuntansi konvensional.
Ada beberapa pendekatan yang telah diidentifikasi di mana akuntansi dapat
diislamkan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan konstruktif, pendekatan
pragmatis dan pendekatan hibrid.
Pendekatan Konstruktif
5
Pendekatan pertama merupakan deduksi dari Ajaran Islam yang disebut
pendekatan normatif atau pendekatan konstruktif. Pendekatan ini menggunakan
penganjur “apa yang seharusnya”. Ini melibatkan menyimpulkan tujuan pelaporan
keuangan, postulat akuntansi dan definisi konsep akuntansi dari prinsip syariah
dan kemudian merupakan dasar untuk kerangka struktural, yang akan bertindak
sebagai referensi untuk pengembangan prinsip akuntansi, (Shahul , 2000a). Oleh
karena itu dalam menganalisis kerangka IAS untuk penyusunan dan penyajian
laporan keuangan misalnya konsep dasar kelangsungan usaha, stabilitas daya beli
unit moneter dan konservatisme tidak sesuai dengan Islam. Konsep kegunaan
keputusan informasi akuntansi seperti relevansi dan reliabilitas segera dianut ke
dalam akuntansi Islam oleh AAOIFI. Menurut AAIOFI (1996), melalui
pendekatan konstruktif, ia menetapkan tujuan atau konsep berdasarkan prinsip-
prinsip Islam dan ajarannya dan mempertimbangkan tujuan tersebut dalam
kaitannya dengan pemikiran kontemporer. Pendekatan ini meminimalkan
pengaruh pemikiran akuntansi kontemporer sekuler terhadap tujuan Akuntansi
Islam (Karim, 1995).
Pendekatan Pragmatis
Pendekatan kedua adalah pendekatan pragmatis. Ini adalah pendekatan
berbasis akuntansi kontemporer atau pendekatan induktif empiris. Pendekatan ini
menggunakan pengusul “apa adanya”. Ini mengadopsi tujuan akuntansi keuangan
barat yang tersedia saat ini yang sesuai untuk organisasi bisnis Islam dan tidak
termasuk tujuan yang melanggar persepsi syariah, (Karim, 1995). Menurut
Abdegader (1994), pendekatan ini sejalan dengan Prinsip Peradilan Islam Sofia.
Berdasarkan Ahmad dan Hamad (1992) sebagian besar perbankan syariah telah
jatuh dalam ruang lingkup standar akuntansi yang ada, sehingga mereka
mengatakan bahwa tidak perlu perombakan besar-besaran kecuali yang belum
tercakup oleh akuntansi konvensional. Hal ini juga dikatakan sebagai pendekatan
parsial Islamisasi Akuntansi (Anwar, 1997).
Pendekatan Hibrid
Untuk menjembatani kelemahan pendekatan berbasis ajaran Islam yang
semula dan berbasis kontemporer, Shahul (2000) mengusulkan pendekatan
6
hybrid. Pada dasarnya, pendekatan ini adalah untuk menjembatani 'kesenjangan'
antara dua pendekatan sebelumnya. Shahul (2000) mengusulkan pendekatan ini
dengan dimulai dengan: (1). Mengidentifikasi prinsip-prinsip etika dan akuntansi
syariah dalam kaitannya dengan kegiatan bisnis dan membandingkannya dengan
apa yang saat ini dipraktikkan, (2). Mengidentifikasi tujuan utama dan tujuan
tambahan berdasarkan prinsip-prinsip etika Islam, (3). Mempertimbangkan
perkembangan pelaporan terkait sosial yang tidak dapat diabaikan oleh akuntansi
modern, (4). Mengidentifikasi landasan thoretical akuntansi Islam, (5).
Mengidentifikasi pengguna informasi akuntansi Islam dan informasi apa mereka
butuh. Berdasarkan pertimbangan identifikasi tersebut, mencoba untuk
mengembangkan karakteristik akuntansi Islam, yang akan menggabungkan
prinsip-prinsip etika bisnis Islam dan pencapaian tujuan akuntansi Islam.
Diharapkan akuntansi syariah yang dihasilkan dapat diterapkan dan dapat
mencapai tujuan sosio-ekonomi Islam. Pendekatan ini menyiratkan bahwa
akuntansi Islam yang dihasilkan harus didasarkan tidak hanya pada pemahaman
prinsip-prinsip Syariah yang berkaitan dengan kegiatan bisnis tetapi juga pada
masalah-masalah masyarakat yang mungkin dapat berkontribusi untuk
dipecahkan. (Sartini, 2005).
7
pembuktian sendiri sesuai landasan agama. Mereka merumuskan tiga model
antara lain Colonial Model yang menyebutkan jika masyarakatnya Islam,
mestinya pemerintahnya akan menerapkan syariat islam dan mestinya teori
akuntansinya pun akan bersifat teori akuntan Islami. Mereka juga menekankan
bahwa sesuai sifatnya, mestinya Islam harus memiliki akuntansi karena
pentingnya penekanan pada aspek sosial dan perlunya penerapan sistem zakat dan
baitul maal.
Akuntansi Islam merupakan konsep, sistem, dan teknik akuntansi yang
membantu suatu lembaga atau organisasi untuk menjaga agar tujuan, fungsi dan
operasionalnya berjalan sesuai dengan ketentuan syariah, dapat menjaga hak hal
stakeholder yang ada di dalamnya, dan mendorong menjadi lembaga yang dapat
mencapai kesejahteraan hakiki dunia dan akhirat.
DR. Scott (Harahap, 1993, 1995) adalah seorang penulis yang banyak
memerhatikan masalah etika dan moral dalam melahirkan teori akuntansi. Ia
selalu menggunakan kriteria keadilan dan kebenaran dalam merumuskan setiap
teori akuntansi, model ini disebut Ethical Theory of Accounting. Menurut beliau
dalam penyajian laporan keuangan, akuntan harus memerhatikan semua pihak
(user)dalam memperlakukannya secara adil dan benar. Dan memberikan data
yang akurat jangan menimbulkan salah tafsir dan jangan pula bias.
Dalam buku yang sama Harahap (1991) mengemukakan bahwa akuntansi
Islam itu pasti ada. Ia menggunakan metode perbandingan antara konsp syariat
Islam yang relevan dengan akuntansi dengan konsep dan ciri akuntansi
kontemporer (dalam nuansa komprehensif) itu sendiri, sehingga ia menimbulkan
bahwa nilai-nilai Islam ada dalam akuntansi dan akuntansi ada dalam struktur
hukum dan muamalat Islam. menurutnya keduanya mengacu pada kebenaran
kendatipun kadar kualitas dan dimensi dan bobot pertanggungjawabannya bisa
berbeda. Dan juga penekanan pada aspek tanggungjawab dan aspek pengambilan
keputusan berbeda.
Shaari Hamid, Russel Craig, dan Frank Clarke (1993) dalam artikel mereka
yang berjudul Religion: A Confounding Cultural Element in the International
Harmonization of Accounting mengemukakan dua hal berikut.
8
1. Islam sebagai agama yang memiliki aturan-aturan khusus dalam sistem
ekonomi keuangan (misalnya free interest banking system) pasti
memerlukan teori akuntansi yang khusus pula yang dapat
mengakomodasi ketentuan syariah itu.
2. Kalau dalam berbagai studi disimpulkan bahwa aspek budaya yang
bersifat lokal (national boundaries) sangat banyak memengaruhi
perkembangan akuntansi, Islam sebagai agama yang melampaui batas
negara tidak boleh diabaikan. Islam dapat mendorong internasionalisasi
dan harmonisasi akuntansi.
Dalam artikel tersebut dibahas dikemukakan bahwa etika dan perilaku bisnis
didasarkan pada tradisi dan filosofi Barat. Ada penulis yang menganggap bahwa
tradisi ini dipengaruhi etika Yahudi dan Kristiani, ada yang menganggap
dipengaruhi oleh etika Protestan, ada yang menganggap hanya tradisi Barat.
Perilaku bisnis melahirkan prinsip dan teknik akuntansi. Kalau konsep dasar
bisnis berbeda, mestinya prinsip dan konsep dasar akuntansinya juga harus
berbeda. Menurut penulis banyak konsep bisnis Barat yang tidak sesuai dengan
syariat Islam sehingga konsep dan praktik akuntansinya juga ada yang tidak
sesuai dengan Islam. Artinya akuntansi berdasarkan Islam harus ada.
Toshikabu Hayashi (1989) dalam tesisnya yang berjudul: On Islamic
Accounting membahas dan mengakui keberadaan akuntansi Islam. Dalam
tulisannya yang berasal dari tesisnya mengambil S2, beliau mengisahkan
akuntansi barat yang dinilainya memiliki sifat yang dibuat sendiri dengan
berpedoman pada filsafat kapitalisme. Sifat-sifat akuntansi Barat ini menurut dia
kehilangan arah bila dihubungkan dengan aspek etika dan sosial dan bebas nilai.
Sementara itu, trendnya harus bernuansa sosial sebagaimana yang dimiliki
akuntansi Islam dan diakui oleh Gambling dan Karim. Dalam akuntansi Islam dia
katakan bahwa ada meta rule yang berada di luar konsep akuntansi yang harus
dipatuhinya, yaitu hukum syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan
manusia. (Harahap, 1997).
Menurut beliau akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yang
menurut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Dalam
9
tulisannya, Hayashi menjelaskan bahwa konsep akuntansi sudah ada dalam
sejarah Islam yang sangat berbeda dari konsep konvesional sekarang. Dia
menunjukkan istilah muhtasub sebagai seseorang yang diberikan kekuasaan besar
dalam masyarakat untuk memastikan setiap tindakan ekonomi berjalan sesuai
syariah. Ia menerjemahkan akuntansi sebagai muhasabah. Bahkan beliau
menjelaskan bahwa dalam konsep Islam ada pertanggungjawaban di akhirat, di
mana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan
Tuhan. Dan Tuhan memiliki akuntan (Rakib dan Atid) yang mencatat semua
tindakan manusia bukan saja bidang ekonomi, tetapi sosial dan pelaksanaan
hukum syariah lainnya.
Dalam hal zakat ia mengemukakan bahwa dalam menghitung zakat sebagai
kewajiban Muslim memiliki beberapa konsep pengukuran, pengakuan, dan
pelaporan yang berbeda dari konsep akuntansi Barat, seperti penilaian persediaan
yang harus menggunakan harga pasar, memakai konsep accrual basis, dan konsep
time period yang tegas. Dalam kesimpulannya beliau menyatakan sebagai berikut.
Akuntansi Islam yang memiliki makna implisit bidang ekonomi, politik, agama,
memiliki kas yang besar untuk menunjukkan kunci ke arah akuntansi pasca
Newtonian (pasca kemajuan Barat, pen).
Muhammad Akram Khan (Harahap, 1992) merumuskan sifat akuntansi Islam
sebagai berikut.
1. Penentuan Laba Rugi yang Tepat Walaupun penentuan laba rugi agak
bersifat subjektif dan bergantung nilai, kehati-hatian harus dilaksanakan
agar tercapat hasil yang bijaksana (atau dalam Islam sesuai dengan
syariah) dan konsisten sehingga dapat menjamin bahwa kepentingan
semua pihak pemakai laporan dilindungi.
2. Mempromisikan dan Menilai Efisiensi Kepemimpinan Sistem akuntansi
harus mampu memberikan standar berdasarkan hukum sejarah untuk
menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijaksanan-kebijaksaan yang
baik.
3. Ketaatan kepada Hukum Syariah Setiap aktivitas yang dilakukan oleh
unit ekonomi harus dinilai halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus
10
menjadi alasan tunggal untuk menentukan berlanjut tidaknya suatu
organisasi.
4. Keterikatan pada Keadilan Karena tujuan utma dalam syariah adalah
penerapan keadilan dalam masyarakat seluruhnya, informasi akuntan
harus mampu melaporkan (selanjutnya mencegah) setiap kegiatan atau
keputusan yang dibuat untuk menambah ketidakadilan dalam
masyarakat.
5. Melaporkan dengan Baik Telah disepakati bahwa peranan perusahaan
dianggap dari pandangan yang lebi luas (pada dasarnya bertanggung
jawab pada masyarakat secara keseluruhan). Nilai sosial ekonomi dari
ekonomi Islam harus diikuti dan dianjurkan. Informasi akuntansi harus
berada dalam posisi yang terbaik untuk melaporkan hal ini.
6. Perubahan dalam Prakti Akuntansi Peranan akuntansi yang demikian luas
dalam kerangka Islam memerlukan perubahan yang sesuai dan cepat
dalam praktik akuntansi sekarang. Akuntansi harus mampu bekerja sama
untuk menyusun saran-saran yang tepat untuk mengikuti perubahan ini.
Iwan Triyuwono (2000), telah membuktikan bahwa ilmu akuntansi itu bukan
bebas nilai. Akuntansi konvensional saat ini sudah diwarnai oleh nilai-nilai
kapitalisme yang didasari oleh filsafat kapitalisme, yang materialis dan sekular.
Islam sebagai suatu agama yang memiliki nilai-nilai juga memiliki akuntansi jika
penganutnya memiliki organisasi yang dikelola dengan dasar-dasar syariah itu.
11
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kepada para pembaca agar apa yang telah disajikan dan disampikan dapat
bermanfaat bagi kita semua, dan dapat dipahami. Didalam makalah ini juga masih
banyak sekali kesalahan dan kekurangan. Dan diharapkan agar dapat dikritik dan
dikoreksi ole para pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
14